You are on page 1of 109

[1]

[2]
Bab I : Tentang Zakat

Hadits Nomor 621


‫ث ُمعَاذًا‬ َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم بَ َع‬ َّ ِ‫ ( أ َ َّن اَلنَّب‬:‫ع ْن ُه َما‬ َّ َ ‫ي‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َّاس َر‬ ٍ ‫ع ِن اِب ِْن َعب‬ َ
‫علَ ْي ِه ْم‬َ ‫ض‬ َّ َ ‫ ( أ َ َّن‬:‫ َوفِي ِه‬,‫ِيث‬
َ ‫ّللَاَ قَ ِد اِ ْفت َ َر‬ َ ‫رضي هللا عنه ِإلَى ا َ ْل َي َم ِن ) فَذَ َك َر ا َ ْل َحد‬
,‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ف ي فُقَ َرائِ ِه ْم ) ُمتَّفَ ٌق‬ ِ ُّ‫ فَت ُ َرد‬,‫ تُؤْ َخذُ ِم ْن أ َ ْغ ِنيَا ِئ ِه ْم‬,‫صدَقَةً فِي أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬ َ
‫َاري‬ ِ ‫ظ ِل ْلبُخ‬
ُ ‫َواللَّ ْف‬

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus
Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya (beliau
bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta
mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan
kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya
menurut Bukhari.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) mengutus Mu'adz ke negeri Yaman pada akhir tahun ke-9 Hijriah
ketika beliau kembali pulang dari medan Perang Tabuk. Mu'adz (r.a) diberi
tugas untuk menjadi gubernur kepada penduduk negeri Yaman sekaligus
mengajarkan al-Qur'an, hukum-hukum Islam, memutuskan sengketa yang
terjadi di antara mereka dan mengambil zakat.

Nabi (s.a.w) telah membekalinya dengan arahan dan nasihat yang dibutuhkan
ketika menjalankan tugas itu. Beliau menyuruhnya bahwa langkah pertama
yang harus dilakukan menganjurkan mereka mengucapkan dua kalimah
syahadat, karena dua kalimat syahadat merupakan pokok utama yang bisa
mengeluarkan seorang mukallaf dari belenggu kemusyrikan dan masuk ke
dalam naungan Islam.

Jika mereka menerimanya dengan baik, maka hendaklah dia mengajarkan


fardu-fardu agama dan tiangnya yang pertama, yaitu shalat fardu; kemudian
[3]
zakat yang dibebankan kepada kaum hartawan untuk kemudian diberikan
kepada kaum fakir miskin, karena zakat merupakan hak Allah yang ada di
dalam harta kaum hartawan, lalu dibagikan kepada orang yang berhak
menerimanya1 dari kalangan kaum fakir miskin muslim.

Nabi (s.a.w) mengingatkan gubernur dan hakim ini agar berhati-hati dengan
doa orang yang dianiaya dan menyuruh menghindari berbuat zalim dengan
cara menjauhi faktor-faktor yang bisa mengakibatkannya. Hendaklah
seseorang tidak berbuat aniaya terhadap orang lain yang berada di bawah
kekuasaannya, baik ke atas diri mereka seperti menyakiti ataupun ke atas
harta mereka dengan cara mengambil zakat dari harta dan hewan ternak
peliharaan mereka. Ini dapat menyebabkan dada bergejolak dan lisan pun
bergerak untuk mengucapkan doa-doa panas yang keluar dari dalam lubuk
hati. Doa itu naik ke langit dan menembus semua lapisannya tanpa ada
sesuatu pun yang menghalanginya. Kemudian Allah memakbulkannya
dengan penuh reda bagi orang yang berdoa itu. Ini siksaan yang dikenakan
pada orang yang berbuat aniaya.

Fiqih Hadits
1. Memulai (dakwah) dengan menyampaikan rukun agama dan syiar Islam
yang paling penting.
2. Bersikaplah lembut dalam berkhotbah dan lakukan secara bertahap,
mulai dengan yang lebih penting; setiap tahapan harus disampaikan
sampai tuntas, lalu berpindah ke tahapan berikutnya.
3. Mengajak orang kafir untuk masuk Islam sebelum memerangi mereka dan
mereka dikatakan sebagai orang Islam ketika mengucapkan dua kalimah
syahadat.

1
Golongan yang berhak menerima zakat ada delapan, Kedelapan golongan tersebut
disebut di dalam Surah al-Taubah: "Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk
orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang
yang di jalan. "(QS al-Taubah: 60)
[4]
4. Inti dari Islam adalah mengakui keesaan Allah dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
5. Shalat lima waktu sehari semalam adalah fardu.
6. Zakat merupakan salah satu kewajiban Islam dan pemimpin yang wajib
mengatur kutipannya dengan cara dia sendiri yang terjun langsung untuk
mengutipnya atau menyuruh orang lain menjalankan tugas itu sebagai
wakilnya.
7. Mengutus para amil untuk mengutip zakat.
8. Zakat tidak wajib dibagikan kepada seluruh kedelapan-delapan golongan
yang wajib menerima zakat, dan pemimpin dapat memberikannya hanya
kepada satu golongan saja. Pendapat ini didasarkan atas sabda Nabi
(s.a.w): "Lalu didistribusikan kepada orang fakir di antara mereka." Ini
karena Rasulullah (s.a.w) di sini hanya menyebutkan satu golongan saja.
Imam Abu Hanifah, murid-muridnya dan Imam Ahmad mengatakan
bahwa disunatkan meratakan pembagian bagi kedelapan-delapan
golongan ini selama itu memungkinkan dan bisa memberikannya hanya
kepada sebagian di antara mereka, meskipun hanya satu orang. Imam
Malik mengatakan: "Pemberian zakat diutamakan bagi orang yang paling
membutuhkannya, lalu orang yang di bawahnya dan tidak perlu
pemerataan." Menurut pendapat yang utama di kalangan mazhab al-Sya
fi'i disebutkan bahwa wajib dibagi secara sama rata jika pemimpin yang
mendistribusikannya, begitu pula jika pemiliknya sendiri yang
mendistribusikannya, sedangkan jumlah penerima zakat terbatas.
9. Tidak bisa memberikan zakat kepada orang kafir.
10. Tidak dapat memindahkan zakat dari suatu negara ke negara lain. Imam
Malik dan Imam al-Sya fi mengatakan bahwa zakat tidak boleh diberikan
kepada orang miskin lainnya di negara bagian. Imam Abu Hanifah dan
Imam Ahmad mengatakan bahwa ketika diketahui dalam keadaan
darurat, maka dapat mentransfer zakat, tetapi makruh. Nabi (s.a.w)
sendiri pernah memindahkan zakat penduduk badui ke Madinah, lalu
beliau mendistribusikannya kepada kaum fakir miskin Muhajirin dan
Ansar.
11. Memerintahkan para Gubernur untuk bertakwa kepada Allah.
[5]
‫‪12. Tidak dapat mengambil harta yang paling disayangi oleh pemiliknya‬‬
‫‪ketika mengutip zakat.‬‬
‫‪13. Peringatan supaya tidak berbuat aniaya.‬‬
‫‪14. Doa orang yang dianiaya dikabulkan oleh Allah (s.w.t).‬‬

‫‪Hadits Nomor 622‬‬


‫ب لَه ُ ( َه ِذ ِه‬ ‫لصدِيقَ رضي هللا عنه َكت َ َ‬ ‫ع ْن أَن ٍَس رضي هللا عنه أ َ َّن أَبَا بَ ْك ٍر ا َ ِ‬ ‫َو َ‬
‫علَى ا َ ْل ُم ْس ِل ِمينَ ‪,‬‬ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم َ‬ ‫سو ُل َ َّ‬ ‫ض َها َر ُ‬ ‫صدَقَ ِة اَلَّتِي فَ َر َ‬ ‫ضةُ اَل َّ‬ ‫فَ ِري َ‬
‫سولَه ُ ِفي أ َ ْر َب ٍع َو ِع ْش ِرينَ ِمنَ ا َ ْ ِْل ِب ِل فَ َما د ُونَ َها ا َ ْل َغنَم ُ ِفي‬ ‫ّللَاُ ِب َها َر ُ‬‫َواَلَّ ِتي أَ َم َر َ َّ‬
‫سا َو ِع ْش ِرينَ ِإلَى خ َْم ٍس َوث َ ََلثِينَ فَ ِفي َها ِب ْنتُ‬ ‫َت خ َْم ً‬ ‫ُك ِل خ َْم ٍس شَاةٌ‪ ,‬فَإِذَا َبلَغ ْ‬
‫َت ِستًّا َوث َ ََلثِينَ ِإلَى خ َْم ٍس‬ ‫ُون ذَ َكر ٍ فَإِذَا بَلَغ ْ‬ ‫َاض أ ُ ْنثَى فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن فَاب ُْن لَب ٍ‬ ‫َمخ ٍ‬
‫َت ِستًّا َوأ َ ْربَعِينَ إِلَى ِستِينَ فَ ِفي َها ِحقَّةٌ‬ ‫َوأ َ ْر َبعِينَ فَ ِفي َها ِب ْنتُ لَبُون ٍ أ ُ ْنثَى‪ ,‬فَإِذَا بَلَغ ْ‬
‫عة ٌ فَإِذَا‬ ‫س ْبعِينَ فَ ِفي َها َجذَ َ‬ ‫احدَة ً َو ِستِينَ ِإلَى خ َْم ٍس َو َ‬ ‫َت َو ِ‬ ‫ط ُروقَةُ ا َ ْل َج َمل ِ فَإِذَا َبلَغ ْ‬ ‫َ‬
‫َت ِإ ْحدَى َوتِ ْسعِينَ ِإلَى‬ ‫ُون‪ ,‬فَإِذَا َبلَغ ْ‬ ‫س ْبعِينَ ِإلَى ِت ْسعِينَ فَ ِفي َها ِب ْنتَا لَب ٍ‬ ‫َت ِستًّا َو َ‬ ‫َبلَغ ْ‬
‫علَى ِع ْش ِرينَ َو ِمائ َ ٍة‬ ‫ت َ‬ ‫ط ُروقَتَا ا َ ْل َج َم ِل‪ ,‬فَإِذَا زَ ادَ ْ‬ ‫ان َ‬ ‫ِع ْش ِرينَ َو ِمائ َ ٍة فَ ِفي َها ِحقَّت َ ِ‬
‫ُون‪َ ,‬وفِي ُك ِل خ َْم ِسينَ ِحقَّةٌ‪َ ,‬و َم ْن لَ ْم َي ُك ْن َمعَهُ ِإ ََّّل أ َ ْر َب ٌع‬ ‫فَ ِفي ُك ِل أ َ ْر َبعِينَ بِ ْنتُ َلب ٍ‬
‫سا ِئ َم ِت َها ِإذَا‬ ‫صدَقَ ِة ا َ ْلغَن َِم َ‬ ‫صدَقَةٌ ِإ ََّّل أ َ ْن َيشَا َء َربُّ َها َو ِفي َ‬ ‫ْس ِفي َها َ‬ ‫ِمنَ ا َ ْ ِْل ِب ِل فَلَي َ‬
‫علَى ِع ْش ِرينَ َو ِمائَ ٍة‬ ‫ت َ‬ ‫َت أ َ ْر َبعِينَ ِإلَى ِع ْش ِرينَ َو ِمائ َ ِة شَاة ٍ شَاةٌ‪ ,‬فَإِذَا زَ ادَ ْ‬ ‫َكان ْ‬
‫ث‬ ‫ثمائ َ ٍة فَ ِفي َها ث َ ََل ُ‬ ‫علَى ِمائَتَي ِْن ِإلَى ث َ ََل ِ‬ ‫ت َ‬ ‫ان‪ ,‬فَإِذَا زَ ادَ ْ‬ ‫ِإلَى ِمائَتَي ِْن فَ ِفي َها شَات َ ِ‬
‫لر ُج ِل‬ ‫سائِ َمةُ ا َ َّ‬ ‫َت َ‬ ‫علَى ث َ ََلثِ ِمائ َ ٍة فَ ِفي ُك ِل ِمائ َ ٍة شَاةٌ‪ ،‬فَإِذَا َكان ْ‬ ‫ت َ‬ ‫ِشيَاه ٍ فَإِذَا زَ ادَ ْ‬
‫صدَقَةٌ‪ِ ,‬إ ََّّل أ َ ْن َيشَا َء َربُّ َها‪َ .‬و ََّل‬ ‫ْس ِفي َها َ‬ ‫احدَة ً فَلَي َ‬ ‫صةً ِم ْن أ َ ْر َبعِينَ شَاة ٍ شَاة ً َو ِ‬ ‫نَا ِق َ‬
‫طي ِْن‬ ‫صدَقَ ِة‪َ ,‬و َما َكانَ ِم ْن َخ ِلي َ‬ ‫ق َو ََّل يُفَ َّر ُق َبيْنَ ُم ْجت َ ِمعٍ َخ ْش َيةَ اَل َّ‬ ‫ي ُْج َم ُع َبيْنَ ُمت َ َف ِر ٍ‬
‫صدَقَ ِة ه َِر َمة ٌ َو ََّل ذَاتُ‬ ‫س ِويَّ ِة‪َ ,‬و ََّل ي ُْخ َر ُج فِي اَل َّ‬ ‫ان َب ْينَ ُه َما ِبال َّ‬ ‫فَإِنَّ ُه َما َيت َ َرا َج َع ِ‬
‫ِق‪َ ،‬و ِفي ا َ ِلرقَة ِ ُربُ ُع ا َ ْلعُ ْش ِر‪ ,‬فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ُكن ْ ِإ ََّّل تِ ْسعِينَ‬ ‫صد ُ‬ ‫ع َو ٍار‪ ,‬إِ ََّّل أ َ ْن يَشَا َء ا َ ْل ُم َّ‬ ‫َ‬
‫]‪[6‬‬
ُ‫صدَقَة‬ َ ‫ت ِع ْندَهُ ِمنَ ا َ ْ ِْل ِب ِل‬ ْ َ‫ َو َم ْن َب َلغ‬,‫صدَقَةٌ ِإ ََّّل أ َ ْن َيشَا َء َربُّ َها‬ َ ‫ْس فِي َها‬ َ ‫َو ِمائَةً فَلَي‬
‫ َو َي ْج َع ُل َم َع َها‬,ُ‫ فَإِنَّ َها ت ُ ْق َب ُل ِم ْنهُ ا َ ْل ِحقَّة‬,ٌ‫عةٌ َو ِع ْندَهُ ِحقَّة‬ َ َ‫ت ِع ْندَهُ َجذ‬ ْ ‫س‬ َ ‫ع ِة َولَ ْي‬َ َ‫ا َ ْل َجذ‬
‫صدَقَةُ ا َ ْل ِحقَّ ِة‬َ ُ‫َت ِع ْندَه‬ ْ ‫ َو َم ْن بَلَغ‬,‫ أَ ْو ِع ْش ِرينَ د ِْر َه ًما‬,ُ‫س َرتَا لَه‬ َ ‫شَاتَي ِْن إِ ِن ِا ْست َ ْي‬
‫ِق‬ُ ‫صد‬ َّ ‫ َويُ ْع ِطي ِه ا َ ْل ُم‬,ُ‫عة‬َ َ‫ فَإِنَّ َها ت ُ ْق َب ُل ِم ْنهُ ا َ ْل َجذ‬,ُ‫عة‬
َ َ‫ َو ِع ْندَهُ ا َ ْل َجذ‬,ُ‫ت ِع ْندَهُ ا َ ْل ِحقَّة‬ ْ ‫س‬َ ‫َولَ ْي‬
‫َاري‬ ِ ‫ِع ْش ِرينَ د ِْر َه ًما أ َ ْو شَاتَي ِْن ) َر َواهُ ا َ ْلبُخ‬

Dari Anas bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq Radliyallaahu 'anhu menulis surat
kepadanya: Ini adalah kewajiban zakat yang diwajibkan oleh Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam atas kaum muslimin. Yang diperintahkan Allah
atas rasul-Nya ialah setiap 24 ekor unta ke bawah wajib mengeluarkan
kambing, yaitu setiap kelipatan lima ekor unta zakatnya seekor kambing. Jika
mencapai 25 hingga 35 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang
umurnya telah menginjak tahun kedua (bintu makhdl), jika tidak ada zakatnya
seekor anak unta jantan yang umurnya telah menginjak tahun ketiga (Ibnu
Labun). Jika mencapai 36 hingga 45 ekor unta, zakatnya seekor anak unta
betina yang umurnya telah menginjak tahun ketiga(Bintu Labun). Jika
mencapai 46 hingga 60 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang
umurnya telah masuk tahun keempat (Hiqqah) dan bisa dikawini unta jantan.
Jika mencapai 61 hingga 75 ekor unta, zakatnya seekor unta betina yang
umurnya telah masuk tahun kelima(Jadza’ah). Jika mencapai 79 hingga 90
ekor unta, zakatnya dua ekor anak unta betina yang umurnya telah menginjak
tahun kedua. Jika mencapai 91 hingga 120 ekor unta, maka setiap 40 ekor
zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga dan
setiap 50 ekor zakatnya seekor unta betina yang umurnya masuk tahun
keempat. Bagi yang hanya memiliki 4 ekor unta, tidak wajib atasnya zakat
kecuali bila pemiliknya menginginkan. Mengenai zakat kambing yang dilepas
mencari makan sendiri, jika mencapai 40 hingga 120 ekor kambing, zakatnya
seekor kambing. Jika lebih dari 120 hingga 200 ekor kambing, zakatnya dua
ekor kambing. Jika lebih dari 200 hingga 300 kambing, zakatnya tiga ekor
kambing. Jika lebih dari 300 ekor kambing, maka setiap 100 ekor zakatnya
seekor kambing. Apabila jumlah kambing yang dilepas mencari makan sendiri
[7]
kurang dari 40 ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali jika pemiliknya
menginginkan. Tidak boleh dikumpulkan antara hewan-hewan ternak
terpisah dan tidak boleh dipisahkan antara hewan-hewan ternak yang
terkumpul karena takut mengeluarkan zakat. Hewan ternak kumpulan dari
dua orang, pada waktu zakat harus kembali dibagi rata antara keduanya.
Tidak boleh dikeluarkan untuk zakat hewan yang tua dan yang cacat, dan
tidak boleh dikeluarkan yang jantan kecuali jika pemiliknya menghendaki.
Tentang zakat perak, setiap 200 dirham zakatnya seperempatnya (2 1/2%).
Jika hanya 190 dirham, tidak wajib atasnya zakat kecuali bila pemiliknya
menghendaki. Barangsiapa yang jumlah untanya telah wajib mengeluarkan
seekor unta betina yang seumurnya masuk tahun kelima, padahal ia tidak
memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun
keempat, maka ia boleh mengeluarkannya ditambah dua ekor kambing jika
tidak keberatan, atau 20 dirham. Barangsiapa yang sudah wajib
mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun keempat,
padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya
masuk tahun kelima, maka ia boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham
atau dua ekor kambing. Riwayat Bukhari.

Makna Hadits
Allah S.W.T dalam kitabnya telah menyebutkan sejumlah hukum Islam bahwa
penjelasannya bersifat umum, sedangkan rincian hukumnya diserahkan
kepada Nabi (saw). Dengan demikian, posisi Sunnah untuk menjelaskan dan
menafsirkan Alquran, seperti yang diungkapkan oleh firmannya:
ِ َّ‫ َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَي َْك ال ِذ ْك َر ِلت ُ َب ِينَ ِللن‬....
َ‫اس َما نُ ِز َل ِإلَ ْي ِه ْم َو َل َعلَّ ُه ْم َيت َ َف َّك ُرون‬

"... Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al Qur'an sehingga


kamu bisa menjelaskan kepada umat manusia wahyu diturunkan kepada
mereka ..." (Surah al-Nahl: 44).
Nabi (s.a.w) menjelaskan maksud Allah yang ada di dalam kitab-Nya melalui
Sunnahnya, baik secara lisan, perbuatan, pengakuan, maupun tulisan. Hadits
ini merupakan surat Nabi (s.a.w) yang pernah ditujukan kepada Amr ibn

[8]
Hazm, lalu dikumpulkan oleh para khalifahnya yang ditujukan kepada amil-
amil mereka. Dalam surat ini, penjelasan tentang jumlah zakat yang telah
dikeluarkan, batas zakat nisab, dan umur hewan harus dikeluarkan sebagai
zakat. Semoga Allah memberi pahala terbaik kepada Nabi kita atas nama
Islam dan Muslim, juga khalifahnya. Merekalah yang memelihara khzanah
ilmiah paling berharga ini, lalu mereka menukilnya untuk disampaikan
kepada umat Islam dengan penuh kejujuran dan kepercayaan.

Fiqih Hadits
1. Disyariatkan mengutus amil untuk mengambil zakat.
2. Dibolehkan mengambil unta ibnu labun ketika tidak ada bint al-
makhadh.
3. Khithab ditujukan kepada pemilik harta dan petugas zakat, di mana
mereka diperintahkan untuk tidak melakukan tindakan yang berkaitan
dengan penyatuan dan pemilahan ternak karena takut terkena kewajiban
zakat. Pemilik harta khawatir dikenakan kewajiban zakat yang lebih
banyak dan oleh karenanya, dia melakukan penyatuan atau pemisahan
sehingga zakatnya menjadi sedikit. Sementara staf zakat khawatir bahwa
pengumpulan zakat yang dia hasilkan sedikit dan oleh karena itu, dia
melakukan penyatuan atau pemisahan sehingga zakat menjadi semakin
banyak.
4. Dua orang yang bersatu dalam suatu kemitraan hewan ternak dapat
dianggap sebagai satu orang pemilik. Jika pertugas zakat mengambil zakat
dari salah satu di antara mereka, maka pihak yang membayar zakat
mengacu kepada mitranya untuk mengambil harga zakat yang semestinya
dia bayar.
5. Petugas zakat dibolehkan berijtihad untuk memilih mana yang lebih
mendatangkan maslahat bagi kaum fakir miskin, karena posisinya
sama dengan perwakilan sehingga dia terikat oleh kemaslahatan
mereka.

[9]
6. Menjelaskan barang-barang yang tidak dapat boleh diambil pekerja
zakat kecuali atas keridhoan pemilik harta, seperti kambing jantan,
sedang pemiliknya masih membutuhkan.
7. Menjelaskan barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai zakat,
misalnya ternak yang sudah tua, sakit, berkudis dan hewan buta.
8. Petugas zakat diwajibkan menerima barang yang lebih rendah
nilainya dari wajib zakat dan mengambil perbedaan harga sesuai jenis
yang tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
9. Petugas zakat berkewajiban untuk menerima nilai zakat yang lebih
tinggi, dan dia harus membayar selisih harga kepada pemilik harta,
meski bukan jenis kewajiban membayar zakat.
10. Menjelaskan nisab sebagian harta yang wajib dikeluarkan zakat,
misalnya ternak unta, ternak kambing dan perak. Sedangkan jenis
yang lain pula akan dijelaskan kemudian.
11. Harta yang jumlahnya kurang dari nisab tidak wajib dikeluarkan
zakatnya, tetapi ketika pemilik harta secara suka rela melepasnya,
maka petugas zakat dapat menerimanya dan dianggap sebagai
sedekah sunat dari pemiliknya.
12. Gembalaan merupakan syarat utama wajib zakat bagi ternak kambing
menurut pendapat jumhur ulama, tetapi Imam Malik tidak
mensyaratkannya.
13. Peringatan terhadap orang yang melakukan tipu muslihat yang
bertujuan untuk menghindari kewajiban berzakat.

Hadits Nomor 623


ُ ‫ي صلى هللا عليه وسلم َب َعثَه‬ َّ ‫ع ْن ُم َعا ِذ ب ِْن َج َب ٍل رضي هللا عنه ( أ َ َّن اَلنَّ ِب‬ َ ‫َو‬
‫ َو ِم ْن ُك ِل‬,ً‫ فَأ َ َم َرهُ أ َ ْن يَأ ْ ُخذَ ِم ْن ُك ِل ث َ ََلثِينَ بَقَ َرة ً ت َ ِبيعًا أ َ ْو تَ ِبي َعة‬,‫ِإلَى ا َ ْليَ َم ِن‬
ُ‫ َواللَّ ْفظ‬,ُ‫سة‬ َ ‫ع ْدلَهُ ُمعَافِ َر ) َر َواهُ ا َ ْلخ َْم‬ َ ‫َارا أ َ ْو‬
ً ‫ َو ِم ْن ُك ِل َحا ِل ٍم دِين‬,ً‫أ َ ْربَعِينَ ُم ِسنَّة‬
‫ص َّح َحهُ اِب ُْن‬َ ‫ َو‬,‫ص ِل ِه‬ ْ ‫َار إِلَى ا ِْختِ ََلفٍ فِي َو‬ َ ‫ي َوأَش‬ ُّ ‫سنَهُ اَلتِ ْر ِم ِذ‬َّ ‫ َو َح‬,َ‫ِِل َ ْح َمد‬
ُ ‫ َو ْال َحا ِكم‬, َ‫ِحبَّان‬

[10]
Dari Mu'adz Ibnu Jabal Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam pernah mengutusnya ke negeri Yaman. Beliau memerintahkan
untuk mengambil (zakat) dari 30 ekor sapi, seekor anak sapi berumur
setahun lebih yang jantan atau betina, dan setiap 40 ekor sapi, seekor sapi
betina berumur dua tahun lebih, dan dari setiap orang yang telah baligh
diambil satu dinar atau yang sebanding dengan nilai itu pada kaum Mu'afiry.
Riwayat Imam Lima dan lafadznya menurut riwayat Ahmad. Hadits hasan
menurut Tirmidzi dan ia menunjukkan perselisihan pendapat tentang
maushulnya hadits ini. Ibnu Hibban dan Hakim menilainya hadits shahih.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) sangat memperhatikan masalah zakat. Oleh karena itu, dia
mengirim amy-amil-nya ke berbagai negara untuk mengumpulkan zakat.
Nabi (s.a.w) memberikan pengambil zakat dengan nasehat dan mengingatkan
mereka untuk tidak melakukan kesalahan. Dia menjelaskan tingkat jizyah
yang harus mereka ambil dari ahli kitab.

Fiqih Hadits
1. Wajib zakat bagi pemilik ternak sapi sekaligus menjelaskan nisabnya.
2. Tidak ada kewajiban zakat bagi ternak sapi yang jumlahnya kurang dari
tiga puluh ekor, dan nisab merupakan hal ta'abbud sehingga tidak dapat
melibatkan hukum qiyas di dalamnya.
3. Jizyah hanya diambil dari pria yang telah berusia baligh dan belum
masuk Islam, kadarnya satu dinar, atau yang senilai dengannya, seperti
pakaian.

Hadits Nomor 624

[11]
‫ّللَاِ صلى هللا‬ َّ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ َع ْن َج ِد ِه قَا َل‬,‫ع ْن أ َ ِبي ِه‬ َ ,‫ب‬ ُ ‫ع ْن َع ْم ِرو ب ِْن‬
ٍ ‫ش َع ْي‬ َ ‫َو‬
‫ َو ِِل َ ِبي‬.ُ‫علَى ِميَا ِه ِه ْم ) َر َواهُ أَ ْح َمد‬ َ َ‫صدَقَاتُ ا َ ْل ُم ْس ِل ِمين‬َ ُ‫عليه وسلم ( تُؤْ َخذ‬
ِ ‫صدَقَات ُ ُه ْم إِ ََّّل ِفي د‬
.) ‫ُور ِه ْم‬ َ ُ ‫ ( َو ََّل تُؤْ َخذ‬:َ‫دَ ُاود‬
Dari Amar Ibnu Syu`aib dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat kaum
muslimin diambil di tempat-tempat sumber air mereka." Riwayat Ahmad.
Hadits menurut riwayat Abu Dawud: "Zakat mereka tidak diambil kecuali di
kampung mereka."

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) mengambil cara yang paling lemah lembut dan penuh kasih
sayang terhadap para pemilik harta. Jadi, beliau memberikan hak kepada
mereka untuk mendatangkan para petugas zakat ke tempat mereka memberi
minum hewan ternaknya, atau ke rumah-rumah mereka, tempat mereka
menghimpun hewan ternak milik mereka, dan beliau tidak membebani
mereka membawa hewan ternaknya ke tempat para amil zakat.

Fiqih Hadits
1. Tidak wajib membawa (zakat) hewan ternak kepada amil zakat, tetapi
amil sendiri yang wajib mendatangi para pemilik harta (hewan ternak) di
tempat-tempat yang biasa mereka datangi, misalnya di tempat-tempat
mereka memberi minum hewan ternaknya atau di rumah-rumah mereka.
Tujuannya adalah untuk memudahkan mereka.
2. Tanggung jawab pemilik harta bebas begitu zakat diserahkan kepada
utusan pemimpin (amil). Bagi mereka yang menyerahkannya dengan cara
yang benar mendapatkan imbalan pahala, dan bagi orang yang
menyelewengkannya berdosa.

Hadits Nomor 625


[12]
‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
ُ‫ص َدقَةٌ ) َر َواه‬ َ ‫س ِه‬ ِ ‫ع ْب ِد ِه َو َل] فِي [ فَ َر‬ ْ ‫علَى ا َ ْل ُم‬
َ ‫س ِل ِم فِي‬ َ ‫س‬ َ ‫وسلم ( لَ ْي‬
) ‫ص َدقَةُ ا َ ْل ِف ْط ِر‬َ ‫ص َدقَةٌ إِ هل‬
َ ‫س فِي ا َ ْلعَ ْب ِد‬
َ ‫ ( لَ ْي‬:‫س ِل ٍم‬ ْ ‫ َو ِل ُم‬.ُ ‫ي‬ّ ‫ا َ ْلبُ َخ ِار‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Tidak wajib zakat bagi orang islam atas hambanya dan
kudanya." Riwayat Bukhari. Menurut riwayat Muslim: "Tidak ada zakat bagi
hamba kecuali zakat fitrah."

Makna Hadits
Memiliki kuda dan budak untuk dirinya sendiri tidak diwajibkan membayar
zakat kecuali saat keduanya diperdagangkan. Ini merupakan salah satu
keistimewaan syariat Islam. Zakat itu bukan pada esensinya, melainkan pada
nilainya, sama seperti barang-barang dagangan. Imam Abu Hanifah
menyampaikan pendapat yang berbeda mengenai masalah kuda, namun
semua ulama menyimpulkan bahwa zakat untuk budak tersebut telah
dikenakan kepada tuannya.

