You are on page 1of 10

1.

Metode-metode hardenability ada 5 yaitu :


 Jominy end quench test
Specimen dipanaskan sampai suhu austenisasi, hold pada temperature
austenisasi agar terbentuk fasa austenit yang homogen, kemudian diquench
dengan cara menyemprot salah satu ujungnya dengan air. Kemudian ukur
harga kekerasan pada jarak berkala dari pusat quench. Bandingkan
bagaimana harga kekerasan dari jarak yang dekat ke pusat quench sampai
jarak berkala (misal tiap 0.5 inch) yang jauh dari pusat quench. Buat kurva
antara harga kekerasan dengan jarak dari pusat.
 Grossman’s critical diameter method
Untuk satu jenis baja dibuat specimen dengan tebal yang tetap namun
memiliki diameter yang berbeda-beda. Specimen tersebut lalu dipanaskan
sampai suhu austenisasi sampai terbentuk fasa austenit yang homogen lalu
di quenching pada jenis medium quench tertentu. Dari specimen-spesimen
tersebut kita cari mana diameter kritis dan diameter ideal. Diameter ideal
adalah diameter terbesar specimen yang setelah diquenching seluruh
fasanya berubah menjadi martensit. Diameter kritis adalah diameter dimana
setelah dilakukan proses quenching terbentuk 50% martensite dan 50%
pearlite. Dengan uji grossman hardenability tidak hanya dilihat dari jumlah
persen karbon, namun juga dari efek SOQ media quenching. Kekurangan
metode ini adalah memerlukan banyak specimen.
 Fracture test
Terdapat perbedaan patahan yang terjadi antara martensit dan perlit.
Martensit akan membentuk patahan patah getas sedangkan perlit akan
membentuk patahan patah ulet. Sifat hardenability suatu material makin
baik jika makin banyak struktur martensit yang terbentuk dan dapat dilihat
dari banyak persentase patahan patah getas yang terjadi.
 Penentuan harga kekerasan dari komposisi kimia
Kekerasan tergantung oleh jumlah kadar karbon dalam baja paduan dan
kadar unsur paduannya. Jika kadar karbon makin banyak, hardenability
akan meningkat. Kadar unsure paduan tergantung dari unsure paduan itu
sendiri. Ada unsure paduan yang menaikkan kekerasan ada yang
menurunkan kekerasan. Jika kadar unsure paduan yang meningkatkan
kekerasan makin banyak, hardenability makin baik, begitu pula sebaliknya.
 Hardenability dapat dilihat dari diagram CCT nya
Pada baja karbon terdapat 3 jenis diagram CCT, yaitu untuk baja
hypoeutectoid, eutectoid, dan hypereutectoid. Dalam diagram CCT semua
laju pendinginan yang terletak disebelah kiri hidung kurva adalah laju
pendinginan cepat. Laju pendinginan kritis adalah laju pendinginan yang
paling lambat yang sempat menyinggung garis pearlite start namun masih
menghasilkan martensite yaitu sebanyak 50% dan sisanya 50% pearlite.laju
pendinginan yang terletak disebelah kanan kurva adalah laju pendinginan
lambat. Hardenability makin baik jika banyak terbentuk martensite yang
artinya makin baik jika laju pendinginan cepat. Laju pendinginan cepat
(terletak disebelah kiri) semakin mudah terjadi jika hidung kurva makin
kekanan. Jadi hardenability makin baik jika kurva CCT makin kekanan. Kurva
CCT makin kekanan jika kadar karbon makin banyak, karbon tersebut akan
mengisi rongga tetrahedral dan akhirnya akan membentuk austenit sisa
yang metastabil, akibatnya daerah austenit metastabil makin besar dan
kurva bergeser kekanan.

2. Diagram CCT untuk baja carbon < 0.2%

Gambar diagram CCT baja karbon 0.2% sama dengan diagram CCT baja
hipoeutectoid. Jika kadar karbon makin sedikit dalam hal ini <0.2%, ketika
laju pendinginan menyentuh garis Ms, atom-atom karbon yang dimiliki tidak
cukup untuk membentuk struktur martensit (rongga oktahedaral tidak
penuh), sehingga yang terbentuk adalah ferrite tapi memiliki kekerasan
seperti martensit.

