You are on page 1of 3

Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari pertemuan antara manubrium sterni dan korpus sterni

bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. dimana ujung tulang iga kedua melekat.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi 6. Dari angulus lodovisi, tentukan pula letak tulang iga
dan auskultasi. pertama kearah atas/ superior dan untuk tulang iga ketiga
Pada pemeriksaan dada yang perlu diperhatikan antara lain : dan seterusnya kearah bawah/ inferior.
1. Posisi pasien diusahakan duduk sama tinggi dengan
pemeriksa atau berbaring tergantung bagian mana yang 3. PALPASI TULANG BELAKANG ( VERTEBRA )
akan diperiksa.
2. Daerah dada yang akan diperiksa harus terbuka 1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau
3. Usahakan keadaan pasien santai dan relaksasi untuk dipinggang sambil menundukkan kepala dan pemeriksa
mengendorkan otot-otot, terutama otot pernapasan dibelakang pasien
4. Usahakan pemeriksa untuk tidak kontak langsung dengan 2. Pemeriksa melakukan palpasi dengan jari tangan kedua
pernapasan pasien, untuk menghindari penularan melalui dan ketiga sepanjang tulang belakang bagian atas (leher
pernapasan, caranya dengan meminta pasien memalingkan bawah)
muka ke arah samping 3. Rasakanlah bagian yang paling menonjol pada leher
bagian bawah, inilah yang disebut prosesus spinosus
A. INSPEKSI DINDING DADA servikalis ketujuh.(C7)
4. Dari prosesus servikalis spinosus ketujuh (C7), kearah
1. Posisi pasien duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau superior yaitu prosesus spinosus servikalis keenam dan
berbaring seterusnya. Bila kearah inferior yaitu prosesus spinosus
2. Bila pasien duduk, pemeriksaan pada dada depan, kedua thorakalis pertama, kedua dan seterusnya.
tangan pasien diletakkan di paha atau pinggang. Untuk
pemeriksaan bagian belakang dada, kedua lengan 4. PALPASI IKTUS JANTUNG
disilangkan didepan dada atau tangan kanan dibahu kiri dan
tangan kiri dibahu kanan. 1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan
3. Bila pasien berbaring posisi lengan pada masing- masing dengan pemeriksa
sisi tubuh 2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau
4. Secara keseluruhan perhatikan bentuk dan ukuran dinding dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan
dada, deviasi, tulang iga, ruang antar iga, retraksi, pulsasi, disamping dan sejajar dengan badan.
bendungan vena dan penonjolan epigastrium. 3. Tentukan ruang antar iga ke-5 kiri yaitu ruang antara
5. Pemeriksaan dari depan perhatikan klavikula, fossa tulang iga ke-5 dan ke-6.
supra/infraklavikula, lokasi iga pada kedua sisi 4. Tentukan garis midklavikula kiri yaitu dengan menarik garis
6. Pemeriksaan dari belakang perhatikan vertebra servikalis 7, lurus yang memotong pertengahan tulang klavikula kearah
bentuk skapula, ujung bawah skapula setinggi v. torakalis 8 inferior tubuh.
dan bentuk atau jalannya kolumna vertebralis 5. Tentukan letak iktus dengan telapak tangan kanan pada
dinding dada setinggi ruang antar iga ke-5 digaris
B. PALPASI DADA midklavikula
6. Apabila ada getaran pada telapak tangan, kemudian
1. PALPASI GERAKAN DIAFRAGMA lepaskan telapak tangan dari dinding dada.
7. Untuk mempertajam getaran gunakan jari ke-2 dan ke-3
1. Posisi pasien berbaring terlentang menghadap pemeriksa. tangan kanan
2. Posisi lengan pasien disamping dan sejajar dengan badan. 8. Tentukan getaran maksimumnya, disinilah letak iktus
3. Letakan kedua telapak tangan pemeriksa dengan kordis.
merenggangkan jari-jari pada dinding dada depan bagian
bawah pasien. 5. PALPASI SENSASI RASA NYERI DADA
4. Letakkan sedemikian rupa sehingga kedua ujung ibu jari
pemeriksa bertemu di ujung tulang iga depan bagian bawah. 1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan
5. Pasien diminta bernapas dalam dan kuat dengan pemeriksa
6. Gerakan diafragma normal, bila tulang iga depan bagian 2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau
bawah terangkat pada waktu inspirasi . dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan
disamping dan sejajar dengan badan.
2. PALPASI POSISI TULANG IGA ( KOSTA ) 3. Tentukan daerah asal nyeri pada dinding dada
4. Dengan menggunakan ujung ibu jari tangan kanan
1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan tekanlah dengan perlahan tulang iga atau ruang antar iga
dengan pemeriksa dari luar menuju tempat asal nyeri
2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau 5. Rasa nyeri akan bertambah akibat tekanan ibu jari, nyeri
dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan dapat disebabkan fraktur tulang iga, fibrosis otot antar iga,
disamping dan sejajar dengan badan. pleuritis local dan iritasi akar syaraf
3. Lakukan palpasi dengan memakai jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan 6. PALPASI PERNAPASAN DADA
4. Palpasilah mulai dari cekungan suprasternalis ke bawah
sepanjang tulang dada 1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau
5. Carilah bagian yang paling menonjol (angulus lodovisi) dipinggang berhadapan dengan pemeriksa
kira- kira 5 cm dibawah fossa suprasternalis yaitu sudut 2. Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada dinding
dada pasien sesuai posisi yaitu telapak tangan kanan 2. Lakukan perkusi secara dalam pada supraskapula dada
pemeriksa ke dinding dada kiri pasien, sedangkan telapak kiri belakang kanan, kemudian lanjutkan kebagian dada kiri .
pemeriksa pada dinding dada kanan pasien 3. selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3
3. Letakkan jari telunjuk dibawah tulang klavikula dan jari- jari cm, Begitulah seterusnya kebawah sampai batas atas
lainnya disebar sedemikian rupa sehingga masing- masing abdomen
berada di tulang iga berikutnya 4. Bandingkan suara yang dihasilkan oleh perkusi dada kanan
4. Pasien diminta bernapas dalam dan kuat dan perhatikan dan kiri
gerakan jari- jari Suara sonor paru kanan bila diperkusi kebawah akan lebih
cepat menghilang, karena adanya keredupan hati.
Pada orang muda jari-jari akan terangkat mulai dari atas
disusul oleh jari- jari dibawahnya secara berturut-turut 3. PERKUSI BATAS PARU DAN HATI
seperti membuka kipas. Sedangkan pada orang tua semua