Fiqih Hadits
1. Pemilik hamba sahaya wajib membayar zakat hamba sahayanya secara
mutlak, apakah budaknya adalah hak milik atau diperjual-belikan.
2. Harga hamba sahaya wajib dikeluarkan zakat apabila hamba sahaya itu
diperjualbelikan, karena zakat barang bisnis wajib hukumnya menurut
kesepakatan ulama. Sementara pendapat mazhab Zhahiri yang
mengecualikan kuda pula tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.
3. Hamba sahaya yang tidak diperjualbelikan tidak dikenakan wajib zakat.
4. Kuda tidak wajib dikeluarkan zakatnya secara mutlak menurut pendapat
jumhur ulama. Tapi Imam Abu Hanifah membuat rincian dalam masalah
ini. Dalam kaitan ini, beliau berkata: "Kuda wajib dikeluarkan zakatnya
apabila kuda itu terdiri dari jenis jantan dan betina serta digembalakan,
dan pemiliknya dibolehkan memilih di mana dia dapat membayar satu
dinar untuk setiap ekor kuda atau mentaksir harganya, kemudian
mengeluarkan zakatnya sebesar dua setengah persen tanpa menunggu
[13]
nisab Pemilik ternak kuda yang hanya terdiri dari jenis jantan saja tidak
dikenakan wajib zakat; kecuali jika semuanya terdiri dari jenis betina,
maka dia dikenakan wajib zakat.

Hadits Nomor 626

‫ّللَاِ صلى هللا‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ ع َْن َج ِ ّد ِه قَا َل‬,‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬,‫يم‬ ٍ ‫َوع َْن بَه ِْز ْب ِن َح ِك‬
‫ق إِبِ ٌل ع َْن‬ُ ‫ َل تُفَ هر‬,‫ون‬ ٍ ُ‫ين بِ ْنتُ َلب‬َ ‫ فِي أ َ ْربَ ِع‬:‫سا ِئ َم ِة إِبِ ٍل‬
َ ‫عليه وسلم ( فِي ُك ِ ّل‬
‫آخذُو َها‬ ِ ‫ َو َم ْن َمنَ َع َها فَ ِإنها‬,ُ‫ َم ْن أ َ ْع َطا َها ُم ْؤت َ ِج ًرا ِب َها فَلَهُ أَجْ ُره‬,‫سا ِب َها‬ َ ‫ِح‬
) ‫ َل يَ ِح ُّل ِِل ِل ُم َح هم ٍد ِم ْن َها ش َْي ٌء‬,‫ت َر ِبّنَا‬ ِ ‫ ع َْز َمةً ِم ْن ع ََز َما‬,‫ش ْط َر َما ِل ِه‬ َ ‫َو‬
‫علهقَ اَلشهافِ ِع ُّي‬ َ ‫ َو‬,‫ص هح َحهُ ا َ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ َو‬,‫سائِ ُّي‬ َ ‫ َوالنه‬,َ‫َاود‬ ُ ‫ َوأَبُو د‬,ُ‫َر َواهُ أَحْ َمد‬
ِ ‫علَى ثُبُو ِته‬ َ ‫ا َ ْلقَ ْو َل ِب ِه‬
Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pada setiap 40
ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta
betina yang umurnya memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak
unta itu untuk mengurangi perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya
karena mengharap pahala, ia akan mendapat pahala. Barangsiapa menolak
untuk mengeluarkannya, kami akan mengambilnya beserta setengah
hartanya karena ia merupakan perintah keras dari Tuhan kami. Keluarga
Muhammad tidak halal mengambil zakat sedikit pun." Riwayat Ahmad, Abu
Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim. Syafi'i memberikan
komentar atas ketetapan hadits ini.

Makna Hadits
Pemimpin dan wakilnya dapat mengumpulkan hewan ternak secara paksa
dari mereka yang menolak membayarnya. Ini merupakan kesepakatan ulama.
Jika pemilik harta bermaksud membayarnya saat pemimpin mengambil zakat
dari hartanya, maka kewajiban zakat gugur darinya, ia menerima pahala dan
berkah. Jika masih tidak ingin membayar zakat secara sukarela, maka
pemimpin mengambilnya dengan paksa, maka cukup untuk menerima dan
[14]
menghapuskan kewajiban zakat darinya. Dalam hal ini, niat pemimpin
tersebut menggantikan niatnya, namun pemilik harta tidak mendapatkan
pahala imbalan apapun.

Fiqih Hadits
1. Ternakan unta yang digembalakan dengan bebas wajib dikeluarkan
zakatnya.
2. Dua orang yang bekerjasama dilarang memisahkan ternak unta mereka
dengan tujuan agar lepas dari kewajiban membayar zakat atau untuk
meminimkan besaran zakatnya.
3. Dianjurkan ikhlas dalam menunaikan zakat untuk memperoleh keridhoan
Allah (s.w.t).
4. Boleh mengambil zakat dengan cara paksa apabila pemilik harta yang
wajib membayar zakat tidak mahu menunaikannya. Jika diambil dengan
cara paksa, bererti dia telah melaksanakan kewajiban, sekalipun dia tidak
mendapatkan ganjaran pahala.
5. Haram menjatuhkan hukuman dengan cara mengambil harta, karena
ilegal mengambil harta orang muslim. Dalilnya adalah qath'i, sedangkan
Hadits Bahz ini adalah ahad yang bersifat zhanni; sedangkan dalil zhanni
tidak bisa didahulukan atas dalil qath'i. Akan tetapi, sebagian ulama ada
yang memungkinkan menjatuhkan hukuman berupa harta berlandaskan
makna zahir Hadits ini. Ulama yang berpendapat demikian adalah Imam
Ahmad, tetapi pendapat ini lemah, karena dapat membuka kemungkinan
bagi orang zalim meluahkan kejahatannya seperti memakan harta orang
lain dengan cara yang batil.
6. Zakat haram secara mutlak bagi keluarga Nabi Muhammad (s.a.w) untuk
memuliakan mereka, karena zakat adalah kotoran harta manusia. Ulama
berbeda pendapat tentang de fi nisi keluarga Nabi (s.a.w) ini. Imam Abu
Hanifah dan murid-muridnya mengatakan bahwa apa yang dimaksudkan
keluarga Nabi (s.a.w) adalah Bani Hasyim. Mereka adalah keluarga al-
Abbas, keluarga Ali ibn Abu Thalib, keluarga Ja'far dan keluarga Uqail
saudara laki-laki Ali (r.a), termasuk keluarga al-Harits ibn Abdul Muthalib.
[15]
Orang-orang Lahab tidak termasuk dalam kelompok mereka. Imam Malik
dan Imam Ahmad mengatakan bahwa keluarga Nabi (s.a.w) adalah Bani
Hasyim secara absolut. Dengan demikian, termasuk pula orang yang
masuk Islam dari kalangan Bani Lahab, seperti Utbah dan Mu'tib. Imam
As-Syafi’i mengatakan bahwa pendapatnya sama dengan pendapat
sebagian Imam Maliki dan Imam Ahmad. Mereka adalah Bani Hasyim dan
Bani Abdul Muthalib, karena Nabi (s.a.w) telah memberikan sebagian ahli
bait kepada mereka, sedangkan beliau tidak memberikannya kepada
seorang pun dari kalangan kabilah Quraisy. Bagian tersebut sebagai
pengganti harta zakat yang diharamkan atas mereka.
7. Sedekah fardhu haram bagi Nabi (s.a.w) dan keluarganya. Begitu pula
sedekah sunat, menurut pendapat yang kuat di kalangan mazhab Hanafi.
Menurut pendapat yang utama dari kalangan mazhab Maliki, mazhab As-
Syafi’i dan mazhab Hanbali, keluarga Nabi (s.a.w) dan para mawali
dibolehkan menerima sedekah sunat karena diqiyaskan kepada hadiah,
hibah, dan wakaf. Menurut Imam Ahmad, ketika keluarga Nabi (s.a.w)
tidak diberi hak sebagai ahli bait, maka bagian zakat tidak diberikan
kepada mereka meskipun itu sedikit. Ini merupakan pendapat yang sahih
dari mazhab al-Sya fi i berlandaskan kepada keumuman dalil-dalil
berlandaskan kepada keumuman dalil-dalil yang melarangnya. Ini karena
kemuliaan mereka yang masih ada ikatan kekerabatan dengan Nabi
(s.a.w). Peringkat ini sifatnya tetap, karena itu sebaiknya tetap dilarang.
Imam Malik dan beberapa mazhab Hanafi mengatakan bahwa zakat dapat
diberikan kepada mereka dalam keadaan seperti itu, yaitu mereka tidak
mendapatkan dzawul qurba. Jumhur ulama berpendapat bahwa para
mawali sebagai kerabat Nabi (s.a.w) tidak dapat menerima zakat, yakni
haram menerima zakat. Imam Malik dan sebagian kalangan mazhab al-
Sya fi i mengatakan bahwa zakat dapat diberikan kepada mereka karena
mereka bukan kerabat yang nyata dan tidak mendapat bagian dari bagian
dzawul qurba. Jadi, zakat tidak diharamkan atas mereka, sama halnya
dengan orang lain, di samping penyebab diharamkan zakat yaitu
kemuliaan kerabat Nabi (s.a.w) dan ini tidak ada pada diri mereka.

[16]
Hadits Nomor 627

( ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ‫سو ُل َ ه‬ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ِل ّي ٍ رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ‫َوع َْن‬
,‫سةُ د ََرا ِه َم‬ َ ‫ فَ ِفي َها َخ ْم‬-‫علَ ْي َها اَ ْل َح ْو ُل‬َ ‫ َو َحا َل‬- ‫ِإذَا كَانَتْ لَكَ ِمائَتَا د ِْر َه ٍم‬
,‫علَ ْي َها ا َ ْل َح ْو ُل‬
َ ‫ َو َحا َل‬,‫ارا‬ ً ‫ون ِدي َن‬َ ‫ُون لَكَ ِعش ُْر‬ َ ‫علَ ْيكَ ش َْي ٌء َحتهى يَك‬ َ ‫س‬ َ ‫َولَ ْي‬
‫س فِي َما ٍل َزكَاةٌ َحتهى‬ َ ‫ َولَ ْي‬, َ‫ب ذَ ِلك‬
ِ ‫سا‬ َ ‫ فَ َما َزا َد فَبِ ِح‬,‫ْف دِي َن ٍار‬
ُ ‫فَ ِفي َها نِص‬
‫ف ِفي َر ْف ِعه‬ َ ‫ َوقَ ِد ا ِْخت ُ ِل‬,‫س ٌن‬َ ‫ َو ُه َو َح‬,َ‫َاود‬ ُ ‫علَ ْي ِه ا َ ْل َح ْو ُل ) َر َواهُ أَبُو د‬
َ ‫َي ُحو َل‬
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah
melewati satu tahun, maka zakatnya 5 dirham. Tidak wajib atasmu zakat
kecuali engkau memiliki 20 dinar dan telah melewati setahun, maka
zakatnya 1/2 dinar. Jika lebih dari itu, maka zakatnya menurut
perhitungannya. Harta tidak wajib dikeluarkan zakat kecuali telah
melewati setahun." Hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud. Ke-
marfu'-an hadits ini diperselisihkan.

Hadits Nomor 628

َ َ‫ فَ ََل َزكَاة‬,‫ستَفَا َد َم ًال‬


‫علَ ْي ِه َحت هى‬ ْ ِ‫ ( َم ِن ا‬:‫ع َم َر‬ ّ ‫َو ِلل ِت ّ ْر ِمذ‬
ُ ‫ِيِ; ع َِن اِ ْب ِن‬
ُ ‫اج ُح َو ْقفُه‬ ‫يَ ُحو َل ا َ ْل َح ْو ُل ) َو ه‬
ِ ‫الر‬
Menurut riwayat Tirmidzi dari Ibnu Umar r.a: "Barangsiapa memanfaatkan
(mengembangkan) harta, tidak wajib zakat atasnya kecuali setelah mencapai
masa setahun." Hadits mauquf2.

Makna Hadits 627-628


Kewajiban berzakat pada harta dapat dilakukan apabila kondisi berikut
dipenuhi:

2
Yang dikatakan mauquf ialah perkataan sahabat, bukan perkataan Nabi Muhammad
(S.A.W). Tetapi ulama Hadits pandang bahwa hal setahun tak bisa jadi dari sahabat,
bahkan dari Rasulullah (S.A.W).
[17]
1. Total aset mencapai batas nisab. Karena itu, pemilik harta kurang dari
batasan nisab tidak diwajibkan membayar zakat.
2. Kepemilikan harta telah berlangsung selama satu tahun setelah mencapai
nisab. Karena itu, tidak ada kewajiban membayar zakat sebelum satu
tahun.
3. Hendaklah harta itu adalah milik pemilik harta wajib zakat secara
sempurna. Jika harta itu milik orang lain atau miliknya sendiri namun dia
masih memiliki utang kepada orang lain, maka dia tidak dikenakan
kewajiban membayar zakat..
Nisab emas adalah dua puluh dinar dan nisab perak adalah dua ratus dirham,
seperti yang ditentukan oleh Sunnah Nabi (s.a.w). Jumlah harta yang lebih
rendah tidak dikenakan kewajiban membayar zakat, sedangkan harta di atas
nisab yang ditentukan masih dihitung tanpa ada pengurangan.

Fiqih Hadits
1. Nisab perak adalah dua ratus dirham dan zakat adalah seperempat dari
sepersepuluh atau dua setengah persen; yakni, dua ratus dirham zakatnya
adalah lima dirham.
2. Nisab emas adalah dua puluh dinar, zakat adalah seperempat dari
sepersepuluh atau dua setengah persen, yaitu setengah dinar.
3. Masalah zakat diperlukan setelah satu tahun.
4. Emas dan perak tidak dipotong.
5. Harta yang jumlahnya masih di bawah nisab tidak dikenakan wajib zakat.
6. Barang yang tidak dimiliki secara sempurna tidak dikenakan wajib zakat.

Hadits Nomor 629

ُ‫ص َدقَةٌ ) َر َواه‬ ِ ‫س فِي ا َ ْلبَقَ ِر اَ ْلعَ َو‬


َ ‫ام ِل‬ َ ‫ ( لَ ْي‬:‫ع ِل ّي ٍ رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ‫َوع َْن‬
.‫اج ُح َو ْقفُهُ أ َ ْيضًا‬ ‫ َو ه‬,‫هارقُ ْط ِن ُّي‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫أَبُو د‬
َ ‫ َواَلد‬,َ‫َاود‬

[18]
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Tidak ada zakat atas sapi yang dipekerjakan.
Riwayat Abu Dawud dan Daruquthni. Hadits mauquf menurut pendapat yang
lebih menang.

Makna Hadits
Ternak sapi dikenakan wajib zakat apabila mencapai nisab yang diwajibkan,
yaitu pada setiap tiga puluh ekor sapi zakatnya adalah seekor anak sapi yang
berusia satu tahun, apakah jenis jantan ataupun betina. Dan untuk setiap
empat puluh zakatnya adalah sapi musinnah, tanpa perbedaan apakah sapi
itu bebas dipelihara atau dipelihara di kandang. Demikian menurut mazhab
Imam Maliki.
Jumhur ulama mengatakan bahwa zakat ternak hanya diterapkan pada
peternakan secara bebas, bukan ternak yang dibesarkan di kandangnya. Ini
karena diqiyaskan kepada ternak unta dan ternak kambing yang syarat
utamanya adalah digembalakan dengan bebas. Ternak yang dipekerjakan
tidak dikenai zakat wajib. Tidak ada argumen dalam Hadits ini mengingat ia
berstatus mawquf lagi dha'if.

Fiqih Hadits
Seseorang yang memiliki ternak sapi yang khusus untuk dipekerjakan tidak
dikenakan wajib zakat. Inilah makna Hadits ini, namun maknanya
bertentangan dengan pendapat ulama jumhur.

Hadits Nomor 630

‫ّللَاِ ْب ِن ع َْم ِر ٍو; أ َ هن‬


‫ع ْب ِد َ ه‬ َ ;‫ ع َْن َج ِ ّد ِه‬,‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬,‫ب‬ ٍ ‫ش َع ْي‬ُ ‫َوع َْن ع َْم ِرو ْب ِن‬
‫ فَ ْليَت ه ِج ْر‬,‫ ( ِم ْن َو ِل َي يَ ِتي ًما َلهُ َما ٌل‬:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫َر‬
,‫هارقُ ْطنِ ُّي‬
َ ‫ َواَلد‬,‫ِي‬ ُّ ‫ص َدقَةُ ) َر َواهُ اَل ِت ّ ْر ِمذ‬
‫ َو َل يَتْ ُر ْكهُ َحتهى تَأ ْ ُك َلهُ اَل ه‬,ُ‫لَه‬
ِ ‫س ٌل ِع ْن َد اَلشهافِ ِع ّي‬ َ ‫ َولَهُ شَا ِه ٌد ُم ْر‬.ٌ ‫ض ِعيف‬ َ ُ‫سنَا ُده‬ ْ ِ‫َوإ‬

[19]
Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaknya ia
memperdagangkan harta itu untuknya, dan tidak membiarkannya sehingga
dimakan oleh zakat." Riwayat Tirmidzi dan Daruquthni, sanadnya lemah.
Hadits ini mempunyai saksi mursal menurut Syafi'i.

Makna Hadits
Zakat berkewajiban atas hak milik anak saat kepemilikannya sempurna dan
telah berlalu satu tahun dan mencapai jumlah nisab. Orang yang
diperintahkan untuk mengeluarkannya adalah wali kepada anak-anak itu,
karena anak itu masih belum mukallaf. Inilah pendapat jumhur ulama. Tapi
menurut Imam Abu Hanifah, milik seorang anak tidak dikenai zakat wajib
karena hal tersebut disebabkan oleh masalah bahwa dia tidak berkewajiban
melakukan sholat. Namun pendapat Imam Abu Hanifah ini dibantah bahwa
zakat itu termasuk ke dalam bab perintah secara wadh'i, bukan perintah yang
berhubungan dengan taklif (usia baligh).

Fiqih Hadits
Hak milik seorang anak wajib dikeluarkan zakatnya, mirip dengan milik
mukallaf. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang yang mengeluarkan zakat
adalah wali kepada anak-anak itu sebagai wakilnya. Imam Abu Hanifah
mengatakan bahwa harta anak tidak wajib dikeluarkan zakatnya karena
anak-anak masih belum mukallaf berlandaskan kepada Hadits yang
mengatakan: "Qalam diangkat dari anak-anak sampai dia berusia baligh,
sampai akhir Hadits." Ini berarti bahwa anak-anak itu dimaafkan sampai dia
mencapai usia baligh.

Hadits Nomor 631

[20]
‫ّللَا صلى‬ِ ‫سو ُل َ ه‬ُ ‫َان َر‬ َ ‫ ( ك‬:‫ّللَاِ ْب ِن أ َ ِبي أ َ ْوفَى رضي هللا عنه قَا َل‬ ‫ع ْب ِد َ ه‬
َ ‫َوع َْن‬
ٌ َ‫ع َل ْي ِه ْم" ) ُمتهف‬
‫ق‬ َ ‫ص ِ ّل‬ َ ‫هللا عليه وسلم إِذَا أَتَاهُ قَ ْو ٌم ِب‬
َ ‫ "اَلله ُه هم‬:‫ص َدقَتِ ِه ْم قَا َل‬
‫علَ ْي ِه‬
َ
Dari Abdullah Ibnu Aufa bahwa biasanya bila suatu kaum datang membawa
zakat kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau berdoa: "Ya
Allah, berilah rahmat atas mereka." Muttafaq Alaihi.

Makna Hadits
Nabi (saw) bergegas melaksanakan perintah Allah saat memintanya untuk
berdoa bagi orang yang datang kepadanya dengan zakat dan meminta ampun
untuk mereka. Ia segera melakukan itu dengan membaca doa: "Ya Allah,
rahmatilah keluarga Abu Aufa." Beliau menggunakan lafadz "‫ "الصَلة‬yang
berarti rahmat, karena menjalankan perintah Allah. Di dalam riwayat yang
lain disebutkan Nabi (s.a.w) mendoakan keberkahan kepada seorang pria
yang datang membawa harta zakatnya:

"Ya Allah, berkatilah dia dan keluarganya." (HR. Al-Nasa'i)


Makna " ‫ "صَلة النبي‬adalah permohonan ampun buat pembayar zakat.
Pengertian lafaz "‫ " الصَلة‬dalam hadits ini adalah makna secara bahasa, yaitu
doa. Doa ini dianjurkan agar pemimpin dan wakilnya juga dipanggil untuk
mengambil zakat rakyat.
Perintah yang ada di dalam sabdanya: "Rahmatilah (ampunilah) mereka",
mengandung hukum sunat, karena berlandas kepada ijma 'yang menyatakan
bahwa doa itu sunat hukumnya.

Fiqih Hadits
Pemimpin dan wakilnya yang bertanggung jawab atas zakat untuk orang-
orang yang membayar zakat disunat berdoa untuk mereka. Dibolehkan

[21]
berselawat dengan bebas untuk selain para nabi menurut Imam Ahmad,
berlandaskan kepada makna zahir Hadits ini dan firman Allah (s.w.t) :

‫س َك ٌن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم ِإ هن‬


َ َ‫ص ََلت َك‬ َ ‫ص ِ ّل‬ َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬
ِ ‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوت ُ َز ِ ّك‬
َ ‫يه ْم ِب َها َو‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
….‫لَ ُه ْم‬
“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka…”
(Surah al-Taubah: 103)
Jumhur ulama mengatakan bahwa tidak dapat bersalawat dengan bebas
untuk selain para nabi karena salawat bermaksud mengagungkan orang yang
dibacakan salawat ke atasnya dan memuliakannya, sedangkan kedua tujuan
ini hanya dikhususkan kepada para nabi di kala nama mereka disebutkan.
Mereka memberikan jawaban terhadap hadits ini, bahwa salawat Nabi (s.a.w)
mengandung makna doa saja, dan di dalamnya sama sekali tidak mengandung
makna mengagungkan, karena hanya dikhususkan kepada para nabi. Salawat
untuk selain para nabi dan para malaikat dengan pengertian tidak bebas,
hukumnya bisa menurut ijma 'ulama.

Hadits Nomor 632


‫سأ َ َل اَلنهبِ هي‬
َ ( ‫اس رضي هللا عنه‬ َ ‫ع ِل ّي ٍ رضي هللا عنه أ َ هن ا َ ْلعَبه‬ َ ‫َوع َْن‬
‫ص َلهُ ِفي‬ َ ‫ فَ َر هخ‬,‫ص َدقَ ِت ِه قَ ْب َل أ َ ْن ت َ ِح هل‬
َ ‫صلى هللا عليه وسلم ِفي ت َ ْع ِجي ِل‬
ُّ ‫ذَ ِلكَ ) َر َواهُ اَل ِت ّ ْر ِمذ‬
‫ َوا ْل َحا ِكم‬,‫ِي‬
Dari Ali bahwa Abbas bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya, lalu beliau
mengizinkannya. Riwayat Tirmidzi dan Hakim.

Makna Hadits
Pada awalnya kewajiban berzakat itu dibayar apabila telah berlalu waktu satu
tahun bagi harta benda tersebut, sementara menyegerakan pembayaran
zakat sebelum jatuh waktu haul awalnya tidak dibolehkan, namun Nabi (saw)
[22]
memberikan keringanan dalam masalah ini bagi pemilik harta, sehingga si
pemilik harta dibolehkan menunaikannya sebelum waktunya.

Apapun, orang yang diwasiatkan atau yang menjadi wali harta tidak memiliki
hak baginya untuk menyegerakan pembayaran zakat sebelum jatuh waktu
haulnya.

Fiqih Hadits
Dibolehkan menyegerakan pembayaran zakat sebelum tiba masa waktunya
dan ini menurut pendapat jumhur ulama. Tapi mereka mensyaratkan
beberapa hal berikut: pertama, harus produksi zakat dilakukan setelah
mencapai nisab; kedua, harus jumlah yang telah mencapai nisab tersebut
tidak terputus di tengah-tengah haul; ketiga, harus dilakukan di akhir haul;
keempat, menyegerakan pembayaran zakat hanya dapat dilakukan oleh si
pemilik harta. Jadi, tidak sah apabila dilakukan oleh pengelola harta secara
wasiat atau perwalian.
Mazhab Maliki mengatakan bahwa mendahulukan zakat dapat dilakukan
dalam waktu satu bulan sebelum tiba masa haul, tetapi makruh menurut
pendapat yang definitif.

Hadits Nomor 633

‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ِل َ ه‬ ُ ‫ّللَاِ رضي هللا عنه ع َْن َر‬ ‫ع ْب ِد َ ه‬
َ ‫َوع َْن َجا ِب ِر ْب ِن‬
‫س‬َ ‫ َولَ ْي‬,ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ق‬ ِ ‫اق ِم َن ا َ ْل َو ِر‬ ٍ ‫ُون َخ ْم ِس أ َ َو‬ َ ‫س فِي َما د‬ َ ‫ ( لَ ْي‬:‫وسلم قَا َل‬
‫ق‬
ٍ ‫س‬ُ ‫س ِة أ َ ْو‬
َ ‫ُون َخ ْم‬
َ ‫س فِي َما د‬ َ ‫ َو َل ْي‬,ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ُون َخ ْم ٍس ذَ ْو ٍد ِم َن ا َ ْ ِْلبِ ِل‬ َ ‫فِي َما د‬
ٌ ‫س ِلم‬ْ ‫ص َدقَةٌ ) َر َواهُ ُم‬ َ ‫ِم َن اَلت ه ْم ِر‬
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tak
ada zakat pada perak yang kurang dari 5 auqiyah (600 gram), unta yang
jumlahnya kurang dari 5 ekor, dan kurma yang kurang dari 5 ausaq (1050
liter)." Riwayat Muslim.

Hadits Nomor 634

[23]
‫اق ِم ْن ت َ ْم ٍر َو َل‬
ٍ ‫س‬َ ‫س ِة أ َ ْو‬
َ ‫ُون َخ ْم‬
َ ‫س ِفي َما د‬ َ ‫ث أ َ ِبي‬
َ ‫ ( لَ ْي‬:ٍ‫س ِعيد‬ ِ ‫َولَهُ ِم ْن َحدِي‬
‫علَ ْيه‬
َ ‫ق‬ َ ‫ث أ َ ِبي‬
ٌ َ‫س ِعي ٍد ُمتهف‬ ْ َ ‫ َوأ‬.) ٌ‫ص َدقَة‬
ِ ‫ص ُل َحدِي‬ َ ‫ب‬ ٍ ّ ‫َح‬
Menurut riwayatnya dari hadits Abu Said r.a: "Tidak ada zakat pada kurma
dan biji-bijian yang kurang dari 5 ausaq (1050 liter)." Asal hadits dari Abu
Said itu Muttafaq Alaihi.

Makna Hadits 633-634


Harta benda tidak dikenakan wajib zakat kecuali apabila jumlahnya telah
mencapai nisab. Karena untuk mengetahui masalah nisab ini tergantung pada
dalil naqli karena termasuk hal ta'abbudiyyah, maka tidak ada ruang bagi akal
untuk ikut campur di dalamnya. Nabi (s.a.w) sendiri yang menjelaskan nisab
masing-masing jenis dan batasan jumlah harta itu. Beliau memutuskan bahwa
sesuatu yang jumlahnya masih di bawah nisab tidak wajib dikeluarkan
zakatnya sebagai bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya sekaligus
untuk memberikan keringanan kepada mereka.

Fiqih Hadits
1. Perak dan hewan ternak wajib dikeluarkan zakatnya. Hadits ini
menjelaskan tentang nisab masing-masing jenis harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya.
2. Orang yang memiliki buah kurma dan biji-bijian yang jumlah takarannya
lima wasaq atau lebih, maka diwajibkan mengeluarkan zakat, menurut
pendapat jumhur ulama. Tapi Imam Abu Hanifah tidak mensyaratkan
nisab. Dia mengatakan bahwa zakat buah-buahan dan biji-bijian
diwajibkan mengeluarkan zakat, baik jumlah takarannya sedikit maupun
banyak, berlandaskan kepada keumuman makna yang ada di dalam
firman-Nya:
“… Dan tunaikanlah hak (zakat)nya pada saat memetik hasilnya...” (Surah
Al-An’Am: 141)
3. Kewajiban membayar zakat gugur pada harta perak yang jumlahnya
kurang dari lima auqiyah, ternak unta yang jumlahnya kurang dari lima

[24]
ekor, dan buah kurma serta biji-bijian yang jumlah takarannya kurang
dari lima wasaq.

[25]
Hadits Nomor 635

:‫ ع َْن اَلنه ِب ّي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬,‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬,‫ّللَا‬ ِ ‫ع ْب ِد َ ه‬ َ ‫َوع َْن‬
َ ‫سا ِل ِم ْب ِن‬
ُ ‫ َوفِي َما‬,‫ ا َ ْلعُش ُْر‬:‫عث َ ِريًّا‬
‫س ِق َي‬ َ ‫ أ َ ْو ك‬,ُ‫س َما ُء َوا ْلعُيُون‬
َ ‫َان‬ ِ َ‫سق‬
‫ت اَل ه‬ َ ‫( فِي َما‬
:‫َان بَ ْع ًَل‬ ُ ‫ َو ِِلَبِي د‬.ُ ‫ي‬
َ ‫ ( أ َ ْو ك‬:َ‫َاود‬ ّ ‫ ) َر َواهُ ا َ ْلبُ َخ ِار‬.‫ْف اَ ْلعُش ِْر‬ُ ‫ نِص‬:‫ح‬ ْ ‫بِالنه‬
ِ ‫ض‬
) ‫ْف اَ ْلعُش ِْر‬
ُ ‫ ِنص‬:ِ‫ضح‬ ْ ‫س َوا ِني أ َ ِو اَلنه‬ ‫س ِق َي ِبال ه‬ ُ ‫ َو ِفي َما‬,‫ا َ ْلعُش ُْر‬
Dari Salim Ibnu Abdullah, dari ayahnya r.a, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan
sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh,
dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seperduapuluh."
Riwayat Bukhari. Menurut riwayat Abu Dawud: "Bila tanaman ba'al (tanaman
yang menyerap air dari tanah), zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang
disiram dengan tenaga manusia atau binatang, zakatnya setengah dari
sepersepuluh (1/20)."

