You are on page 1of 21

B.

Struktur Traktus Gastrointestinal

1. Anatomi Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkannya untuk diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri

atas bagian-bagian berikut:

a. Mulut

b. Faring

c. Usofagus

d. Ventrikulus

e. Usus halus dan usus besar

f. Anus

Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan

lidah yang membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau

kelompok kelenjar menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran

pencernaan.

Seluruh saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membrane

mukosa), dari bibir sampai ujung akhir usofagus, ditambah lapisan-lapisan

epithelium.

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi

zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh.

Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena berbagai enzim yang

terkandung dalam berbagai cairan pencerna. Setiap jenis zat ini mempuyai

tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak

mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya.


a. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran

pencernaan. Terdiri atas dua bagian yaitu bagian ruang yang sempit

(vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian

dalam yaitu, rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya oleh tulang

maksilaris dan semua gigi, disebelah belakang bersambung dengan

awal faring.

Palatum (langit-langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum

keras yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang

maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum. Palatum

lunak, terletak dibelakang yang merupakan yang merupakan lipatan

menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan

selaput lendir.

Manusia memiliki dua susunan gigi primer dan gigi sekunder.

Gigi primer, dimulai dari ruang diantara dua gigi depan yang terdiri

dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), dan untuk total

keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder, terdiri dari dua gigi seri, satu

taring, dua premolar dan tiga geraham, untuk total keseluruhan 32

buah.

Terdapat dua macam gigi, yaitu gigi sulung yang mulai tumbuh

pada bayi usia 6-7 bulan dan gigi tetap (permanen), tumbuh pada usia

6-18 tahun jumlahnya 32 buah.


Lidah, lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh

selaput lendir, diletakkan pada frenulum lingua. Dibagian belakang

lidah terdapat epiglottis.

Kelenjar ludah, merupakan kelenjar yang mempunyai duktus

yang bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah

(saliva) dihasilkan didalam rongga mulut yang disarafi oleh saraf-saraf

tak sadar. Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah

yaitu, kelenjar parotis, letaknya di bawah depan dari telinga diantara

processus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus

stensoni. Kelenjar submandibularis, terletak di bawah rongga mulut

bagian belakang, duktusnya bernama duktus warton, bermuara di

rongga mulut dekat dengan frenulun lingua. Ukuran kurang lebih

sebesar kacang kenari. Kelenjar sublingualis, letaknya dibawah selaput

lendir dasar rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut.

b. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (oesophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit. Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, yang letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung,

di depan ruas tulang belakang.

Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa,

lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak


paling dalam, bersambung dengan lapisan hidung, mulut dan saluran

Eustachius. Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah epitelium

Lapisan fibrosanya terletak antara lapisan mukosa dan lapisan

berotot. Otot utama pada faring adalah otot konstriktor yang

berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke

dalam usofagus.

Panjang faring kira-kira 7 cm dan dibagia atas tiga bagian

yaitu, nasofaring, dibelakang hidung. Di dinding pada daerah ini

terdapat lubang saluran Eustachius. Pada nasofaring terdapat kelenjar

adenoid. Faring oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di

dinding lateral daerah faring. Faring laryngeal, bagian terendah yang

terendah di belakang laring.

Usofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25

cm, letaknya dibelakang trakea dan di depan tulang punggung.

Usofagus berdinding empat lapis. Di lapisan luar terdiri atas lapisan

jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua

lapis serabut otot, lapisan sub mukosa, dan yang paling dalam terdapat

selaput lendir (mukosa).

c. Lambung (Gaster)

Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal yang

terletak antara esophagus dan duodenum. Gaster terdiri atas kardia,

fundus, korpus dan pylorus. Korpus merupakan zona sempit selebar 2-

3cm, tempat muara esophagus kedalam gaster, dengan lubang

muaranya disebut ostium kardiakum. Fundus adalah daerah mirip


kubah yang menonjol ke kiri atas muara esophagus. Korpus

merupakan daerah pusat yang luas. Pilorus merupakan bagian distal

yang menyempit, berakhir pada orifisium gastrodeudenal.

Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai alat untuk

mencerna makanan secara mekanik dan kimiawi, mencampur makanan

sehingga menjadi homogen dan kental. Mukosa gaster dilapisi oleh

epitel kolumner simpleks dan terdapat sel goblet, peralihan jenis sel

yang sangat nyata terdapat pada celah gastroesofageal, yaitu dari epitel

skuamus simpleks menjadi epitel kolumner kompleks. Mukosa gaster

terdapat sejumlah foveola gastrika yang merupakan tempat

bermuaranya kelenjar gaster. Foveola ini ditutup oleh epitel kolumner.

Dinding gaster terdiri atas empat lapis yaitu mukosa,

submukosa, muskularis mukosa dan serosa. Mukosa gaster ditutupi

oleh lapisan mucus pelumas yang melindungi epitel terhadap abrasi

oleh makanan. Selain itu berfungsi sebagai pelumas mucus tadi juga

berfungsi sebagai pelindung mukosa dan pencemaran oleh getah

lambung.

Submukosa adalah lapisan jaringan ikat padat yang cukup tebal

dengan berkas serat kolagen kasar dengan banyak serat elastin. Pada

lapisan ini terdapat banyak aretiol, sebuah pleksus venous, jalinan

pembuluh limfe dan tidak dijumpai adanya kelenjar.

Tunika muskularis merupakan otot tebal dinding lambung yang

terdiri atas tiga lapis otot yaitu sirkular dan longitudinal namun
lapisan-lapisan ini saling menyatu pada bidang temunya dan tidak jelas

batasnya. Tunika serosa merupakan lapisan yang melapisi gaster.

d. Usus Halus

Usus halus adalah saluran pencernaan diantara lambung dan

usus besar yang merupakan tuba yang merentang dari sphincter

pylorus sampai katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar.

Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan yang sama

dengan lambung. Lapisan luar adalah membrane serosa yaitu,

peritoneum yang membalut usus dengan erat. Dinding lapisan berotot

terdiri atas dua lapisan serabut, diantara kedua lapisan serabut berotot

terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan pleksus saraf. Dinding

submukosa terdapat antara otot sirkular dan lapisan yang terdalam

yang merupakan pembatasnya. Dinding submukosa ini terdiri atas

jaringan aerolar dan berisi banyak pembuluh darah, sauran limfe,

kelenjar, dan pleksus saraf yang disebut pleksus meissener. Didalam

duodenum terdapat beberapa kelenjar khas yang dikenal sebagai

kelenjar brunner. Kelenjar-kelenjar ini adalah jenis kelenjar tandan

yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk

melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi lambung yang asam.

Dinding mukosa dalam yang sebelah dalamnya disusun berupa kerutan

tetap seperti jala, yang disebut valvulae koniventes, yang memberi

kesan anyaman halus. Lipatan ini menambah luasnya permukaan

sekresi dan absorbs.


Susunan usus halus antara lain:

a. Duodenum

Organ ini disebut juga usus 12 jari panjangnya 25-30 cm,

berbentuk seperti sepatu kuda melengkung ke kiri, pada

lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan amylase.

Duodenum merupakan bagian yang terpendek dari usus halus.

b. Jejunum

Jejunum adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang

panjangnya kurang lebih 1-1,5 m.

c. Ileum

Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar

dengan panjang 2-2,5 m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada

dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum

yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium (penggantung

usus). Ujung bawah ileum berhubungan dengan caecum dengan

perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium

ini diperkuat oleh sphincter, ileoseikalis terdapat katup valvula

seikalis atau valvula baukini.

e. Usus Besar

Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan.

Panjangnya kurang lebih 1,5m, lebarnya 5-6 m. Lapisan-lapisan usus

besar dari dalam keluar adalah selaput lendir, lapisan otot melingkar,

lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar


daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apencs apeploica.

Serabut otot longitudinal dalam muskulus externa membentuk tiga

pita, taenia coli yang menarik yang menarik colon menjadi kantong-

kantong besar yang disebut haustra.

Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara

usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk

merespon gelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus

mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak

500ml/hari. usus besar terdiri dari caecum, colon ascendens, colon

transversum, colon descendens, colon sigmoid, rectum dan canalis ani

serta sphincter ani.

f. Peritonium

Merupakan membrane tipis, halus dan lembab pada rongga

abdomen dan menutupi organ-organ abdomen serta terdiri dari

membran serosa rangkap. Peritoneum terbagi menjadi dua yaitu:

a. Peritoneum parietalis, yang melapisi dinding rongga abdomen.

b. Peritoneum visceralis, yang melapisi semua organ yang berada

rongga abdomen.

Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang

peritoneal atau kantung peritoneum. Pada laki-laki berupa kantung

tertutup dan pada perempuan berupa saluran telur yang terbuka masuk

ke dalam rongga peritoneum. Didalam peritoneum banyak terdapat

lemak yang terdapat di sebelah depan lambung. Lipatan kecil


(omentum minum) meliputi hati, kurvatura minor dan lambung berjalan

ke atas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.

g. Rektum

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus sebagai alat

pencernaan manusia yang terakhir. Biasanya rectum ini kosong karena

feses disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon

desendens. Jika colon desendens penuh dan feses masuk kedalam

rectum maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Apabila

feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur

pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rectum

ada 2 yaitu, otot polos dan otot lurik.

Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh dan merupakan tahap akhir sistem

pencernaan manusia dalam mengolah makanan.

2. Karakteristik Feses Normal

Warna Cokelat

Konsistensi Lembab, berbentuk

Bau Aromatik ( dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan)

Frekuensi Bervariasi dari 1-3 kali sehari sampai sekali

setiap 3 hari

Bentuk Silindris

Jumlah 100-400 gram setiap hari (bervariasi sesuai


dengan diet

Kandungan lemak < 6g/24 jam

Mukus Negatif

Darah Negatif

Pus Negatif

Parasit Negatif

3. Gangguan Eliminasi Bowel/Fekal

Gangguan eliminasi fekal adalah dimana seseorang mengalami

atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan

jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan

eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun

huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon

desenden dengan menggunakan kanul rekti.

Masalah-masahal gangguan eliminasi fekal:

a. Konstipasi

Konstipasi berhubungan dengan jalan yann kecil, kering,

kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk

beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar

lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar.

Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan

meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunteer pada proses

defekasi. Ada banyakpenyebab konstipasi :

a) Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur


Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi

adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yang

normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi

untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan,

keinginan untuk defekasi habis. Anak pada masa bermain bisa

mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya

karena tekanan waktu dan pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa

menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan

bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman.

Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi.

Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan

b.a.b teratur dalam kehidupan.

b) Penggunaan laxative yang berlebihan

Laxative sering digunakan untuk menghilangkan

ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang

berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan

keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami

dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis

yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang

semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus

(toleransi obat).

c) Peningkatan stres psikologi

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi

dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari


epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat

menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau

iritasi colon). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah

kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode

bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.

d) Ketidaksesuaian diet

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses

sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk

merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat

seperti; nasi, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di

saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan

seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

e) Obat-obatan

Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi.

Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya

dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan

pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf

pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti:

zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara

lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi

juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare

pada sebagian orang.


f) Latihan yang tidak cukup

Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum

melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang

digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya

latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan

kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk

merangsang refleks pada proses defekasi.

g) Umur

Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter

yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.

h) Proses penyakit

Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan

konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika

defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang

menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien

untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang

menghasilkan paralisis atau atoni pada usus. Konstipasi bisa jadi

beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan

stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur

merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi

peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan

ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan

sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan.

Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan


intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi

jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan

terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan

pencegahan yang terbaik. Beberapa keluhan yang mungkin

berhubungan dengan konstipasi adalah:

1) Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB

2) Mengejan keras saat BAB

3) Massa feses yang keras dan sulit keluar

4) Perasaan tidak tuntas saat BAB

5) Sakit pada daerah rektum saat BAB

6) Rasa sakit pada perut saat BAB

7) Adanya perembesen feses cair pada pakaian dalam

8) Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses

9) Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB

b. Impaksi Feses

Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau

kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum.

Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-

bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di

dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan

kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling

dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan

pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang

mengeras sering juga dapat dipalpasi. Diare yang bersama dengan


konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan

untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum

dari terjadinya penyakit; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi

regang dan bisa juga terjadi muntah. Penyebab dari impaksi feses

biasanya kebiasaan buang air besar yang jarang dan konstipasi. Obat-

obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada

pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan

bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan

ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.

Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat

menyebabkan impaksi; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang

serat, rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot. Pemeriksaan digital

harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena perangsangan

pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja

jantung pasien. Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang

dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon, gaya hidup

dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya

gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau

kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:

a) Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena

tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 10 hari atau

lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).

b) Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap

daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya


(bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah atau

tidak keluar sama sekali).

c) Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,

kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut

terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai

mengalami ambeien dan berkeringat dingin).

d) Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

e) Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai

sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.

Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk

daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau

sama sekali tidak bisa buang angin).

f) Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu

transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 7 hari

sekali atau lebih).

g) Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.

h) Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.

i) Nafsu makan dapat menurun.

c. Diare

Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan

meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari

konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus

besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar

mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran


dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare

jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare

dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan

defekasi dalam waktu yang lama. Kadang-kadang klien mengeluarkan

darah dan lendir yang banyak; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada

diare persisten, secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah

anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan

berat badan yang berkurang merupakan dampak dari diare yang

berkepanjangan. Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran

intestinal, diare diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai

perlindungan. Itu bisa menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit

dalam tubuh, hal itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang

menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak.

Manifestasi klinis diare:

a) Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

b) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,

kadang disertai wial dan wiata.

c) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

empedu.

d) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja

menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. Terdapat tanda

dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),


ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai

penurunan berat badan.

e) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah

turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran

menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat

hipovokanik.

f) Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

g) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan

pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

d. Fecal Inkontinensia

Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan

voluntar untuk untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui

spinkter ani. Inkontinen bisa juga terjadi pada waktu yagn spesifik,

seperti setelah makan, atau bisa juga terjadi ireguler. Fecal inkontinen

secara umum berhubungan dengan terganggunya fungsi spinkter ani

atau suplai syarafnya, seperti pada beberapa penyakit neuromuskular,

trauma sumsum tulang belakang, dan tumor pada otot spinkter ani

external. Fecal inkontinen merupakan suatu masalah distres emosional

yang akhirnya dapat mengarah pada isolasi sosial. Orang-orang yang

menderita ini menarik diri ke dalam rumah mereka atau jika di rumah

sakit mereka menarik diri ke batas dari ruangan mereka untuk

meminimalkan rasa malu berhubungan dengan ketidakbersihan diri.

Fecal inkontinen asam mengandung enzim-enzim pencernaan yang


sangat mengiritasi kulit, sehingga daerah di sekitar anus harus

dilindungi dengan zinc oksida atau beberapa salap pelindung lainnya.

Area ini juga harus dijaga tetap bersih dan kering. Gejala atau tanda-

tanda Inkontinensia fecal: Gejala dapat berupa merembesnya feses cair

yang disertai dengan buang gas dari dubur yang dalam hal ini

penderita sama sekali tidak dapat mengendalikan keluarnya feses.

Umumnya, orang dewasa tidak mengalami inkontinensia fecal ini

kecuali pada saat seseorang mengalami diare yang cukup parah. Tapi

hal itu tidak berlaku bagi orang yang memang mengalami

inkontinensia fecal, dimana kejadian defekasi pada celana itu terjadi

secara berulang-ulang dan kronis.

Gejala inkontinensia fecal antara lain:

a) Ketidakmampuan mengendalikan feses atau gas yang

kemungkinan berupa cairan atau dalam bentuk padat dari perut.

b) Kemungkin tidak sempat ke toilet untuk melakukan defekasi.

c) Berkuragnya pengontrolan oleh usus

d) Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki

e. Hemorhoid

Hemorhoid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran

pembuluh darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan

eksternal. Internal terjadi pada canal anus, dimana venanya berada.

Eksternal hemorhoid prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat

dilihat di sana. Hemorhoid dapat terjadi dari dampak meningkatnya


tekanan pada daerah anus, sering terjadi karena konstipasi kronik,

peregangan selama defekasi, kehamilan dan obesitas. Beberapa

hemorhoid tidak mempunyai gejala, pada lainnya dapat juga

menyebabkan nyeri, gatal-gatal, dan kadang-kadang perdarahan.

Hemorhoid sering diobati secara konservatif dengan astringent

(menciutkan jaringan) dan anastesi lokal (untuk mengurangi nyeri).

Kotoran yang lebih lunak bisa mengurangi iritasi selama defekasi.

Pada beberapa kasus hemorhoid dibuang dengan pembedahan.


Daftar Pustaka

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan dengan

Pendekatan Latihan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Penerbit

Kedokteran EGC: Jakarta.

Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2000. NANDA, NIC, NOC.

PENERBIT: MOSBY

Siregar, C. Trisa. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB. Program

Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran.

Jakarta: EGC

You might also like