Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a) (b)
Gambar 4.2 (a). Perangkaian detonator ke daya gel (b). Pengisian daya Gel ke
kondom dalam lubang ledak. (Dokumentasi Penulis, 2018)
7. Proses Perangkaian antara in hole delay dengan surface delay dari masing-
masing lubang bor.
10. Sirine pertama berbunyi 3 kali sebagai tanda akan dilakukan peledakan yang
disertai dengan Pengumuman.
11. Pengecekan tiap pos untuk mengetahui bahwa sudah siap dilakukan peledakan
sebanyak 3 kali pengecekan.
12. Sirine kedua dibunyikan sekaligus pengumuman bahwa akan dilaksanakan
peledakan
13. Penghitungan mundur oleh juru ledak sebelum Blasting Machine dinyalakan.
14. Proses peledakan oleh juru ledak di posisi yang telah direncanakan pada pukul
15.50 WIB tanggal 7 Maret 2018.
15. Peninjauan area pasca peledakan oleh juru ledak untuk melihat hasil
peledakan setelah satu jam proses peledakan serta Pengambilan foto
dokumentasi fragmentasi hasil peledakan.
4.1.2 Surveying
Surveying merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh surveyor (juru ukur
tambang) untuk mengukur, menentukan dan memperbaharui kenampakan topografi di
daerah pertambangan suatu perusahaan. Pada PT Bumiwarna Agung Perkasa seorang
surveyor memiliki peranan untuk update mengenai kenampakan topografi mingguan,
43
antara material dan overburden dilakukan di pengolahan pada primary crushing dan
screen. Pengambilan granit dan overburden dilakukan dengan menggunakan alat gali-
muat Eksavator Kobelco SK 200 dengan kapasitas bucket 0.93 m3 dan eksavator
Kobelco SK 330 dengan kapasitas bucket 1.6 m3 . Kemudian granit dan overburden
dimuat ke dalam dump truck Hino FM 260 JD dan diangkut dari front penambangan
menuju crushing plant dengan jarak sekitar ±1 km. Granit dan overburden yang di
dumping pada crushing plant akan memasuki primary crushing hingga menjadi
produk.
(a) (b)
(d) (c )
Gambar 4.6 Aktivitas Pengambilan Granit (a) Kegiatan Penggalian dan Pemuatan
Granit (Kobelco 200), (b) Kegiatan Pengangkutan Granit (DT Hino
FM260 JD), (c) Kegiatan Dumping Granit Pada Primary Crushing, (d)
Pasca Dumping Material Granit ke Primary Crushing.
45
Hopper ini terbuat dari beton yang dilapisi oleh lembaran baja pada dinding-
dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat gesekan dan benturan
dinding dengan material.
b. Vibrating Feeder
Cara kerja alat ini adalah mengumpan batu granit yang berada di hopper ke alat
peremuk, dimana batu granit yang berada di atas feeder masuk ke jaw crusher karena
getaran dari feeder. Material yang jatuh pada feeder dapat diarahkan menuju primary
46
c. Jaw Crusher
Jaw crusher bekerja dengan mengandalkan kekuatan elektromotor. Daya dari
elektromotor di transmisikan ke eccentric shaft pada frame jaw crusher melalui sabuk
karet (v-belt). Gerakan berputar eccentric shaft diubah menjadi gerakan maju
mundur swing jaw oleh toggle plate. Toggle plate mengikat swing jaw dengan toggle
47
seat pada frame. Selain itu, toggle plate juga berfungsi sebagai
pengaman/ safety pada unit jaw crusher. Jika material input jaw crusher terlalu keras
maka akan berbahaya bagi komponen jaw crusher terutama jaw plate yang harganya
relatif mahal. Toggle plate akan patah jika material input jaw crusher lebih dari 250
Mpa. Hal ini dilakukan sebagai safety agar jaw plate yang harganya lebih mahal dari
pada toggle plate tidak rusak. Untuk mendapatkan ukuran aggregate sesuai dengan
keinginan dapat dilakukan dengan mengatur setting block. Bila setting
block dimajukan, maka jarak antara fixed jaw dengan swing jaw menjadi lebih
pendek atau lebih dekat, begitu juga sebaliknya.
Tipe jaw crusher yang digunakan di PT Bumiwarna agung Perkasa adalah
Single-toggle blake jaw crusher dimana swing jaw pada tipe ini tertahan pada sebelah
atas pada eccentric shaft dan bagian bawah dipegang oleh single toggle. Karena
perputaran eccentric shaft maka swing jaw mempunyai 2 gerakan, yaitu mundur-maju
dan turun-naik. Bagian bawah swing jaw dipegang oleh ujung toggle dan ujung
toggle oleh batang besi yang pada ujungnya ada pegas untuk mengatur tekanannya.