Makna Hadits
Oleh karena penyiraman tanaman menggunakan alat penyiraman
membutuhkan jerih payah dan usaha ekstra, maka syariat Islam mengurangi
sebagian zakat yang wajib ditunaikan sebagai rahmat kepada hamba Allah.
Jadi, Nabi (s.a.w) menetapkan zakatnya hanya setengah dari sepersepuluh.
Penyiraman tanaman melalui air hujan dan air sungai dilakukan tanpa susah
payah seperti kondisi pertama, maka syariat Islam mengatur zakatnya adalah
sepersepuluh.
Dengan demikian, Hadits yang mengatakan bahwa "yang jumlahnya kurang
dari lima wasaq tidak wajib dikeluarkan zakatnya" men-takhshish hadits ini
mengingat maknanya yang bersifat umum.
Sabda Nabi (s.a.w) yang mengatakan bahwa tanaman yang diairi oleh hujan
maka zakatnya adalah sepersepuluh. Maksudnya adalah apabila hasilnya
mencapai lima wasaq. Ini karena sebagian Sunnah dapat men-takhshish
sebagian yang lain. Hadits yang menjelaskan ukuran wasaq berkedudukan
sahih menjelaskan harga yang harus dikeluarkan zakatnya, sehingga Hadits

[26]
tersebut wajib diamalkan untuk membatasi pengertian umum yang ada pada
Hadits yang lain dalam masalah yang sama.

Fiqih Hadits
1. Hasil tanaman wajib dikeluarkan zakatnya.
2. Wajib mengeluarkan sepersepuluh dari hasil tanaman yang pengairannya
tidak menggunakan alat penyiraman untuk memberikan keluasan bagi
orang fakir.
3. Wajib mengeluarkan setengah dari sepersepuluh hasil tanaman yang
pengairannya dilakukan dengan menggunakan alat penyiraman yang
membutuhkan tenaga dan biaya untuk meringankan pemilik harta.

Hadits Nomor 636


‫ع ْن ُه َما; أَ هن اَلنهبِ هي صلى‬ ‫يِ; َو ُمعَا ٍذ َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ّ ‫شعَ ِر‬ْ َ ‫سى ا َ ِْل‬َ ‫َوع َْن أَبِي ُمو‬
ْ َ ‫ص َدقَ ِة ِإ هل ِم ْن َه ِذ ِه ا َ ِْل‬
ِ َ‫صن‬
‫اف‬ ‫ ( َل تَأ ْ ُخذَا ِفي اَل ه‬:‫هللا عليه وسلم قَا َل لَ ُه َما‬
,‫طبَ َرانِ ُّي‬ ‫ َوالت ه ْم ِر ) َر َواهُ اَل ه‬,‫ب‬ ‫ َو ه‬,‫ َوا ْل ِح ْن َط ِة‬,‫ير‬
ِ ‫الز ِبي‬ ‫ اَل ه‬:‫ا َ ِْل َ ْربَعَ ِة‬
ِ ‫ش ِع‬
ُُ ‫َوا ْل َحا ِكم‬
Dari Abu Musa al-Asy'ary dan Mu'adz Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada keduanya: "Jangan
mengambil zakat kecuali dari keempat jenis ini, yakni: sya'ir, gandum,
anggur kering, dan kurma." Riwayat Thabrani dan Hakim.

Hadits Nomor 637

,‫ب‬ َ َ‫ َوا ْلق‬,ُ‫الر همان‬


ُ ‫ص‬ ُّ ‫ َو‬,‫طي ُخ‬ّ ِ ‫ َوا ْل ِب‬,‫ ( فَأ َ هما ا َ ْل ِقثها ُء‬:ٍ‫ ع َْن ُمعَاذ‬,ِ‫هارقُ ْطنِ ّي‬
َ ‫َو ِللد‬
ٌ ‫ض ِعيف‬ َ ُ‫سنَا ُده‬ْ ِ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ) َوإ‬ ُ ‫ع ْنهُ َر‬
‫سو ُل َ ه‬ َ ‫عفَا‬ َ ‫فَقَ ْد‬
Menurut Daruquthni bahwa Mu'adz Radliyallaahu 'anhu berkata: Adapun
mengenai ketimun, semangka, delima dan tebu, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam telah membebaskan (zakat)-nya. Sanadnya lemah.

Makna Hadits 636-637

[27]
Mengutus tenaga pengajar ke berbagai kabilah dan daerah merupakan
kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi (s.a.w). Dahulu beliau sering mengutus
sahabat pilihan untuk menyiarkan dakwah Islam dan mengajarkan hukum-
hukum agama. Beliau mengutus Abu Musa dan Mu'adz ke negeri Yaman
sebagai da'i dan pengutip zakat. Kemudian beliau memasok mereka berdua
dengan nasihat yang antara lain terkait dengan masalah zakat melalui
sabdanya: "Janganlah kamu mengumpulkan zakat kecuali dari keempat jenis
ini." Barangkali jenis tanaman lain tidak dijumpai di tempat itu. Dengan
demikian, batasan ini bersifat nisbi atau berdasarkan penilaian kondisi pada
saat itu. Ulama memasukkan buah selainnya ke dalam kategori keempat jenis
tadi ketika itu bisa dijadikan sebagai makanan dasar. Ini termasuk qiyas jali
sebagaimana pula ada ulama yang memandang keumuman makna wajib
zakat pada setiap hasil yang ditumbuhkan oleh bumi hingga mencakup pula
sayuran dengan berlandaskan kepada keumuman makna zahir Hadits yang
mengatakan: "Tanaman yang diairi oleh hujan maka zakatnya sepersepuluh."

Fiqih Hadits
1. Gandum, jelai, anggur kering, dan buah kurma wajib dikeluarkan
zakatnya.
2. Semangka, jambu, delima dan tebu tidak diwajibkan mengeluarkan zakat.
Imam Ahmad berkata: "Zakat berkewajiban atas sesuatu yang dapat
ditakar, mampu bertahan lama dan bisa dikeringkan yang mencakup jenis
tanaman yang biasa ditanam manusia dalam bentuk biji-bijian dan buah
apakah bisa dijadikan makanan pokok seperti gandum, jelai, jagung, beras
dan gandum atau tidak bisa dijadikan makanan pokok seperti kacang-
kacangan, wortel, himhs, kamun, turmus, simsim dan jenis biji-briian dan
buah lainnya seperti misymisy, tin, luz, fistuq dan bunduq. Jenis buah yang
tidak bisa dikeringkan tidak dikenai kewajiban zakat di atasnya seperti
khukh, apel dan jambu biji. Demikian juga sayuran seperti labu,
mentimun, melon, terong, lobak, dan wortel. Imam al-Syafi'i dan Imam
Malik berpendapat bahwa zakat adalah kewajiban pada segala sesuatu
yang telah dibudidayakan di bumi saat jumlahnya mencapai nisab dan
bisa dijadikan makanan pokok dan termasuk jenis tanaman yang biasanya
[28]
ditanam manusia, seperti gandum, jelai, jagung, beras, humush, kacang
hijau, dan sebagainya. Jenis yang tidak dapat dijadikan sebagai makanan
dasar seperti kammun, kurrawiyah, kuzbarah, sayuran, halabah, kacang
sudan, turmus dan simsim. Semua itu tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
Ini menurut mazhab As-Syafi’i, tetapi menurut mazhab Imam Malik justru
sebaliknya. Imam Abu Hanifah mengatakan bahawa segala sesuatu yang
ditumbuhkan oleh bumi wajib dikeluarkan zakatnya tanpa memerlukan
syarat nisab dan perbedaan jenis tanaman sama ada sayur-sayuran
ataupun selainnya. Tetapi Imam Abu Hanifah mengikatnya dengan syarat
penanamannya sengaja dilakukan untuk memanfaatkan lahan kosong
mengikut tradisi. Oleh itu, menurut mereka tanaman jenis kayu-kayuan,
rumput lalang, rumput makanan ternakan, daun kurma, dan biji tembikai
tidak dikeluarkan zakatnya, kerana penanamannya tidak dilakukan untuk
memanfaatkan tanah dan mengembangkannya menurut kebiasaan. Lain
halnya apabila seseorang memanfaatkan tanah, lalu ditanaminya dengan
pohon, tebu atau rumput ilalang, maka hasil yang diperolehinya wajib
dikeluarkan zakatnya, kerana ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan
lahan kosong. Imam Abu Hanifah melandaskan pendapatnya ini dengan
berdalilkan kepada firman Allah (s.w.t) dalam surat Al-Baqarah: 267 dan
Al-An’am: 141.
Abu Yusuf dan Imam Muhammad murid Imam Abu Hanifah mengatakan
bahawa zakat diwajibkan pada jenis buah-buahan yang mampu bertahan
disimpan selama satu tahun tanpa memerlukan kepada bahan pengawet,
baik jenis yang dapat ditakar seperti kurma ataupun jenis yang tidak
dapat ditakar seperti kapas. Jika barang tersebut termasuk jenis yang
ditakar, maka jumlahnya harus mencapai lima wasaq. Jika tidak termasuk
jenis yang ditakar, maka menurut Abu Yusuf tidak wajib dikeluarkan
zakatnya, kecuali apabila harganya mencapai nisab mengikut hitungan
minimum barang yang ditakar. Kapas tidak wajib dikeluarkan zakatnya,
kecuali apabila harganya mencapai lima wasaq gandum. Menurut Imam
Muhammad, barang yang tidak ditakar tidak dikenakan zakat, kecuali
apabila jumlahnya mencapai lima kali ganda jenis yang paling unggul. Dan
kapas tidak wajib dikeluarkan zakatnya, kecuali apabila jumlahnya
[29]
mencapai lima qintarah. Dari sini dapat diambil satu kesimpulan bahawa
buah-buahan dan sayur-sayuran tidak dikenakan zakat.

Hadits Nomor 636

‫سو ُل َ ه‬
ِ‫ّللَا‬ ُ ‫ أ َ َم َرنَا َر‬:‫ قَا َل‬-‫ع ْن ُه َما‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬- ‫س ْه ِل ْب ِن أ َ ِبي َحثْ َم َة‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ ‫َوع َْن‬
‫ فَ ِإ ْن لَ ْم‬,‫ث‬
َ ُ‫ َو َدعُوا اَلثُّل‬,‫ فَ ُخذُوا‬,‫صت ُ ْم‬ ْ ‫صلى هللا عليه وسلم ( إِذَا َخ َر‬
ُ‫ص هح َحهُ اِ ْبن‬ َ ‫ َو‬,‫سةُ ِإ هل اِ ْب َن َما َج ْه‬ ُّ َ ‫ فَ َدعُوا ا‬,‫ث‬
َ ‫لربُ َع ) َر َواهُ ا َ ْل َخ ْم‬ َ ُ‫ت َ َدعُوا اَلثُّل‬
ُ ‫ َوا ْل َحا ِكم‬,‫ان‬
َ ‫ِحبه‬
Sahal Ibnu Abu Hatsmah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam memerintahkan kami apabila kamu menaksir, maka
kerjakanlah, tetapi bebaskan sepertiga. Apabila kamu enggan membebaskan
sepertiga, maka bebaskan seperempat. Riwayat Imam Lima kecuali Ibnu
Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) menyuruh amil zakat yang bertugas mentaksir hasil buah-
buahan harus memberikan keringanan kepada pemiliknya dengan
menyisakan seperempat atau sepertiga dari sepersepuluhnya. Ini merupakan
salah satu kebaikan syariat dan berkah bagi pemilik buah-buahan sebagai
pengganti kekurangan dan kerusakan yang mungkin terjadi. Demikianlah
menurut tafsiran sebagian ulama terhadap hadits ini.
Menurut ulama yang lain pula, zakat merupakan hukum syariah dan telah
ditentukan bagiannya di mana pengaturan dan nisabnya tidak mungkin
diubah. Jadi maksud ini adalah harus orang yang betugas mentaksir zakat
buahbuahan membiarkan sepertiga atau seperempat dari sepersepuluhnya
untuk pemiliknya agar dia membagikannya sendiri kepada para tetangganya
dan kerabatnya serta orang yang biasa dia beri hadiah. Pengertian ini
mengandung rasa belas kasihan terhadap pemilik buah-buahan dan para
pengikutnya.

[30]
Menurut pendapat lain, makna Hadits ini adalah membiarkan sejumlah apa
yang biasa dimakan oleh pemiliknya dan keluarganya menurut tradisi yang
berlaku, lalu jumlah itu tidak bisa dimasukkan ke dalam penilaian.

Tapi menurut pendapat yang lebih kuat ialah menafsirkan Hadits menurut
makna yang pertama di atas, karena itu telah diperkuat oleh riwayat Jabir
(r.a) yang intinya memberikan keringanan dalam menentukan taksiran.

Fiqih Hadits
Disyariatkan melakukan penilaian untuk memelihara hak kaum fakir miskin.
Akan tetapi, hukum dan jenis yang dapat ditaksir masih diperselisihkan.
Imam Malik mengatakan bahwa penilaian wajib dilakukan pada buah anggur
dan buah kurma yang masih belum matang. Imam Malik mendasarkan
pendapatnya pada Hadits 'Attab yang akan disebutkan setelah Hadits ini.
Imam Ahmad dan Imam al-Sya fi i mengatakan bahwa melakukan penilaian
hanya disunatkan pada pohon kurma dan pohon anggur saja. Mereka
mendasarkan pendapat mereka pada Hadits 'Attab.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa tidak bisa melakukan penilaian,
karena ia hanya sekedar dugaan dan perkiraan yang tidak dipastikan. Dia
melandaskan pendapatnya dengan berdalilkan Hadits Jabir (r.a) yang
mengatakan Rasulullah (s.a.w) melarang melakukan penilaian, lalu beliau
bersabda: “Bagaimana menurut kamu apabila buah kurma itu rusak, apakah
seseorang di antara kamu gemar apabila mengambil harta saudaranya
dengan cara yang batil?”
Imam Abu Hanifah menjawab Hadits ‘Itab dengan mengatakan bahawa itu
terjadi sebelum adanya larangan riba, kemudian ia dimansukh. Akan tetapi,
ulama yang lain menyanggahnya. Jika anda ingin mengetahui pembahasan ini
lebih mendalam, bisa merujuk kitab-kitab fiqh.

Hadits Nomor 639

[31]
‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ُل َ ه‬ُ ‫ أَ َم َر َر‬:‫س ْي ٍد رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ُ ‫بن أ‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫عتها‬ َ ‫َوع َْن‬
ُ‫ َوت ُ ْؤ َخذَ َزكَاتُهُ َز ِبيبًا ) َر َواه‬,‫ص اَلنه ْخ ُل‬ ُ َ‫ص ا َ ْل ِعن‬
ُ ‫ب َك َما يُ ْخ َر‬ َ ‫وسلم ( أ َ ْن يُ ْخ َر‬
ٌ ‫ َوفِي ِه اِ ْن ِق َطاع‬,ُ‫سة‬ َ ‫ا َ ْل َخ ْم‬
Attab Ibnu Asid Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam memerintahkan agar anggur ditaksir sebagaimana kurma, dan
zakatnya diambil setelah dalam keadaan kering. Riwayat Imam Lima dan
sanadnya terputus.

Makna Hadits
Kaum fakir miskin adalah sekutu orang yang memiliki harta termasuk buah-
buahan dalam harga yang telah diwajibkan oleh Allah kepada mereka dari
zakat buah-buahan itu. Jika pemilik buah-buahan dilarang memanfaatkan
buah-buahan mereka sampai masak, niscaya ini akan menyusahkan mereka.
Jika dia memetiknya dengan sesuka hatinya, niscaya itu merugikan hak kaum
fakir miskin yang ada pada buah-buahan miliknya.
Oleh kepercayaan atau amanat tidak dapat diwujudkan di kalangan setiap
pemilik harta, demikian pula karyawannya, maka syariat menetapkan satu
metode ini dengan membuat penilaian yang dilakukan oleh amil zakat.
Tujuannya agar pemilik harta cepat dapat memanfaatkan harta miliknya
sekaligus memelihara hak kaum fakir miskin yang ada pada hartanya itu..

Fiqih Hadits
1. Disyariatkan melakukan taksiran zakat terhadap buah kurma dan anggur
yang masih bergantung pada pohonnya.
2. Zakat buah kurma dan anggur diambil setelah keduanya benar-benar
masak, yakni setelah menjadi tamar dan kismis.

Hadits Nomor 640

[32]
‫ت اَلنه ِب هي صلى‬ ِ َ ‫ ع َْن َج ِ ّد ِه; ( أ َ هن ا ِْم َرأَةً أَت‬,‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬,‫ب‬ ٍ ‫ش َع ْي‬ُ ‫َوع َْن ع َْم ِرو ْب ِن‬
‫ فَقَا َل‬,‫ب‬ ٍ ‫ان ِم ْن ذَ َه‬ ِ َ ‫س َكت‬ ْ ‫ َوفِي يَ ِد اِ ْب َنتِ َها ِم‬,‫هللا عليه وسلم َو َمعَ َها اِ ْبنَةٌ لَ َها‬
َ ُ‫س ُّر ِك أ َ ْن ي‬
‫س ّ ِو َر ِك َ ه‬
‫ّللَاُ بِ ِه َما‬ ُ َ‫ "أَي‬:‫ قَا َل‬.‫ َل‬: ْ‫ين َزكَاةَ َهذَا?" قَالَت‬ َ ‫ "أَت ُ ْع ِط‬:‫لَ َها‬
ُ‫سنَا ُده‬ ْ ِ‫ َوإ‬,ُ‫ ) َر َواهُ اَلث ه ََلثَة‬.‫ فَأ َ ْلقَتْ ُه َما‬."?‫ار ْي ِن ِم ْن نَ ٍار‬ ِ ‫يَ ْو َم ا َ ْل ِقيَا َم ِة‬
َ ‫س َو‬
‫ث عَائِشَة‬ ِ ‫ ِم ْن َحدِي‬:‫ص هح َحهُ ا َ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ َو‬.ٌ ‫ي‬ ّ ‫قَ ِو‬
Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu
bahwa seorang perempuan datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas ditangannya. Lalu
beliau bertanya: "Apakah engkau mengeluarkan zakat gelang ini?" Dia
menjawab: Tidak. Beliau bersabda: "Apakah engkau senang pada hari kiamat
nanti Allahakan menggelangi kamu dengan dua gelang api neraka?" Lalu
perempuan itu melepaskan kedua gelang tersebut. Riwayat Imam Tiga
dengan sanad yang kuat. Hadits shahih menurut Hakim dari hadits 'Aisyah.

Hadits Nomor 641

ٍ ‫ضا ًحا ِم ْن ذَ َه‬


‫ب‬ َ ‫س أ َ ْو‬ ُ َ‫ع ْن َها; ( أَنه َها كَانَتْ ت َ ْلب‬ ‫س َل َمةَ َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ ‫َوع َْن أ ُ ِ ّم‬
‫س‬َ ‫ فَلَ ْي‬,ُ‫ت َزكَاتَه‬ِ ‫ إِذَا أ َ هد ْي‬:‫ّللَاِ! أ َ َك ْن ٌز ُه َو?] فَـ [ قَا َل‬ ُ ‫ يَا َر‬: ْ‫فَقَالَت‬
‫سو َل َ ه‬
َ ‫ َو‬,‫هارقُ ْطنِ ُّي‬
.‫ص هح َحهُ ا َ ْل َحا ِك ُم‬ َ ‫ َواَلد‬,َ‫َاود‬ُ ‫بِ َك ْن ٍز ) َر َواهُ أَبُو د‬
Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia mengenakan perhiasan
dari emas, lalu dia bertanya: Ya Rasulullah, apakah ia termasuk harta
simpanan? Beliau menjawab: "Jika engkau mengeluarkan zakatnya, maka ia
tidak termasuh harta simpanan." Riwayat Abu Dawud dan Daruquthni. Hadits
shahih menurut Hakim.

Makna Hadits 640-641


Nabi (saw) memungkinkan kaum wanita memakai perhiasan emas dan perak,
seperti yang telah disebutkan di dalam Hadits lain yang mengatakan bahwa

[33]
Rasulullah (saw) mengambil kain sutra, lalu dipegang di tangan kanannya,
dan emas yang beliau pegang di tangan kirinya, kemudian bersabda :

"Sesungguhnya kedua barang ini haram bagi kaum pria umatku, namun halal
bagi kaum wanita."
Hadits ini menunjukkan bahwa perhiasan kaum wanita tidak dikenakan wajib
zakat. Inilah yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama dan dikuatkan oleh
fatwa ulama salaf serta kebiasaan yang terjadi yang tidak mengenakan wajib
zakat terhadap perhiasan kaum wanita.

Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa perhiasan wajib dikenakan zakat,


apabila jumlahnya telah mencapai nisab karena disamakan dengan makna
umum wajib zakat atas emas dan perak, di samping berdasarkan Hadits-
Hadits yang mengancam dan mengingatkan orang yang tidak menunaikan
zakatnya. Akan tetapi, menurut jumhur ulama kesahihan Hadits-Hadits yang
mengandung ancaman masih belum dapat dibuktikan.

Fiqih Hadits
Barang perhiasan wajib dikeluarkan zakatnya menurut Imam Abu Hanifah
yang melandaskan pendapatnya dengan berdalilkan Hadits Ummu Salamah.
Jumhur ulama mengatakan bahwa barang perhiasan yang dibuat untuk
dipakai tidak dikenakan kewajiban membayar zakat.
Segolongan ulama ada yang mengatakan bahwa zakat barang perhiasan itu
adalah meminjamkannya.
Segolongan ulama yang lain mengatakan bahwa perhiasan itu wajib
dikeluarkan zakat satu kali selama hidupnya.

Hadits Nomor 642

[34]
‫ّللَا صلى هللا‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫َان َر‬ َ ‫ ( ك‬:‫ب رضي هللا عنه قَا َل‬ ٍ ‫س ُم َرةَ ْب ِن ُج ْن ُد‬َ ‫َوع َْن‬
‫ص َدقَةَ ِم َن اَلهذِي َنعُ ُّدهُ ِل ْلبَ ْي ِع ) َر َواهُ أَبُو‬
‫عليه وسلم َيأ ْ ُم ُرنَا; أ َ ْن نُ ْخ ِر َج اَل ه‬
ٌ ‫سنَا ُدهُ لَيِّن‬
ْ ِ‫ َوإ‬,َ‫َاود‬
ُ ‫د‬
Samurah Ibnu Jundab Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari harta
yang kita siapkan untuk berjualan. Riwayat Abu Dawud dan sanadnya lemah.

Makna Hadits
Harta yang disediakan untuk bisnis adalah harta perdagangan; harta itu
dikenakan zakat apabila jumlahnya telah mencapai nisab. Hal ini telah
disepakati oleh ulama, sedangkan perbedaan pendapat ulama tentang tidak
dapat dijadikan sebagai pertimbangan.
Ibn al-Mundzir mengatakan: "Ulama telah berijma 'bahwa wajib zakat atas
harta bisnis. Ulama yang menyatakan wajib adalah anggota fi QH yang tujuh,
tetapi tidak kufur bagi orang yang mengingkarinya karena masalah ini masih
diperselisihkan. "

Fiqih Hadits
Harta Perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya. Imam Malik dan Imam As-
Syafi’i mengatakan bahwa tidak ada ketentuan nisab dalam harta perniagaan,
sebaliknya apa yang penting adalah sudah mencapai satu haul. Jika telah
genap satu tahun dan jumlah harta mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan
zakatnya. Tapi kalau belum sampai nisab, maka tidak wajib mengeluarkan
zakat. Barang siapa yang memiliki harta kurang dari nisab, lalu dia
mengembangkannya melalui cara berdagang, sampai di akhir tahun
jumlahnya mencapai nisab, maka hartanya itu wajib dikeluarkan zakatnya.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa disyaratkan nisab pada awal dan
akhirnya haul dalam harta perniagaan, tetapi tidak ada pengaruhnya ketika
pada pertengahan tahun jumlahnya berkurang dari nisab.
Imam Ahmad mengatakan bahwa disyaratkan adanya nisab secara tetap
sepanjang tahun dalam harta perniagaan.

[35]
Hadits Nomor 643

‫سو َل َ ه‬
‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫َوع َْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه ( أ َ هن َر‬
ِ ‫علَ ْيه‬
َ ‫ق‬ ُ ‫ اَ ْل ُخ ُم‬:‫لرك َِاز‬
ٌ َ‫س" ) ُمتهف‬ َ :‫قَا َل‬
ّ ِ َ ‫"وفِي ا‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Zakat rikaz (harta peninggalan purbakala) adalah
seperlima." Muttafaq Alaihi.

Makna Hadits
Setelah Ibn Hajar selesai menyebutkan Hadits-Hadits tentang zakat barang
bisnis, beliau menyebutkan hukum zakat harta rikaz. Sementara itu, dia
mempresentasikan Hadits Abu Hurairah (r.a) yang menunjukkan bahwa
harta zakat adalah seperlima.

Ulama berselisih pendapat tentang makna rikaz. Pandangan mereka terbagi


dalam dua kelompok. Pertama, pendapat jumhur ulama, yaitu Imam Malik,
Imam As-Syafi’i, dan Imam Ahmad di mana mereka mengatakan bahwa harta
rikaz adalah harta terpendam di dalam tanah yang merupakan sisa
peninggalkan harta berharga pada zaman Jahiliah. Rikaz berbeda dengan
harta galian karena berdasarkan dalil hadits:

"Luka karena hewan adalah sia-sia, barang galian adalah sia-sia, dan di dalam
harta rikaz ada zakat seperlima." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari) Meng-'athaf-
kan lafaz al-rikaz kepada lafaz al-ma ' adin menunjukkan bahwa keduanya
barang yang berbeda.
Kedua, adalah menurut pendapat Imam Abu Hanifah di mana ia mengatakan
bahwa rikaz sama dengan al-ma'adin (barang galian). Dia mengatur zakat
seperlima ke atasnya, baik yang berjumlah sedikit ataupun banyak tanpa ada
ikatan nisab.

[36]
Imam As-Syafi’i mewajibkan nisab di rikaz berdasarkan Hadits:

"Emas yang jumlahnya kurang dari lima auqiyah tidak dikenakan kewajiban
zakat."
Barang galian, menurut jumhur ulama, wajib dikeluarkan zakatnya apabila
jumlahnya mencapai nisab.

Fiqih Hadits
Harta rikaz wajib dikeluarkan zakatnya. Jumhur ulama mengatakan bahwa
baik sedikit ataupun banyak, adalah sama di mana ia wajib dikeluarkan
zakatnya sebanyak seperlima.
Imam As-Syafi’i dalam qaul jadid mensyaratkan jumlahnya mencapai nisab.
Jadi, harta rikaz yang jumlahnya masih di bawah nisab tidak wajib
dikeluarkan zakatnya, kecuali apabila di dalam milik seseorang itu ada harta
lain yang sama jenisnya dengan harta rikaz yang dijumpainya hingga
jumlahnya genap mencapai nisab. Imam As-Syafi’i menambahkan bahwa
syarat wajib zakat pada harta rikaz ketika berupa dua mata uang atau dalam
bentuk lain, tetapi masih tetap dianggap sebagai mata uang, karena
berlandaskan kepada makna zahir Hadits.
Hal yang sama juga dikemukakan pula oleh mazhab Hanafi, namun mereka
mewajibkan seperlima dan menjadikannya sebagai harta fai '.
Imam Ahmad mewajibkan seperempat sepersepuluh, yaitu dua setengah
persen dan dia menjadikannya sebagai zakat.
Menurut Imam Malik, ada dua riwayat seperti mana dua pendapat yang di
atas; masing-masing riwayat ini diceritakan oleh Ibn al-Qasim. Penjelasan
tentang harga zakat harta rikaz zaman dahulu, yaitu seperlima, karena harta
tersebut dikeluarkan tanpa bersusah payah. Lain halnya dengan barang
galian, karena barang galian dirilis dengan kerja berat dan bersusah payah.
Penjelasan yang mengatakan bahwa orang yang menemukan harta rikaz
sesudah dia mengeluarkan satu perlimanya berarti dia memiliki sisanya
sebanyak empat perlimanya atau delapan puluh persen.
[37]
Hadits Nomor 644

‫ ع َْن َج ِ ّد ِه; ( أ َ هن اَلنه ِب هي صلى هللا عليه‬,‫ ع َْن أ َ ِبي ِه‬,‫ب‬ ٍ ‫ش َع ْي‬ُ ‫َوع َْن ع َْم ِرو ْب ِن‬
‫ إِ ْن َو َج ْدتَهُ فِي قَ ْريَ ٍة‬:-‫فِي َك ْن ٍز َو َج َدهُ َر ُج ٌل فِي َخ ِربَ ٍة‬- ‫وسلم قَا َل‬
‫ فَ ِفي ِه َوفِي‬,ٍ‫سكُونَة‬ َ ‫ َوإِ ْن َو َج ْدتَهُ فِي قَ ْريَ ٍة‬,ُ‫ فَعَ ِ ّر ْفه‬,ٍ‫سكُونَة‬
ْ ‫غ ْي ِر َم‬ ْ ‫َم‬
ٍ ‫سن‬ َ ‫سنَا ٍد َح‬ ْ ‫س ) أ َ ْخ َر َجهُ اِ ْب ُن َما َج ْه ِب ِإ‬
ُ ‫ ا َ ْل ُخ ُم‬:‫لرك َِاز‬
ّ ِ َ‫ا‬
Dari Amar Ibnu Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tentang harta
simpanan yang ditemukan seseorang di suatu tempat yang tidak
berpenghuni. Jika engkau menemukannya pada kampung yang dihuni orang,
maka umumkan. Jika engkau menemukannya pada kampung yang tidak
dihuni orang, maka zakatnya sebagai rikaz itu seperlima." Dikeluarkan oleh
Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Makna Hadits
Harta yang ditemukan di atas permukaan tanah tanpa dipendam atau
ditemukan di kawasan tanah yang bertuan, yakni tanah milik seseorang atau
ditemukan dalam keadaan terpendam di tengah jalan, di dalam masjid, atau
di tempat pos kawalan, tidaklah disebut harta rikaz, sebaliknya barang
temuan dan berlaku ke atasnya hukum barang temuan.

Harta rikaz yang menurut syariat wajib dikeluarkan seperlimanya mestilah


memenuhi dua kriteria. Pertama, hendaklah dalam keadaan terpendam
sebagai peninggalan zaman dahulu. Kedua, hendaklah barang tersebut berada
di dalam tanah yang tidak bertuan. Dengan demikian, jelaslah perbezaan
antara barang temuan dengan harta rikaz. Hadits ini menetapkan pengertian
tersebut dengan jelas.