3. Pengaruh grain size pada hardenability adalah :


Butir austenit akan membesar jika temperature pemanasan austenit terlalu
tinggi. Hardenability akan meningkat bila ukuran butir austenite semakin
membesar. Hal ini dikarenakan ketika butir membesar maka batas butir akan
semakin berkurang. Akibatnya tempat pengintian dari ferrite dan perlite
pada batas butir akan berkurang, sehingga akan lebih banyak austenit
yang terbentuk menjadi martensit yang keras dan getas. Sehingga
hardenabilitynya akan naik.

4. Unsur paduan yang menaikkan kekerasan


Beberapa contoh unsur paduan yang sangat baik untuk meningkatkan sifat
hardenability adalah : Molybdenum (Mo), manganese (Mn), chromium (Cr),
Copper dan Boron.
Mangan dan tembaga adalah penyetabil austenite sehingga austenite sulit
bereaksi membentuk perlit atau bainit, akibatnya pada diagram CCT baja
yang mengandung mangan, hidung perlite start dan bainite start akan
bergeser ke kanan, sehingga hidung Pearlite dan Bainit start sulit tersentuh
laju pendinginan, akibatnya lebih banyak austenite yang beruba menjadi
martensite walaupun laju pendinginannya lambat.
Boron larut sepanjang batas butir auustenit, sehingga bila ditambahkan
pada baja karbon rendah dalam jumlah sedikit saja (0.001-0.003%), akan
menyebabkan terhambatnya pengintian ferrite proeteuctoid dan pearlite
yang terletak juga pada batas butir, akibatnya lebih banyak austenite yang
berubah menjadi martensit.
Molybdenum dan Chromium adalah unsure paduan yang mudah
membentuk senyawa karbida. Senyawa karbida memiliki sifat yang sangat
keras. Sehingga dengan adanya paduan Molybdenum dan Chromium
dalam baja akan meningkatkan hardenability.

5. Unsur paduan yang mengurangi kekerasan


Ada juga paduan yang menurunkan sifat hardenability dari suatu logam.
Unsur-unsur tersebut antara lain Cobalt (Co), Sulfur (S), Titanium (Ti) dan
senyawa-senyawa karbida yang tidak larut di austenite seperti Vanadium
karbida.
Cobalt akan menyebabkan laju pengintian dari ferrite dan perlite
meningkat, sehingga menyebabkan austenite lebih mudah berubah
menjadi ferrite dan pearlite daripada membentuk martensit.
Sulfur akan mengikat Mangan menjadi MnS, mangan adalah unsure
penyetabil austenit, jika mangan berubah menjadi MnS austenite menjadi
tidak stabil dan akan mudah membentuk ferrite dan perlite.
Titanium akan mengikat karbon menjadi TiC, sehingga karbon untuk
membentuk martensit akan berkurang akibatnya hanya sedikit martensit
yang terbentuk.
Vanadium karbida akan menghambat pertumbuhan butir dari austenite
ketika dipanaskan. Hal ini dikarenakan energi yang diberikan oleh
pemanasan lebih digunakan untuk melarutkan vanadium dalam austenite
daripada untuk pertumbuhan butir austenite. Sebab untuk melarutkan
vanadium memerlukan suhu yang cukup tinggi. Karena pertumbuhan butir
austenit terhambat, sementara semakin besar butir austenite, sifat
hardenability akan meningkat seperti yang sudah dijelaskan pada nomer 3.
maka penambahan Vanadium akan menurunkan harenability.

6. Proses recovery, recrystalization dan grain growth:

Recovery

merupakan proses terjadinya pengurangan internal stress dengan


‘menghilangkan’ atau menyusun kembali dislokasi yang terhambat akibat
cold work tanpa terjadi perubahan pada butir sehingga keuletan
bertambah.

