Professional Documents
Culture Documents
DISKUSI
Air Susu Ibu atau ASI adalah sumber nutrisi utama bagi bayi sebelum
mereka dapat makan dan mencerna makanan lain. ASI dihasilkan ibu dengan
rangsangan hormon prolactin dan oxytocin sesaat setelah melahirkan. Kolostrum
yang merupakan ASI yang pertama kali keluar sangat dibutuhkan bagi bayi
karena mengandung immunoglobulin A (IgA) yang tinggi dan dapat melapisi
saluran pencernaan bayi. Mekanisme ini akan melindugi bayi dari patogen
penyebab infeksi hingga imunitas bayi dapat bekerja dengan baik. Menyusui juga
dapat menurunkan resiko Sudden Infant Death Syndrome, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran napas atas, asma, beberapa tipe alergi, obesitas dan diabetes
tipe 2 (Rennick,2013).
Selain bermanfaat bagi bayi, menyusui juga baik bagi kesehatan ibu.
Menyusui dapat membantu mengembalikan uterus pada ukuran pre-partum,
mengurangi resiko perdarahan post-partum dan mempercepat penurunan berat
badan ibu. Menyusui juga dapat menurunkan resiko kanker payudara di masa
mendatang dan melindungi ibu dan bayi dari diabetes (Binns,2016)
17
provinsi Gorontalo menempati posisi terbawah dengan capaian 32.3% dan
provinsi NTT di posisi teratas dengan cakupan 79.9%. Jawa timur sendiri masih
berada dibawah rata-rata nasional dengan cakupan 48.1% (Kemenkes,2016).
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui bayinya
secara eksklusif, tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif merupakan
salah satu yang berperan penting. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan
di Ghana menemukan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu maka
semakin tinggi angka keberhasilan ASI eksklusifnya (Ayawine,2015). Sejalan
dengan temuan tersebut, rendahnya angka keberhasilan ASI eksklusif di Kware,
Nigeria, berkorelasi dengan tingkat pengetahuan ibu yang kurang. Di Indonesia
sendiri tingkat pengetahuan ibu cukup berperan dalam keberhasilan menyusui
eksklusif, namun masih ditemukan kesenjangan antara pengetahuan dan praktik.
Pada studi tahun 2014-2015 yang dilakukan di Sumatra dan Kalimantan,
sebanyak 40% ibu mengaku memahami apa itu ASI eksklusif dan manfaatnya,
namun hanya 20% dari mereka yang menyusui secara eksklusif (Beatty,2017).
Dari data-data tersebut dapat disimpukan bahwa pengetahuan ibu berperan
dalam praktik menyusui eksklusif yang sukses meskipun bukan sebagai faktor
tunggal keberhasilan.
18
studi tahun 2017 di Kalimantan dan Sumatra, dimana peneliti menemukan
adanya kesenjangan dalam 40% subjek yang memiliki pengetahuan baik namun
hanya 20% yang betul-betul melaksanakan ASI eksklusif (Beatty,2017). Tenaga
kesehatan seperti bidan dan dokter diharapkan dapat memberi dukungan pada
ibu untuk tidak memberi asupan apapun termasuk makan pre-laktasi pada bayi
hingga berusia 6 bulan. Dukungan juga harus disampaikan pada keluarga,
terutama tokoh pengambil keputusan dalam keluarga, agar manfaat dan capaian
ASI eksklusif terpenuhi.
19