Fiqih Hadits

[38]
1. Bisa mengambil barang yang ditemukan tapi pada kondisi
mengumumkannya terlebih dahulu.
2. Zakat harta yang ditemukan di desa yang ditinggalkan penduduknya
adalah seperlima, yaitu dua puluh persen, karena dikaitkan dengan rikaz.

Hadits Nomor 645

ُ ‫ث رضي هللا عنه ( أ َ هن َر‬


‫سو َل َ ه‬
‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ِ ‫َوع َْن بِ ََل ِل ْب ِن ا َ ْل َح ِار‬
ُ ‫ص َدقَةَ ) َر َواهُ أَبُو د‬
َ ‫َاود‬ ِ ‫وسلم أ َ َخذَ ِم َن اَ ْل َم َعاد‬
‫ِن اَ ْلقَ َب ِليه ِة اَل ه‬
Dari Bilal Ibnu Harits Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam mengambil zakat dari barang-barang tambang di Qalibiyah.
Riwayat Abu Dawud.

Makna Hadits
Pemimpin berhak memberikan tanah yang tidak bertuan kepada siapapun
yang dikehendakinya dari kalangan orang yang ingin mengelolanya. Nabi
(s.a.w) pernah memberikan tanah yang mengandung barang tambang yang
terletak di alQabaliyyah kepada Bilal al-Muzani. Al-Qabaliyyah adalah nama
sebuah tempat yang terletak lima hari perjalanan dari Madinah menuju ke
arah al-Furu '. Beliau menetapkan zakat terhadap hasil yang digali di tambang
itu. Apapun, makna shadaqah di sini masih diperselisihkan oleh ulama.
Menurut satu pendapat, itu adalah zakat, tetapi dengan syarat jumlahnya
mencapai nisab dengan syarat jumlah tersebut mencapai nisab dengan alasan
bahwa barang mineral tidak rikaz. Menurut pendapat lain, apa yang dimaksud
dengan zakat adalah al-khumus atau seperlima karena barangnya sama
dengan rikaz. Inilah pendapat Imam Abu Hanifah

Fiqih Hadits
1. Barang siapa yang memperoleh barang galian, maka pada saat itu juga dia
diwajibkan membayar zakatnya sebesar dua puluh persen. Jumhur ulama
mengatakan bahwa zakat barang tambang adalah dua puluh persen
dibayar seketika dan tunai. Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa barang

[39]
tambang dikenakan khumus atau seperlimanya karena kedudukannya
sama dengan rikaz.
2. Wajib zakat emas dan perak, sedangkan perhiasan selain itu tidak wajib
dizakati, karena emas dan perak dapat dikembangkan dan dengan itu
segala sesuatu dapat terbeli

Pembahasan
Hukum surat berharga menurut mazhab Maliki dan mazhab Hanafi wajib
dikeluarkan zakatnya apabila nilainya telah mencapai nisab dan telah berlalu
waktu satu tahun, karena surat berharga dapat berlaku sebagai alat
pembayaran dalam bermuamalah sama seperti emas dan perak di samping
dapat menggantikan posisi uang emas dan perak untuk tujuan pembayaran.
Selain itu, surat-surat berharga juga merupakan sijil kepemilikan.
Mazhab As-Syafi’i mengatakan bahwa surat berharga tidak wajib dikeluarkan
zakatnya karena surat berharga merupakan bukti transfer ke bank dengan
cara yang tidak sahih karena tidak disertai ijab kabul secara lisan di antara
kedua belah pihak, kecuali apabila surat berharga itu dicairkan menjadi uang
dan telah lebih dari setahun.

Mazhab Hanbali mengatakan bahwa surat-surat berharga itu tidak wajib


dikeluarkan zakatnya kecuali jika dicairkan menjadi uang.

Periwayat Hadits
Bilal bin al-Harits al-Muzanni menjadi delegasi kaumnya pada tahun 5 Hijriah.
Dia memegang panji Muzayyanah pada hari pembukaan Mekah. Dia
meriwayatkan 8 Hadits, dan riwayat haditsnya telah diambil oleh 'Alqamah
bin Waqqash dan Amr ibn Auf. Dia meninggal pada tahun 60 Hijriah dalam
usia 80 tahun.

Kesimpulan
Dari Hadits-Hadits yang ada di dalam bab ini dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

[40]
1. Mengirim amil zakat untuk mengumpulkan zakat, karena pemimpin
berhak mengambilnya, baik oleh dirinya sendiri maupun melalui
wakilnya.
2. Mengundang orang untuk masuk Islam dan berdoa bagi orang-orang yang
tertindas diterima dan tidak ditolak oleh Allah.
3. Lemah lembut dalam berkhotbah dan menggunakan metode secara
bertahap dengan berpindah dari satu masalah ke masalah lain saat yang
pertama sudah menguasainya, jadi sampai selesai.
4. Tidaklah wajib untuk mendistribusikan zakat ke delapan kelompok yang
berhak mendapatkan zakat.
5. Dilarang memberikan zakat kepada orang kafir dan memindahkan zakat
dari suatu negara ke negara lain.
6. Diingatkan agar tidak mengambil harta kesayangan pembayar zakat
ketika mengambil zakat, dan tidak bisa berbuat aniaya.
7. Menjelaskan hal-hal yang tidak diterima sebagai zakat, nisab jenis
kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya, yaitu unta, sapi, kambing,
kuda, barang dagangan, emas, perak, perhiasan yang dipakai, harga budak
ketika mereka diperjualbelikan, buah kurma, biji- bijian, gandum, kismis,
hasil pertanian, rikaz, harta galian, dan besarnya jizyah; jizyah wajib
dikenakan pada orang yang telah berusia baligh saja. Menjelaskan hukum
surat berharga dan keluarga Nabi (s.a.w).
8. Pengembalaan dengan bebas di ladang gembala merupakan syarat wajib
zakat atas ternak kambing.
9. Ternak yang jumlahnya kurang dari nisab tidak wajib dikeluarkan
zakatnya kecuali bila pemilik ternak itu secara sukarela memberikannya,
maka itu dapat diterima.
10. Emas dan perak tidak ada pengurangan padanya dan kelebihan dari nisab
tetap dihitung sebagai zakatnya.
11. Pemilik budak wajib mengeluarkan zakat fitrah hambanya secara mutlak
tanpa memperhatikan apakah mereka diperdagangkan atau untuk
dipelihara sendiri. Zakat diwajibkan atas harta anak anak. Wajib
mengusahakan harta anak yatim dengan cara berbisnis dan cara yang

[41]
selainnya, serta tidak dapat membiarkannya agar tidak habis dimakan
zakat.
12. Dianjurkan ikhlas dalam berniat ketika mengeluarkan zakat.
13. Dibolehkan berselawat meskipun bukan untuk para nabi, menyegerakan
zakat sebelum tiba waktunya dan membagi tanah yang tidak bertuan.
14. Zakat haram bagi Nabi (s.a.w) dan keluarganya.
15. Tidak diwajibkan mengeluarkan zakat hamba sahaya ketika untuk
dimiliki sendiri, juga sapi yang digunakan untuk bekerja, begitu pula jenis
ternak lainnya karena diqiyaskan kepada sapi.
16. Disunatkan berdoa untuk pemilik harta ketika diambil zakat daripadanya.
17. Disyariatkan melakukan penilaian zakat atas buah anggur dan kurma
demi memelihara hak kaum fakir miskin.
18. Perbedaan antara barang temuan dengan rikaz.

[42]
Bab II : Zakat Fitrah

Hadits Nomor 646

‫ّللَا صلى هللا عليه‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ض َر‬ َ ‫ ( فَ َر‬:‫ع ْن ُه َما قَا َل‬ ‫ع َم َر َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ُ ‫ع َِن اِ ْب ِن‬
‫علَى اَ ْلعَ ْب ِد‬َ :‫ير‬ ٍ ‫ش ِع‬َ ‫صاعًا ِم ْن‬ َ ‫ أ َ ْو‬,‫صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر‬ َ ,‫وسلم َزكَاةَ ا َ ْل ِف ْط ِر‬
‫ َوأ َ َم َر بِ َها‬,‫ين‬ ْ ‫ ِم َن ا َ ْل ُم‬,‫ير‬
َ ‫س ِل ِم‬ ِ ‫ َوا ْل َك ِب‬,‫ير‬ ‫ َوال ه‬,‫ َو ْاِل ُ ْنثَى‬,‫ َوالذهك َِر‬,‫َوا ْل ُح ِ ّر‬
ِ ‫ص ِغ‬
‫علَ ْيه‬
َ ‫ق‬ ٌ ‫ص ََل ِة ) ُمت ه َف‬ ‫اس ِإلَى اَل ه‬ ِ ‫أ َ ْن ت ُ َؤدهى قَ ْب َل ُخ ُروجِ اَلنه‬
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sho' kurma atau satu sho' sya'ir
atas seorang hamba, orang merdeka, laki-laki dan perempuan, besar kecil dari
orang-orang islam; dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum
orang-orang keluar menunaikan sholat. Muttafaq Alaihi.

Hadits Nomor 647

‫ ( ا ْغنُو ُه ْم‬:‫يف‬
ٍ ‫ض ِع‬ ْ ‫هارقُ ْطنِ ّي ِ ِب ِإ‬
َ ‫سنَا ٍد‬ َ ‫ِي ٍ ] ِم ْن َوجْ ٍه آ َخ َر [ َواَلد‬
ّ ‫عد‬
َ ‫َو ِل ْب ِن‬
) ‫اف فِي َهذَا اَ ْليَ ْو ِم‬ ‫ع َِن اَل ه‬
ِ ‫ط َو‬
Menurut riwayat Ibnu Adiy dan Daruquthni dengan sanad yang lemah:
"Cegahlah mereka agar tidak keliling (untuk minta-minta) pada hari ini.

Makna Hadits 646-647


Rasulullah (s.a.w) mewajibkan zakat fitrah setelah puasa bulan Ramadhan
untuk membersihkan orang yang puasa dari perkataan yang tidak bermanfaat
dan keji di mana adakalanya itu dilakukan ketika sedang berpuasa. Zakat
fitrah dapat menutupi kekurangan yang terjadi selama berpuasa,
sebagaimana sujud sahwi dapat menutupi kekurangan yang terjadi di dalam
shalat.
Zakat fitrah pada hari itu berfungsi memberikan kecukupan kepada orang
fakir sampai mereka tidak lagi meminta-minta di samping sebagai
pemberitahuan kepada mereka tentang hari raya yang dipenuhi dengan

[43]
suasana kegembiraan dipenuhi dengan suasana kegembiraan dan
kebahagiaan serta keagungan Islam. Pada hari itu seluruh kaum muslimin
berkumpul dengan penuh rasa kasih sayang dan kebahagiaan. Nabi (s.a.w)
menjadikan zakat fitrah sebanyak satu sha 'kurma atau gandum atau
selainnya yang merupakan makanan pokok negeri setempat. Beliau mengatur
kewajibannya ke atas setiap orang merdeka, hamba sahaya, pria, wanita,
anak-anak atau orang dewasa dari kalangan kaum muslimin. Baginda
menyuruh dengan perintah sunat agar zakat fitrah diberikan sebelum shalat
mengerjakan shalat hari raya aidil fitri.

Fiqih Hadits
1. Kewajiban zakat fitrah dan menjelaskan hukum wajib ini berlaku umum
yang mencakup seluruh orang muslim, baik pria ataupun perempuan,
anak-anak ataupun orang dewasa, orang merdeka atau hamba sahaya.
Zakat fitrah anak yatim diambil dari hartanya sendiri ketika dia memiliki
harta, namun apabila tidak memiliki harta, maka zakat fitrahnya
ditanggung oleh penanggung jawab nafkahnya. Zakat fitrah hamba sahaya
dibebankan kepada tuannya. Jumhur ulama mengatakan bahwa zakat
fitrah isteri wajib dikeluarkan oleh suaminya karena dianggap sama
dengan wajib nafkah. Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa zakat fitrah
isteri wajib ke atas dirinya sendiri karena berpegang kepada makna zahir
sabda Nabi (s.a.w): "atau perempuan."
2. Menjelaskan harga zakat fitrah, yaitu satu sha 'atau satu al-kaylah. Jumhur
ulama mengatakan bahwa zakat fitrah itu dalam bentuk makanan dasar
kebanyakan penduduk negeri setempat. Imam Abu Hanifah mengatakan
bahwa zakat fitrah dapat dibayar dalam bentuk uang yang senilai dengan
satu sha 'makanan, karena orang fakir dapat bebas menggunakannya
untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih penting.
3. Menjelaskan waktu pembayaran zakat fitrah, yaitu sebelum mengerjakan
shalat hari raya aidil fi tri. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik
mengatakan bahwa zakat fitrah diwajibkan saat fajar hari raya terbit,
karena waktu itu adalah waktu berbuka yang hakiki, di samping zakat

[44]
fitrah merupakan amal taqarrub yang terkait dengan hari raya, maka
waktu wajib tidak dapat didahulukan pada hari raya. Imam al-Sya fi 'i dan
Imam Ahmad mengatakan bahwa zakat fitrah diwajibkan setelah
matahari akhir Ramadhan tenggelam, karena berbuka dari puasa
Ramadhan tidak lain kecuali setelah matahari tenggelam di akhir harinya.
Adapun menyegerakan zakat fitrah, Imam al-Sya fi 'i mengatakan bahwa
itu dibolehkan sejak awal Ramadhan karena penyebab untuk berzakat
fitrah telah ada. Imam Malik dan Imam Ahmad mengatakan bahwa bisa
mendahulukan zakat fitrah sehari atau dua hari saja sebelum hari raya.
Mazhab Hana fi mengatakan bahwa bisa mendahulukan zakat fitrah
secara mutlak tanpa harus merincikan waktunya menurut pendapat yang
shahih di antara mereka sebab penyebab yang mewajibkannya telah ada,
yaitu orang yang wajib diberi nafkah.

Hadits Nomor 648

ِ ‫ ( ُكنها نُ ْع ِطي َها فِي َز َم‬:‫ي ِ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫ان‬ َ ‫َوع َْن أ َ ِبي‬
ّ ‫س ِعي ٍد ا َ ْل ُخد ِْر‬
‫صاعًا‬َ ‫ أَ ْو‬,‫صاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر‬
َ ‫ أ َ ْو‬,‫طعَ ٍام‬
َ ‫صاعًا ِم ْن‬ َ ‫اَلنهبِ ّي ِ صلى هللا عليه وسلم‬
‫علَ ْيه‬
َ ‫ق‬ ٌ ‫ ) ُمت ه َف‬.‫ب‬
ٍ ‫صاعًا ِم ْن َز ِبي‬ َ ‫ أ َ ْو‬,‫ير‬
ٍ ‫ش ِع‬َ ‫ِم ْن‬
ُ‫ أَ هما أَنَا فَ ََل أ َ َزا ُل أ ُ ْخ ِر ُجه‬:ٍ‫س ِعيد‬
َ ‫صاعًا ِم ْن أَقِطٍ ) قَا َل أَبُو‬
َ ‫ ( أ َ ْو‬:ٍ‫ِ َوفِي ِر َوايَة‬
‫ج أَبَدًا إِ هل‬ ُ ‫ ( َل أ ُ ْخ ِر‬:َ‫َاود‬ ُ ‫ّللَاِ َو ِِلَبِي د‬
‫سو ِل َ ه‬ُ ‫َك َما ُك ْنتُ أ ُ ْخ ِر ُجهُ فِي َز َم ِن َر‬
) ‫صاعًا‬ َ
Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada zaman Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kami selalu mengeluarkan zakat fitrah satu sho'
makanan, atau satu sho' kurma, atau satu sho' sya'ir, atau satu sho' anggur
kering. Muttafaq Alaihi.

Dalam suatu riwayat lain: Atau satu sho' susu kering. Abu Said berkata:
Adapun saya masih mengeluarkan zakat fitrah seperti yang aku keluarkan

[45]
pada zaman Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Dalam riwayat Abu Dawud:
Aku selamanya tidak mengeluarkan kecuali satu sho'.

Makna Hadits
Kifarat, nisab dan kadar zakat merupakan hal yang bersifat ta'abbudi, tidak
ada ruang bagi akal untuk berperan dalam masalah ini. Jika syariat telah
menentukan suatu harga tertentu, maka tidak dapat dikurangi, karena
pengurangan itu berarti tidak mematuhi apa yang telah ditetapkan oleh
syariat Islam sebagaimana tidak dapat pula menambahkannya karena itu
berarti membangkang terhadap hukum syariat. Jadi, Abu Sa'id (ra)
memprotes pendapat Mu'awiyah yang mengeluarkan zakat fitrah hanya
setengah sha 'samara' sebagai pengganti satu sha 'jenis yang selainnya,
karena perbuatan tersebut bertentangan dengan kebiasaan yang pernah
terjadi pada zaman Nabi (saw) .

Fiqih Hadits
1. Disyariatkan zakat fitrah sebanyak satu sha 'dari jenis-jenis yang telah
disebutkan di dalam Hadits tersebut karena nashnya sudah jelas.
2. Zakat fitrah itu berupa makanan dasar kebanyakan penduduk negeri
setempat. Pada zaman Nabi (s.a.w) makanan dasar kebanyakan adalah
buah kurma, gandum, keju, anggur kering, dan gandum. Seandainya pada
suatu negeri tidak ada jenis-jenis makanan dasar tersebut, maka itu bisa
diganti dengan makanan dasar lain yang biasa dijadikan sebagai makanan
dasar di negeri setempat, misalnya beras, jagung atau roti.
3. Keteguhan Abu Sa’id dalam mengikuti jejak Nabi (s.a.w).
4. Dapat berijtihad karena merupakan kegiatan yang terpuji. Tetapi apabila
ada nash, maka ijtihad tidak dapat dijadikan sebagai pegangan.

Hadits Nomor 649

‫ّللَاِ صلى هللا‬‫سو ُل َ ه‬


ُ ‫ض َر‬ َ ‫ ( فَ َر‬:‫ع ْن ُه َما قَا َل‬ ‫اس َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ٍ ‫عبه‬َ ‫َوع َِن اِ ْب ِن‬
ً‫ط ْع َمة‬
ُ ‫ َو‬,ِ‫الرفَث‬
‫ َو ه‬,‫صا ِئ ِم ِم َن اَلله ْغ ِو‬
‫طه َْرةً ِلل ه‬ُ ;‫عليه وسلم َزكَاةَ ا َ ْل ِف ْط ِر‬
[46]
‫ َو َم ْن أَدها َها َب ْع َد‬,ٌ‫ص ََل ِة فَ ِه َي َزكَاةٌ َم ْقبُو َلة‬
‫ فَ َم ْن أَدها َها قَ ْب َل اَل ه‬,‫ين‬ ِ ‫سا ِك‬َ ‫ِل ْل َم‬
,‫ َوا ْب ُن َما َج ْه‬,َ‫َاود‬ ُ ‫ ) َر َواهُ أَبُو د‬.ِ‫ص َدقَات‬ ‫ص َدقَةٌ ِم َن اَل ه‬ َ ‫ص ََل ِة فَ ِه َي‬ ‫اَل ه‬
ُ ‫ص هح َحهُ ا َ ْل َحا ِكم‬َ ‫َو‬
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa
dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi
orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum
sholat, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya
setelah sholat, ia menjadi shadaqah biasa. Riwayat Abu Dawud dan Ibnu
Majah. Hadits shahih menurut Hakim.

Makna Hadits
Rasulullah SAW menjelaskan kewajiban zakat kepada umatnya karena dia
juga menjelaskan kearifan syariah saat berhubungan dengan orang yang
berpuasa dan orang yang menerimanya. Beliau menjelaskan waktu wajibnya
di mana kewajiban zakat fitrah itu memiliki batasan waktu tertentu.

Fiqih Hadits
1. Wajib menunaikan zakat fitrah.
2. Zakat fitrah adalah suatu kebaikan di antara sekian banyak amal kebaikan
yang lain dan dapat menghapus kejahatan seperti mana yang dijelaskan
di dalam firman-Nya:
“… Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan yang buruk…” (Surah Hud: 114)
3. Mengeluarkan zakat fitrah sebelum mengerjakan solat hari raya aidil fitri
adalah lebih afdal. Hikmahnya ialah agar orang miskin tidak sibuk
meminta-minta hingga meninggalkan solat hari raya.

Kesimpulan
Dari Hadits yang dimuat dalam bab ini kita dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

[47]
1. Setiap orang muslim wajib mengeluarkan zakat fitrah, baik pria maupun
wanita, anak-anak ataupun orang dewasa, dan orang merdeka atau
hamba sahaya.
2. Menjelaskan jenis-jenis yang dapat digunakan untuk zakat fitrah, harga
zakat fitrah, waktu mengeluarkan zakat fitrah, hikmah disyariatkan zakat
fitrah, dan ijtihad tidak diperhitungkan ketika bertabrakan dengan nash.
3. Betapa gigih usaha para sahabat untuk selalu ber-ittiba 'dan berpegang
teguh dengan Sunnah Rasulullah (s.a.w). Dapat berijtihad dalam masalah-
masalah yang tidak ada nash di dalamnya.

[48]
Bab III : Tentang Shadaqah Thathawwu (Sunnah)

Hadits Nomor 650

( :‫ع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه ع َِن اَلنه ِب ّي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
( :‫ِيث َوفِي ِه‬ ‫س ْبعَةٌ يُ ِظلُّ ُه ُم َ ه‬
َ ‫ ) َفذَك ََر ا َ ْل َحد‬....ُ‫ّللَاُ فِي ِظ ِلّ ِه يَ ْو َم َل ِظ هل إِ هل ِظلُّه‬ َ
) ُ‫ق َي ِمينُه‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة فَأ َ ْخفَا َها َحتهى َل ت َ ْعلَ َم‬
ُ ‫ش َمالُهُ َما ت ُ ْن ِف‬ َ ِ‫صدهقَ ب‬ َ َ ‫َو َر ُج ٌل ت‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ق‬ٌ َ‫ُمتهف‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tujuh macam orang yang akan dilindungi Allah pada hari
yang tidak ada lindungan kecuali lindungan-Nya - kemudian ia menyebutkan
hadits dan didalamnya disebutkan - orang yang bershadaqah dengan
shadaqah yang ia tutupi sehingga tangannya yang kiri tidak mengetahui apa
yang dikeluarkan oleh tangan kanannya." Muttafaq Alaihi.

Makna Hadits
Ada tujuh jenis amalan mulia di mana siapa yang menyandang salah satu
darinya, niscaya dia mendapat pertolongan Allah dan rahmat-Nya, yaitu
berada di bawah naungan Aras-Nya pada hari di mana matahari berada di atas
kepala seluruh makhluk. Rasulullah (s.a.w) menjelaskan situasi tersebut
dalam ungkapan yang paling indah untuk memikat hati dan mendorong
semangat setiap insan untuk beramal ke arahnya.

Rasulullah (s.a.w) menganjurkan untuk berbuat adil dan menjauhi sikap


ekstrim dan berlebihan bagi setiap orang yang memegang jabatan untuk
mengurus suatu kepentingan yang menyangkut kemaslahatan kaum
muslimin, baik posisi yang bersifat umum ataupun khusus. Beliau menyeru
para pemuda untuk taat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya sejak usia
mereka masih muda lagi. Tujuannya adalah agar mereka menjadi generasi
yang baik, masyarakat yang sejahtera dan berakhlak terpuji. Nabi (s.a.w)
menganjurkan kaum muslimin agar sering berada di dalam masjid untuk
menunggu shalat berjamaah, sehingga mereka dapat saling berkenalan satu
[49]
sama lain, membangun harmoni, persatuan, saling membantu serta apa-apa
yang dapat diperoleh dari manfaat berjemaah.

Nabi (s.a.w) menganjurkan setiap muslim mencintai saudaranya yang


muslim, baik mereka keluarga ataupun selain mereka dengan tujuan supaya
mereka memperoleh pahala dari Allah, yakni bukan karena kepentingan
murahan atau manfaat duniawi melainkan cinta yang suci lagi bersih dan
meningkatkan diri kepada persahabatan yang mulia.

Rasulullah (saw) menjelaskan posisi memelihara kehormatan dan


menjauhkan diri dari perbuatan zina baik lahir maupun batin, karena takut
kepada Allah, Tuhan semesta alam, sebagaimana beliau menyeru umat
manusia untuk bersikap dermawan dan rajin menyalurkan bantuan secara
ikhlas dan menjauhkan diri dari sifat riya 'dan nikmat popularitas Pada
akhirnya beliau menganjurkan kita untuk membersihkan diri melalui banyak
berzikir dan menanamkan perasaan bahwa diri kita selalu berada di bawah
pengawasan Allah (s.w.t) sampai hati kita bergetar dan perasaan bergelora.
Jadi, hati kita penuh rasa takut kepada-Nya dan ini diungkapkan dengan
situasi di mana air mata dalam keadaan berlinang. Inilah yang disebut posisi
orang -orang yang berzikir lagi khusyuk dan ikhlas. Allah selalu menjadi
penolong bagi orang yang saleh.

Fiqih Hadits
1. Dapat meringkas Hadits dengan hanya menyebutkan rincian yang ada
kaitannya dengan topik pembahasan.
2. Anjuran untuk berlaku adil dan betapa tinggi kedudukan pemimpin yang
adil di sisi Allah.
3. Anjuran beribadah kepada Allah dengan mengalahkan keinginan hawa
nafsu dan menutup semua pintu keinginannya serta mendorongnya
untuk bermujahadah dan selalu melakukan amal ibadah dan ketaatan,
sekalipun kekuatan hawa nafsu pada masa muda sedang berada pada
puncaknya.
4. Keutamaan iman dan cinta kepada Allah dengan cara rajin datang ke
masjid.
[50]
5. Anjuran untuk berkasih sayang karena Allah dan menjelaskan
keutamaannya. Ini merupakan salah satu faktor yang mengantarkan
seseorang memperoleh keberuntungan yang besar dari Allah (s.w.t).
6. Mengungkapkan sesuatu yang buruk dengan ungkapan kiasan (kinayah)
dan tidak menyebutkannya dengan ungkapan secara terang-terangan.
7. Hanya orang yang berjiwa besar dapat mengalahkan hawa nafsunya.
Wanita merupakan fitnah yang paling besar, lebih-lebih lagi apabila di
dalam diri wanita itu terhimpun posisi, keturunan dan kecantikan,
sehingga kekuatan berahi dan keinginan terhadapnya pun turut semakin
kuat. Oleh karena itu, ini adalah pahala yang luar biasa bagi pria yang bisa
menghindarinya.
8. Anjuran untuk melakukan sedekah dengan sembunyi-sembunyi dan
keutamaannya dibandingkan melakukannya secara terang-terangan,
karena bersedekah secara sembunyi-sembunyi itu memiliki keikhlasan
yang lebih sempurna.
9. Keutamaan menangis karena takut kepada Allah untuk memelihara mata
dari disiksa di neraka pada hari kiamat kelak.

Hadits Nomor 651

‫ّللَاِ صلى هللا‬ ‫سو َل َ ه‬ُ ‫س ِمعْتُ َر‬َ :‫َام ٍر رضي هللا عنه قَا َل‬ ِ ‫ع ْق َبةَ ْب ِن ع‬
ُ ‫َوع َْن‬
) ‫اس‬ َ ‫ص َدقَتِ ِه َحتهى يُ ْف‬
ِ ‫ص َل بَ ْي َن اَلنه‬ َ ‫ ( ُك ُّل ا ِْم ِر ٍئ فِي ِظ ِ ّل‬:‫عليه وسلم َيقُو ُل‬
‫ان َوا ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫َر َواهُ اِ ْب ُن ِحبه‬
Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Setiap orang bernaung di bawah shadaqahnya sehingga
ia diputuskan (amal perbuatannya) antara manusia." Riwayat Ibnu Hibban
dan Hakim.

[51]
Makna Hadits
Shadaqah memiliki keutamaan besar dan pahalanya pun berlimpah. Nabi
(s.a.w) memberitakan bahwa setiap orang pada hari kiamat kelak berada di
bawah naungan shadaqahnya, baik shadaqah wajib maupun shadaqah sunat.
Shadaqah tersebut menaunginya dan melindunginya dari panas terik
matahari pada hari yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan yang
tidak terperikan itu.
Demikianlah manfaat shadaqah sunat, dan manfaat yang lebih besar lagi
adalah barang siapa yang melakukan kecerobohan ketika menunaikan zakat
fardhu, maka kekurangan itu akan ditutupi oleh shadaqah sunat sebagai
rahmat, kebaikan dan anugerah dari Allah kepada hamba-Nya. Dia Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi, orang yang berakal tentu melestarikan
shadaqah sunat agar shadaqahnya itu kelak dapat menutupi segala
kekurangan yang ada pada zakat fardu, yaitu pada hari di mana dia sangat
membutuhkan tambahan amal kebaikan, sekalipun itu hanya sedikit
mengingat pada hari itu dia tidak dapat mengamalkannya dan tidak pula
orang yang ingin meminjamkan amal kebaikan itu kepadanya.

Fiqih Hadits
Dianjurkan bersedekah. Sedekah itu dapat memberikan manfaat kepada
pelakunya pada hari kiamat, di mana sedekahnya itu kelak akan menaunginya
pada hari yang tidak dapat memberikan manfaat kepada seorang pun kecuali
hanya apa yang telah dikerjakannya ketika di dunia.