jari-jari bergerak bersama-sama 1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disamping
tubuh dan berhadapan dengan pemeriksa .
7. PALPASI GETARAN SUARA PARU (FREMITUS RABA) 2. Lakukan perkusi pada dada kanan depan dari atas
kebawah secara sistimatis.
1. Posisi pasien duduk untuk pemeriksaan dada depan dan 3. posisi pasien dirubah sehingga membelakangi pemeriksa,
posisi duduk kedua tangan dipaha atau dipinggang. selanjutnya lakukan perkusi pada bagian dada belakang dari
2. Sedangkan posisi pasien tidur miring untuk pemeriksaan atas kebawah secara sistimatis
dada belakang sesuai dengan keadaan pasien. Pada posisi 4. Pada daerah batas paru dan hati terjadi perubahan suara,
tidur terlentang/miring kedua tangan disamping dan sejajar dari sonor menjadi pekak/ redup. Normal batas paru bagian
dengan badan depan terletak antara kosta 5 dan 6, sedangkan paru bagian
3. letakkan sisi ulnar tangan kanan pemeriksa di dada kiri belakang setinggi prosesus spinosus vertebra torakalis 10
pasien dan sebaliknya atau 11.
4. Minta pasien mengucapkan kata-kata seperti satu, dua, …
dst berulang-ulang D. AUSKULTASI DADA
5. Pemeriksaan dilakukan mulai dari dada atas sampai dada
bawah 1. AUSKULTASI PARU
6. Perhatikan intensitas getaran suara dan bandingkan kanan
dan kiri Tujuan pemeriksaan auskultasi paru adalah untuk
Normal getaran kedua sisi sama, kecuali apeks kanan karena menentukan adanya perubahan dalam saluran napas dan
letaknya dekat dengan bronkus. Fremitus raba meningkat pengembangan paru. Dengan auskultasi dapat didengarkan
apabila terdapat konsolidasi paru, fibrosis paru selama suara napas, suara tambahan, suara bisik dan suara
bronkus masih tetap terbuka . Fremitus suara menurun bila percakapan.
ada cairan/ udara dalam pleura dan sumbatan bronkus Suara napas adalah suara yang dihasilkan aliran udara yang
masuk dan keluar paru pada waktu bernapas. Pada proses
C. PERKUSI DADA pernapasan terjadi pusaran/ eddies dan benturan/ turbulensi
pada bronkus dan percabangannya. Getaran dihantarkan
Tujuan untuk mengetahui batas, ukuran, posisi dan kualitas melalui lumen dan dinding bronkus. Pusaran dan benturan
jaringan di dalamnya. Perkusi hanya menembus sedalam 5 – lebih banyak pada waktu inspirasi/ menarik napas dibanding
7 cm, sehingga tidak dapat mendeteksi kelainan yang ekspirasi/ mengeluarkan napas, hal inilah yang menyebabkan
letaknya dalam. Lakukan perkusi secara sistimatis dari atas ke perbedaan suara antara inspirasi dan ekspirasi. Suara napas
bawah dengan membandingkan kanan dan kiri. ada 3 macam yaitu suara napas normal/ vesikuler, suara
napas campuran/ bronkovesikuler dan suara napas bronkial.
1. PERKUSI DADA DEPAN Suara napas vesikuler bernada rendah, terdengar lebih
panjang pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau bersambung/ tidak ada silent gaps. Suara napas bronkial
dipinggang dan berhadapan dengan pemeriksa bernada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama daripada
2. Lakukan perkusi secara dalam pada fossa supraklavikula inspirasi dan terputus/ silent gaps. Sedangkan kombinasi
kanan, kemudian lanjutkan kebagian dada kiri . suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas
3. selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3 dan tidak ada silent gaps disebut bronkovesikuler/
cm, Begitulah seterusnya kebawah sampai batas atas vesikobronkial.
abdomen Suara napas vesikuler pada kedua paru normal dapat
4. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan untuk meningkat pada anak, orang kurus dan latihan jasmani,. Bila
melakukan perkusi aksila dari atas kebawah di kanan dan kiri salah satu meningkat berarti ada kelainan pada salah satu
5. Bandingkan getaran suara yang dihasilkan oleh perkusi paru. Suara vesikuler melemah kemungkinan adanya cairan,
normal suara dada/ paru adalah sonor. Bila redup udara, jaringan padat pada rongga pleura dan keadaan
kemungkinan adanya tumor, cairan, sekret. Suara hipersonor patologi paru.
akibat adanya udara dalam pleura. Suara napas bronkial tidak terdengar pada paru normal, baru
terdengar bila paru menjadi padat, misalkan konsolidasi.
2. PERKUSI DADA BELAKANG Suara napas asmatik yaitu inspirasi normal/ pendek diikuti
ekspirasi lebih lama dengan nada lebih tinggi disertai
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau wheeze.
dipinggang dan membelakangi pemeriksa Suara tambahan dari paru adalah suara yang tidak terdengar
pada keadaan paru sehat. Suara ini timbul akibat dari adanya 4. Bila auskultasi dengan corong stestokop untuk daerah
secret didalam saluran napas, penyempitan dari lumen apek dan ruang interkosta 4 dan 5 kiri kearah sternum.
saluran napas dan terbukanya acinus/ alveoli yang Dengan membran untuk ruang interkosta 2 kiri kearah
sebelumnya kolap. Karena banyaknya istilah suara tambahan, sternum
kita pakai saja istilah “ Ronki” yang dibagi menjadi 2 macam 5. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
yaitu ronki basah dengan suara terputus- putus dan ronki 6. Bedakan irama systole, diastole dan intensitasnya
kering dengan suara tidak terputus. 7. Perhatikan suara tambahan yang mungkin timbul
Ronki basah kasar seperti suara gelembung udara besar yang 8. Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus (denyut
pecah, terdengar pada saluran napas besar bila terisi banyak nadi)
secret. Ronki basah sedang seperti suara gelembung kecil 9. Tentukan daerah penjalaran bising dan titik maksimumnya
yang pecah, terdengar bila adanya secret pada saluaran
napas kecil dan sedang, biasanya pada bronkiektasis dan
bronkopneumonia. Ronki basah halus tidak mempunyai sifat
gelembung lagi, terdengar seperti gesekan rambut, biasanya
pada pneumonia dini.
Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi,
karena saluran napasnya menyempit. Ronki kering bernada
tinggi disebut sibilan, terdengar mencicit/squacking, ronki
kering akibat ada sumbatan saluran napas kecil disebut
wheeze. Ronki kering bernada rendah akibat sumbatan
sebagaian saluran napas besar disebut sonourous, terdengar
seperti orang mengerang/ grouning,.
Suara tambahan lain yaitu dari gesekan pleura/ pleural
friction rub yang terdengar seperti gesekan kertas, seirama
dengan pernapasan dan terdengar jelas pada fase inspirasi,
terutama bila stetoskop ditekan.

