You are on page 1of 11

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS KEARIFAN LOKAL


TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD
I Pt. Eka Hermawan1, I Nym Jampel2, I Wyn Widiana3
1,3
Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: utuhermawan@gmail.com1, nyoman_jampel@yahoo.co.id2,


wayan_widiana@yahoo.co.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
Berbasis Kearifan Lokal dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV Gugus IV Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian non
equivalent posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas IV di Gugus VI Kecamatan Gerokgak tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 5 SD
dengan jumlah 152 orang. Setelah dilakukan uji kesetaraan ANAVA A didapat dua sampel
yang dianggap setara yaitu siswa kelas IV SD 1 Pemuteran (eksperimen) berjumlah 31 orang
dan siswa kelas IV SD 4 Pemuteran (kontrol) berjumlah 31 orang. Sampel diambil dengan
cara teknik random sampling. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan instrumen tes
objektif yang berjumlah 30 soal. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan
uji t independent dengan sampel tidak berkorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis Kearifan Lokal dan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional dan rata-rata skor siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis
Kearifan Lokal adalah 20,39 berada kategori tinggi sedangkan siswa yang mengikuti
pembelajaran kovensional adalah 15,13 yang berada kategori sedang, ini menunjukkan
bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) Berbasis Kearifan Lokal lebih tinggi dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.

Kata kunci: CTL, kearifan lokal, hasil belajar

Abstract
This study aimed to determine the differences in learning achievement between students who
take the social studies (IPS) through Contextual Teaching and Learning (CTL) approach
Based Local Wisdom and students who treated by the conventional teaching in fourth grade
Cluster IV in Gerokgak district Buleleng regency in the academic year 2012/2013. This study
was quasi-experimental research which was designed by non equivalent posttest only on
control group. The population of this study was all of the fourth grade students in Cluster VI in
Gerokgak district in the academic year 2012/2013 which was consisting of 5 elementary
schools with 152 students. After equality testing with ANAVA A, it obtained two samples were
considered equivalent, those were fourth grade student of SD 1 Pemuteran (experimental
group) which consisted of 31 students and fourth grade student of SD 4 Pemuteran (control
group) which consisted of 31 students. Sample was collected by random sampling technique.
IPS learning achievement data were collected by objective test instrument which consisted of
30 items. The data were analyzed using descriptive statistic and independent t test with
uncorrelated samples. The results showed that there were difference in learning achievement
between students who took the social studies (IPS) through Contextual Teaching and
Learning (CTL) approach-Based Local Wisdom and students who treated by conventional
learning and the average score of students who followed learning trough Contextual
Teaching And learning (CTL) approach-Based Local Wisdom was 20,39 which was in high
category while students who followed conventional learning was 15,13 which was in medium
category, The result of this study indicated that students’ achievement of the social study
(IPS) through Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach-Based Local Wisdom was
higher than students following the conventional learning.

Keywords: CTL, local wisdom, achievement


Pengetahuan Sosial memegang peranan
PENDAHULUAN yang penting dalam kehidupan
Pendidikan yang berkualitas adalah bermasyarakat dan upaya peningkatan
sebuah proses pendidikan yang mampu mutu sumber daya manusia.
menjadikan siswa secara aktif Sadar akan hal ini, pemerintah telah
mengembangkan potensi dirinya untuk dan sedang melakukan berbagai upaya
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, untuk meningkatkan mutu pendidikan di
pengendalian diri, kepribadiaan,kecerdasan Indonesia. Salah satunya adalah dengan
akhlak mulia, serta keterampilan yang memberlakukan kurikulum baru yaitu
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
negara yang dilakukan secara sadar dan (KTSP). Dengan diberlakukannya KTSP ini
bermakna. diharapkan proses pembelajaran yang
Salah satu cabang pendidikan yang mulanya berpusat pada guru (teacher
ikut menentukan perkembangan kualitas centered) akan berubah menjadi
pendidikan adalah pendidikan Ilmu pembelajaran yang berpusat pada siswa
Pengetahuan Sosial. Pendidikan Ilmu (student centered).
Pengetahuan Sosial merupakan salah satu Namun, sampai saat ini upaya yang
mata pelajaran yang diberikan mulai dari dilakukan masih belum menunjukkan hasil
Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah yang optimal khususnya pada mata
Menengah Pertama (SMP) berusaha pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
memberikan wawasan secara komprehensif ini dibuktikan dengan hasil pencatatan
tentang peristiwa, fakta, konsep, dan dokumen rata-rata nilai raport IPS siswa
generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu kelas IV di gugus VI Kecamatan Gerokgak
sosial. Berbagai tradisi dalam ilmu sosial, masih dibawah kreteria ketuntasan
termasuk konsep, teori, fakta, struktur, mininamal (KKM).
metode dan penanaman nilai-nilai dalam Hasil observasi pada proses
ilmu sosial perlu dikemas secara pembelajaran IPS di kelas IV SD di gugus
pedagogis, integratif dan komunikatif serta VI Kecamatan Gerokgak menunjukan
relevan dengan situasi dan kondisi yang pembelajaran IPS di SD tersebut, guru
berkembang dalam masyarakat belum maksimal menerapkan pembelajaran
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan yang bersifat konstruktivis. Sebagian besar
Pendidikan (KTSP, 2006) menegaskan pembelajaran berorientasi materi, tidak
bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta berorientasi kompetensi, dan lebih banyak
didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga menggunakan buku ajar atau Lembar Kerja
Negara Indonesia yang demokratis dan Siswa (LKS) yang dibeli siswa.