Recovery terjadi melalui 3 tahap

Deformed structure
Setelah cold working banyak dislokasi yang terperangkap pada batas butir,
dan pada penghambat lainnya. Dislokasi menjadi sulit bergerak,namun
menyimpan tegangan sisa. Dislokasi setelah cold working acak-acakan dan
tidak teratur.

Annihilation

Masing2 dislokasi masih memiliki tegangan internal, ketika temperatur


ditingkatkan, dislokasi dapat bergerak glide, cross-slip, dan climb. Jika 2
dislokasi dengan tanda yang berlawanan bertemu, mereka akan
bergabung menjadi 1 membentuk dislokasi yang baru dan melepas energi.
Ketika anhilation selesai, dari dislokasi2 tadi, hanya tersisa setengahnya saja
akibat penggabungan tadi

Poligonisasi

Setelah annihilation dislokasi mengatur tata letaknya sendiri menjadi lebih


teratur sesuai vector burger (sebuah vector yang menggambarkan besar
dan arah dari distorsi latis yang berhubungan dengan dislokasi). Pengaturan
dislokasi menjadi lebih teratur disebut poligonisasi.

Rekristalisasi

Adalah proses pembentukan kembali butir baru yang menggantikan butir


lama yang telah terdeformasi. Terjadi pengintian butir baru seperti pada
awal sebelum dilakukan cold working. Rekristalisasi biasanya diiringi dengan
berkurangnya kekerasan dan kekuatan serta meningkatnya keuletan.
Biasanya rekristalisasi dilakukan untuk melunakkan logam yang menjadi keras
akibat cold work dan kehilangan keuletannya. Terjadi pada temperature
sekitar 0.3 -0.5 temperatur leleh. Pada kondisi ini butir baru yang equiaxial
dan tanpa tegangan internal mulai terbentuk menggantikan butir yang
lama. Rekristalisasi mengurangi kerapatan dislokasi dan mengurangi
kekuatan namun meningkatkan keuetan. Rekristalisasi bergantung pada
cold work nya. Makin banyak di cold working, makin rendah temperature
rekristalisasinya. Karena jika cold work banyak, jumlah dislokasi dan energi
internal yang terdapat pada dislokasi juga meningkat. Energi internal
tersebut menyuplai energi yang dibutuhkan untuk rekristalisasi. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai rekristalisasi berkurang seiring dengan naiknya
temperature pemanasan.

Grain Growth
Grain growth adalah proses yang terjadi setelah rekristalisasi , terjadi
pembesaran ukuran butir pada temperatur yang sangat tinggi. Mekanisme
pertumbuhannya ialah, butir yang ukurannya lebih kecil akan mendifusikan
materi di dalamnya kepada butir yang ukurannya lebih besar. Sehingga
butir yang ukurannya lebih besar akan tumbuh, sedangkan butir yang
ukurannya lebih kecil akan menghilang. Pertumbuhan butir ini terjadi karena
pergerakan batas butir. Pergerakan batas butir merupakan pergerakan
diskontinu yang memilki arah pergerakan acak, dan dapat berubah kapan
saja.

7. Red hardness
Fenomena yang terjadi pada tempering tahap tiga, tempering yang pada
awalnya bertujuan untuk mengurangi kegetasan dengan pemanasan
kembali, namun karena pada baja karbon yang akan kita temper terdapat
unsur pembentuk karbida, akibatnya baja karbon justru menjadi semakin
keras dan getas karena adanya senyawa karbida yang terbentuk.

8. Hardenability band AISI 4140 dari literatur


9. Berapa diameter2 metode grossman

10. Kenapa kurva hardenability semakin jauh dari pusat semakin lunak
Karena semakin jauh dari pusat spray, laju pendinginan semakin lambat,
akibatnya belum tentu terbentuk martensit sehingga pada jarak semprot
yang dekat lebih keras akibat terbentuknya martensit akibat laju
pendinginan yang lebih cepat seperti yang suda dijelaskan dalam analisis.
11. Bagaimana kurva hardenability yang baik
Kurva hardenability yang baik adalah kurva yang berada dalam
kurva hardenability band. Kurva hardenability yang menunjukkan sifat
hardenability yang baik, menunjukkan perbedaan kekerasan yang tidak
terlalu besar dari pusat quench sampai jarak terjauh dari pusat quench.
Dapat disimpulkan bahwa pembentukan martensitenya merata. Kurva ini
memiliki kemiringan yang kecil atau landai.