a. AUSKULTASI PARU DEPAN

1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau


dipinggang dan berhadapan dengan pemeriksa
2. tempelkan stetoskop pada dinding dada
3. Mintalah pasien menarik napas pelan-pelan dengan mulut
terbuka
4. Dengarkan satu periode inspirasi dan ekspirasi
5. Mulailah dari depan diatas klavikula kiri dan teruskan kesisi
dinding dada kanan
6. selanjutnya geser kebawah 2-3 cm dan seterusnya, sampai
kedada bagian bawah
7. Mintalah pasien mengangkat lengan nya untuk
pemeriksaan di daerah aksila kanan dan kiri
8. Bandingkan suara napas kanan dan kiri, serta dengarkan
adanya suara napas tambahan

b. AULKULTASI PARU BELAKANG

1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau


dipinggang dan membelakangi pemeriksa
2. tempelkan kepala stetoskop pada supraskapula dada
belakang kiri, dan dengarkan dengan seksama, kemudian
lanjutkan kebagian dada kanan .
9. selanjutnya geser kebawah 2-3 cm dan seterusnya, sampai
kedada bagian bawah
3. Mintalah pasien mengangkat lengan nya untuk auskultasi
pada aksila posterior kanan dan kiri
4. Bandingkan getaran suara kanan dan kiri, dengarkan
adanya suara napas tambahan

2. AUSKULTASI DAERAH JANTUNG

1. Posisi pasien berbaring dengan sudut 30 derajat


2. Mintalah pasien relak dan bernapas biasa
3. tempelkn kepala stetoskop pada ictus cordis dengarkan
suara dasar jantung

You might also like