Hadits Nomor 652


‫ ( أَيُّ َما‬:‫ ع َِن اَلنه ِب ّي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬,ِ‫ي‬ َ ‫َوع َْن أ َ ِبي‬
ّ ‫س ِعي ٍد ا َ ْل ُخد ِْر‬
‫ َوأَيُّ َما‬,‫ض ِر ا َ ْل َجنه ِة‬
ْ ‫ّللَاُ ِم ْن ُخ‬
‫ساهُ َ ه‬َ ‫علَى ع ُْري ٍ َك‬ َ ‫س ِل ًما ثَ ْوبًا‬ ْ ‫سا ُم‬ َ ‫س ِل ٍم َك‬ ْ ‫ُم‬
‫س ِل ٍم‬ْ ‫ َوأَيُّ َما ُم‬,‫ّللَاُ ِم ْن ثِ َم ِار ا َ ْل َجنه ِة‬
‫علَى ُجوعٍ أ َ ْطعَ َمهُ َ ه‬ َ ‫س ِل ًما‬ ْ ‫س ِل ٍم أ َ ْطعَ َم ُم‬
ْ ‫ُم‬

[52]
ُ ‫وم ) َر َواهُ أَبُو د‬
‫َاو َد‬ ِ ُ ‫يق ا َ ْل َم ْخت‬ ‫سقَاهُ َ ه‬
‫ّللَاُ ِم ْن ا َ ه‬
ِ ‫لر ِح‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ظ َم ٍإ‬ َ ‫س ِل ًما‬ ْ ‫سقَى ُم‬ َ
‫سنَا ِد ِه ِلي ٌن‬
ْ ِ‫َوفِي إ‬
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Siapa saja orang islam yang memberi pakaian orang
Islam yang tidak memiliki pakaian, niscaya Allah akan memberinya pakaian
dari hijaunya surga; dan siapa saja orang Islam yang memberi makan orang
Islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberinya makanan dari buah-
buahan surga; dan siapa saja orang Islam yang memberi minum orang Islam
yang kehausan, niscaya Allah akan memberinya minuman dari minuman suci
yang tertutup." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dalam sanadnya ada
kelemahan.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) menganjurkan supaya mengamalkan kebaikan dan menjelaskan
bahwa amal kebaikan itu memiliki berbagai jenis. Beliau menganjurkan agar
orang baik turut serta dalam setiap amal kebaikan dan memulainya dengan
amal yang lebih penting serta mengutamakan pemberian kepada orang yang
lebih membutuhkan bantuan. Allah (s.w.t) tidak menyia-nyiakan pahala dan
balasan amal perbuatan itu mirip dengan jenis amal yang telah dilakukannya.
Rahmat Allah itu sangat luas dan Dia memberikan balasan kepada orang yang
ingin bershadaqah.

Fiqih Hadits
1. Anjuran untuk menghiasi diri dengan budi bahasa yang mulia. Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh akan mendapat balasan yang sejenis
dengan amal perbuatannya pada hari kiamat kelak.
2. Menjelaskan amal kebajikan itu memiliki banyak ragam dan orang yang
baik itu seharusnya turut serta melakukannya.
3. Dalam melakukan amal kebaikan, Dahulukanlah orang yang lebih
membutuhkan bantuan, karena berlandaskan kepada sabda Rasulullah

[53]
(s.a.w): "yang tidak memiliki pakaian, yang sedang dahaga, dan yang
sedang kelaparan."

Hadits Nomor 653


‫يم ْب ِن ِح َز ٍام رضي هللا عنه ع َِن اَلنهبِ ّي ِ صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫َوع َْن َح ِك‬
‫ َو َخ ْي ُر اَل ه‬,‫ َوا ْبدَأْ ِب َم ْن تَعُو ُل‬,‫س ْفلَى‬
‫ص َدقَ ِة‬ ُّ ‫ ( ا َ ْل َي ُد ا َ ْلعُ ْل َيا َخ ْي ٌر ِم َن ا َ ْل َي ِد اَل‬:‫قَا َل‬
ٌ ‫ّللَاُ ) ُمت ه َف‬
‫ق‬ ‫ستَ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه َ ه‬ ‫ف يُ ِعفههُ َ ه‬
ْ َ‫ َو َم ْن ي‬,ُ‫ّللَا‬ ْ ‫ستَ ْع ِف‬ ْ َ‫ َو َم ْن ي‬,‫ظه ِْر ِغنًى‬ َ ‫ع َْن‬
ِ‫ي‬ّ ‫ظ ِل ْلبُ َخ ِار‬
ُ ‫ َوالله ْف‬,‫علَ ْي ِه‬ َ
Dari Hakim Ibnu Hazm Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada
tangan yang di bawah (penerima); dan mulailah dari orang-orang yang
banyak tanggungannya; dan sebaik-baik shadaqah ialah yang diambil dari
sisa kebutuhan sendiri, barangsiapa menjaga kehormatannya Allah akan
menjaganya dan barangsiapa merasa cukup Allah akan mencukupkan
kebutuhannya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.

Makna Hadits
Rasulullah (s.a.w) mengutamakan tangan yang memberi di atas tangan yang
meminta dan memerintahkan orang yang membelanjakan hartanya sehingga
memulainya untuk diri sendiri, kemudian anak dan istrinya, lalu untuk
keluarga dan kerabatnya yang paling dekat.
Dari satu sisi Nabi (s.a.w) menganjurkan para hartawan untuk
menyedekahkan sebagian hartanya yang tidak dia butuhkan, tetapi dari sisi
yang lain pula beliau menganjurkan kaum fakir miskin menahan diri dari
meminta-minta untuk memelihara kehormatan mereka. Beliau menjelaskan
kepada mereka bahwa barang siapa yang meminta kehormatan dan
kemuliaan kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya jalan untuk
meraihnya. Barang siapa yang mencari jalan agar dia tidak meminta-minta
kepada orang lain, niscaya Allah akan membukakan jalan kepadanya dan

[54]
menganugerahkan kepadanya penyebab-penyebab yang membuatnya
berkemampuan, memperoleh kehormatan, dan kemuliaan.

Fiqih Hadits
1. Dianjurkan untuk berinfak.
2. Keutamaan tangan yang memberi di atas tangan yang meminta.
3. Celaan terhadap perbuatan meminta-minta dan peringatan agar tidak
melakukan perbuatan hina itu.
4. Dianjurkan bersedekah kepada kaum kerabat dan bersilaturahim.
5. Hartawan dianjurkan untuk memberikan sedekah.
6. Sedekah yang paling utama adalah ketika seseorang selalu dalam kondisi
berkecukupan setelah mengeluarkan sedekahnya, tanpa membutuhkan
bantuan orang lain setelah bersedekah.
7. Orang miskin dianjurkan untuk memelihara kehormatannya dan tidak
meminta-minta kepada orang lain serta bertawakal yang penuh
keyakinan kepada Allah (s.w.t).

Hadits Nomor 654


‫ص َدقَ ِة‬
‫ي اَل ه‬ ُّ َ ‫ أ‬:‫ّللَا‬
ِ ‫سو َل َ ه‬ُ ‫ ( قِي َل يَا َر‬:‫َوع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫ َوأَبُو‬,ُ‫ َوا ْبدَأْ ِب َم ْن تَعُو ُل" ) أَ ْخ َر َجهُ أَحْ َمد‬,‫ " ُج ْه ُد ا َ ْل ُم ِق ِ ّل‬:‫ض ُل? قَا َل‬
َ ‫أ َ ْف‬
َ ‫ َوا ْب ُن ِحبه‬,َ‫ص هح َحهُ اِ ْب ُن ُخ َز ْي َمة‬
‫ َوا ْل َحا ِك ُم‬,‫ان‬ َ ‫ َو‬,َ‫َاود‬
ُ ‫د‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam pernah ditanya: Wahai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam,
shadaqah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: "Shadaqah orang yang
tak punya, dan mulailah (memberi shadaqah) atas orang yang banyak
tanggungannya. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud. Hadits shahih
menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim.

Makna Hadits
Para sahabat selalu ingin meningkatkan pahala mereka. Untuk itu, mereka
bertanya kepada Rasulullah (s.a.w) tentang shadaqah yang paling banyak

[55]
pahalanya. Lalu Rasulullah (s.a.w) memberitakan kepada mereka bahwa
shadaqah yang paling banyak pahalanya adalah yang dikeluarkan oleh
seorang yang fakir lagi sabar dalam menanggung kemiskinannya dan merasa
cukup dengan penghidupannya yang serba kekurangan itu. Shadaqah ini
mereka keluarkan sesuai kemampuannya. Pengertian ini dijelaskan oleh
Hadits lain yang diketengahkan oleh al-Nasa'i dari Abu Dzar (r.a) bahwa:

"Nabi (saw) bersabda:" Satu dirham telah mendahului seratus ribu dirham,
yaitu seorang pria memiliki dua dirham, lalu dia mengambil salah satunya dan
menyedekahkannya dan seorang pria lain memiliki harta banyak sekali, lalu
dia mengambil dari hartanya yang berlimpah itu seratus ribu dirham dan
menyedekahkannya. "

Sedangkan dalam hadits lain disebutkan juga sebagai berikut:

"Sebaik-baik shadaqah adalah yang dikeluarkan dalam kondisi berkecukupan."


Kedua Hadits ini harus digabungkan pengertiannya untuk menghindari
pemahaman yang saling bertentangan yaitu kondisi tersebut berbeda-beda
sesuai perbedaan kondisi setiap orang sejauh mana fasilitas dan kesulitan
ekonomi, sejauh mana pula niat dan ikhlas dalam berinfak.

Fiqih Hadits
1. Tidak makruh menyedekahkan semua harta bagi orang yang mampu
bersabar dan bertawakal kepada Allah (s.w.t). Sedekah orang miskin yang
sabar, sekalipun sedikit jumlahnya, jauh lebih baik dari sedekah orang
yang memiliki harta banyak, sekalipun sedekahnya itu besar jumlahnya.
Ini karena orang miskin memberikannya pada saat dia sangat
[56]
membutuhkannya. Untuk itu, dia harus melawan diri, keinginan dan
menanggung beban yang sulit ditanggung oleh orang kaya.
2. Dianjurkan untuk memberi sedekah kepada sanak saudara sebelum
memberikannya kepada orang lain.

Hadits Nomor 655

‫ص هدقُوا " فَقَا َل‬َ َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( " ت‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ‫َو‬
:‫سكَ " قَا َل‬ِ ‫علَى نَ ْف‬ َ ‫صدهقْ بِ ِه‬ َ َ ‫ " ت‬:‫ار? قَا َل‬ ٌ َ‫ ِع ْندِي دِين‬,‫ّللَا‬ِ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫َر ُج ٌل‬
" :‫ قَا َل‬,‫ ِع ْندِي آ َخ ُر‬:‫علَى َولَ ِدكَ " قَا َل‬ َ ‫صدهقْ ِب ِه‬ َ َ ‫ " ت‬:‫ قَا َل‬,‫ِع ْندِي آ َخ ُر‬
ُ‫ ) َر َواه‬." ‫ص ُر‬ َ ‫ " أ َ ْنتَ أ َ ْب‬:‫ قَا َل‬,‫ ِع ْندِي آ َخ ُر‬:‫علَى َخاد ِِمكَ " قَا َل‬ َ َ‫ت‬
َ ‫صدهقْ ِب ِه‬
‫ان َوا ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ص هح َحهُ اِ ْب ُن ِحبه‬َ ‫ َو‬,‫سائِ ُّي‬ ُ ‫أَبُو د‬
َ ‫َاو َد َوالنه‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Bershadaqahlah." Lalu seorang laki-laki berkata: Wahai
Rasulullah, aku mempunyai satu dinar? Beliau bersabda: "Bershadaqahlah
pada dirimu sendiri." Orang itu berkata: Aku mempunyai yang lain. Beliau
bersabda: "Shadaqahkan untuk anakmu." Orang itu berkata: Aku masih
mempunyai yang lain. Beliau bersabda: "Shadaqahkan untuk istrimu." Orang
itu berkata: Aku masih punya yang lain. Beliau bersabda: "Shadaqahkan untuk
pembantumu." Orang itu berkata lagi: Aku masih mempunyai yang lain. Beliau
bersabda: "Kamu lebih mengetahui penggunaannya." Riwayat Abu Dawud
dan Nasa'i dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim.

Makna Hadits
Nabi (saw) menganjurkan umatnya untuk bershadaqah, sehingga beliau
bersabda: "Bershadaqahlah kamu!" Oleh karena menginfakkan harta itu
harus dimulai dengan yang lebih penting secara berurutan, yaitu diberikan
kepada kerabat yang paling dekat terlebih dahulu, kemudian menyusul
kerabat yang jauh, maka ada seorang pria bertanya tentang urutan tersebut
seraya berkata: "Aku memiliki satu dinar." Lalu Rasulullah (saw) memberinya
petunjuk sehingga dia memulainya dengan dirinya sendiri, karena menafkahi
[57]
diri sendiri merupakan shadaqah. Kemudian pria itu bertanya lagi tentang
orang yang berhak diberi shadaqah sesudahnya, dan Nabi (s.a.w)
memberinya petunjuk agar dia menyedekahkannya untuk anaknya yang
masih kecil atau yang belum mampu berusaha. Ini terjadi ketika dia tidak
memiliki istri. Jika memiliki istri, maka nafkah didahulukan untuk istrinya,
kemudian barulah anaknya.
Kemudian pria tersebut bertanya tentang orang berikutnya yang berhak
menerima shadaqah, lalu Nabi (SAW) menyuruhnya mencari nafkah untuk
asistennya. Ini termasuk budak dan orang lain dari kalangan orang yang dia
yakini pemeliharaannya. Kemudian Nabi (saw) memberi dia petunjuk untuk
memberikan penghidupannya kepada siapapun yang dia inginkan.

Fiqih Hadits
1. Dianjurkan menyedekahkan kelebihan harta sesudah kebutuhan diri
sendiri memadai, begitu juga kebutuhan orang yang dijamin
penghidupannya oleh orang yang bersangkutan.
2. Hendaklah memulai pemberian sedekah kepada orang yang paling dekat
hubungan keluarga, setelah itu baru kerabat yang jauh; dimulai dengan
yang lebih penting, kemudian yang penting. Menjelaskan nafkah itu wajib
diberikan kepada orang yang urutannya telah disebutkan di dalam Hadits
ini.

Hadits Nomor 656

( ‫ قَا َل اَلنه ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم‬: ْ‫ع ْن َها قَا َلت‬ ‫َوع َْن عَا ِئشَةَ َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬
‫َان لَ َها أَجْ ُر َها ِب َما‬
َ ‫ ك‬,‫س َد ٍة‬ ِ ‫غ ْي َر ُم ْف‬ َ ,‫طعَ ِام بَ ْيتِ َها‬َ ‫ت اَ ْل َم ْرأَةُ ِم ْن‬
ِ َ‫ِإذَا أ َ ْنفَق‬
‫ص‬ُ ُ‫ َو َل يَ ْنق‬, َ‫س َب َو ِل ْل َخ ِاز ِن ِمثْ ُل ذَ ِلك‬َ َ ‫أ َ ْنفَقَتْ َو ِل َز ْو ِج َها أَجْ ُرهُ ِب َما اِ ْكت‬
.‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ق‬ٌ َ‫ش ْيئ ًا ) ُمتهف‬ َ ‫ض‬ ٍ ‫ض ُه ْم أَجْ َر بَ ْع‬ ُ ‫بَ ْع‬
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila perempuan menafkahkan sebagian makanan di rumahnya

[58]
tanpa merusak (anggaran harian) maka baginya pahala atas apa yang ia
nafkahkan, bagi suaminya juga pahala karena ia yang bekerja, dan begitu pula
bagi yang menyimpannya. Sebagian dari mereka tidak mengurangi sedikit
pun pahala atas sebagian lainnya." Muttafaq Alaihi

Makna Hadits
Nabi (saw) memberitakan kepada para sahabat bahwa seorang istri bisa
mengeluarkan shadaqah dari harta milik suaminya yang berada di bawah
pengaturannya di dalam rumah berupa bagian dari sesuatu yang menurut
tradisi biasa diberikan dengan gratis kepada orang lain, misalnya makanan
atau sesuatu yang mendapat izin secara tidak langsung ketika
menginfakkannya untuk tamu dan fakir miskin, tetapi dengan syarat harus
infak istri itu tidak bertujuan merusak bagian orang yang dijaminnya, maka
dia memperoleh pahala dari infaknya itu. Suaminya yang tidak mengetahui
shadaqah itu pun turut memperoleh pahala dari hasil usaha dan mata
pencariannya. Begitu pula pembantu yang diberikan tugas untuk memelihara
hartanya ketika dia menyedekahkannya dengan izin pemilik harta, juga
memperoleh pahala dari pelaksanaan perintah pemilik harta ketika dia
menunaikannya secara utuh tanpa sedikit pun dia menguranginya.

Kemudian Rasulullah (s.a.w) mengingatkan mereka yang telah disebutkan itu


mendapat pahala yang khusus sampai setiap pihak tidak saling mengurangi
pahala antara satu sama lain, melainkan memperoleh bagian pahalanya
sesuai dengan posisi dan keikhlasan mereka dalam mengerjakan tugasannya.
Sebagian mereka tidak mengurangi pahala sebagian yang lain walau sedikit
pun, karena pahala merupakan anugerah Allah yang Dia berikan kepada
siapapun yang dikehendaki-Nya.

Fiqih Hadits
1. Anjuran untuk berlapang hati dan bersuka rela dalam mengerjakan
kebaikan dan gemar membantu untuk merealisasikannya.
2. Anjuran terhadap wanita dan pembantu untuk memuliakan orang yang
meminta-minta dan tidak menolaknya dengan cara yang

[59]
mengecewakannya. Sebaiknya mereka memberi orang yang meminta-
minta itu lebih sedikit dari apa yang dipintanya asalkan tidak melampaui
batasan kebiasaan dan telah mengetahui kondisi si pemilik harta bahwa
seandainya dia mengetahui itu, niscaya dia akan mengizinkannya untuk
menyedehakannya, karena dia turut memperoleh imbalan dan pahalanya.

Hadits Nomor 657

‫ب ا ِْم َرأَةُ اِ ْب ِن‬ ُ ‫ ( َجا َءتْ َز ْي َن‬:‫ي ِ رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ‫َوع َْن أ َ ِبي‬
ّ ‫س ِعي ٍد ا َ ْل ُخد ِْر‬
‫َان ِع ْندِي‬ َ ‫ َوك‬,‫ص َدقَ ِة‬ ‫ إِنهكَ أ َ َم ْرتَ ا َ ْليَ ْو َم ِبال ه‬,‫ّللَا‬ِ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫ َيا َر‬: ْ‫ فَقَالَت‬,ٍ‫سعُود‬ ْ ‫َم‬
‫ق َم ْن‬ ُّ ‫سعُو ٍد أَنههُ َو َولَ ُدهُ أ َ َح‬ ْ ‫ع َم اِ ْب ُن َم‬َ ‫ فَ َز‬,‫صدهقَ ِب ِه‬ َ َ ‫ فَأ َ َر ْدتُ أ َ ْن أَت‬,‫ُح ِل ٌّي ِلي‬
,ٍ‫سعُود‬ ْ ‫صدَقَ اِ ْب ُن َم‬ َ " ‫ فَقَا َل اَلنه ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم‬,‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص هد ْقتُ ِب ِه‬
َ َ‫ت‬
‫ي‬ُّ ‫ع َل ْي ِه ْم" ) َر َواهُ ا َ ْلبُ َخ ِار‬َ ‫ت ِب ِه‬ ِ ‫ص هد ْق‬ َ َ‫َز ْو ُج ِك َو َولَد ُِك أَحَقُّ َم ْن ت‬
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Zainab, istri Abu Mas'ud,
bertanya: Wahai Rasulullah, baginda telah memerintahkan untuk
bershadaqah hari ini, dan aku mempunyai perhiasan padaku yang hendak
saya shadaqahkan, namun Ibnu Mas'ud menganggap bahwa dirinya dan
anaknya lebih berhak untuk aku beri shadaqah. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Ibnu Mas'ud memang benar, suamimu dan anakmu
adalah orang yang lebih berhak untuk engkau beri shadaqah." Riwayat
Bukhari.

Makna Hadits
Shadaqah kepada kerabat lebih diutamakan apabila dibandingkan dengan
shadaqah kepada keluarga jauh, karena itu merupakan shadaqah sekaligus
bersilaturahmi. Jadi, Nabi (s.a.w) menganjurkan agar shadaqah terlebih
dahulu diberikan kepada kaum kerabat terdekat dari keluarga yang jauh.

Jika suami seorang wanita kaya adalah orang miskin, maka si istri bisa
memberikan zakat hartanya kepada suaminya, menurut pendapat jumhur
ulama. Tapi Imam Abu Hanifah mengemukakan pendapat yang berbeda. Dia
[60]
mengatakan bahwa tidak dilarang apabila harta zakat itu kembali kepada si
istri sebagai nafkah suami untuknya, karena itu melalui jalan nafkah wajib,
yakni nafkah yang dibebankan kepada suami untuk istrinya. Seperti kita
ketahui, si suami pasti memberikan nafkah dari harta tersebut kepada anak-
anaknya. Jadi, ini seakan-akan si istri memberikan kepada mereka sebagian
dari hartanya. Orang tua yang memberikan zakat kepada anaknya secara
terpisah tidak dibolehkan karena nafkah kepada anak merupakan kewajiban
orang tuanya dan setiap orang yang dijamin nafkahnya tidak berhak
menerima bagian dari zakat orang yang menanggung nafkahnya. Karena itu,
ulama sepakat bahwa suami tidak bisa memberi zakat kepada istrinya, karena
memberi istri kewajiban suami. Adapun shadaqah sunat, suami dapat
memberikannya kepada siapa saja.

Fiqih Hadits
1. Memerintahkan masyarakat agar gemar bersedekah dan berbuat amal
kebaikan.
2. Saran khusus ditujukan kepada kaum wanita harus disertai dengan
kondisi yang aman dari fitnah dan kondisi yang mencurigakan.
3. Wanita bisa mendermakan hartanya sendiri meskipun tanpa izin
suaminya. Berbeda dengan mazhab Maliki yang melarang wanita
bersedekah lebih dari sepertiga hartanya kecuali setelah memperoleh izin
suaminya.
4. Keutamaan bersedekah kepada kaum kerabat yang terdekat dan kaum
keluarga yang memiliki pertalian kekeluargaan.
5. Seorang wanita dibolehkan memberikan zakat hartanya kepada
suaminya.

Hadits Nomor 658

( ‫ قَا َل اَلنه ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم‬:‫ع ْن ُه َما قَا َل‬ ‫ع َم َر َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ُ ‫َوع َِن اِ ْب ِن‬
َ ‫اس َحتهى يَأْتِ َي يَ ْو َم ا َ ْل ِقيَا َم ِة لَ ْي‬
‫س فِي َوجْ ِه ِه‬ َ ‫سأ َ ُل اَلنه‬ ‫َما يَ َزا ُل ا َ ه‬
ْ َ‫لر ُج ُل ي‬
‫علَ ْي ِه‬ ٌ َ‫ُم ْزعَةُ لَحْ ٍم ) ُمتهف‬
َ ‫ق‬
[61]
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Orang yang selalu meminta-minta pada orang-orang, akan
datang pada hari kiamat dengan tidak ada segumpal daging pun di wajahnya."
Muttafaq Alaihi.

Makna Hadits
Islam adalah agama yang menganjurkan bekerja dan berkarya, bukan agama
yang menganjurkan pengangguran dan bermalas-malasan. Allah (s.w.t)
berfirman:

َ ُ‫سولُهُ َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬


...‫ون‬ ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
‫س َي َرى ه‬
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,... (Q.S. At-Taubah: 105)

Jadi, Nabi (s.a.w) mengingatkan setiap manusia tidak meminta-minta kepada


orang lain dengan tujuan untuk menimbun kekayaan. Orang yang meminta-
minta kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kemiskinan,
sedangkan dia tidak mampu bekerja, maka orang itu dibolehkan meminta-
minta seperti orang yang meminta haknya kepada pemimpin negara dari
baitul mal. Dia hanya meminta haknya yang telah disyariatkan oleh Allah
baginya di dalam baitul mal dan oleh karenanya, dia dibolehkan meminta itu.
Lain halnya dengan seseorang yang meminta-minta untuk menimbun
kekayaan sendiri, padahal dia sudah mampu, maka kelak pada hari kiamat dia
datang dalam keadaan semua daging yang ada pada wajahnya habis
berjatuhan di depan semua saksi. Ini terjadi padanya sebagai simbol untuk
mempermalukan dirinya pada hari itu. Dengan demikian, ini menunjukkan
bahwa dia adalah orang yang tidak memiliki harga diri dan tidak memiliki
posisi apa pun, lebih-lebih lagi di hadapan Allah.

Fiqih Hadits

1. Selalu meminta-minta adalah perbuatan yang tercela.

[62]
2. Hukuman itu akan menimpa anggota tubuh yang melakukan keburukan
itu, karena orang itu telah menghinakan wajahnya dengan meminta-
minta kepada orang lain, meskipun dia dalam kondisi berkecukupan.

Hadits Nomor 659

‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫ستَ ِق هل أ َ ْو‬
ْ َ‫ فَ ْلي‬,‫سأ َ ُل َج ْم ًرا‬
ْ َ‫ فَ ِإنه َما ي‬,‫اس أَ ْم َوالَ ُه ْم ت َ َكث ُّ ًرا‬
َ ‫سأ َ َل اَلنه‬
َ ‫وسلم ( َم ْن‬
ْ ‫ست َ ْكثِ ْر ) َر َواهُ ُم‬
‫س ِل ٌم‬ ْ َ‫ِلي‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Barangsiapa meminta-minta harta orang untuk
memperkaya diri, sebenarnya ia hanyalah meminta bara api. Oleh karenanya,
silahkan meminta sedikit atau banyak." Riwayat Muslim.

Makna Hadits
Ibn Hajar mengetengahkan Hadits ini karena mengkhususkan Hadits Ibn
Umar sebelumnya, karena di dalam Hadits ini meminta-minta dikaitkan
dengan tujuan memperbanyak, sedangkan pada Hadits sebelumnya tidak ada
keterangan seperti itu.Hadits ini menerangkan bahwa barang siapa yang
meminta-minta kepada orang lain, sedangkan dia sendiri dalam kondisi
berkecukupan dan tidak membutuhkan apa-apa, maka kelak dia akan disiksa
dengan api neraka dan apa yang diterimanya itu akan menjadi bara api, lalu
disetrikakan ke seluruh tubuhnya , seperti yang dilakukan pada orang yang
enggan berzakat.

Allah (s.w.t) berfirman:

ۖ ‫ور ُه ْم‬ ُ ‫علَ ْي َها فِي نَ ِار َج َهنه َم فَتُك َْو ٰى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َو‬
ُ ‫ظ ُه‬ َ ‫يَ ْو َم يُحْ َم ٰى‬
….
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka… (Q.S. At-Taubah: 35)
[63]
ْ ‫ست َ ِق هل أ َ ْو ِل َي‬
Sabda Nabi (s.a.w): "‫ست َ ْكثِ ْر‬ ْ ‫ "فَ ْل َي‬berarti "Jadi terserah kamu apakah
kamu mempersedikit atau memperbanyak" merupakan peringatan ancaman
keras dan peringatan tegas sekaligus menunjukkan betapa buruk perbuatan
meminta-minta tanpa adanya kebutuhan yang mendesak itu.

Demikian pula dengan hadits ini, yaitu menjual satu barang seharga satu
dinar sementara di dalam barang tersebut ada nilai harga yang melebihi satu
dinar. Cara menjual barang barang tersebut adalah ia tidak bisa dijual sampai
barang itu dipisahkan satu sama lain sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits di atas.

[64]
Fiqih Hadits
1. Haram meminta-minta kepada orang lain untuk tujuan memperkaya diri.
2. Bisa meminta-minta kepada orang lain karena adanya kebutuhan yang
mendesak. Pengertian ini merupakan makna yang tersirat di dalam Hadits

Hadits Nomor 660

‫لزبَ ْي ِر ْب ِن ا َ ْلعَ هو ِام رضي هللا عنه ع َِن اَلنه ِب ّي ِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُّ َ ‫َوع َِن ا‬
َ ‫علَى‬
,‫ظه ِْر ِه‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ فَ َيأْتِي ِب ُح ْز َم ِة ا َ ْل َح َط‬,ُ‫ ( َِل َ ْن يَأ ْ ُخذَ أ َ َح ُد ُك ْم َح ْبلَه‬:‫قَا َل‬
‫طوهُ أ َ ْو‬َ ‫اس أ َ ْع‬
َ ‫سأ َ َل اَلنه‬
ْ َ‫ َخ ْي ٌر َلهُ ِم ْن أ َ ْن ي‬,ُ‫ّللَاُ بِ َها َوجْ َهه‬ ‫ُف َ ه‬ ‫ فَيَك ه‬,‫فَيَبِيعَ َها‬
‫ي‬ُّ ‫َمنَعُوهُ ) َر َواهُ ا َ ْلبُ َخ ِار‬
Dari Zubair Ibnu al-'Awwam Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang di antara kamu yang mengambil talinya,
lalu datang dengan seonggok kayu di atas punggungnya, kemudian
menjualnya dan dengan hasil itu ia menjaga kehormatannya adalah lebih baik
daripada ia meminta-minta orang yang terkadang mereka memberinya atau
menolaknya." Riwayat Bukhari.

Makna Hadits
Rasulullah (s.a.w) menganjurkan untuk bekerja dan berusaha serta makan
dari hasil titik peluh sendiri. Beliau menjelaskan keutamaan seorang pria
yang mengambil seutas tali serta kapaknya, lalu pergi ke bukit mencari kayu
bakar. Setelah kayu-kayu berhasil dia kumpulkan, dia kemudian memikulnya
dan turut dari bukit untuk menjual kayu yang diperolehnya itu. Harga yang
dia terima itu lalu dia nafkahkan untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya.
Orang yang melakukannya lebih baik daripada pergi menemui orang kaya
untuk meminta kekayaan orang kaya, apakah dia ingin memberi, menolak,
atau mengeluarkannya dengan cara yang baik.

Seorang pria yang bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan mencari
sumber penghidupan lebih disukai oleh Tuhan dan lebih bermanfaat bagi

[65]
masyarakat dan manusia, daripada dia hidup tapi malah menjadi beban bagi
orang lain dan masyarakatnya sebagai anggota masyarakat yang lemah dan
tidak berdaya. Orang mukmin yang kuat lebih baik dari orang mukmin yang
lemah. Orang yang rajin dan berakal cerdas lebih baik dari orang yang malas
dan beku akal fikirannya.

Fiqih Hadits
1. Anjuran untuk memelihara kehormatan diri dan membersihkan diri dari
perbuatan meminta-minta, karena orang yang meminta-minta itu hina,
lebih-lebih lagi ketika ditolak permintaannya, di samping orang yang
dimintainya akan dibuat sibuk ketika dia harus memberi setiap orang
yang meminta-minta kepadanya .
2. Anjuran untuk berusaha, sekalipun dengan mengumpulkan kayu bakar,
karena mengumpulkan kayu, lalu menjual hasilnya untuk menampung
penghidupannya lebih baik dari meminta-minta kepada orang lain.
3. Menjelaskan bahwa Islam itu agama yang mulia dan peringatan terhadap
para pemeluknya agar tidak melakukan perbuatan yang hina.