Gerakan swing jaw pada single toggle berbeda dengan double toggle diamana
gerakannya tidak hanya mendekati fixed jaw oleh bantuan toggle, tetapi juga secara
vertikal oleh perputaran eccentric shaft. Dengan gerakan yang berbentuk elips dari
swing jaw mendekati dan menjauhi fixed jaw sehingga terjadi penghancuran. Single
toggle jaw mempunyai kapasitas yang lebih tinggi dibanding double toggle pada gape
yang sama. Tetapi karena gerakan eccentric tersebut yang dihubungkan langsung
pada swing jaw maka pemakaian pelat jaw lebih besar dan biaya pemeliharaan drive
shaft lebih tinggi.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan jaw crusher adalah setting, dan
variasidati throw, ukuran feed dan kapasitas produksi, untuk penjelasannya lebih
detail di bawah ini :
a. Lebar dari lubang pengeluaran /setting.
48
Besar kecilnya setting alat peremuk dapat diatur dengan toggle, dilakukan
dengan mengecangkan atau mengendurkan pada setting block sampai di dapat
lebar yang ideal.
b. Variasi dari throw
untuk jaw crusher kecil selisih antara open setting dengan closed setting (throw)
sebesar 3/8 inch, sedangkan jaw crusher besar ukurannya 1 inch. Pada batuan
yang bersifat brittle seperti granit, batu granit membutuhkan throw yang kecil,
sedangkan limestone, shale membutuhkan throw yang besar.
c. Ukuran feed
Ukura feed tergantung pada gape, nip angle, dengan pertimbangan bahwa besar
dari feed sebaiknya tidak melebihi 80-90% dari gape agar tidak lepas dari
gigitan jaw.
d. Kapasitas produksi
Dipengaruhi oleh jumlah feed per jam, berat jenis feed dan besarnya setting
alat.
d. Cone Crusher
Cone crusher yang digunakan di PT Bumiwarna Agung Perkasa ada 2 buah,
yaitu cone SJ1400C-D dan cone SJ1400Z-D dengan kapasitas mesin 290 HP 220 kw.
(a) (b)
Gambar 4.11. (a) Cone Crusher SJ1400C-D, (b) Cone Crusher SJ1400Z-D
e. Vibrating Screen
Vibrating screen digetarkan oleh sebuah eccentric shaft yang dipasang pada
titik berat body vibrating screen. Salah satu sisi dari eccentric shaft di pasang pulley
yang dihubungkan dengan elektromotor melalui tranmisi sabuk (v-belt). Putaran
elektromotor turut memutar eccentric shaft yang menimbulkan torsi untuk
menggetarkan body vibrating screen.
Terdapat tiga buah vibrating screen yang digunakan pada stone crushing plant
PT Bumiwarna Agung Perkasa dimana Screen 1 terletak pada jaw crusher dimana
memiliki 1 deck screen dengan ukuran 30x30 mm, material yang dihasilkan dari
screen 1 oversizenya akan masuk di secondary crushing (cone crusher) sedangkan
undersizenya (quary wash) akan turun ke conveyor 3 untuk diangkut menuju
penampungan quary wah. Sedangkan pada cone crusher terdapat 2, dimana Screen 1
mengunakan 2 deck screen dengan deck atas berukuran 30x30mm sedangkan deck
yang bawah berukuran 20x20mm, material oversize dari deck 30x30 akan turun ke
return conveyor 3 dan 4 , sedangkan material oversize screen 20x20 merupakan batu
jadi yang akan turun ke conveyor 5 untuk selanjutnya diturunkan ke stocpile ukuran
30-50mm, material undersize dari screen ini akan turun ke conveyor 14 untuk
seterusnya di saring lagi oleh screen 2.
51
(a) (b)
Gambar 4.12. (a) Vibrating Screen 3YK2460. (b) Vibrating Screen 4YK2160
f. Belt Conveyor
Penggerak utama pada conveyor stone crusher adalah elektromotor yang
di couple dengan gearbox yang terpasang pada roll drum dibagian depan
conveyor. Roll drum ditopang oleh 2 buah bearing pada kedua ujung shaft nya yang
memungkinkan roll drum untuk berputar. Pada salah satu sisi roll drum dipasang
sprocket yang yang terhubung dengan sprocket pada gearbox melalui perantara rantai,
sehingga jika gearboxshaft berputar maka roll drum juga ikut berputar. Pada roll
drum bagian depan (roll penggerak) biasanya dilapisi dengan karet (lagging) untuk
mencegah terjadinya selip antara roll drum dengan belt conveyor. Putaran dari roll
52
drum depan akan menarik belt karet sehingga menyebabkan material yang berada di
atas belt karet dapat berpindah menuju roll drum depan.