bertanggung jawab serta warga dunia yang Untuk memperkuat hasil observasi
cinta damai. Fenomena kehidupan global di tersebut, dilakukan wawancara dengan
saat ini dan masa mendatang yang penuh guru. Guru masih mengunakan
dengan tantangan, menuntut mata pembelajaran konvensional karena mereka
pelajaran IPS untuk dirancang bisa berasumsi bahwa suatu pengetahuan dapat
mengembangkan pengetahuan dipindahkan secara utuh dari pikiran guru
pemahaman dan kemampuan analisis ke siswa dan lebih mudah dalam
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran dan guru
memasuki kehidupan bermasyarakat yang jarang mengaitkan materi pembelajaran
dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa Ilmu dengan keadaan lingkungan sekitar siswa
atau kearifan lokal daerahnya. Sebagai
besar materi dan penyajian materi bersifat (eksplorasi, eloaborasi dan konfirmasi), dan
book oriented. Hal ini membuat siswa evaluasi. Adapun langkah-langkah
kurang memahami makna arti belajar. pembelajaran yang dilakukan guru yaitu: 1)
Berdasarkan pencatatan dokumen, persiapan guru dengan merancang
observasi dan wawancara diperoleh bahwa perangkat pembelajaran (silabus dan RPP)
proses pembelajaran IPS masih sumber belajar yang digunakan satu
menggunkan model pembelajaran sumber adalah buku paket IPS kelas IV SD;
konvensional sehingga menyebabkan hasil 2) kegiatan awal (kegiatan pendahuluan)
belajar IPS masih rendah. Pembelajaran guru menyampaikan materi secara
konvensional adalah suatu konsep belajar mendetail dengan berceramah dan
yang digunakan guru dalam membahas mengajukan apersepsi dengan beberapa
suatu pokok materi yang telah biasa pernyataan untuk mengetahui kesiapan
digunakan dalam proses pembelajaran dan siswa untuk menerima materi pelajaran; 3)
materi yang disajikan harus dihafal oleh melakukan kegiatan inti proses
siswa. Model pembelajaran konvensional pembelajaran. Pada tahap ini guru
dilandasi oleh teori belajar behavioristik. menjelaskan materi secara utuh dengan
Menurut teori behavioristik bahwa proses metode ceramah. Peran guru tahap ini
pembelajaran akan terjadi apabila ada sangat dominan (teacher centered), siswa
stimulus sebagai input dan respons sebagai hanya duduk, mendengarkan, mencatat
output (Thobroni dan Mustofa, 2011). Input dan menghafal materi yang telah disajikan
yang dimaksud adalah stimulus atau oleh guru. Setelah selesai menyampaikan
rangsangan apa saja yang diberikan guru, materi, guru memberikan penugasan
dan sebagai output adalah berupa respon kepada siswa dengan mengerjakan soal-
atau tanggapan yang diberikan siswa dari soal yang ada pada buku paket kelas IV
stimulus yang diberikan guru. Dalam SD, dan melakukan penilaian apa
implementasinya pembelajaran menurut dikerjakan siswa dengan memberikan
teori sangat mengutamakan peranan guru umpan balik/refleksi dan, 4) evaluasi, guru
sebagai pemberi stimulus merupakan faktor kembali memberikan tugas pekerjaan
yang sangat penting. rumah dengan mengerjakan soal-soal pada
Dalam proses pembelajaran buku paket.
konvensional menyandarkan pada hafalan Dari keselurahan proses
belaka, penyampain informasi lebih banyak pembelajaran guru dalam pembelajaran
dilakukan oleh guru, siswa secara pasif konvensional paling berperan (teacher
menerima informasi, pembelajaran sangat center) sedangkan siswa hanya duduk,
abstrak dan teoritis serta tidak bersadar mendengarkan, mencatat, dan menghafal
pada realitas kehidupan, memberikan materi pelajaran sehingga dalam proses
hanya tumpukan beragam informasi kepada pembelajaran siswa pasif. Untuk mengatasi
siswa, cenderung fokus pada bidang rendahnya hasil belajar siswa upaya yang
tertentu, waktu belajar siswa sebagaian dapat dilakukan dengan melakukan inovasi
besar digunakan untuk mengerjakan buku pembelajaran. Inovasi pembelajaran
tugas, mendengar ceramah guru, dan diupayakan agar proses pembelajaran lebih
mengisi latihan (kerja individual). Menurut inovatif, interaktif, menantang dan
Suryobroto (2002) menyatakan, model menyenangkan bagi siswa. Salah satu
pembelajaran konvensional adalah model pendekatan pembelajaran yang mampu
pembelajaran cendrung dimulai dengan membuat kondisi seperti itu adalah
apersepsi, penyajian informasi, pemberian pedekatan CTL (Contextual Teaching and
soal-soal dan tugas kemudian membuat Learning). Menurut Nurhadi,dkk (2004:29)
kesimpulan. menyatakan pendekatan Contextual
Pembelajaran konvensional dianggap Teaching and Learning adalah pengajaran
kurang mampu mengaktifkan siswa dalam yang memungkinkan siswa memperkuat
proses belajar. Langkah-langkah memperluas dan menerapkan pengetahuan
pembelajaran yang dilakukan guru selama dan keterampilan akademis dalam berbagai
ini yaitu persiapan, kegiatan awal latar sekolah dan diluar sekolah untuk
(apersepsi), kegiatan pelaksanaan memecahkan seluruh persoalan yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Teori belajar oleh masyarakat asli yang penuh dengan
konstruktivis memandang bahwa nilia-nilai kearifan (local genius) diabaikan
pengetahuan itu ada dalam diri seseorang dalam pembelajaran”. Untuk itu pemerintah
yang sedang mengetahui. Pengetahuan telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun
otak guru ke kepala siswa. Siswa sendirilah 2005 (pasal 17 ayat 1) yang berbunyi:
yang harus mengartikan apa yang telah Kurikulum tingkat satuan pendidikan
dipelajari atau diajarkan dengan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/ SMPLB,
menyesuaikan terhadap pengalaman- /SMA/MA/, SMALB, SMK/MAK, atau bentuk
pengalamannya (student centred). lain yang sederajat dikembangkan sesuai
Penerapan pembelajaran pendekatan CTL dengan satuan pendidikan, potensi
(Contextual Teaching And Learning ) juga daerah/karakteristik daerah, sosial budaya
didukung oleh Depdiknas. Depdiknas masyarakat setempat, dan peserta didik.