Hadits Nomor 661


‫ّللَا صلى هللا‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ب رضي هللا عنه قَا َل‬ ٍ ‫س ُم َرةَ ْب ِن ُج ْن ُد‬
َ ‫َوع َْن‬
‫سأ َ َل ا َ ه‬
‫لر ُج ُل‬ ْ َ‫ ِإ هل أ َ ْن ي‬,ُ‫لر ُج ُل َوجْ َهه‬ ‫سأَلَةُ َك ٌّد يَ ُك ُّد ِب َها ا َ ه‬ْ ‫عليه وسلم ( ا َ ْل َم‬
ُ‫ص هح َحه‬َ ‫ِي َو‬ ُّ ‫ أ َ ْو فِي أ َ ْم ٍر َل بُ هد ِم ْنهُ ) َر َواهُ اَل ِت ّ ْر ِمذ‬,‫طانًا‬ َ ‫س ْل‬
ُ
Dari Samurah Ibnu Jundab Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Meminta-minta adalah cakaran seseorang
terhadap mukanya sendiri, kecuali meminta kepada penguasa atau karena
suatu hal yang amat perlu." Hadits shahih riwayat Tirmidzi.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) menetapkan bahwa perbuatan meminta-minta kepada orang lain
tanpa kebutuhan yang mendesak adalah perbuatan tercela, karena akibat

[66]
perbuatan itu akan menyebabkan pelakunya menanggung kehinaan
meminta-minta dan keburukan mengharap supaya diperkenankan
permintaannya itu. Akan tetapi, beliau mengecualikan dua hal dalam masalah
ini:

Pertama, seseorang meminta kepada sultan agar mendapat bagiannya dari


harta baitul mal karena dia memiliki hak di dalamnya. Selain itu, meminta
sesuatu kepada sultan tidak ada salahnya, karena sultan adalah orang yang
terpercaya untuk mengemban amanah umat di samping sebagai wakil rakyat,
sehingga tidak ada salahnya jika seseorang meminta haknya kepada
wakilnya.

Kedua, seseorang yang meminta suatu hal, sedangkan hal tersebut tidak akan
dapat dilakukan, kecuali dengan cara meminta-minta karena kondisi darurat,
misalnya kemiskinan yang amat sangat atau membutuhkan bantuan darah
atau utang yang tidak mampu dia langsaikan.

Fiqih Hadits
1. Barang siapa yang menginginkan wajahnya kelak di hari kiamat tidak
tersedia setiap noda, biarkan dia memelihara dirinya dari perbuatan
meminta-minta.
2. Meminta kepada sultan tidak dianggap berdosa, karena meminta kepada
sultan sama halnya dengan meminta bagian dari hak si peminta yang ada
di baitul mal.
3. Tidak dianggap dosa meminta sesuatu karena darurat dan tidak ada jalan
lain kecuali dengan cara meminta, misalnya seseorang yang dibelenggu
oleh utang akibat mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa,
seseorang yang jatuh miskin, atau seseorang yang hartanya habis dilanda
musibah.

Kesimpulan
Dari Hadits-Hadits yang ada dalam bab ini dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

[67]
1. Dibolehkan merangkum Hadits hanya dengan menyebutkan rincian yang
terkait dengan topik tertentu. Wanita dibolehkan mendermakan harta
miliknya sendiri tanpa harus meminta izin suami.
2. Dianjurkan bersikap adil dan betapa tinggi kedudukan seorang pemimpin
yang adil di sisi Allah. Dianjurkan beribadah kepada Allah dengan
mengalahkan hawa nafsu yang sedang menggebu-gebu pada usia muda
dan memaksanya untuk bermujahadah dan melestarikan ibadah; cinta
karena Allah dan menjelaskan keutamaannya, di mana itu dapat
memungkinkan pelakunya untuk mendapatkan keuntungan yang besar
dari Allah Yang Maha Mulia, bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi
dan keutamaannya atas shadaqah secara terang-terangan, karena
bershadaqah secara sembunyi-sembunyi memiliki keikhlasan yang lebih
sempurna; bershadaqahlah karena shadaqah itu kelak pada hari kiamat
akan menaungi pelakunya, menghiasi diri dengan akhlak mulia karena
barang siapa yang mengerjakan suatu amal kebaikan, maka dia mendapat
ganjaran pahala yang sama dengan jenis amalnya pada hari kiamat nanti,
berinfak di jalan Allah, bershadaqah kepada kaum kerabat dan
bersilaturahim, menghindarkan diri dari perbuatan meminta-minta dan
membersihkan diri dari perbuatan tersebut dengan cara berusaha
(bekerja) dan tidak menjadi beban bagi orang lain, iman yang sempurna
dan cinta kepada Allah dibuktikan dengan rajin mendatangi masjid.
3. Betapa besar pahala dalam mengekang hawa nafsu.
4. Menggunakan ungkapan sindirian atau kiasan untuk menyebutkan
sesuatu yang buruk, yakni tidak menggunakan makna kata yang
sesungguhnya.
5. Keutamaan menangis karena takut kepada Allah (s.w.t).
6. Keutamaan tangan yang memberi.
7. Shadaqah yang paling diutamakan adalah shadaqah yang setelah dirilis
pelakunya tetap dalam kondisi berkecukupan dan tidak membutuhkan
bantuan orang lain.
8. Meminta-minta untuk memperkaya diri sendiri merupakan perbuatan
tercela.

[68]
9. Orang yang miskin dianjurkan untuk tidak meminta-minta dan tidak
menjadi beban kepada orang lain serta bertawakal kepada Allah (s.w.t)
sedangkan orang kaya dianjurkan untuk bershadaqah.
10. Dianjurkan menyedekahkan sebagian dari kelebihan harta sesudah
kebutuhan diri sendiri dan orang yang wajib dia nafkahi telah dipenuhi;
berhati baik dan berlapang dada dalam mengerjakan kebaikan serta
membantu merealisasikannya; dan menganjurkan kepada istri serta
pembantu untuk menghormati orang yang meminta-minta, jangan
menolaknya dengan kasar sampai dia pun merasa kecewa.
11. Rakyat diperintahkan untuk bershadaqah dan mengerjakan amal
kebaikan, serta menyarankan kaum wanita saat itu tidak mengakibatkan
timbulnya kerusakan atau fitnah.
12. Hukuman itu akan ditimpakan ke atas anggota tubuh yang melakukan
perbuatan jahat.
13. Diharamkan meminta-minta untuk memperkaya diri sendiri.
14. Meminta kepada sultan karena dalam keadaan darurat tidak termasuk
Pertanyaan perbuatan dosa

[69]
[70]
Bab IV: Tentang Pembagian Shadaqah

Hadits Nomor 662

‫ّللَا صلى هللا‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ي ِ رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ‫ع َْن أَبِي‬
ّ ‫س ِعي ٍد اَ ْل ُخد ِْر‬
‫ أ َ ْو َر ُج ٍل‬,‫علَ ْي َها‬
َ ‫ام ٍل‬ ِ ‫ ِل َع‬:ٍ‫سة‬ َ ‫ص َدقَةُ ِلغَنِ ّي ٍ ِإ هل ِل َخ ْم‬‫عليه وسلم ( َل ت َ ِح ُّل اَل ه‬
‫علَ ْي ِه‬َ َ‫ص ّدِق‬ُ ُ ‫ين ت‬ ٍ ‫س ِك‬ْ ‫ أ َ ْو ِم‬,ِ‫ّللَا‬
‫س ِبي ِل َ ه‬
َ ‫غ ٍاز فِي‬ َ ‫ أ َ ْو‬,‫غ ِار ٍم‬ َ ‫ أ َ ْو‬,‫شت َ َرا َها ِب َما ِل ِه‬
ْ ِ‫ا‬
,‫ َوا ْب ُن َما َج ْه‬,َ‫َاود‬ ُ ‫ َوأَبُو د‬,ُ‫ فَأ َ ْهدَى ِم ْن َها ِلغَنِ ّي ٍ ) َر َواهُ أَحْ َمد‬,‫ِم ْن َها‬
‫سا ِل‬ ِ ْ ‫ َوأ ُ ِع هل ِب‬,‫ص هح َحهُ ا َ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫اْل ْر‬ َ ‫َو‬
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat itu tidak halal diberikan kepada orang kaya
kecuali lima macam, yaitu: Panitia zakat, atau orang yang membelinya dengan
hartanya, atau orang yang berhutang, atau orang yang berperang di jalan
Allah, atau orang miskin yang menerima zakat kemudian memberikannya
pada orang kaya." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Hadits shahih
menurut Hakim, namun ia juga menilainya cacat karena mursal.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) melarang memberikan zakat kepada orang kaya dan menjelaskan
bahwa memberikan zakat kepada orang kaya hukumnya haram. Apa yang
dimaksud dengan istilah "shadaqah" dalam Hadits ini adalah zakat harta
benda. Adapun shadaqah sunat, jika diberikan kepada orang kaya saja itu
sudah dianggap sah dan pemberinya tetap memperoleh pahala dari apa yang
telah diniatkannya. Apa yang dimaksudkan dengan istilah al-Ghaniyy adalah
orang yang memiliki harta dalam batasan wajib mengeluarkan zakat.
Rasulullah saw. Bersabda:

[71]
"Aku telah diperintahkan untuk mengumpulkan zakat dari orang kaya di
antara kamu dan mendistribusikannya kepada kaum fakir miskin di antara
kamu."

Dari Hadits ini dapat disimpulkan bahwa lawan kata "orang kaya yang wajib
berzakat" adalah "orang miskin yang berhak menerimanya".
Akan tetapi, Nabi (s.a.w) mengecualikan hukum haram ini ke atas lima
golongan, meskipun mereka adalah orang kaya, tetapi mereka dapat
menerimanya secara halal. Mereka adalah amil zakat, orang yang berutang,
orang yang sedang berjihad di jalan Allah, orang kaya yang memperoleh
hadiah dari orang miskin yang telah menerima zakat, atau orang kaya yang
membeli zakat dari orang miskin karena zakat tersebut telah menjadi
miliknya.

Fiqih Hadits
1. Haram memberikan zakat kepada orang kaya.
2. Anjuran untuk mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa.
3. Orang miskin bisa memberikan hadiah kepada orang kaya.
4. Bisa menjual zakat dan membelinya dari tangan si penerima, karena zakat
itu telah menjadi milik si penerima, sampai sifatnya berubah dan
lenyaplah nama zakat dari barang tersebut.
5. Orang kaya dapat menerima hadiah dari orang miskin.
6. Dianjurkan menghimpun zakat dari para pemilik harta.

Hadits Nomor 663

‫سو َل‬ ُ ‫ِي ِ ْب ِن ا َ ْل ِخ َي ِار; ( أ َ هن َر ُجلَ ْي ِن َح هدثَاهُ أَنه ُه َما أَت َ َيا َر‬
ّ ‫عد‬ ‫ع َب ْي ِد َ ه‬
َ ‫ّللَاِ ْب ِن‬ ُ ‫َوع َْن‬
,‫ص َر‬ َ َ‫يه َما ا َ ْلب‬
ِ ِ‫ب ف‬ َ ‫ فَقَله‬،‫ص َدقَ ِة‬ ‫سأ َ َلنِ ِه ِم َن اَل ه‬ ْ َ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ي‬ ‫َ ه‬
ٍ‫ي‬ ّ ‫ َو َل ِلقَ ِو‬,ٍ‫ظ ِفي َها ِلغَنِ ّي‬ ‫ َو َل َح ه‬,‫شئْت ُ َما‬ ِ ‫ "إِ ْن‬:‫ فَقَا َل‬,‫فَ َرآ ُه َما َج ْل َد ْي ِن‬
َ ‫ َوالنه‬,َ‫َاود‬
‫سا ِئ ُّي‬ ُ ‫ َوأَبُو د‬,ُ‫ب" ) َر َواهُ أَحْ َم ُد َوقَ هواه‬ ِ َ ‫ُم ْكت‬
ٍ ‫س‬
Dari Ubaidillah Ibnu Adiy Ibnu al-Khiyar Radliyallaahu 'anhu bahwa dua
orang menceritakan kepadanya bahwa mereka telah menghadap Rasulullah
[72]
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk meminta zakat pada beliau. Lalu beliau
memandangi mereka, maka beliau mengerti bahwa mereka masih kuat. Lalu
beliau bersabda: "Jika kalian mau, aku beri kalian zakat, namun tidak ada
bagian zakat bagi orang kaya dan kuat bekerja." Riwayat Ahmad dan
dikuatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i.

Makna Hadits
Orang kaya yang haram menerima zakat ada dua jenis:

Pertama, orang kaya hakiki, yaitu orang yang memiliki banyak harta.
Kedua, orang kaya maknawi, yaitu orang yang kuat lagi memiliki usaha.
Dengan berusaha, dia dikategorikan sebagai orang kaya. Orang yang jenis
kedua ini pun turut diharamkan menerima zakat, seperti mana yang telah
diltegaskan oleh Hadits di atas.

Fiqih Hadits
1. Orang yang tidak memiliki harta berhak menerima zakat.
2. Zakat ilegal diberikan kepada dua golongan yang dinilai berkemampuan.
3. Hanya memiliki kekuatan (kesehatan) bukanlah faktor yang
mengharamkannya menerima zakat, melainkan harus dipenuhi oleh
kondisi lain, yaitu mampu mencari penghidupan.
4. Orang yang memiliki usaha dan dapat mencukupi kebutuhannya tidak
dapat menerima zakat, karena kedudukannya sama dengan orang yang
banyak memiliki harta.

Periwayat Hadits
Abdullah ibn Adi3 ibn al-Khiyar ibn Adi ibn Naufal al-Qurasyi al-Madani.
Beliau meriwayatkan Hadits daripada Umar, Utsman, Ali, al-Miqdad ibn al-
Aswad, dan para sahabat lain. Orang yang telah mengambil riwayat Hadits
daripadanya adalah Atha’ ibn Yazid, Urwah ibn al-Zubair, Yahya ibn Yazid al-
Bahili, dan lain-lain.

3
Ayah Abdullah ini yakni Adi ibn al-Khiyar adalah salah seorang pasukan kaum
musyrikin yang mati sewaktu Perang Badar.
[73]
Al-‘Ajali berkata: “Abdullah ibn Adi adalah orang yang tsiqah dan termasuk
salah seorang tabi’in terkemuka.” Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan al-
Nasa’I adalah para imam yang mengetengahkan Hadits-Haditsnya.

Hadits Nomor 664

‫سو ُل َ ه‬
ِ‫ّللَا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ق ا َ ْل ِه ََل ِل ّي ِ رضي هللا عنه قَا َل‬ ٍ ‫ص َة ْب ِن ُم َخ ِار‬ َ ‫َوع َْن قَبِي‬
‫ َر ُج ٌل ت َ َح هم َل‬:ٍ‫سأ َ َلةَ َل ت َ ِح ُّل ِإ هل ِِلَ َح ِد ث َ ََلثَة‬
ْ ‫صلى هللا عليه وسلم ( ِإ هن ا َ ْل َم‬
,ٌ‫صابَتْهُ َجائِ َحة‬ َ َ ‫ َو َر ُج ٌل أ‬، َ‫سك‬ ِ ‫ ث ُ هم يُ ْم‬,‫سأ َ َلةُ َحتهى يُ ِصيبَ َها‬ ْ ‫ فَ َحلهتْ لَهُ ا َ ْل َم‬,ً‫َح َمالَة‬
‫ َو َر ُج ٌل‬,‫ع ْي ٍش‬ َ ‫يب قِ َوا ًما ِم ْن‬ َ ‫سأَلَةُ َحتهى يُ ِص‬ ْ ‫ فَ َحلهتْ لَهُ ا َ ْل َم‬,ُ‫اِجْ تَا َحتْ َمالَه‬
ْ‫صابَت‬ َ َ ‫ لَقَ ْد أ‬:‫وم ِه‬ِ َ‫صابَتْهُ فَاقَةٌ َحتهى يَقُو َم ث َ ََلث َةٌ ِم ْن ذَ ِوي ا ْل ِح َجى ِم ْن ق‬ َ َ‫أ‬
‫س َوا ُه هن‬ ِ ‫ فَ َما‬,‫ع ْي ٍش‬ َ ‫يب ِق َوا ًما ِم ْن‬ َ ‫سأَلَةُ َحتهى يُ ِص‬ ْ ‫فُ ََلنًا فَاقَةٌ; فَ َحلهتْ لَهُ اَ ْل َم‬
‫ َوأَبُو‬,‫س ِل ٌم‬ ْ ‫سحْ تًا ) َر َواهُ ُم‬ ُ ( ‫احبُ َها‬ ِ ‫ص‬ َ ‫سحْ تٌ يَأ ْ ُكلُ َها‬ ُ ُ‫صة‬ َ ‫سأَلَ ِة يَا قَ ِبي‬ ْ ‫ِم َن ا َ ْل َم‬
َ ‫ َوا ْبنُ ِحبه‬,‫ َوا ْب ُن ُخ َز ْي َم َة‬,َ‫َاود‬
‫ان‬ ُ ‫د‬
Dari Qobishoh Ibnu Mukhoriq al-Hilaly Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya meminta-minta tidak
dihalalkan kecuali bagi salah seorang di antara tiga macam, yakni orang yang
menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia
melunasinya, kemudian ia berhenti; orang yang tertimpa musibah yang
menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan
sandaran hidup; dan orang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga tiga
orang dari kaumnya yang mengetahuinya menyatakan: "Si fulan ditimpa
kesengsaraan hidup." ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan
sandaran hidup. Meminta-minta selain tiga hal itu, wahai Qobishoh, adalah
haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram." Riwayat
Muslim, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban.

Makna Hadits
Meminta sesuatu kepada orang lain adalah perbuatan hina dan rendah diri,
kecuali apabila dalam keadaan mendesak. Ini karena perbuatan meminta-
[74]
minta itu sama dengan menconteng muka sendiri dan membuat diri
seseorang dianggap remeh. Perbuatan meminta-minta tidak halal dilakukan
kecuali oleh salah seorang dari ketiga golongan berikut:

Pertama, seorang pria yang mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa


sampai dia berhutang, atau dia mendamaikan masalah pembunuhan sampai
dia terpaksa menanggung diyat. Maka dia dibolehkan meminta kepada orang
kaya bagian dari zakat mereka, meskipun pada kenyataannya dia sendiri
adalah orang kaya, tetapi dia tidak dibebani untuk melunasi tanggungan
tersebut dari hartanya sendiri.
Kedua, orang yang hartanya ditimpa malapetaka, baik yang datang dari langit
atau dari bumi. Maka dia dibolehkan meminta-minta sampai mendapatkan
kembali pegangan hidupnya. Tetapi sesudah kondisinya bertambah baik,
maka dia dilarang meminta-minta.

Ketiga, seorang pria yang sangat membutuhkan bantuan dan disaksikan oleh
beberapa orang yang berakal dari kalangan kaumnya, bahwa keadaannya
benar-benar sangat dha'if. Maka dihalalkan pula baginya meminta-minta,
ketika awalnya dia adalah orang kaya, lalu jatuh miskin. Adapun seseorang
yang keadaannya belum pernah dikenal sebagai orang kaya sejak semula,
maka dihalalkan baginya meminta-minta, sekalipun tanpa memakai wujud
saksi.

Fiqih Hadits
1. Anjuran untuk berakhlak mulia.
2. Haram meminta-minta kepada orang lain kecuali apabila dalam terpaksa.
3. Batasan tentang jumlah pemberian yang diberikan kepada seseorang
daripada harta zakat, iaitu sebatas apa yang dapat mencukupi keperluan
si penerimanya. Standarnya berbeza-beza antara satu orang dengan
orang lain dan ini mesti disesuaikan dengan keperluan mereka masing-
masing.

Hadits Nomor 665

[75]
‫سو ُل‬ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ث رضي هللا عنه قَا َل‬ ِ ‫ب ْب ِن َر ِبي َعةَ ْب ِن ا َ ْل َح ِار‬ ‫ع ْب ِد ا َ ْل ُم ه‬
ِ ‫ط ِل‬ َ ‫َوع َْن‬
‫ إِنه َما ِه َي‬,ٍ‫ص َدقَةَ َل تَ ْنبَ ِغي ِِل ِل ُم َح همد‬ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( إِ هن اَل ه‬ ‫َ ه‬
ُ‫ ( َوإِنه َها َل ت َ ِح ُّل ِل ُم َح هم ٍد َو َل آ ِل ُم َح هم ٍد ) َر َواه‬:ٍ‫اس ) َوفِي ِر َوايَة‬ ِ ‫خ اَلنه‬ ُ ‫سا‬ َ ‫أ َ ْو‬
‫س ِل ٌم‬
ْ ‫ُم‬
Dari Abdul Muttholib Ibnu Rabi'ah Ibnu Harits bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya zakat itu tidak patut bagi keluarga
Muhammad, karena ia sebenarnya adalah kotoran manusia." Dan menurut
suatu riwayat: "Sesungguhnya ia tidak halal bagi Muhammad dan keluarga
Muhammad." Riwayat Muslim.

Makna Hadits
Allah (s.w.t) memuliakan Nabi (s.a.w) dan demikian pula keluarganya sebagai
penghormatan bagi mereka di atas pertalian kekerabatan mereka dengan
Nabi (s.a.w). Oleh karena itu, Allah melarang mereka menerima zakat yang
merupakan milik umat manusia. Posisi mereka seharusnya tidak menjadi
lelucon untuk saki aki aki the dump dan sebaliknya Tuhan memuliakan
mereka dengan mengkhususkan seperlima dari seperlima (empat persen)
saham ghanimah untuk menjamin dan membuat mereka mampu hidup.

Larangan zakat atas Nabi (s.a.w) telah disepakati oleh seluruh ulama. Tapi
bagi keluarga beliau, menurut satu pendapat, zakat diharamkan atas mereka
secara mutlak, apakah mereka masih mendapatkan bagian dari khumus
alkhumus ataupun tidak. Namun menurut pendapat yang lain, ketika mereka
tidak mendapatkan bagian dari khumus al-khumus, maka zakat dihalalkan
atas mereka ketika kondisi mereka miskin dan membutuhkannya.

Akan tetapi, makna zahir kebanyakan Hadits yang membahas masalah ini
telah mengharamkannya dan ini hanya semata-mata terkait shadaqah wajib
atau zakat. Adapun shadaqah sunat, maka ia dilarang ke atas Nabi (s.a.w)
menurut kesepakatan semua ulama, namun dihalalkan bagi keluarganya.
Sungguhpun demikian, ada segolongan ulama yang memilih tetap
mengharamkannya bagi keluarga Nabi (s.a.w) berdasarkan keumuman dalil-

[76]
dalilnya dan adanya 'illat hukum, karena shadaqah pun termasuk kotoran
harta manusia. Apa yang dimaksudkan dengan keluarga Nabi (s.a.w) adalah
kaum kerabatnya, yaitu Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib, menurut mazhab
As-Syafi’i. Menurut mazhab Maliki dan mazhab Hanbali, keluarga beliau
adalah Bani Hasyim saja. Sedangkan menurut pendapat mazhab Hanafi,
mereka terdiri dari lima suku yang berakar dari Bani Hasyim, yaitu keluarga
Ali, keluarga al-Abbas, keluarga Ja'far, keluarga 'Uqail, dan keluarga al-Harits.
Interpretasi mazhab Hanafi terhadap maksud keluarga ini cenderung lebih
sempit.

Fiqih Hadits
Zakat diharamkan ke atas Nabi (s.a.w) dan keluarganya. ‘Illat ia diharamkan
ialah menghormati Nabi (s.a.w) dan keluarganya serta untuk membersihkan
mereka daripada kotoran manusia.

Hadits Nomor 666

‫عثْ َما ُن ْب ُن‬ ُ ‫شيْتُ أَنَا َو‬ َ ‫ ( َم‬:‫َوع َْن ُجبَ ْي ِر ْب ِن ُم ْط ِع ٍم رضي هللا عنه قَا َل‬
‫سو َل‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫ان رضي هللا عنه إِلَى اَلنهبِ ّي ِ صلى هللا عليه وسلم فَقُ ْلنَا‬ َ ‫عفه‬ َ
‫ َونَحْ ُن َو ُه ْم ِب َم ْن ِزلَ ٍة‬,‫ب ِم ْن ُخ ُم ِس َخ ْي َب َر َوت َ َر ْكت َ َنا‬ ِ ‫ط ِل‬‫طيْتَ َب ِني ا َ ْل ُم ه‬ َ ‫ أ َ ْع‬,ِ‫ّللَا‬
‫َ ه‬
‫ب َوبَنُو‬ ِ ‫ط ِل‬‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم " ِإنه َما بَنُو ا َ ْل ُم ه‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬,‫اح َد ٍة‬
ِ ‫َو‬
ُّ ‫احدٌ" ) َر َواهُ ا َ ْلبُ َخ ِار‬
‫ي‬ ِ ‫ش ٍم ش َْي ٌء َو‬ ِ ‫َها‬
Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku dan Utsman Ibnu Affan
pernah menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu kami
bertanya: Wahai Rasulullah, baginda telah memberi seperlima dari hasil
perang Khaibar kepada Banu al-Mutthalib dan baginda meninggalkan kami,
padahal kami dan mereka adalah sederajat. Lalu Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Banu al-Mutthalib dan Banu
Hasyim adalah satu keluarga." Riwayat Bukhari.

[77]
Makna Hadits
Ibn Hajar mengetengahkan satu Hadits yang menjadi dalil bagi orang yang
mengatakan bahwa Bani al-Muthalib haram menerima zakat karena mereka
adalah saudara Bani Hasyim; mereka dan Bani Hasyim adalah satu keluarga.
Karena Bani al-Muthalib bersekutu dengan Bani Hasyim dalam bagian dzawil
qurba yang ada di dalam baitul mal, maka diharamkan zakat bagi Bani al-
Muthalib seperti yang terjadi pada Bani Hasyim. Kesetiaan Bani al-Muthalib
terhadap Bani Hasyim berlangsung secara berkelanjutan sejak masa Jahiliyah
sampai masa Islam. Jadi, mereka berhak untuk duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi dengan Bani Hasyim, meskipun ada keturunan yang
berbeda nasab, seperti Bani Abd Syams dan Bani Naufal. Namun loyalitas Bani
Abd Syams dan Bani Naufal tidak berlangsung secara berkelanjutan.

Sedangkan orang yang mengatakan bahwa Bani al-Muthalib tidak dapat


disamakan dengan Bani Hasyim dalam hal larangan zakat mengemukakan
alasannya bahwa sesungguhnya pemberian Nabi (s.a.w) berupa bagian
dzawul qurba kepada mereka hanya dipandang sebagai penghormatan
semata, bukan sebagai hak yang harus mereka terima.

Fiqih Hadits
1. Bani al-Muthalib bersekutu dengan Bani Hasyim dalam bagian dzawul
qurba (kerabat Nabi (s.a.w)).
2. Diharamkan zakat bagi Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib.

Hadits Nomor 667


‫َوع َْن أَبِي َرافِ ٍع رضي هللا عنه ( أ َ هن اَلنهبِ هي صلى هللا عليه وسلم بَعَ َث‬
َ‫ فَ ِإنهك‬,‫ص َح ْب ِني‬ْ ِ‫ ا‬:‫ فَقَا َل ِِل َ ِبي َرا ِف ٍع‬,‫وم‬ ٍ ‫ص َدقَ ِة ِم ْن َب ِني َم ْخ ُز‬ ‫علَى اَل ه‬ َ ‫َر ُج ًَل‬
ُ‫ فَأَتَاه‬.ُ‫سأَلَه‬ ْ َ ‫ َحتهى آتِ َي اَلنه ِب هي صلى هللا عليه وسلم فَأ‬:‫ قَا َل‬,‫يب ِم ْن َها‬ ُ ‫ت ُ ِص‬
) ." ُ‫ص َدقَة‬ ‫ َو ِإنها َل ت َ ِح ُّل لَ َنا اَل ه‬,‫ " َم ْولَى اَ ْلقَ ْو ِم ِم ْن أَ ْنفُس ِِه ْم‬:‫ فَقَا َل‬,ُ‫سأَلَه‬
َ َ‫ف‬
َ ‫ َوا ْب ُن ِحبه‬,َ‫ َوا ْب ُن ُخ َز ْي َمة‬,ُ‫ َوالث ه ََلثَة‬,ُ‫َر َواهُ أَحْ َمد‬
‫ان‬

[78]
Dari Abu Rafi' Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam pernah mengutus seseorang dari Banu Makhzum untuk mengambil
zakat. Orang itu berkata kepada Abu Rafi': Temanilah aku, engkau akan
mendapatkan bagian darinya. Ia menjawab: Tidak, sampai aku menghadap
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk menanyakannya. Lalu keduanya
menghadap beliau dan menanyakannya. Beliau bersabda: "Hamba sahaya
suatu kaum itu termasuk kaum tersebut, dan sesungguhnya tidak halal zakat
bagi kami." Riwayat Ahmad, Imam Tiga, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban.

Makna Hadits
Bekas hamba milik keluarga Nabi (saw) diharamkan menerima zakat,
sebagaimana tuan-tuan mereka dari kalangan keluarga Nabi (saw) sebagai
menghormati mereka berkat adanya pertalian yang bersifat umum itu, di
mana budak tersebut adalah orang yang dimerdekakan oleh mereka,
meskipun hamba itu bukan kalangan nasab mereka. Sesungguhnya pengikut
itu menjadi terhormat lantaran kehormatan orang yang diikutinya. Hadits ini
memperkuat keumuman interpretasi kata "keluarga" yang telah dijelaskan
sebelumnya.

Fiqih Hadits
Zakat diharamkan ke atas Nabi (s.a.w), keluarganya dan bekas hamba mereka.
Keterangan yang mendalam mengenai keluarga Nabi (s.a.w) dan hukum
mawali mereka telah diketengahkan dalam pembahasan Hadits no. 626.

Hadits Nomor 668


‫ّللَاِ صلى هللا‬ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫ ع َْن أَبِي ِه; ( أ َ هن َر‬,‫ع َم َر‬ ِ ‫ع ْب ِد َ ه‬
ُ ‫ّللَا ْب ِن‬ َ ‫سا ِل ِم ْب ِن‬ َ ‫َوع َْن‬
:‫ فَ َيقُو ُل‬,‫ أَع ِْط ِه أ َ ْفقَ َر ِم ِنّي‬:‫ فَ َيقُو ُل‬,‫طا َء‬ َ ‫ع َم َر ا َ ْل َع‬
ُ ‫َان يُ ْع ِطي‬ َ ‫عليه وسلم ك‬
َ َ‫ َوأ َ ْنت‬,‫ َو َما َجا َءكَ ِم ْن َهذَا اَ ْل َما ِل‬,‫صدهقْ ِب ِه‬
‫غ ْي ُر‬ َ َ ‫ أ َ ْو ت‬,ُ‫" ُخ ْذهُ فَت َ َم هو ْله‬
ْ ‫سكَ " ) َر َواهُ ُم‬
‫س ِل ٌم‬ َ ‫ َو َما َل فَ ََل تُتْ ِب ْعهُ نَ ْف‬,ُ‫سا ِئ ٍل فَ ُخ ْذه‬ َ ‫ف َو َل‬ ٍ ‫ُمش ِْر‬

[79]
Dari Salim Ibnu Abdullah Ibnu Umar, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberikan sesuatu kepada
Umar Ibnu Khattab. Lalu ia berkata: Berikanlah pada orang yang lebih
membutuhkan daripada diriku." Beliau bersabda: "Ambillah, lalu simpanlah
atau bershadaqahlah dengannya. Dan apa yang datang kepadamu dari harta
semacam ini, padahal engkau tidak membutuhkannya dan tidak meminta,
maka ambillah. Jika tidak demikian, maka jangan turuti nafsumu." Riwayat
Muslim.