Pada kegiatan pengolahan crushing plant yang dilakukan oleh PT Bumiwarna
Agung Perkasa digunakan 18 buah conveyor yaitu joint conveyor (fungsi
penyambung atau perantara) 2 unit yaitu conveyor 1 dan 4, stock pile conveyor
(mendistribusikan ke stock pile) 6 unit yaitu conveyor 2, 5, 8 10, 11, dan 12, main
conveyor (fungsi pemasok) 3 unit yaitu conveyor 3, 6 dan 9, dan return conveyor
(fungsi balik untuk dipecah lagi) 1 unit yaitu conveyor 7. Dengan rincian 10 conveyor
aktif digunakan dan 2 conveyor tidak digunakan, dimana conveyor 1 memiliki
panjang 8 m, conveyor 2, 6, 7, 9, 10, 11 dan 12 panjangnya 23 m, conveyor 3
panjang 30 m, conveyor 4 10 m, dan conveyor 8 dan 5 dengan panjang 28 m.
Secara umum susunan komponen atau peralatan yang ada pada Belt Conveyor
System terdiri dari :
a. Komponen penggerak yang terdiri dari motor penggerak (motor, coupling,
gearbox), puli penggerak (drive pulley), puli snub (snub pulley), take-up
pulley, puli depan (head pulley), puli belakang (tail pulley).
b. Bagian pembawa material yang terdiri dari sabuk (belt) yang di sangga pada
idler pembawa (troughed idler/carry idler), sedangkan bagian balikan di
sangga oleh idler balikan (return idler). Kedua idler tersebut bertumpu pada
rangka struktur (gallery, ground module).
c. Sistem pengencang sabuk (take-up system), yang dapat di buat dengan
menggunakan sistem manual, atau sistem otomatis secara gravitasi.
d. Sistem pengaturan kelurusan sabuk, dengan menggunakan idler
pengarah (training idler) yang biasanya dipasang pada bagian
pembawa (carry idler) maupun balikan (return idler).
e. Peralatan pengumpan yang dapat berupa corong pengumpang (feeding
chute) atau sabuk pengumpan(belt feeder).
f. Peralatan pencurah material dapat berupa corong keluar (discharge chute).
g. Sistem pembersih sabuk (belt cleaning)
53
Gambar 4.14 (a) Panel Control Room Jaw Crusher, (b) Panel Control Room Cone
Crusher
feed masuk kedalam cone crusher untuk dikecilkan ukurannya agar feed tersebut
memiliki ukuran kurang dari 30 mm, sedangkan undersize feed dari screen 1 yang
berukuran kurang dari 30 mm akan turun ke conveyor 5, diconveyor 5 ini feed akan
dipindahkan menuju stockpile produk 0-30 mm atau biasa disebut produk overburden
(OB). Sedangkan untuk material hasil pengolahan cone crusher selanjutnya akan
jatuh ke conveyor 4 dan langsung menuju gate 2 yang kemudian feed tersebut
dipindahkan kembali oleh conveyor 6 yang selanjutnya masuk ke screen 2 untuk
dilakukan penyaringan kembali dimana pada screen 2 ini terdapat 2 deck screen yang
pada bagian atas memiliki ukuran lubang ayakan 30x30 mm sedangkan bagian
bawahnya 20x20 mm. Untuk oversize feed ini akan pindahkan kembali oleh conveyor
7 ke cone crusher untuk dilakukan pengecilan ukuran kembali yang disebut feed
return. Feed undersize hasil deck 1 ukuran 30x30 yang berukuran kurang dari 30 mm
kemudian akan dipindahkan oleh conveyor 8 untuk masuk ke stockpile produk
ukuran 20-30 mm. Sedangkan material undersize screen 2 selanjutnya akan
dipindahkan oleh conveyor 9 untuk masuk ke screen 3.
Di screen 3 feed dibagi mejadi 3 jenis berdasarkan ukurannya dimana screen 3
memiliki 2 deck berkuran 10x10 mm pada bagian atas dan 5x5 mm pada bagian
bawah, hasil dari oversize deck screen atas yang berukuran 10-20 mm feednya akan
turun ke coveyor 10 biasanya feed ini berukuran 10-20 mm, feed undersize deck
screen 10x10 namun oversize deck screen 5x5 akan turun ke conveyor 11 dengan
ukuran feed 5-10 mm, sedangkan feed akhir yang merupakan undersize dari dua deck
screen 3 akan turun ke conveyor 12 dengan ukuran feed 0-5mm.