(dalam Syaiful, 2012: 93) menyatakan, Sejalan dengan itu, pembelajaran
beberapa alasan diterapkan pendekatan berbasis kearifan lokal merupakan dari
CTL yaitu: (1)sejauh ini pendidikan kita di pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
dominasi oleh pandangan bahwa pendidikan dan dapat dikembangkan dalam
pengetahuan sebagai seperangkat fakta- proses pembelajaran. Dwitagama (dalam
fakta yang harus dihafal. Kelas masih Aswani, 2012) Pembelajaran berbasis
berfokus pada guru sebagai sumber utama kerarifan lokal adalah pembelajaran yang
pengetahuan, kemudian ceramah menjadi memanfaatkan keunggulan lokal atau
pilihan utama strategi belajar dan; (2) kearifan lokal dalam aspek ekonomi,
melalui landasan filosofi konstruktifisme,/ budaya, bahasa, teknologi informasi dan
CTL “dipromosikan menjadi alternatif komunikasi, ekologi, dan lain-lain yang
strategi belajar baru. Melalui strategi belajar semua dapat miningkatkan kemampuan
pendekatan kontekstual, siswa diharapkan peserta didik.
belajar melalui “mengalami’ bukan Pembelajaran berbasis kerarifan lokal
mengahfal. akan membantu siswa memecahkan
Proses pembelajaran CTL (Contextual masalah yang dihadapi masyarakat.
Teaching And Learning) akan lebih Pembelajaran berbasis kerarifan lokal
bermakna, jika siswa mengalami sendiri memberikan pemahaman kepada siswa
apa yang dipelajarinya, bukan bahwa masyarakat lokal sebagai salah satu
mengetahuinya dari orang lain. Langkah- sumber untuk belajar. Pembelajaran
langkah pembelajaran pendekatan berbasis kerarifan lokal akan lebih menarik
Contextual Teaching And Learning lebih bagi siswa karena, pembelajaran berbasis
mengutamakan siswa yang lebih berperan kerarifan lokal siswa dapat mempelajari
aktif mengkontruksi pengetahuannya kearifan lokal daerahnya yang
(student centerd) dengan kegiatan inkuiri mencangkup, budaya, tradisi, dan ekonomi.
dan guru dalam proses pembelajaran Berdasarkan pemaparan di atas
sebagai mediator, fasilitator yang akan pembelajaran pendekatan CTL (Contextual
membimbing siswa. Teaching And Learning ) dapat dipadukan
Selain dengan menggunakan model dengan pembelajaran berbasis kearifan
pembelajaran yang inovatif, dalam lokal. Langkah-langkah pembelajaran
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pendekatan CTL (Contextual Teaching And
untuk anak sekolah dasar juga perlukan Learning) berbasis kearifan lokal yaitu: 1)
diberikan penanaman nilai--nilai budaya, persiapan perencanaan pembelajaran
etika dan cara berprilaku yang ada dilakukan dengan menggali potensi-potensi
dilingkungan masyarakat yang memiliki nilai- kearifan lokal yang ada yang dikaitkan
nilai yang luhur yang bersumber pada dalam pembelajaran; 2) Kegiatan
kearifan lokal setempat. Penanaman nilai- pendahuluan dilakukuan dengan
nilai kearifan lokal masyarakat sekarang ini mengajukan pertanyaan (quistioning) yang
diabaikan dalam pembelajaran seperti apa merangsang siswa untuk menggali
yang dikemukakan oleh Suastra (2010) pengetahuan awal yang dimilikinya dan
mengatakan “bahwa nilai-nilai yang dianut mampu memecahkannya; 3) Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dengan konvensional, sedangkan variabel
mengkontruksi (contructivsm). pengetahuan terikatnya adalah hasil belajar.
siswa melalui kegiatan inkuiri (inquiry) Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
bersama kelompok (learning community) di SD Negeri di gugus VI Kecamatan
dan setelah itu guru menunjuk salah satu Gerokgak pada semester genap tahun
kelompok siswa sebagai model (modelling) pelajaran 2012/2013. Populasi dalam
untuk menunjukkan hasilnya; 4) Refleksi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD
(reflection) dilakukan oleh guru terhadap Negeri di gugus VI Kecamatan Gerokgak
proses pembelajaran yang sudah terdiri dari 5 kelas jumlah 152 orang. Untuk
berlangsung serta memberikan motivasi menentukan sampel diperlukan uji
siswa dengan meluruskan konsep yang kesetaraan dengan ANAVA A, diperoleh
keliru yang dipahami siswa; dan 5) Evaluasi seluruh populasi setara yang artinya
dengan melakukan penilaian sebenarnya kemampuan hasil belajar IPS siswa SD di
(authentic assesment) oleh guru dengan Gugus VI Kecamatan Gerokgak setara.