Makna Hadits
Nabi (s.a.w) memberikan sesuatu kepada Umar ibn al-Khathhab, namun Umar
al-Faruq meminta Nabi (saw) untuk memberikannya kepada yang
membutuhkan. Baginda tidak ingin menerima penolakannya untuk tujuan
mengajarkannya etika yang baik terhadap seorang pemimpin dan
memberitahu kepadanya bahwa pemberian tersebut bukanlah zakat,
melainkan ia adalah hak yang semestinya diterima oleh Umar bin al-Khathhab
sebagai imbalan di atas jerih payahnya ketika bekerja. Nabi (s.a.w)
menyuruhnya agar menerima pemberian tersebut dan memasukkannya ke
dalam harta miliknya. Setelah itu dia dapat menyedekahkannya.

Dengan demikian, maka jelaslah hukum syar 'i yang umum dalam sabda
Rasulullah (saw): "Dan apa yang datang kepadamu dari jenis harta ini,
sedangkan kamu tidak mengharapkannya dan tidak pula memintanya, maka
terimalah ia." Dengan kata lain, barang siapa yang diberikan suatu pemberian
dari harta yang halal, sedangkan dia tidak memintanya dan tidak pula
mengharapkannya, maka apa yang lebih baik adalah menerimanya, dan
hukumnya sunat.
Akan tetapi, jika harta itu harta yang haram atau harta yang halal, tetapi orang
yang bersangkutan memiliki keinginan untuk menerimannya dan tamak
untuk mendapatkannya, maka janganlah dia memperturutkan kehendaknya,
melainkan harus dia memalingkan dirinya dari pemberian tersebut dan tidak
menerimannya. Ini merupakan sikap orang yang terhormat dan etis.

[80]
Fiqih Hadits
1. Seorang pemimpin dianjurkan memberi hadiah kepada sebagian
rakyatnya ketika itu dipandang perlu, sekalipun ada orang lain yang lebih
membutuhkannya.
2. Adalah tidak sopan saat menolak pemberian seorang pemimpin, lebih-
lebih lagi Rasulullah (s.a.w), karena Allah (s.w.t) berfirman:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah." (Surah al-Hasyr: 7)
3. Menjelaskan prioritas Umar (r.a) dan kezuhudannya serta usahanya yang
lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
4. Barang siapa yang datang kepadanya suatu harta tanpa diminta, maka dia
tidak bisa menolaknya. Dia bisa menjadikannya sebagai harta miliknya
dan dapat pula menyedekahkannya kepada orang lain.
5. Amil dianjurkan menerima upah di atas apa yang telah dikerjakannya dan
tidak bisa menolaknya. Riwayat Muslim turut menjelaskan bahwa hadis
ini terkait dengan masalah upah amil.
6. Menahan diri dari hal yang diharamkan dan syubhat serta mengekang
keinginan hawa nafsu.

[81]
Kesimpulan
Dari Hadits-hadits yang disusun dalam bab ini, dapat diringkas sebagai
berikut:

1. Melarang zakat untuk Nabi (s.a.w), keluarganya, dan mantan budaknya.


Dan diharamkan shadaqah dan zakat bagi orang kaya serta dilarang
meminta-minta kepada orang lain.
2. Dibolehkan menjual zakat dan membelinya dari tangan penerimanya,
karena nama zakat telah hilang darinya dan sifatnya pula telah berubah
karena penerimanya telah menjadikannya sebagai hak miliknya. Orang
miskin dibolehkan memberi hadiah kepada orang kaya. Dapat pula
memindahkan zakat dari suatu tempat ke tempat yang lain, meminta-
minta karena keputusasaan, amil dapat menerima upah serta sebaiknya
dia tidak menolaknya.
3. Orang kaya bisa menerima hadiah dari orang miskin.
4. Dianjurkan mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa dan
menghimpun zakat dari para pemilik harta wajib zakat.
5. Orang yang tidak memiliki harta berhak mendapatkan zakat.
6. Tidak bisa memberi zakat kepada siapapun yang mampu bekerja.
7. Pemimpin harus memberikan sesuatu kepada salah seorang dari
rakyatnya ketika itu dianggap perlu, meskipun ada orang lain yang lebih
membutuhkannya.
8. Adalah tidak sopan ketika seseorang menolak pemberian pemimpin.
9. Menjelaskan pembagian zakat dan pengagihannya.
10. Barang siapa diberikan suatu harta, sedangkan dia tidak memintanya,
Pertanyaan maka dia tidak bisa menolaknya. Dia bisa menjadikannya
sebagai harta miliknya atau menyedekahkannya kepada orang lain.

[82]
[83]
Bab V : Macam-Macam Pemberian Dalam Islam
Macam-macam pemberian dalam islam beserta dalil-dalil dalam al-
qur’an dan As-Sunnah

1. Zakat:
Zakat mempunyai beberapa arti, diantaranya :

1) An-Nama (tumbuh dan berkembang), artinya bahwa harta yang


dikeluarkan zakat darinya, tidaklah akan berkurang, justru akan tumbuh
dan berkembang lebih banyak. Faktanya sudah sangat banyak.
2) Ath-Thaharah (suci), artinya bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya,
akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang memilikinya dari
kotoran hasad, dengki dan bakhil.
3) Ash-Sholahu (baik), artinya bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya, akan
menjadi baik dan zakat sendiri akan memperbaiki kwalitas harta tersebut
dan memperbaiki amal yang memilikinya.

Zakat secara bahasa (lughat), berarti : tumbuh, berkembang dan berkah (HR.
At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan
Seorang yang membayar zakat karena keimanannya nicaya akan memperoleh
kebaikan yang banyak. Allah SWT berfirman :

َ ‫علَ ْي ِه ْم إِ هن‬
َ‫ص ََلت َك‬ َ ‫ص ِ ّل‬ ِ ‫ط ِ ّه ُر ُه ْم َوت ُ َز ِ ّك‬
َ ‫يه ْم ِب َها َو‬ َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬
َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
‫ع ِلي ٌم‬َ ‫س ِمي ٌع‬ ‫س َك ٌن لَ ُه ْم َو ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ
“Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS : At-Taubah : 103)
Sedangkan menurut terminologi syari’ah (istilah syara’) zakat berarti
kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk
kelompok tertentu dalam waktu tertentu.

Zakat juga berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah dan waktu suatu
kekayaan atau harta yang wajib diserahkan dan pendayagunaannya pun
ditentukan pula, yaitu dari umat Islam untuk umat Islam. Atau Zakat adalah
[84]
nama dari sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu
(nishab) yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (QS. 9:103 dan
QS. 30:39)

Ulama’ Hanafiyyah mendefinisikan zakat dengan menjadikan hak milik


bagian harta tertentu dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah
ditentukan oleh Syari’ karena Allah.

Demikian halnya menurut mazhab Imam Syafi’i zakat adalah sebuah


ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus.
Sedangkian menurut mazhab Imam Hambali, zakat ialah hak yang wajib
dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu
kelompok yang disyaratkan dalam Al-Qur’an. Zakat mempunyai fungsi yang
jelas untuk menyucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya.

Ayat-ayat zakat:

Kata zakat didalam Al-Quran terdapat pada 26 ayat yang tersebar pada 15
surat. Ayat dan surat tersebut yaitu sebagai berikut:

Didalam Q.S Al Baqarah ayat: 42, 84, 110, 177, 277.


Didalam Q.S Annisa ayat: 77 dan 162.
Didalam Q.S Al-Maidah ayat: 12 dan 55.

Didalam Q.S Al-A'raaf ayat: 156.

Didalam Q.S At-Taubah ayat: 5, 11, 18, dan 71


Didalam Q.S Al-Anbiya ayat: 73

Didalam Q.S Al-Hajj ayat: 41 dan 78.


Didalam Q.S An-Nur ayat: 37 dan 56.
Didalam Q.S Annaml ayat: 3.

Didalam Q.S Luqman ayat: 4.


Didalam Q.S Al-Ahzab ayat: 37.

[85]
Didalam Q.S Fushilat ayat: 7.

Didalam Q.S Al-Mujadillah ayat: 13.

Didalam Q.S Al Muz'amil ayat: 20.


Didalam Q.S Al-Bayyinah ayat: 5.

 Dalil Wajib zakat

َ ‫صلَ َٰوت َ َك‬


‫س َك ٌن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِهم بِ َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َٰ َو ِل ِه ْم‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َ ُ‫ٱَّلل‬ َّ ‫لَّ ُه ْم ۗ َو‬
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S At-Taubah ayat 103)

 Dalil Zakat Fitrah

﴾15﴿ ؕ‫صلّٰى‬ ۡ ‫﴾ َوذَ َك َر‬14﴿ ‫قَ ۡد ا َ ۡفلَ َح َم ۡن ت َزَ ّٰكى‬


َ َ‫اس َم َر ِب ٖه ف‬
Sungguh berbahagialah orang yang mengeluarkan zakat (fitrahnya),
menyebut nama Tuhannya (mengucap takbir, membesarkan Alloh) lalu ia
mengerjakan sholat (iedul fitri)". (Q.S. Al-A'la ayat 14-15)

 Dalil Zakat Harta/Mal

َ ‫ضةَ َوَّلَ يُن ِفقُو َن َها فِي‬


ٍ ‫س ِبي ِل ّللَاِ َفبَ ِش ْر ُهم ِب َعذَا‬
‫ب‬ َّ ‫َب َو ْال ِف‬
َ ‫َوالَّذِينَ َي ْك ِن ُزونَ الذَّه‬
‫ور ُه ْم‬ ُ ‫َار َج َهنَّ َم فَت ُ ْك َوى ِب َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنوبُ ُه ْم َو‬
ُ ‫ظ ُه‬ َ ‫ َي ْو َم ي ُْح َمى‬.‫أ َ ِل ٍيم‬
ِ ‫علَ ْي َها فِي ن‬
َ‫هَـذَا َما َكن َْزت ُ ْم ِلَنفُ ِس ُك ْم فَذُوقُواْ َما ُكنت ُ ْم ت َ ْكنِ ُزون‬
Artinya: "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allâh, maka beritahukanlah kepada mereka
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas
dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dahi, lambung dan punggung

[86]
mereka dibakar dengannya, (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. at-Taubah/9:34-35)

Ayat di atas menerangkan tentang siksaan yang diberikan kepada orang-


orang yang menyimpan harta tapi tidak mau menafkahkannya pada jalan
Alloh (berzakat). Dengan demikian ayat ini juga menunjukkan bahwa zakat
harta atau zakat mal itu wajib hukumnya.

 Dalil Golongan yang Berhak Menerima Zakat

ِ ‫علَ ْي َها َو ْٱل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِى‬


ِ ‫ٱلرقَا‬
‫ب‬ َ َ‫ين َو ْٱل َٰ َع ِملِين‬
ِ ‫س ِك‬َ َٰ ‫صدَ َٰقَتُ ِل ْلفُقَ َرآ ِء َو ْٱل َم‬
َّ ‫ِإنَّ َما ٱل‬
‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َّ َ‫ضةً ِمن‬
َّ ‫ٱَّللِ ۗ َو‬ َ ‫س ِبي ِل ۖ فَ ِري‬ َّ ‫س ِبي ِل‬
َّ ‫ٱَّللِ َوٱب ِْن ٱل‬ َ ‫َو ْٱل َٰغَ ِر ِمينَ َوفِى‬
Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Itulah dalil yang menerangkan siapa saja yang berhak menerima zakat, yaitu
orang fakir, orang miskin, Amilin, Muallaf, Riqob, Ghorimin, Fii Sabilillah, dan
Ibnu sabil.

2. Infaq:

Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar.
Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti
orang yang keluar dari ajaran Islam.

Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya “Qaf”, oleh orang Indonesia
dirubah menjadi huruf “ Kaf ”, sehingga menjadi (infak).

Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu
kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan
[87]
firman Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak"
kan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah :

ُ ‫سيُن ِفقُونَ َها ث ُ َّم ت َ ُك‬


‫ون‬ َ َ‫ٱَّللِ ف‬
َّ ‫س ِبي ِل‬َ ‫عن‬ ۟ ‫صد‬
َ ‫ُّوا‬ ۟ ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ َكفَ ُر‬
ُ َ‫وا يُن ِفقُونَ أ َ ْم َٰ َولَ ُه ْم ِلي‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َحس َْرة ً ث ُ َّم يُ ْغلَبُونَ َوٱلَّذِينَ َكفَ ُر ٓو ۟ا إِلَ َٰى َج َهنَّ َم ي ُْحش َُرون‬
َ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke
dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal :
36)
Sedangkan Infak secara istilah adalah : Mengeluarkan sebagian harta untuk
sesuatu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala,
seperti : menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Infak sering digunakan oleh Al Qur'an dan Hadits untuk beberapa hal,
diantaranya :

Pertama : Untuk menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan, yaitu zakat.


Infak dalam pengertian ini berarti zakat wajib.

Kedua : Untuk menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan selain zakat,


seperti kewajiban seorang suami memberikan nafkah untuk istri dan anak-
anaknya. Kata infak disini berubah menjadi nafkah atau nafaqah.

Ketiga : Untuk menunjukkan harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan, tetapi


tidak sampai derajat wajib, seperti memberi uang untuk fakir miskin,
menyumbang untuk pembangunan masjid atau menolong orang yang terkena
musibah. Mengeluarkan harta untuk keperluan-keperluan di atas disebut juga
dengan infak.
Biasanya infak ini berkaitan dengan pemberian yang bersifat materi.
Adapun dalil-dalil mengenai infaq akan dijelaskan pada bagian shadaqah.

3. Shadaqah:

[88]
Sedangkan “Shadaqah“ secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang
terdiri dari tiga huruf : Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur.
Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Shadaqah.

Shadaqah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti


kejujuran atau kebenaran iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut
shadaqah sebagai burhan (bukti), sebagaimana sabdanya :

‫ قَا َل‬: ‫ قَا َل‬، - ‫ رضي هللا عنه‬- ِ ‫وعن أبي مالكٍ الحارث بن عاصم اِلشعري‬
‫ وال َحمد ُ هلل‬، ‫اْليمان‬ ِ ‫َط ُر‬ ْ ‫ور ش‬ ُّ : - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫رسو ُل هللا‬
ُ ‫الط ُه‬
‫سماوات‬ َّ ‫ َما َبينَ ال‬- ُ ‫ أ َ ْو ت َ ْمأل‬- ‫س ْب َحانَ هللا وال َحمد ُ هلل تَمآلن‬ ُ ‫ َو‬، َ‫ت َ ْمأل ُ الميزَ ان‬
ٌ‫آن ُحجة‬ ُ ‫ والقُ ْر‬، ‫ضيا ٌء‬ ِ ‫صب ُْر‬ َّ ‫ وال‬، ‫َان‬ ٌ ‫صدقةُ بُره‬ َّ ‫ وال‬، ‫ور‬ ٌ ُ‫صَلة ُ ن‬َّ ‫ وال‬،‫ض‬ ِ ‫َواِل َ ْر‬
‫سهُ فَ ُم ْع ِتقُ َها أ َ ْو ُمو ِبقُها رواه مسلم‬
َ ‫اس َي ْغد ُو َف َبائ ٌع نَف‬ َ ‫لَ َك أ َ ْو‬
ِ َّ‫ ُك ُّل الن‬. ‫علَي َْك‬
Dari Abu Malik Al harits Bin Ashim Al as'ariy ra.. ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: "Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat
memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua
yang ada diantara langit dan bumi, salat adalah cahaya, shadaqah itu adalah
bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah terhadap yang
kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu
pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula
yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).

Shadaqah bisa diartikan juga dengan mengeluarkan harta yang tidak wajib di
jalan Allah. Tetapi kadang diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau
ibadah-ibadah fisik non materi, seperti menolong orang lain dengan tenaga
dan pikirannya, mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan
hubungan suami istri, disebut juga shadaqah. Ini sesuai dengan hadits :

‫َب أه ُل الدُّثُور‬ َ ‫ ذَه‬، ‫سو َل هللا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫أن ناسا ً قالوا‬ َّ ‫ع ْن أَبِي ذَ ٍر رضي هللا عنه‬ َ
‫ضو ِل‬ ُ ُ‫صدَّقُونَ ِبف‬ ُ ‫صو ُمونَ َك َما َن‬
َ َ ‫ َو َيت‬، ‫صو ُم‬ ُ ‫ َو َي‬، ‫ص ِلي‬ َ ُ‫صلُّونَ َك َما ن‬
َ ُ‫ ي‬، ‫ور‬ِ ‫باِل ُ ُج‬
‫إن ِب ُك ِل ت َ ْس ِبي َح ٍة‬َّ : ‫صدَّقُونَ ِب ِه‬ َ ‫ أ َ َو َل‬: ‫ قَا َل‬، ‫ْأم َوا ِل ِه ْم‬
َ َ ‫يس َق ْد َج َع َل هللاُ لَ ُك ْم َما ت‬

[89]
، ً‫صدَقَة‬ َ ‫ َو ُك ِل تَ ْه ِلي َل ٍة‬، ً‫صدَ َقة‬َ ٍ‫حميدَة‬ ِ َ‫ َو ُك ِل ت‬، ً‫صدَ َقة‬ َ ٍ‫كبيرة‬َ َ ‫ َو ُك ِل ت‬، ً‫صدَقة‬ َ
ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ وفي بُضْعِ أ َ َح ِد ُك ْم‬، ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ع ِن ال ُم ْن َك ِر‬
َ ‫ي‬ ٌ ‫ َونَه‬، ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫وف‬ ِ ‫َو ْأم ٌر بال َم ْع ُر‬
‫أرأيت ُ ْم‬
َ : ‫أج ٌر ؟ قَا َل‬ ْ ‫ون لَهُ فِي َها‬ َ ‫ أيَأ ِتي أ َ َحدُنَا‬، ِ‫ يَا رسو َل هللا‬: ‫قالوا‬
ُ ‫ش ْه َوتَهُ َو َي ُك‬
‫ض َع َها في ال َحَل ِل َكانَ لَهُ أ َ ْج ٌر رواه مسلم‬ َ ‫ض َع َها في ِإذَا َو‬َ ‫لَ ْو َو‬
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat
berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Wahai Rasulullah, orang-
orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan
mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi bersabda :
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah
shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah
shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah
seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah“. Mereka bertanya
: “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi
syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menjawab : “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang
haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang
halal, ia mendapat pahala” (HR. Muslim).

Salah satu jenis shadaqah adalah shadaqah jariah, shadaqah jariah adalah
sedekah yang pahalanya mengalir terus-menerus, meskipun yang bersedekah
telah meninggal dunia, sebagaimana Hadits Nabi menyebutkan, yang artinya:
"Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Apabila anak
Adam (umat manusia) telah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya,
kecuali tiga perkara yaitu: Sedekah Jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya." (H.R. Muslim).

Dalil-Dalil Shadaqah dan Infaq

[90]
َّ ‫ّللَا َو ََّل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت َّ ْهلُ َك ِة ۛ َوأَ ْح ِسنُوا ۛ ِإ َّن‬
ُّ‫ّللَاَ ي ُِحب‬ َ ‫َوأ َ ْن ِفقُوا ِفي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ‫ْال ُم ْح ِسنِين‬
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (Q.S. Al-
Baqarah:195).
‫يَسْأَلُون ََك َماذَا يُ ْن ِفقُونَ ۖ قُ ْل َما أ َ ْنفَ ْقت ُ ْم ِم ْن َخي ٍْر فَ ِل ْل َوا ِلدَي ِْن َو ْاِل َ ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َم َٰى‬
‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫س ِبي ِل ۗ َو َما ت َ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر فَإ ِ َّن‬
َ ‫ّللَاَ ِب ِه‬ َّ ‫ين َواب ِْن ال‬ َ ‫َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja
harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya (Q.S. Al-Baqarah:215).

ُ ‫ّللَاُ َي ْق ِب‬
‫ض‬ َّ ‫يرة ً ۚ َو‬ ْ َ ‫ضا ِعفَهُ لَهُ أ‬
َ ‫ض َعافًا َك ِث‬ َ ُ‫سنًا فَي‬ ً ‫ّللَا قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ َ َّ ‫ض‬ ُ ‫َم ْن ذَا الَّذِي يُ ْق ِر‬
ُ ‫س‬
َ‫ط َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ ‫َو َي ْب‬
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan(Q.S. Al-Baqarah:245).

‫سنَا ِب َل ِفي ُك ِل‬


َ ‫س ْب َع‬
َ ‫ت‬ ْ َ ‫ّللَاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أَ ْن َبت‬
َّ ‫س ِبي ِل‬َ ‫َمثَ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬
‫ع ِلي ٌم‬َ ‫ّللَاُ َوا ِس ٌع‬ َّ ‫ف ِل َم ْن يَشَا ُء ۗ َو‬ُ ‫ضا ِع‬ َّ ‫س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َو‬
َ ُ‫ّللَاُ ي‬ ُ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah:261).

‫ّللَا ث ُ َّم ََّل يُتْبِعُونَ َما أ َ ْنفَقُوا َمنًّا َو ََّل أَذًى لَ ُه ْم‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََّل ُه ْم َي ْحزَ نُون‬
َ ‫ف‬ٌ ‫أ َ ْج ُر ُه ْم ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َو ََّل خ َْو‬
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
[91]
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al-Baqarah:262).

‫ي َح ِلي ٌم‬ َّ ‫صدَقَ ٍة يَتْ َبعُ َها أَذًى ۗ َو‬


َ ُ‫ّللَا‬
ٌّ ‫غ ِن‬ َ ‫وف َو َم ْغ ِف َرة ٌ َخي ٌْر ِم ْن‬
ٌ ‫قَ ْو ٌل َم ْع ُر‬
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun (Q.S. Al-Baqarah:263).

‫صدَقَاتِ ُك ْم بِ ْال َم ِن َو ْاِلَذَ َٰى َكالَّذِي يُ ْن ِف ُق َمالَهُ ِرئَا َء‬


َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََّل تُب ِْطلُوا‬
ُ‫صا َبه‬ َ َ ‫اب فَأ‬
ٌ ‫علَ ْي ِه ت ُ َر‬ ٍ ‫ص ْف َو‬
َ ‫ان‬ َ ‫اَّللِ َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۖ فَ َمثَلُهُ َك َمث َ ِل‬
َّ ‫اس َو ََّل يُؤْ ِم ُن ِب‬ ِ َّ‫الن‬
‫ّللَاُ ََّل َي ْهدِي ْالقَ ْو َم‬
َّ ‫سبُوا ۗ َو‬ َ ‫َيءٍ ِم َّما َك‬ ْ ‫علَ َٰى ش‬ َ َ‫ص ْلدًا ۖ ََّل يَ ْقد ُِرون‬ َ ُ‫َوابِ ٌل فَت َ َر َكه‬
َ‫ْال َكا ِف ِرين‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir
(Q.S. Al-Baqarah:264).

‫ّللَا َوتَثْ ِبيتًا ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َك َمث َ ِل َجنَّ ٍة‬


ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫ضا‬ َ ‫َو َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ُم ا ْب ِتغَا َء َم ْر‬
َّ ‫ط ٌّل ۗ َو‬
‫ّللَاُ ِب َما‬ َ َ‫ص ْب َها َوا ِب ٌل ف‬ ِ ‫ت أ ُ ُكلَ َها‬
ِ ُ‫ض ْعفَي ِْن فَإ ِ ْن لَ ْم ي‬ ْ َ ‫صابَ َها َوا ِب ٌل فَآت‬ َ َ ‫ِب َرب َْوةٍ أ‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ ِ ‫ت َ ْع َملُونَ َب‬
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat (Q.S. Al-Baqarah:265).

ۖ‫ض‬ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما أ َ ْخ َر ْجنَا َل ُك ْم ِمنَ ْاِل َ ْر‬


َ ‫ت َما َك‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِيبَا‬
‫ضوا فِي ِه ۚ َوا ْعلَ ُموا‬ ُ ‫آخذِي ِه إِ ََّّل أ َ ْن ت ُ ْغ ِم‬ َ ِ‫َو ََّل تَيَ َّم ُموا ْال َخب‬
ِ ِ‫يث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُونَ َولَ ْست ُ ْم ب‬
ٌ‫ي َح ِميد‬ َّ ‫أ َ َّن‬
ٌّ ِ‫ّللَاَ َغن‬
[92]
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S. Al-Baqarah:267).

َّ ‫ّللَاُ َي ِعد ُ ُك ْم َم ْغ ِف َرة ً ِم ْنهُ َوفَض ًَْل ۗ َو‬


ُ‫ّللَا‬ ِ ‫ان يَ ِعدُ ُك ُم ْالفَ ْق َر َويَأ ْ ُم ُر ُك ْم بِ ْالفَ ْحش‬
َّ ‫َاء ۖ َو‬ ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
‫ع ِلي ٌم‬َ ‫َوا ِس ٌع‬
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengatahui (Q.S. Al-Baqarah:268).

ۚ ‫ي ۖ َو ِإ ْن ت ُ ْخفُوهَا َوتُؤْ تُوهَا ْالفُقَ َرا َء فَ ُه َو َخي ٌْر لَ ُك ْم‬ َ ‫ت فَنِ ِع َّما ِه‬ ِ ‫صدَقَا‬َّ ‫ِإ ْن ت ُ ْبدُوا ال‬
ٌ ِ‫ّللَاُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخب‬
‫ير‬ َّ ‫س ِيئَاتِ ُك ْم ۗ َو‬َ ‫َويُ َك ِف ُر َع ْن ُك ْم ِم ْن‬
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir,
maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan (Q.S. Al-Baqarah:271).

َّ ‫علَي َْك ُهدَا ُه ْم َو َٰلَ ِك َّن‬


ۚ ‫ّللَاَ يَ ْهدِي َم ْن يَشَا ُء ۗ َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن َخي ٍْر فَ ِأل َ ْنفُ ِس ُك ْم‬ َ ‫ْس‬ َ ‫لَي‬
‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ََّل‬ ِ َّ ‫َو َما ت ُ ْن ِفقُونَ ِإ ََّّل ا ْبتِغَا َء َو ْج ِه‬
َّ ‫ّللَا ۚ َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن َخي ٍْر ي َُو‬
َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫ت‬
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka
pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan
sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang
baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan
cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan) (Q.S. Al-
Baqarah:272).

‫ض‬ ِ ‫ض ْربًا ِفي ْاِل َ ْر‬ َ َ‫ّللَاِ ََّل َي ْستَ ِطيعُون‬ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫ص ُروا ِفي‬ ِ ‫اء الَّذِينَ أ ُ ْح‬ ِ ‫ِل ْلفُ َق َر‬
ۗ ‫اس ِإ ْل َحافًا‬
َ َّ‫ف تَ ْع ِرفُ ُه ْم ِبسِي َما ُه ْم ََّل يَسْأَلُونَ الن‬ ِ ُّ‫سبُ ُه ُم ْال َجا ِه ُل أ َ ْغ ِنيَا َء ِمنَ الت َّ َعف‬
َ ‫يَ ْح‬
‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫َو َما ت ُ ْن ِفقُوا ِم ْن َخي ٍْر فَإ ِ َّن‬
َ ‫ّللَاَ بِ ِه‬
[93]
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui (Q.S.
Al-Baqarah:273).

‫ع ََل ِن َيةً َفلَ ُه ْم أ َ ْج ُر ُه ْم ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َو ََّل‬ ِ ‫الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم ِباللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
َ ‫ار ِس ًّرا َو‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََّل ُه ْم َي ْحزَ نُون‬َ ‫ف‬ ٌ ‫خ َْو‬
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati (Q.S. Al-Baqarah:274).

‫ار أ َ ِث ٍيم‬
ٍ َّ‫ّللَاُ ََّل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ ِ ‫صدَقَا‬
َّ ‫ت ۗ َو‬ َّ ‫الر َبا َوي ُْر ِبي ال‬ َّ ‫َي ْم َح ُق‬
ِ ُ‫ّللَا‬
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa
(Q.S. Al-Baqarah:276).

َ َ ‫س َرةٍ ۚ َوأ َ ْن ت‬
َ‫صدَّقُوا َخي ٌْر لَ ُك ْم ۖ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬ ُ ‫َوإِ ْن َكانَ ذُو‬
َ ‫عس َْرةٍ فَن َِظ َرة ٌ إِلَ َٰى َم ْي‬
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (Q.S. Al-Baqarah:280).

‫ار ُزقُو ُه ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا‬


ْ َ‫ين ف‬ َ ‫ض َر ْال ِق ْس َمةَ أُولُو ْالقُ ْربَ َٰى َو ْال َيتَا َم َٰى َو ْال َم‬
ُ ‫سا ِك‬ َ ‫َوإِذَا َح‬
‫لَ ُه ْم قَ ْو ًَّل َم ْع ُروفًا‬
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik (Q.S. An-Nisa:8).

َّ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َوأ َ ْنفَقُوا ِم َّما َرزَ قَ ُه ُم‬


َّ َ‫ّللَاُ ۚ َو َكان‬
‫ّللَاُ ِب ِه ْم‬ َّ ِ‫علَ ْي ِه ْم َل ْو آ َمنُوا ب‬
َ ‫َو َماذَا‬
‫ع ِلي ًما‬
َ
Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah
dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan
[94]
Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan
mereka(Q.S. An-Nisa:39).