59
Gambar 4.17 Produk abu batu (a), screening (b), split 1-2 (c) dan split 2-3 (d)
4.1.7 Pemasaran
Proses pemasaran yang ada di PT Bumiwarna Agung Perkasa terdiri dari
pemasaran untuk produk-produk seperti boulder, batu belah, abu batu, screening 0-
10mm, batu split 10-20mm, batu split 20-30mm, dan batu split 30-50mm, yang
kemudian ditimbang untuk mengetahui berat tonase granit yang dipesan. Pemasaran
dilakukan di dua daerah, dimana daerah lokal (Bangka) dan Sumatera (Palembang).
Untuk pemasaran di Palembang dilakukan dengan cara mengangkut granit
menggunakan kapal tongkang.
- Overall Length
9.630 11.230
(mm)
65
- Overall Width
3.000 3.400
(mm)
- Overall Heigth
3.180 3.590
(mm)
- Track shoe width
800 800
(mm)
- Tall swing radius
2.860 3.500
(mm)
2. Alat Angkut
Alat angkut yang digunakan oleh PT BWAP selama operasi penambangan
sampai ke pendistribusian ke tongkang adalah Hino FM 260 JD, Hino FM 260 TI dan
kapal. Adapun kegunaan dari masing-masing alat berat tersebut, yaitu :
a. Hino FM 260 JD digunakan untuk pengangkutan material baik granit maupun
overburden ke crushing plant, mengangkut granit olahan atau granit belah ke
tongkang.
Sifat Fisik material yang dikerjakan, berat, volume, jenis tanah kohesif atau
kepasiran dari material, faktor besar kecilnya kembang susut tanah perlu juga untuk
diketahui untuk menghitung efisiensi penggunaan alat.
3. Swell Factor
Swell Factor adalah sifat fisik material yang akan diukur dari perubahan volume
padat saat material belum digali (Bank/BCM) menjadi volume gembur saat material
telah digali oleh Excavator (Loose/LCM). Swell factor granit adalah 56-67% (Tabel
4.3).
Tabel 4.3 Sweel Factor dan Density Insitu Berbagai Mineral (Partanto, 1993)
Density Insitu
Macam Material Swell Factor (%)
(lb/cu yd)
Bauksit 2700 – 4325 75
Tanah liat kering 2300 85
Tanah liat basah 2800 – 3000 80 – 82
Antrasit 2200 74
Batubara bituminous 1900 80
Bijih tembaga 3800 74
Tanah biasa kering 2800 85
Tanah biasa basah 3370 85
Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil 3100 90
Kerikil kering 3250 89
Kerikil basah 3600 88
Granit pecah – pecah 4500 56 – 67
Hematit pecah – pecah 6500 – 8700 45
Bijih besi pecah – pecah 3600 – 5500 45
Batukapur pecah – pecah 2500 – 4200 57 – 60
Lumpur 2160 – 2970 83
Lumpur sudah ditekan 2970 – 3510 83
Pasir kering 2200 – 3250 89
Pasir basah 3300 – 3600 88
Serpih (shale) 3000 75
Batusabak (slate) 4590 – 4860 77
68
4. Efisiensi Kerja
Di sini dipertimbangkan efisiensi kerja untuk operator alat gali-muat mengenai
hambatan-hambatan yang terjadi di kegiatan penambangan baik yang dapat dihindari
maupun yang tidak dapat dihindari dan juga jam kerja total oleh operator alat gali-
muat.
5. Cycle Time
Cycle Time pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses pemuatan
material ke Dump Truck. Cycle Time unit Eksavator meliputi waktu :
a. Digging (Penggalian Material)
b. Swing Loaded (gerakan bucket Excavator yang bermuatan)
c. Dumping (Penumpahan material ke alat angkut)
d. Swing Empty (gerakan bucket Excavator yang kosong)
3. Cycle Time
Cycle Time adalah pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses
pengangkutan material baik dari front Tambang menuju crushing plant maupun dari
front Tambang menuju pelabuhan. Cycle time unit Dump Truck meliputi waktu :
a. Loading (pemuatan material ke Dump Truck/cycle time Excavator per satu
Dump Truck)
b. Travelling loaded (hauling Dump Truck yang bermuatan)
c. Dumping (Penumpahan material ke disposal area atau stock ple)
d. Travelling empty (hauling Dump Truck yang kosong)
e. Spot time atau biasa disebut delay time (waktu tunggu akan loading)
4.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengolahan
4.5.1 Reduction Ratio
Reduction ratio adalah perbandingan antara ukuran umpan maksimum yang
masuk dengan ukuran produk maksimum yang keluar. Reduction ratio merupakan
bilangan yang menentukan keberhasilan dari suatu proses peremukan, dimana besar
dan kecilnya nilai reduction ratio ditentukan dari kemampuan crusher dalam
mengecilkan ukuran material yang diremuk.
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎
𝐸𝑝 = 100%
Kapasitas Desain
70