memperhatikan prinsip evaluasi. Selanjutnya, pengambilan sampel yang
Dari semua uraian di atas digunakan dalam penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa, pembelajaran teknik random sampling.
pendekatan Contextual Teaching And Setelah memperoleh hasil uji
Learning (CTL) Berbasis Kearifan Lokal kesetaraan terhadap populasi, kemudian
memiliki karakteristik teoritik dan langkah- dilanjutkan dengan random sampling
langkah pembelajaran yang berbeda didapatkan dua sekolah dijadikan sampel
dengan model pembelajaran konvensional yaitu SD Negeri 1 Pemuteran dan SD
yang masih dilakukan guru pada Negeri 4 Pemuteran Kedua kelas ini
pembelajaran saat ini di sekolah, ini diduga kemudian diundi secara sederhana untuk
akan memiliki pengaruh yang berbeda menentukan kelas eksperimen dan kelas
terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan kontrol. Setelah diundi didapatkan SDN 1
Sosial. Pemuteran sebagai kelas eksperimen
Berdasarkan uraian di atas peneliti ini jumlah siswa 31 orang dan SDN 4
bertujuan untuk mengetahui perbedaan Pemuteran sebagai kelas kontrol jumlah
hasil belajar IPS antara siswa yang siswa 31 orang. Kelas eksperimen
mengikuti pembelajaran pendekatan CTL diberikan perlakuan pembelajaran
(Contextual Teaching And Learning) pendekatan CTL (Contextual Teaching And
Berbasis Kearifan Lokal dengan siswa yang Learning) berbasis kearifan lokal dan kelas
mengikuti pembelajaran konvensional pada kontrol diberikan perlakuan pembelajaran
siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Gugus VI dengan model konvensional.
Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Instrumen yang digunakan dalam
Tahun Pelajaran 2012/2013. penelitian ini adalah metode tes. Menurut
Agung (2011:60) mengatakan, metode tes
METODE dalam kaitanya dengan penelitian ialah cara
Jenis penelitian yang dilakukan adalah memperoleh data yang berbentuk suatu
quasi eksperimen. Penggunaan quasi tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh
eksperimen atau eksperimen semu karena seseorang atau sekelompok orang yang di
tidak semua variabel penelitian dapat tes (testee), dan dari tes tersebut dapat
dikontrol secara ketat desain penelitian menghasilkan suatu data berupa skor (data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah interval). Tes digunakan untuk memperoleh
non equivalent posttest only control group data hasil belajar IPS berupa tes objektif
design, Sugiyono,(2008:112).Penelitian tipe pilihan ganda. Tes pilihan ganda
eksperimen inii melibatkan dua pengaruh digunakan dalam penelitian karena memiliki
variabel bebas terhadap satu variabel kelebihan yaitu: 1) materi yang diujikan
terikat. Variabel bebas yang dimaksud dapat mencakup sebagian besar dari bahan
adalah pembelajaran pendekatan pengajaran yang telah diberikan, 2)
Contextual Teaching And Learning (CTL) jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai)
Berbasis Kearifan Lokal dan pembelajaran dengan mudah dan cepat dengan mudah
dan cepat dengan menggunakan kunci
jawaban dan 3) jawaban untuk setiap data hasil belajar IPS kelompok
pertanyaan
rtanyaan sudah pasti benar atau salah eksperimen. Data skor hasil post-test hasil
sehingga penilaiannya bersifat objektif belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ((IPS)
Sebelum instrumen digunakan siswa kelompok eksperimen menunjukan
terlebih dahulu dianalisis dengan bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor
menggunakan uji validitas tes, reabelitas terendah adalah 12. Adapun rentang data
tes, tingkat kesukaran tes, daya beda tes kelompok eksperimen adalah 16, jumlah
dan analisis pengecoh. Uji coba instrumen kelas interval didapatkan 6 dan, panjang
tes dilakukan di kelas V SD N 1 Pemuteran, kelas interval berdasarkan perhitungan
SD N 2 Pemuteran, SD N 4 Pemuteran dan diperoleh 3. Darii data tabel distribusi
SD N 5 Pemuteran yang berjumlah 120 frekuensi maka dapat di deskripsikan mean
siswa. Berdasarkan hasil validitas diperoleh (M), median (Md) dan modus (Mo) dari hasil
34 tes valid dari 40 butir soal. Dari 34 tes post-test kelompok eksperimen yaitu:
yang valid diambil 30 butir soal yang modus (Mo) adalah 21,79, median (Md)
digunakan untuk post-tes. Berdasarkan adalah 20,64 dan, mean (M) adalah 20,39.
hasil reliabilitas tes diperoleh 0,92, hal ini apabila
pabila divisualisasikan ke dalam bentuk
menunjukan reabelitas tes tergolong sangat grafik pada Gambar 1.
tinggi. Jadi tes hasil belajar IPS tersebut
dianggap layak untuk post-test.test. Pada hasil 12 11
tingkat kesukaran perangkat tes diperoleh
diperole 10

Frekuensi
0,55, ini berarti perangkat tes tergolong 8 7
kreteria sedang, hasil daya beda perangkat 6 5
tes 0,58 tergolong pada kreteria baik dan 4 3 3
analisis pengocoh semua berfungsi. 2
2
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis stastistik 0
deskriptif dan stastistik
tastistik inferensial uji
uji-t 13 16 19 22 25 28
sampel independen (tidak berkorelasi) Titik tengah
dengan rumus separated varians.