َ‫ص ََلحٍ بَيْن‬ْ ‫صدَقَ ٍة أَ ْو َم ْع ُروفٍ أ َ ْو ِإ‬َ ‫ير ِم ْن ن َْج َوا ُه ْم ِإ ََّّل َم ْن أ َ َم َر ِب‬
ٍ ‫ََّل َخي َْر فِي َك ِث‬
‫ف نُؤْ تِي ِه أ َ ْج ًرا َع ِظي ًما‬ َ َ‫ّللَاِ ف‬
َّ ‫ت‬ َٰ
َ ‫اس ۚ َو َم ْن يَ ْف َع ْل ذَ ِل َك ا ْب ِتغَا َء َم ْر‬
ِ َّ‫الن‬
َ ‫س ْو‬ ِ ‫ضا‬

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali


bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar (Q.S. An-Nisa:114).
Rasulullah dalam sebuah hadits juga menjelaskan prinsip dalam berinfaq
yang paling afdhal, cara infak yang paling bagus yang paling besar pahalanya
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah
Radhiallahu anhu: “Ada seorang laki laki mendatangi Rasulullah, kemudian
laki – laki tadi bertanya:”

‫يا رسول هللا أي الصدقة أعظم فقال أن تصدق وانت صحيح شحيح تخشى‬
‫الفقر وتأمل الغنى وَّل تمهل حتى اذا بلغت الحلقوم قلتلفَلن كذا ولفَلن كذ‬
‫ا أَّل وقد كان لفَلن‬
Wahai Rasulullah, shadaqah seperti apa yang paling besar pahalanya? Maka
Rasulullah menjawab. “ Shadaqah yang paling besar pahalanya itu adalah, saat
engkau bershadaqah itu kamu masih sehat bugar, kamu masih dalam kondisi
pelit saat itu – yakni berat sekali mengeluarkan uang – saat itu kamu takut
miskin – yakni eman (sayang) dengan uangnya- dan kamu bercita – cita
menjadi orang kaya saat itu serta kamu tidak menunda – nunda infaqmu
sampai ketika ajal di kerongkongan baru kemudian kamu keluarkan, –
kemudian kamu kumpulkan keluargamu – dan bilang : “Nak, sekian ini untuk
si fulan, sekian ini untuk si fulan – infaq maksudnya – padahal saat dia telah
meninggal dunia harta itu sudah beralih tangan menjadi hak ahli waris.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 1032)
Sehingga ma’asyiral muslimin rahimakumullah, nilai shadaqah saat itu
sangatlah rendah di sisi Allah. Dalam hadits ini ada prinsip yang harus kita
pegang, yakni shadaqah yang paling besar pahalanya adalah ketika kita masih
segar bugar, masih senang duit, masih bercita – cita jadi orang kaya, sehingga
[95]
berat sekali mengeluarkan hartanya dan tidak ditunda – tunda sampai mau
sekarat baru kemudian mau berinfaq.

Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah


Zakat adalah kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi
tertentu dan waktu tertentu. Zakat memiliki kekhususan yang berbeda
dengan infak atau shadaqah. Seperti zakat fitrah yang dilaksanakan hanya
setahun sekali menjelang hari raya Idhul Fitri. Semua dana zakat baik itu
zakat penghasilan, zakat perdagangan, zakat pertanian dan zakat yang
lainnya merupakan dana terikat yang yang alokasi dan distribusinya hanya
diberikan kepada delapan asnaf (golongan) yang disebutkan dalam surat At-
Taubah: 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
Oleh karena itu dana zakat tidak boleh diberikan kepada sembarang orang,
kecuali kalau penerima dana tersebut termasuk dari delapan asnaf tadi.

Adapun infak yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup


zakat dan non-zakat. Infak ada yang wajib ada yang sunnah. Infak wajib
diantaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Infak sunnah diantaranya infak kepada
fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam dll. Berbeda dengan zakat,
dana infak dapat diberikan kepada siapapun meskipun tidak termasuk dalam
delapan asnaf. Adapaun balasan bagi orang yang berinfak dan bershadaqah
antara lain disebutkan seperti di Hadits ini:
Dari Abu Huraira radhiyallahuanhu, ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang
halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka
sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya
[96]
kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti
seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya.
Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung.” -Muttafaq’alaih.

Shadaqah maknanya lebih luas dari zakat dan infak. Shadaqah dapat
bermakna infak, zakat dan kebaikan non-materi. Dalam Hadits riwayat
Muslim, Rasulullah saw memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang
cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqah dengan hartanya,
beliau bersabda:

“Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir shadaqah, setiap tahmid


shadaqah, setiap tahlil shadaqah, amar ma’ruf shadaqah, nahi munkar
shadaqah dan menyalurkan syahwatnya pada istri juga shadaqah”.

Termasuk juga menurut Hadits Nabi, senyum yang tulus ikhlas dan kata-kata
yang baik itu sebagai satu bentuk shadaqah. Demikian pula memberikan
kebahagiaan kepada orang lain dalam bentuk apapun yang diridhai Allah
adalah perbuatan shadaqah. Dengan demikian secara umum shadaqah
bermakna semua kebajikan atau kebaikan yang mengharap ridlo Allah SWT

Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu :


1. Zakat, sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta
yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima.

2. Infaq, sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi).

3. Shadaqah, lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas
pada materi saja.

4. Hadiah, hampir mirip dengan shadaqah, akan tetapi biasanya hanya


berupa materi saja dan pada waktu-waktu atau kejadian tertentu dan
biasanya diberikan kepada kerabat, sahabat, rekan kerja, dari pemimpin.

Hibah, sama dengan hadiah hanya saja hibah biasanya ada prosedur tertentu
(misalnya dilakukan secara tertulis)
4. Wakaf

[97]
Wakaf adalah memberikan suatu barang yang bermanfaat dan bersifat tahan
lama untuk kepentingan umat Islam pada umumnya. Contohnya, memberikan
sebidang tanah untuk dibangun Masjid atau Madrasah, memberikan Al-
Qur'an atau buku bacaan untuk perpustakaan.
Wakaf sendiri berarti menahan bentuk pokok dan menjadikannya untuk fii
sabilillah sebagai bentuk qurbah (pendekatan diri pada Allah). Lihat Minhah
Al-‘Allam, 7: 5) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬ َ ‫ط َع َع َملُهُ إِ ََّّل ِم ْن ث َ ََلث َ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫ان ا ْنق‬
ُ ‫س‬ ِ ْ ‫ات‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ‫إِذَا َم‬
ُ‫عو لَه‬ َ ‫َو َولَ ٍد‬
ُ ‫صا ِلحٍ يَ ْد‬
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang shalih” (HR. Muslim no. 1631)
Yang dimaksud sedekah jariyah adalah amalan yang terus bersambung
manfaatnya. Seperti wakaf aktiva tetap (contoh: tanah), kitab, dan mushaf Al-
Qur’an. Inilah alasannya kenapa Ibnu Hajar Al-Asqalani memasukkan hadits
ini dalam bahasan wakaf dalam Bulughul Maram. Karena para ulama
menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf.
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata, “Hadits ini jadi dalil akan sahnya wakaf
dan pahalanya yang besar di sisi Allah. Di mana wakaf tersebut tetap
manfaatnya dan langgeng pahalanya. Contoh, wakaf aktiva tanah seperti
tanah, kitab, dan mushaf yang terus bisa dimanfaatkan. Selama benda-benda
tadi ada, lalu dimanfaatkan, maka akan terus mengalir pahalanya pada
seorang hamba.” (Minhah Al-‘Allam, 7: 11)
Imam Ash-Shan’ani menyebutkan, “Para ulama menafsirkan sedekah jariyah
dengan wakaf. Perlu diketahui bahwa wakaf pertama dalam Islam adalah
wakaf dari ‘Umar bin Al-Khattab sebagaimana nanti akan disebutkan
haditsnya yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah. Kaum Muhajirun berkata,
“Wakaf pertama dalam Islam adalah wakaf dari Umar.” (Subul As-Salam, 5:
226).

5. Fidyah

Fidyah adalah memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk mengganti


pelaksanaan ibadah yang ditinggalkan. Contohnya, membayar fidyah untuk
orang-orang lanjut usia ketika tidak kuat berpuasa.

[98]
Para ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah sepakat bahwa fidyah dalam
puasa dikenai pada orang yang tidak mampu menunaikan qodho’ puasa. Hal
ini berlaku pada orang yang sudah tua renta yang tidak mampu lagi berpuasa,
serta orang sakit dan sakitnya tidak kunjung sembuh. Pensyariatan fidyah
disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

‫ين‬ َ ٌ‫علَى الَّذِينَ ي ُِطيقُونَهُ فِ ْديَة‬


ٍ ‫ط َعا ُم ِم ْس ِك‬ َ ‫َو‬
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin” (QS. Al
Baqarah: 184).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

َ‫ان َم َكان‬ ْ ‫ فَ ْلي‬، ‫صو َما‬


ِ ‫ُط ِع َم‬ ُ ‫ان أ َ ْن َي‬ َ ‫ير َو ْال َم ْرأَة ُ ْال َك ِب‬
ِ ‫يرة ُ َّلَ يَ ْستَ ِطي َع‬ ُ ‫ش ْي ُخ ْال َك ِب‬
َّ ‫ُه َو ال‬
‫ُك ِل َي ْو ٍم ِم ْس ِكينًا‬
“(Yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah untuk orang yang sudah
sangat tua dan nenek tua, yang tidak mampu menjalankannya, maka
hendaklah mereka memberi makan setiap hari kepada orang miskin”.[2]
Jenis dan Kadar Fidyah
Ulama Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa kadar fidyah adalah 1
mud bagi setiap hari tidak berpuasa. Ini juga yang dipilih oleh Thowus, Sa’id
bin Jubair, Ats Tsauri dan Al Auza’i. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa kadar fidyah yang wajib adalah dengan 1 sho’ kurma, atau 1 sho’ sya’ir
(gandum) atau ½ sho’ hinthoh (biji gandum). Ini dikeluarkan masing-masing
untuk satu hari puasa yang ditinggalkan dan nantinya diberi makan untuk
orang miskin.
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa
fidyah satu mud bagi setiap hari yang ditinggalkan”.
Beberapa ulama belakangan seperti Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Sholih Al
Fauzan dan Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi
Fatwa Saudi Arabia) mengatakan bahwa ukuran fidyah adalah setengah sho’
dari makanan pokok di negeri masing-masing (baik dengan kurma, beras dan
lainnya). Mereka mendasari ukuran ini berdasarkan pada fatwa beberapa
sahabat di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Ukuran 1 sho’ sama dengan 4 mud. Satu sho’ kira-kira 3 kg. Setengah sho’ kira-
kira 1½ kg.

[99]
Yang lebih tepat dalam masalah ini adalah dikembalikan pada ‘urf
(kebiasaan yang lazim). Maka kita dianggap telah sah membayar fidyah jika
telah memberi makan kepada satu orang miskin untuk satu hari yang kita
tinggalkan.
Fidyah Tidak Boleh Diganti Uang
Perlu diketahui bahwa tidak boleh fidyah yang diwajibkan bagi orang yang
berat berpuasa diganti dengan uang yang senilai dengan makanan karena
dalam ayat dengan tegas dikatakan harus dengan makanan.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ين‬ َ ٌ‫فِ ْد َية‬


ٍ ‫ط َعا ُم ِم ْس ِك‬
“Membayar fidyah dengan memberi makan pada orang miskin.”
Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah mengatakan, “Mengeluarkan fidyah
tidak bisa digantikan dengan uang sebagaimana yang penanya sebutkan.
Fidyah hanya boleh dengan menyerahkan makanan yang menjadi makanan
pokok di daerah tersebut. Kadarnya adalah setengah sho’ dari makanan
pokok yang ada yang dikeluarkan bagi setiap hari yang ditinggalkan. Setengah
sho’ kira-kira 1½ kg. Jadi, tetap harus menyerahkan berupa makanan
sebagaimana ukuran yang kami sebut. Sehingga sama sekali tidak boleh
dengan uang. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Membayar fidyah
dengan memberi makan pada orang miskin.” Dalam ayat ini sangat jelas
memerintah dengan makanan.”
Cara Pembayaran Fidyah
Inti pembayaran fidyah adalah mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan
dengan memberi makan satu orang miskin. Namun, model pembayarannya
dapat diterapkan dengan dua cara,
1. Memasak atau membuat makanan, kemudian mengundang orang miskin
sejumlah hari-hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan.
Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Anas bin Malik ketika beliau sudah
menginjak usia senja (dan tidak sanggup berpuasa).
2. Memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak.
Alangkah lebih sempurna lagi jika juga diberikan sesuatu untuk dijadikan
lauk.
Pemberian ini dapat dilakukan sekaligus, misalnya membayar fidyah untuk
20 hari disalurkan kepada 20 orang miskin. Atau dapat pula diberikan hanya
kepada 1 orang miskin saja sebanyak 20 hari. Al Mawardi mengatakan, “Boleh
saja mengeluarkan fidyah pada satu orang miskin sekaligus. Hal ini tidak ada
perselisihan di antara para ulama.”

[100]
Waktu Pembayaran Fidyah
Seseorang dapat membayar fidyah, pada hari itu juga ketika dia tidak
melaksanakan puasa. Atau diakhirkan sampai hari terakhir bulan Ramadhan,
sebagaimana dilakukan oleh sahabat Anas bin Malik ketika beliau telah tua.
Yang tidak boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah yang dilakukan
sebelum Ramadhan. Misalnya: Ada orang yang sakit yang tidak dapat
diharapkan lagi kesembuhannya, kemudian ketika bulan Sya’ban telah
datang, dia sudah lebih dahulu membayar fidyah. Maka yang seperti ini tidak
diperbolehkan. Ia harus menunggu sampai bulan Ramadhan benar-benar
telah masuk, barulah ia boleh membayarkan fidyah ketika hari itu juga atau
bisa ditumpuk di akhir Ramadhan.

6. Wasiat
Wasiat adalah pesan baik yang disampaikan kepada orang lain untuk
dikerjakan, baik saat hidup atau setelah kematian yang berpesan.
Demikianlah pengertian kebahasaannya. Tetapi kata ini biasa digunakan
untuk pesan-pesan yang disampaikan untuk dilaksanakan setelah kematian
yang memberi wasiat. Dan apabila seseorang itu telah didatangi tanda-tanda
maut seperti sakit keras, sedangkan ia meninggalkan harta benda yang
banyak untuk ahli waris, maka hendaklah untuk berwasiat kepada orang tua
dan kerabat dekat, yang diambilkan dari sebagian hartanya dengan jumlah
yang sekiranya baik, sedikit atau banyak sesuai dengan kemampuannya.
Kaum muslimin sepakat bahwa wasiat ini disyaratkan tidak lebih dari
sepertiga barang yang ditinggalkan mayit.
Wasiat dihukumi wajib dilakukan sebelum turunnya ayat tentang pembagian
waris. Tetapi sesudah turunnya ayat yang menjelaskan pembagian waris,
maka kewajiban ini masukh, dan tetap sebagai perbuatan sunnah dan
dilakukan hanya boleh dilakukan terhadap orang yang bukan ahli waris yang
sudah ditetapkan bagiannya oleh Allah.
Ibnu Abbas berkata, “ayat wasiat ini telah di mansukh oleh ayat 7 surat an-
nisa, dengan penjelasan Nabi Saw., bahwa orang yang menerima waris tidak
dapat menerima bagian wasiat.”
Menurut Jumhur Ulama dan Ulama Salaf, serta diriwayatkan oleh sebagian
sahabat Rasul Saw, bahwa wasiat ini sah jika yang diberi wasiat itu tidak
termasuk ahli waris, hal ini sesuai dengan sabda Nabi:
“sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap hak-haknya masing-
masing, ingatlah tidak ada wasiat bagi ahli waris” .
Akan tetapi, ada juga ulama yang berpendapat bahwa wasiat itu boleh juga
diberikan kepada ahli waris, tetapi dengan syarat tertentu. Umpamanya ada
[101]
bagian khusus yang ditentukan bagi ahli waris di antara mereka yang paling
tidak mampu (miskin). Misalnya, diantara ahli waris itu terdapat seorang
yang kaya dan ada sebagian yang miskin dan tidak mampu mencari
kehidupan. Maka alangkah baiknya jika bagiannya tidak disamakan antara
yang kaya dan yang miskin, atau orang yang mampu berusaha atau tidak.[20]
Jika terdapat orang kafir yang masuk islam kemudian ia meninggal dunia
sedangkan orang tuanya masih dalam keadaan kafir, maka baginya
diperbolehkan mengeluarkan wasiat kepada orang tuanya sebagai pemikat
agar keduanya masuk islam. Dan dalam hal ini Allah telah memerintahkan
kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua, sekalipun mereka masih
dalam keadaan kafir. Seperti dalam firmanNya:

‫ْس لَ َك بِ ِه ِع ْل ٌم‬
َ ‫اك ِلت ُ ْش ِر َك بِي َما لَي‬
َ َ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه ُح ْسنًا َوإِ ْن َجا َهد‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
)8( َ‫ع َملُون‬ ُ َّ َ‫فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َما ِإل‬
ْ َ ‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت‬
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut: 8)
Dan tidak boleh merubah isi dari wasiat, baik itu dilakukan oleh saksi atau
orang yang menerima wasiat dengan cara merubah, mengingkari,
mengurangi setelah benar-benar mengetahui jumlahnya. Karena itu
termasuk dosa besar.

7. Mahar
Mahar dalam Islam adalah tanda cinta. Ia juga merupakan simbol
penghormatan dan pengagungan perempuan yang disyariatkan Allah sebagai
hadiah laki-laki terhadap perempuan yang dilamar ketika menginginkannya
menjadi pendamping hidup sekaligus sebagai pengakuannya terhadap
kemanusiaan dan kehormatannya.
‫سا فَ ُكلُوهُ َه ِّنيئًا‬
ً ‫ش ْيءٍ ِّم ْنهُ نَ ْف‬ َ ‫ص ُدقَاتِّ ِّه َّن ِّن ْحلَةً ۚ فَإ ِّ ْن ِّطبْنَ لَ ُك ْم‬
َ ‫ع ْن‬ َ ِّ‫َوآتُوا الن‬
َ ‫سا َء‬
‫َم ِّريئًا‬

[102]
“Berilah mereka mahar dengan penuh ketulusan. Tetapi jika mereka rela
memberikan sebagian dari mahar, maka ambillah dengan cara yang halal dan
baik.” (QS An Nisa’ ayat 4)
Dari Aisyah bahwa Rasulullah pernah bersabda “Sesungguhnya pernikahan
yang paling berkah adalah pernikahan yang bermahar sediki. ” (mukhtashar
sunan Abu Daud)
Dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-
tanda berkah perempuan adalah mudah dilamar, murah maharnya, dan
murah rahimnya.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW menikahi Aisyah dengan
mahar alat-alat rumah tangga yang bernilai lima puluh dirham (HR Ibnu
Majah)
Rasulullah SAW pernah menikahkan anak-anak perempuannya dengan
mahar yang murah. Sebagian sahabat menikah dengan emas yang beratnya
tidak seberapa dan sebagian lain menikah dengan mahar cincin dari besi.
Rasulullah mengawinkan Fatimah dengan Ali dengan baju perang. Beliau juga
pernah menikahkan seorang laki-laki dengan mahar mengajarkan 20 ayat Al
Quran kepada calon istrinya.

8. Hadiah

Hadiah merupakan pemberian yang didasarkan atas kasih sayang. Pemberian


ini lebih bersifat keduniawian yang biasanya ditujukan kepada orang-orang
yang masih dalam hubungan keluarga dan dalam bentuk barang tidak
bergerak. Hadiah hukumnya Sunnah.

9. Kafarat
Kifarat secara bahasa ialah tertutup / terselubung, Kifarat menurut istilah
berarti suatu tebusan atau denda yang wajib dibayar oleh seseorang karena
telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Adapun macam –
Macam Kafarat

a. Kafarat Karena Pembunuhan.

[103]
Orang yang membunuh selain harus diqishosh atau membayar diyat, ia
juga harus membayar kaffarat. Kafarat bagi orang yang membunuh adalah
memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa selama dua bulan berturut
– turut. Sesuai dengan firman Allah Swt:

‫سلَّ َمةٌ ِّإلَ ٰى أ َ ْه ِّل ِّه ِّإ ََّّل أ َ ْن‬


َ ‫ير َرقَبَ ٍة ُمؤْ ِّمنَ ٍة َو ِّديَةٌ ُم‬ ُ ‫طأ ً فَتَ ْح ِّر‬ َ ‫َو َم ْن قَت َ َل ُمؤْ ِّمنًا َخ‬
‫ير َرقَبَ ٍة ُمؤْ ِّمنَ ٍة ۖ َوإِّ ْن‬ ُ ‫عد ٍُو لَ ُك ْم َو ُه َو ُمؤْ ِّم ٌن َفتَ ْح ِّر‬ َ ‫ص َّدقُوا ۚ فَإ ِّ ْن َكانَ ِّم ْن قَ ْو ٍم‬ َّ َ‫ي‬
‫ير َرقَ َب ٍة‬ ُ ‫سلَّ َمةٌ ِّإلَ ٰى أ َ ْه ِّل ِّه َوتَ ْح ِّر‬
َ ‫اق فَ ِّد َيةٌ ُم‬
ٌ َ ‫َكانَ ِّم ْن قَ ْو ٍم َب ْي َن ُك ْم َو َب ْي َن ُه ْم ِّميث‬
‫ع ِّلي ًما‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ‫َّللا ۗ َو َكان‬ ِّ َّ َ‫ش ْه َري ِّْن ُمتَتَا ِّب َعي ِّْن تَ ْو َبةً ِّمن‬َ ‫ص َيا ُم‬ ِّ َ‫ُمؤْ ِّمنَ ٍة ۖ َف َم ْن لَ ْم َي ِّج ْد ف‬
"‫َح ِّكي ًما‬
...dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah)
ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang
ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.An-Nisa':92).

b. Kafarat Karena Melanggar Sumpah.


Yaitu kafarat yang wajib dibayar oleh seorang muslim karena ia
melanggar sumpah dengan menggunakan asma Allah. Kafarotnya antara
lain : memerdekakan seorang budak,memberi makan 10 orang miskin
masing – masing 1 mud, atau pakaian 10 orang miskin atau puasa 3 hari.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Siapa yang bersumpah untuk
melakukan sesuatu, kemudian ia melihat ada hal lain yang lebih baik
daripadanya, maka tebuslah sumpah itu dengan sesuatu lalu kerjakanlah
hal yang ia pandang lebih baik tadi.” (HR. Muslim) Tentang kafarat
sumpah, telah diterangkan oleh Allah Swt, sebagaimana dalam Alquran,

[104]
ۖ َ‫عقَّ ْدت ُ ُم ْاْل َ ْي َمان‬ َ ‫اخذُ ُك ْم ِّب َما‬ ِّ ‫َّللاُ ِّباللَّ ْغ ِّو ِّفي أ َ ْي َما ِّن ُك ْم َو ٰ َل ِّك ْن ي َُؤ‬َّ ‫اخذُ ُك ُم‬ِّ ‫ََّل ي َُؤ‬
‫ط ِّع ُمونَ أ َ ْه ِّلي ُك ْم أ َ ْو ِّكس َْوت ُ ُه ْم‬ ْ ُ ‫س ِّط َما ت‬ َ ‫ساكِّينَ ِّم ْن أ َ ْو‬ َ ‫عش ََرةِّ َم‬ ْ ‫ارتُهُ ِّإ‬
َ ‫ط َعا ُم‬ َ َّ‫فَ َكف‬
َ َّ‫صيَا ُم ث َ ََلث َ ِّة أَي ٍَّام ۚ ٰ َذ ِّل َك َكف‬
‫ارة ُ أ َ ْي َمانِّ ُك ْم إِّ َذا‬ ِّ َ‫ير َرقَبَ ٍة ۖ فَ َم ْن لَ ْم يَ ِّج ْد ف‬ ُ ‫أ َ ْو ت َ ْح ِّر‬
َ‫َّللاُ لَ ُك ْم آيَاتِّ ِّه لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬َّ ‫ظوا أ َ ْي َمانَ ُك ْم ۚ َك ٰ َذ ِّل َك يُ َبيِّ ُن‬ُ َ‫احف‬ْ ‫َحلَ ْفت ُ ْم ۚ َو‬
“Allah tidak menghukum kalian disebabkan sumpah-sumpah yang tidak
kalian maksudkan (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kalian
disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja. Dengan demikian, kafarat
(atas pelanggaran, pent.) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh
orang miskin–yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu–, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan
seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan demikian maka
kafaratnya berupa puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kafarat sumpah-sumpah kalian bila kalian bersumpah (dan kalian
melanggarnya, pent.). Dan jagalah sumpah kalian. Demikian Allah
menerangkan kepada kalian hukum-hukum-Nya agar kalian bersyukur
(kepada-Nya, pent.).” (QS. Al-Maidah:89)

c. Kafarat Karena Membunuh Binatang Buruan Pada Waktu Ihram.


Membayar dam untuk kesalahan melakukan salah satu dari dua perkara
yaitu ; memburu binatang darat yang boleh dimakan dagingnya, atau
menebang, memotong dan mencabut tanaman di tanah suci. Dendanya
adalah salah satu berikut ini : Memotong seekor kambing atau memberi
Fidayah kepada fakir miskin senilai satu kambing itu atau berpuasa
selama 10 hari.

d. Kafarat Karena Dzihar.


Yaitu kafarat yang harus dibayar oleh seseorang dengan sebab seseorang
telah menyerupakan punggung istrinya dengan punggung ibunya sendiri.
Kaffaratnya adalah memerdekakan budak atau berpuasa dua bulan

[105]
berturut – turut, jika tidak mampu maka harus memberi makan makan
kepada 60 fakir miskin. Kafarat tersebut dijelaskan dalan Al-Quran :

‫ير َرقَ َب ٍة ِّم ْن‬ ُ ‫سا ِّئ ِّه ْم ث ُ َّم َيعُودُونَ ِّل َما قَالُوا فَت َ ْح ِّر‬ َ ‫ظا ِّه ُرونَ ِّم ْن ِّن‬ َ ُ‫َوالَّذِّينَ ي‬
‫ير فَ َم ْن لَ ْم يَ ِّج ْد‬ ٌ ‫َّللاُ ِّب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِّب‬
َّ ‫ظونَ ِّب ِّه ۚ َو‬ ُ ‫سا ۚ ٰ َذ ِّل ُك ْم تُو َع‬ َّ ‫قَ ْب ِّل أ َ ْن َيت َ َما‬
‫ط َعا ُم‬ ْ ِّ ‫سا ۖ فَ َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِّط ْع فَإ‬ َّ ‫ش ْه َري ِّْن ُمتَتَا ِّب َعي ِّْن ِّم ْن قَ ْب ِّل أ َ ْن يَتَ َما‬ َ ‫صيَا ُم‬ ِّ َ‫ف‬
َ‫َّللا ۗ َو ِّل ْل َكافِّ ِّرين‬
ِّ َّ ‫سو ِّل ِّه ۚ َوتِّ ْل َك ُحدُو ُد‬ ِّ َّ ِّ‫ِّستِّينَ ِّم ْس ِّكينًا ۚ ٰ َذ ِّل َك ِّلتُؤْ ِّمنُوا ب‬
ُ ‫اَّلل َو َر‬
‫اب أ َ ِّلي ٌم‬
ٌ ‫ع َذ‬ َ
"Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak
mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak
kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat
pedih." (QS. Al-Mujadilah:3-4).
e. Kafarat Ila’
Yaitu kafarat yang wajib dibayar lantaran suami melanggar sumpahnya
bahwa ia tidak akan menggauli istrinya selama waktu tertentu.
Kafaratnya sama dengan kaffarat sumpah. Karena ila’ itu adalah
bersumpah untuk tidak menggauli istri.
f. Kafarat Karena Melakukan Hubungan Suami Istri Disiang Hari Bulan
Ramadhan.
Dalil oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah ra. berkata,
”Disaat kami duduk-duduk bersama Rasulullah Saw Datang seoang laki-
laki kepada Nabi Saw dan berkata, ‘Aku telah binasa wahai Rasulullah!’
Nabi menjawab, ’Apa yang mencelakakanmu?’ Orang itu berkata, ’Aku
menyetubuhi isteriku di bulan Ramadhan.’ Nabi bertanya, ’Adakah kamu
[106]
memiliki sesuatu untuk memerdekakan budak?’ Orang itu menjawab,
’Tidak.’ Nabi bertanya lagi, ’Sanggupkah kamu berpuasa dua bulan terus-
menerus?’ Orang itu menjawab, ’Tidak,’ Nabi bertanya, ’Apakah kamu
memiliki sesuatu untuk memberikan makan enam puluh orang miskin?’
Orang itu menjawab, ’Tidak.’ Kemudian Nabi terdiam beberapa saat
hingga didatangkan kepada Nabi sekeranjang berisi kurma dan berkata,
‘Nah sedekahkanlah ini.’ Orang itu berkata, ‘Adakah orang yang lebih
miskin daripada kami? Maka tidak ada tempat di antara dua batu hitam
penghuni rumah yang lebih miskin dari kami.” Dan Nabi pun tertawa
hingga terlihat gigi gerahamnya kemudian berkata, ’Pergilah dan
berikanlah kepada keluargamu.’” Dalil didalam hadits ini adalah bahwa
Nabi Saw tidak memerintahkannya agar menyuruh istrinya untuk
membayarkan kafarat juga. Sebagaimana diketahui bahwa mengakhirkan
penjelasan diluar waktu yang dibutuhkan tidaklah dibolehkan maka
hadits itu menunjukkan tidak ada kafarat terhadap istri.

[107]
10. Hibah

Hibah merupakan pemberian yang diberikan atas keadaan atau peristiwa


tertentu, di mana hibah dalam pemberiannya lebih bersifat keduniawian dan
ditujukan kepada orang-orang tertentu. Pemberian ini biasanya dalam bentuk
barang, baik barang bergerak seperti alat-alat sekolah, televisi, dan lain-lain,
maupun barang bergerak, Dalam pelaksanaannya Hibah bisa melalui tata cara
atau prosedur tertentu (misalnya dilakukan secara tertulis) dan bisa pula
tidak. Hibah hukumnya mubah (boleh)

[108]
Daftar Pustaka

Abdullah, Abu. (2010). Ibanatu al-Ahkam Syarhu Bulughu al-Maram. Kuala


Lumpur: Al-Hidayah Publication

Hajar, A,I. (2010). Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam Versi 3.01.
Tasikmalaya: MTs PERSIS Sukasari

Hassan, A. (2006). Terjamah Bulughul Maram. Bandung: Diponegoro

[109]

You might also like