12. Mekanisme terbentuk martensit


Jika kita melihat struktur mikronya, pada awal sebelum dilakukan
pemanasan, bentuk sel satuan baja karbon ini adalah BCC, kemudian
setelah dipanaskan, strukturnya berubah menjadi FCC. FCC ini memiliki 2
macam rongga, yaitu octahedral dan tetrahedral.
Pada rongga octahedral, atom karbon memiliki 6
atom Fe yang berdekatan, sementara pada rongga tetrahedral hanya 4
atom Fe yang mengellingi atom karbon. Atom karbon akan mengisi rongga
octahedral terlebih dahulu yang lebih besar baru kemudian mengisi rongga
tetrahedral. Dengan laju pendinginan yang sangat cepat, atom karbon
pada austenit (FCC) tidak sempat berdifusi (tidak bisa berubah menjadi
BCC) dihalang-halangi atom karbon yang berada pada rongga oktahedral,
dan kemudian terjadi mekanisme geser. 2 buah sel satuan FCC merapat,
sementara atom karbon yang tidak sempat berdifusi terjebak dalam rongga
octahedral. Hal tersebut menyebabkan atom karbon dalam rongga
octahedral menumpuk dan penuh, akibatnya atom karbon akhirnya lalu
mengisi rongga tetrahedral, sehingga menyebabkan distorsi latis pada arah
<100>. Akibatnya sel satuan meregang dan berubah struktur menjadi
tetragonal (BCT) martensite. Hal ini disebut efek tetragonal. Karena atom
karbon semakin menumpuk, dislokasi semakin sulit bergerak karena
terhambat atom karbon, dan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan
dislokasi semakin besar, hal inilah yang menyebabkan struktur martensite
menjadi keras.

13. Bagaimana butir membesar

Batas antara butir satu dengan yang lainnya merupakan cacat pada
struktur kristal, sehingga energi di batas butir besar. Ada gaya termodinamika
yang mendorong pengurangan batas butir. Bila ukuran butir membesar,
diiringi dengan pengurangan jumlah butir, sehingga total area dari batas
butir berkurang. Mekanisme tumbuhnya, butir yang lebih kecil akan
mendonorkan materi yang dimilikinya ke butir yang lebih besar, sehingga
butir yang besar akan membesar dan butir akan menyusut dan menghilang
seperti dijelaskan pada soal nomer 6 grain growth.

14. Mekanisme frank


Mekanisme Frank-Read merupakan salah satu mekanisme multiplikasi
dislokasi
Bagian dari dislokasi yang mempunyai ujung
dua lingkaran kecil, mendapat tegangan
geser ke arah atas.

Bagian dari dislokasi ini memeberikan respon


dengan melengkung

Jika tegangan geser yang didapat cukup


besar melebihi tegangan geser kritisnya,
maka bagian dari dislokasi tersebut akan
terus melengkung. Dislokasi menjadi tidak
stabiI dan proses terjadi secara spontan dan
cepat.

Tempat segmen akan saling bersentuhan,


disana keduanya memiliki burger’s vector
yang berlawanan tanda, sehingga bagian
yang bersentuhan akan saling melebur
(annihilation)

Setelah bagian yang bersentuhan melebur,


maka dislokasi menjadi sangat tidak stabil,
dan timbul gaya-gaya pembuat stabil.

Keadaan yang telah stabil membuat loop


yang terbentuk bebas bergerak. Dan akan
terjadi lagi proses diatas selama masih ada
cukup tegangan geser. Loop yang dihasilkan
akan mengikuti loop sebelumnya.
A dislocation segment pinned at both ends is bowing out under an
applied resolved shear stress. The resulting Frank Read mechanism is at the
origin of dislocation multiplication

You might also like