Stastistik deskriptif digunakan untuk Gambar 1. Grafik histogram data hasil post-
menghitung mean, median, dan modus. test kelompok eksperime
eksperimen
Hubungan antara mean (M), median (Md),
dan modus (Mo) dapat digunakan untuk Berdasarkan Gambar
ambar 1, diperoleh
menentukan
tukan kemiringan kurva poligon modus lebih besar dari median dan median
distribusi frekuensi. Stastistik inferensial lebih besar dari mean (Mo>Md>M), dimana
digunakan untuk menguji hipotesis 21,79 > 20,64> 20,39 maka berada pada
penelitian. Sebelum melakukan uji hipotesis kurve juling negatif yang menunjukkan
penelitian perlu dilakukan analsis uji sebagian besar skor hasil belajar siswa
normalitas untuk mengetahui sebaran data berada pada bagian atas (skor tinggi) dari
berdistribusi normal atau tidak normal distribusi skor.. Selain mencari mean (M),
dengan mengunakan analisis Chi-kuadrat,
Chi median (Md) dan modus (Mo), juga
dan, analisis homogenitas untuk ditentukan standar deviasi uuntuk kelompok
mengetahui homogenitas varians antar eksperimen. Berdasarkan perhitungan yang
kelompok dengan menggunakan Uji-F. didapatkan standar deviasi kelompok
eksperimen adalah 4,31. Jika skor-rata-rata
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil belajar IPS dikonversi ke dalam
Hasil penilaian acuan patokan
atokan (PAP
(PAP) skala lima
Data yang dianalisis dalam penelitian berada pada kategori tinggi. Sedangkan
ini diperoleh dari data hasil belajar siswa data skor hasil post-test hasil belajar Ilmu
yang mengikuti pembelajaran pendekatan
pendekat Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelompok
Contextual Teaching And Learning (CTL) kotrol menunjukan bahwa skor tertinggi
berbasis kearifan lokal pada kelas adalah 25 dan skor terendah adalah 9.
eksperimen dan pembelajaran Adapun rentang data kelompok eksperimen
konvensional pada kelas kontrol. Berikut adalah 16, jumlah kelas interval didapatkan
6 dan, panjang kelas interval berdasarkan Berdasarkan hasil perhitungan uji
perhitungan diperoleh 3. Dari data tabel normalitas post-test kelompok eksperimen,
distribusi frekuensi maka dapat di diperoleh  hitung
2
= 4,206 dan pada taraf
deskripsikan mean (M), median (Md) dan
signifikansi 5% dan db (6-2 2-1=3) diperoleh
modus (Mo) dari hasil post-test
test kelompok
kontrol yaitu: modus (Mo) adalah 13,50,  tabel
2
= 7.815 . Ini berarti bahwa  hitung
2
<
median (Md) adalahh 14,36 dan, mean (M)  tabel
2
maka data hasil post-test
post kelompok
adalah 15,13. Apabila
pabila divisualisasikan ke
dalam bentuk grafik tampak pada Gambar eksperimen berdistribusi normal.Sedangkan
2. hasil perhitungan uji normalitas post-test
kelompok kontrol, diperoleh  hitung
2
= 2,756
12 11 dan pada taraf signifikansi 5% dan db (6-2-
(6
10
1=3) diperoleh  tabel = 7.815. Ini berarti
8 2
Frekuensi

8
bahwa  hitung <  tabel maka data hasil post-
2 2
6 5
4
4 2 test kelompok kontrol berdistribusi normal.
2 1
Selanjutnya data diuji dengan
0 homogenitas varians. diketahui bahwa
10 13 16 19 22 25 hasil post-test kelompok eksperimen dan
Titik Tengah kelompok kontrol dengan db pembilang 30
dan db penyebut 30 pada taraf signifikansi
Gambar 2. Grafik histogram data hasil post- 5% diketahui Ftabel = 1,93 dan Fhitung = 1,32.
test kelompok kontrol Hal ini berarti bahwa Fhitung < Ftabel sehingga
H1 ditolak dan H0 diterima oleh karena itu
Berdasarkan gambar 2, diperoleh varians homogen. Jadi post-test hasil
modus lebih kecil dari pada median dan belajar kelompok eksperimen dan kelompok
median lebih kecil dari mean (Mo< Md<Mo) kontrol adalah homogen.
dimana 13,50 < 14,36 < 15,13 maka berada Hasil belajar IPS siswa kelompok
pada kurve juling positif yang menunjukkan eksperimen dan kontrol adalah normal dan
sebagian besar skor hasil belajar siswa homogen.. Setelah diperoleh hasil dari uji
berada pada bagian bawah (skor cendrung prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan
rendah) dari distribusi skor.. Selain mencari pengujian hipotesis penelitian (H1) dan
mean (M), median (Md) dan modus (Mo), hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis
juga ditentukan standar deviasi untuk tersebut dilakukan dengan menggunakan
kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi)
yang didapatkan standar deviasi kelompok dengan rumus separated varians dengan
kontrol adalah 3,87. Jika skor rata-rata
rata kriteria H0 ditolak jika thit > ttab dan H0 terima
kelompok kontrol dikonversi ersi ke dalam jika thit < ttab. Rangkuman hasil uji hipotes
hipotesis
penilaian acuan patokan
atokan (PAP) Skala Lima disajikan pada Tabel 1.
berada pada kategori sedang.

Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji T Independent dengan separated varians

Kelompok Varians Jumlah Db thitung ttabel Kesimpulan


Eksperimen 18,58 31 thitung > ttabel
60 5,058 2,000
Kontrol 14,98 31 H1 diterima

Berdasarkan tabel 1,
1 hasil yaitu 2,000. Karena nilai thitung > ttabel (5,058
perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar > 2,000), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
5,058. Untuk mengetahui signifikansinya Ini berarti terdapat perbedaan yang
maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel, signifikan hasil Ilmu Pengetahuan Sosial
db = 60 (n1 + n2 – 2 = 31 + 31 – 2 = 60) antara kelompok siswa yang belajar
dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel menggunakan pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) mengikuti pembelajaran konvensional pada
berbasis kearifan lokal dengan kelompok siswa kelas IV SD Gugus VI Kecamatan
siswa yang belajar menggunakan model Gerokgak tahun pelajaran 2012/2013.
pembelajaran konvensional pada kelas IV Berdasarkan hasil penelitian yang
semester genap tahun ajaran 2012/2013 di diperoleh, maka terlihat bahwa
gugus VI kecamatan Gerokgak kabupaten pembelajaran pendekatan CTL (Contextual
Buleleng. Teaching And Learning) berbasis kearifan
lokal dapat memberikan pengaruh yang
Pembahasan lebih baik dibandingkan dengan
Pembahasan pada penelitian ini pembelajaran konvensional. Adapun
memaparkan hasil belajar IPS siswa yang beberapa alasan yang dapat dijadikan
mengikuti pembelajaran pendekatan dasar penentuan bahwa pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) pendekatan CTL (Contextual Teaching And
berbasis kearifan lokal dengan siswa yang Learning) berbasis kearifan lokal lebih baik
mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil dibandingkan dengan model pembelajaran
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil konvensional adalah sebagai berikut.
belajar IPS siswa yang mengikuti Pertama, secara teoritis pembelajaran
pembelajaran pendekatan Contextual pendekatan Contextual Teaching And
Teaching And Learning (CTL) berbasis Learning (CTL) berbasis kearifan lokal pada
kearifan lokal berbeda dengan dengan umumnya dapat dipahami sebagai
siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran yang terjadi dalam kelompok-
konvensiona.l Secara deskriptif, kelompok kelompok kecil (learning community) di
siswa yang mengikuti pembelajaran kelas, setiap siswa diberikan hak untuk
pendekatan Contextual Teaching And mengungkapkan idenya dan bekerja sama
Learning (CTL) berbasis kearifan lokal untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
memiliki skor rata-rata hasil belajar 20,39, Pembelajaran pendekatan Contextual
sedangkan kelompok siswa yang mengikuti Teaching And Learning (CTL) berbasis
pembelajaran konvensional memiliki skor kearifan lokal memberikan kesempatan
rata-rata 15,13. Hal ini menunjukan hasil untuk mengkontruksi potensi-potensi
belajar IPS siswa mengikuti pembelajaran kearifan lokal yang ada di lingkungannya
pendekatan Contextual Teaching And dengan pengetahuan yang dimilikinya
Learning (CTL) berbasis kearifan lokal lebih melalui kegiatan inkuri bersama anggota
tinggi daripada siswa yang mengikuti kelompoknya. Melalui kegiatan yang
pembelajaran konvensional. dilakukan siswa mampu membangun atau
Hasil uji-t terhadap hipotesis mengkontruksi pengetahuannya sendiri
penelitian yang diajukan menunjukkan sehingga proses pembelajaran lebih
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar bermakna.
siswa mengikuti pembelajaran pendekatan Kedua, secara operasional empiris,
Contextual Teaching And Learning (CTL) kedua pembelajaran menggunakan buku
berbasis kearifan lokal dengan siswa yang paket dan LKS dan penyajian dengan
mengikuti pembelajaran konvensional. Hal metode yang berbeda. Selain penyajian
tersebut dapat terlihat berdasarkan hasil dengan metode yang berbeda juga proses
analisis yang telah dilakukan, didapatkan pembelajarannya. Dalam proses
nilai thitung sebesar 5,058 dengan db 60 pembelajaran pendekatan Contextual
pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Teaching And Learning (CTL) berbasis
ttabel sebesar 2,000. Hasil perhitungan kearifan lokal diawali dengan mengajukan
tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih pertanyaan (quistioning) kepada siswa yang
besar daripada ttabel (thitung> ttabel) sehingga sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal
hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini masyarakat, dan memberikan suatu
berarti, terdapat perbedaan hasil belajar permasalahan dalam konteks nyata
IPS yang signifikan antara kelompok siswa kehidupan sehari-hari yang digunakan
yang mengikuti pembelajaran pendekatan sebagai sumber belajar. Siswa diminta
CTL (Contextual Teaching And Learning) untuk menganalisis permasalahan yang
berbasis kearifan lokal dan siswa yang diberikan pada awal pembelajaran
mengunakan metode observasi dan inkuiri, materi. Siswa diberikan untuk bertanya
setelah melakukan kegiatan observasi dan tetapi tetap saja siswa tidak diberikan untuk
inkuiri selanjutnya melakukan kegiatan menuangkan ide yang dimilikinya.
demontrasi oleh siswa (modelling), Hasil yang diperoleh pada penelitian
sehingga siswa mampu menemukan sendiri ini juga sejalan dengan hasil penelitian
konsep yang terkandung dalam penelitian Novianti (2011) yang berjudul
permasalahan yang diberikan. Pada proses perbedaan hasil belajar siswa yang
ini siswa memiliki peran aktif (student menggunakan pembelajaran kontekstual
center) dalam pengkontruksian lokal dan konvensional dalam mata
pengetahuan. Proses pembelajaran pelajaran IPS. Hasil penelitian
konvensional masih berpusat pada guru menggambarkan bahwa terdapat
(teacher center) sebagai pusat informasi perbedaan hasil belajar siswa dengan
(information center), di mana siswa hanya menggunakan pembelajaran kontekstual
mengikuti langkah-langkah pembelajaran lebih besar dibandingkan dengan
yang telah disediakan. pembelajaran konvensional. Lestari (2011)
Kekuatan pembelajaran pendekatan melakukan penelitian tindakan kelas
Contextual Teaching And Learning (CTL) mengenai model pembelajaran Kontekstual
berbasis kearifan lokal adalah munculnya berbasis budaya lokal untuk meningkatkan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, keefektifan dan hasil belajar Ilmu
menantang dan menyenangkan, melatih Pengetahuan Sosial. Hasil penelitiannya
siswa untuk bekeja secara kelompok, menyatakan bahwa terjadi peningkatan
melatih siswa menggali potensi-potensi hasil belajar IPS siswa melalui penerapan
kearifan lokal yang dihubungkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
pengetahuannya dan mampu berbasis budaya lokal.
mengaplikasikannya di kehidupan sehari- Berdasarkan pemaparan di atas,
hari. Kelebihan pembelajaran pendekatan maka terbukti secara teoretik dan
Contextual Teaching And Learning (CTL) operasional empiris bahwa hasil belajar
berbasis kearifan lokal terletak pada proses siswa yang mengikuti pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran yaitu pada pendekatan Contextual Teaching And
proses pencarian dan pengkontruksian Learning (CTL) berbasis kearifan lokal lebih
pengetahuan sehingga guru berperan tinggi daripada pembelajaran konvensional.
sebagai mediator, fasilitator dan evaluator. Hal ini dapat diidentifikasi beberapa temuan
Guru tidak perlu mentransfer semua dari peneliti yang menunjukkan keunggulan
pengetahuan atau informasi kepada siswa dari pembelajaran pendekatan Contextual
tetapi mengajak siswa untuk berpikir dan Teaching And Learning (CTL) berbasis
mencari jawaban sendiri atas kearifan lokal dengan pembelajaran
permasalahan yang diberikan oleh guru konvensional adalah sebagai berikut.
maupun siswa itu sendiri melalui diskusi Pertama, dalam proses pembelajaran
dengan kegiatan inkuiri berdasarkan lebih bermakna karena pembelajaran
pengalaman siswa yang telah diperoleh dari pendekatan Contextual Teaching And
kehidupan sehari-hari atau observasi Learning (CTL) berbasis kearifan lokal
langsung di lingkungan sekitar. siswa dalam penyampaian materi pelajaran
Berbeda dengan pembelajaran selalu dikaitkan dengan masalah yang
konvensional. Pelaksanaan proses kontekstual atau dikaitkan dengan
pembelajarannya mengutamakan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan
penyampaian konsep-konsep secara sehari-hari.
mendetail, latihan soal dan tes. Latihan soal Kedua, siswa dalam mengikuti proses
dan tes lebih ditekankan menjawab pembelajaran terlihat aktif karena dalam
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya proses pembelajaran siswa diajak ikut
sesuai penjelasan guru sebelumnya dan mengkonturksi pengetahuan dengan
buku sumber (buku paket kelas IV) dan mencari di berbagai sumber baik melalui
LKS. Peran serta siswa dalam kegiatan inkuari. Dalam kegiatan inkuiri
pembelajaran masih didominasi oleh guru siswa diajak menemukan atau
dan ini terlihat saat guru menyampaikan memecahkan permasalahan dalam
pembelajaran. Kegiatan ini memberikan pendekatan Contextual Teaching And
kesempatan bagi siswa siswa untuk Learning (CTL) berbasis kearifan lokal tidak
mengembangkan keterampilan dan hanya mementingkan aktivitas secara
kemampuannya dalam memecahkan idividu, tetapi juga kontribusi terhadap
permasalahan yang dihadapi dalam proses anggota kelompok sehingga dapat
pembelajaran sehingga siswa tidak pasif mengoptimalkan kerja sama antar anggota
dalam pembelajaran. kelompok. Hal ini dapat melatih siswa untuk
Ketiga, pembelajaran dengan lebih bertanggung jawab terhadap tugas
pendekatan Contextual Teaching And yang diberikan kelompoknya. Pembelajaran
Learning (CTL) berbasis kearifan lokal pendekatan Contextual Teaching And
sangat menarik, menyenangkan dan Learning (CTL) berbasis kearifan lokal
menantang karena siswa diajak terlibat dapat diunggulkan dalam meningkatkan
langsung dalam pembelajaran melalui hasil belajar IPS siswa.
observasi atau pengamatan secara nyata di
lingkungan sekitar. Pembelajaran seperti ini PENUTUP
akan memberikan motivasi kepada siswa Berdasarkan paparan hasil penelitian
untuk belajar IPS secara mendalam melalui dan pembahasan dapat dikemukakan
pengamatan secara nyata, sehingga siswa simpulan sebagai berikut. Terdapat
tidak cepat bosan dan mengantuk dalam perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan
belajar karena siswa dilibatkan secara antara siswa yang mengikuti pembelajaran
penuh dalam belajar. pendekatan Contextual Teaching And
Keempat, proses pelaksanaan Learning (CTL) berbasis kearifan lokal dan
pembelajaran pendekatan Contextual siswa yang mengikuti pembelajaran
Teaching And Learning (CTL) berbasis konvensional. Siswa yang mengikuti
kearifan lokal yang dilakukan siswa dapat pembelajaran pendekatan Contextual
menciptakan kecintaan terhadap kearifan Teaching And Learning (CTL) berbasis
lokal yang ada di lingkunganya yang kearifan lokal menunjukan hasil belajar
mencangkup aspek ekonomi, budaya, lebih tinggi dibandingkan siswa yang
bahasa, teknologi informasi komunikasi, mengikuti pembelajaran konvensional.
ekologi dan yang laiinya karena apa yang Berdasarkan temuan penelitian dalam
dipelajari oleh siswa ada dilingkungannya menerapkan pembelajaran pendekatan
sehinnga siswa lebih tertarik mempelajari Contextual Teaching And Learning (CTL)
IPS. berbasis kearifan lokal disarankan: 1)
Implikasi temuan penelitian ini adalah disarankan bagi siswa lebih berperan aktif
pembelajaran IPS dapat memberikan hasil dalam mengikuti proses pembelajaran yang
belajar yang optimal jika implementasian dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan
pembelajaran didasarkan paradigma hasil belajar; 2) disarankan kepada para
kontruktivisme. Pembelajaran pendekatan guru agar selalu menggunakan model
Contextual Teaching And Learning (CTL) pembelajaran yang sesuai dengan
berbasis kearifan lokal merupakan salah perkembangan zaman, menerapkan model
satu model pembelajaran yang pembelajaran yang inovatif, sesuai dengan
berlandaskan kontruktivisme, dimana dalam materi pelajaran dan karakteristik siswa
proses belajar mengajar antara konsep sehingga berpengaruh positif pada
yang dipelajari dikaitkan dengan konteks peningkatan hasil belajar siswa; 3)
kehidupan nyata dengan mengintegrasikan disarankan bagi peneliti agar lebih
nilai-nilai kearifan lokal, sehingga akan berkompeten dalam hal perekayasa
memberikan peluang yang cukup besar pembelajaran, agar pembelajaran lebih
dalam proses pembelajaran IPS yang lebih inovatif dalam hal menerapkan model
bermakna dan siswa akan mampu pembelajaran pendekatan Contextual
membangun pengetahuannya sendiri Teaching And Learning (CTL) berbasis
melalui proses aktif dalam pembelajaran kearifan lokal agar dapat dipergunakan
yang berdasarkan pengalaman dan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. dan; 4) disarankan bagi sekolah agar
Selain itu model pembelajaran pendekatan menggunakan hasil penelitian ini sebagai
alternatif untuk memperbaiki proses Standar Nasional Pendidikan
pembelajaran di sekolah sehingga dapat (BSNP).
meningkatkan hasil belajar siswa.
Suastra, I W. 2010. “Model Pembelajaran
Sains Berbasis Budaya Lokal Untuk
DAFTAR RUJUKAN
Mengembangkan Kompetensi Dasar
Agung, A.A. Gede. 2011. Metodelogi
Sains Dan Nilai Kearifan Lokal
Penelitian Pendidikan. Singaraja.
SMP”. Journal pendidikan dan
Fakultas Ilmu Pendidikan
pengajaran (JPP) Undiksha .Jilid 43,
Universitas Pendidikan Ganesha.
nomor 2.
Asmani, J. 2012. Pendidikan Berbasis
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Keunggulan Lokal (PBKL).
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Jogjakarta: Diva Press.
Bandung: Alfabeta.
Badan Standar Pendidikan Nasional. 2006.
Syaiful, S. 2012. Konsep dan Makna
Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran: Untuk Membantu
Pendidikan Jenjang Pendidian
Memecahkan Problematika Belajar
Dasar dan Menengah. Tersedia
Mengajar. Jakarta: Renika Cipta.
pada
http://www.BSNPIndonesia.org/files/ Thobroni, M & Mustofa, A. 2011. Belajar &
panduan-umum-KTSP.pdf. (diakses Pembelajaran Pengembangan
tanggal 4 Januari 2013). Wacana dan Praktik Pembelajaran
Dalam Pembangunan Nasional.
Lestari, Sri.L.W. 2011. Penerapan
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Pendekatan Pembelajaran
kontekstual Berbasis Budaya Lokal
untuk Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar IPS Kelas IV SD
Negeri 13 Pemecutan Tahun
Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Singaraja. Jurusan
Pendidikan Sekolah Dasar. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas
Pendidikan Ganesaha.
Novianti, L. 2010. Perbedaan Hasil Belajar
Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual dan
Konvensional dalam Mata Pelajaran
IPS di Kelas IV SD Negeri 125540
Pematang Siantar Tahun Ajaran
2010/2011. Tesis (Tidak
Diterbitkan). Medan. Fakultas Pasca
Sarjana. Pendidikan Dasar.
Universitas Medan. Tersedia: pada
http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-
Master-1294/1294. (Diakses tanggal
27 Desember 2012).
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapan dalam
KBK. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional. Badan

You might also like