You are on page 1of 8

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN

KORELASI SATURASI OKSIGEN PERKUTAN


DENGAN PARAMETER DERAJAT KEPARAHAN (SEVERITY)
PADA ASMA EKSASERBASI BERDASARKAN KRITERIA GLOBAL INITIATIVE
OF ASTHMA 2008

A. PICO Jurnal
1. Problem
Hubungan antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008.
2. Intervention
Melakukan intervensi pemeriksaan saturasi oksigen pada penderita asma
eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008.
3. Comparison :
a. Jurnal yang di Analisa
Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara saturasi
oksigen dengan parameter derajat keparahan asma eksaserbasi. Dan ada
hubungan yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat
keparahan menurut kriteria GINA 2008 pada parameter peningkatan
respiratory rate (RR) dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas darah. Jika
dibandingkan dengan penelitian lain bahwa sama-sama memiliki hubuhgan
yang sangat kuat antara saturasi oksigen dengan penderita asma eksaserbasi.
b. Jurnal Pembanding
- Penyumbatan jalan nafas difus di seluruh paru dapat terjadi,akibat dari
memperburuknya ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. Hiperinflasi
menyebabkan penurunan kelenturan akibatnya kerja pernafasan bertambah.
Kenaikan tekanan transpulmoner dapat menyebabkan penyempitan lebih
lanjut/ penutupan dini (prematur) beberapa jalan nafas selama ekspirasi,
dengna demikian menikan resiko pneumothoraks. Kenaikan tekanan
intrathoraks dapat mengganggu aliran balik vena dan mengurangi curah
jantung, yang kemungkinan tampak pulsus paradoksus ketidakseimbangan
ventilasi dengan perfusi, hipoventilasi alveoler dan bertambahnya kerja
pernafasan menyebabkan perubahan pada gas darah. Hiperventilasi
beberapa daerah pada mulanya mengkompensasi tekanan karbondioksida
yang lebih tinggi dalam darah yang memperfusi daerah yang terventilasi.
Namun hiperventilasi ini tidak dapat mengkompensasi hipoksemia saat
bernafas dengan udara karena ketidakmampuan penderita menaikan tekanan
oksigen dan saturasi oksigen (Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, 2012)

1
- Dasar diagnosis adalah gambaran klinis dan riwayat perjalanan penyakit.
Analisis gas darah, fungsi paru dan pemeriksaan rontgen paru semuanya
adalah cara penilaian yang relevan untuk mengetahui gas darah yang ada
dan akan sangat menolong untuk tindakan yang akan dilakukan. Selain itu
untuk mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi
pernafasan termasuk hipoksia dan status asam basa dan beberapa penyakit
pernafasan seperti asma (J.Jeyaratnam Davidkoh, 2010)
Beberapa pasien menderita penyakit respiratorius yang misalnya asma
harus dilakukan uji laboratorium AGD pada awalnya pH meningkat PaCO2
dan PaO2 turun (alkalosis respiratorik hingga akibat hiperventilasi)
kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2
(asidosis respiratorik). Penatalaksanaan medis ditujukan pada pencegahan
eksaserbasi asma dengan menghindari pemicu asma dan dengan
menentukan obstruksi jalan nafas, inflamasi dan reaktivitas dengan obat.
(Linda A. Sowden, 2009
4. Outcome
Ada hubungan yang kuat antara saturasi oksigen perkutan dengan
parameter derajat keparahan asma eksaserbasi berdasarkan kriteria GINA 2008
Hasil Penelitian sebagai Berikut :
a) Jenis kelamin pasien penderita asma eksaserbasi perempuan (56,8%) dan laki-
laki (43,2%).
b) Rata-rata umur penderita asma eksaserbasi adalah 36,66 tahun. Kelompok
umur terbanyak adalah antara 30-39 tahun (34,9%)
c) Pasien yang mampu berbicara dalam frase sebanyak 18 subjek (41,9%).
Subjek dengan kesadaran tidak tenang, gelisah sebanyak 20 subjek (46,5%).
d) Pasien yang menggunaan otot napas tambahan dan retraksi suprasternal
sebanyak 27 orang (62,8%), pergerakan torako abdominal sebanyak 2 orang
(4,6%).
e) Suara nafas pasien wheezing dengan intensitas keras sebanyak 20 orang
(46,5%).
f) Nadi pada pasien 100-120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9%) dan nadi
lebih dari 120 kali per menit sebanyak 18 orang (41,9).
g) Hasil analisa gas darah didapatkan PaO2 ringan sebanyak 18 orang (41,9%),
PaO2 sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan PaO2 berat sebanyak 5 orang
(11,6%).
h) Hasil saturasi oksigen pada derajat keparahan ringan sebanyak 16 orang
(37,2%), sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan berat 7 orang (16,3%).

2
i) Hasil korelasi yang sangat kuat antara derajat eksaserbasi asma dengan
saturasi oksigen perkutan (r=0,871; p<0,0001).
j) Hasil korelasi saturasi oksigen perkutan dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 didapatkan hubungan sangat kuat pada parameter
peningkatan respiratory rate (RR) dan pO2 pada pemeriksaan analisa gas
darah (r=0,772 dan 0,764; p<0,0001).

B. TABEL ANALISA
No Komponen Aspek Hasil Analisa
1. Dimensi Subtantif Abstrak Faktor penting dalam pengelolaan asma
dan Teori adalah penilaian berat serangan. Global
Inisiative of Asthma (GINA) 2008
membagi derajat keparahan asma
eksaserbasi dengan kadar saturasi
oksigen. Pemeriksaan saturasi oksigen
perkutan adalah tehnik yang murah, non
invasif yang dapat mengukur derajat
oksigenasi. Dilakukan pada pasien asma
eksaserbasi di ruang gawat darurat RSUD
Dr. Soetomo antara April-Oktober 2009.
Subyek dilakukan anamnesa, diagnosa fisik,
analisa gas darah dan pengukuran saturasi
oksigen. Total 43 subyek diperiksa, sebagian
besar perempuan (25 orang). Rata-rata umur
36 tahun. Derajat eksaserbasi ringan 39,5%,
sedang 44,2%, berat 11,6% dan ancaman
gagal napas 4,7%. Didapatkan korelasi yang
bagus antara saturasi oksigen perkutan
dengan derajat keparahan (r=0,871,
p<0,0001).
Pendahuluan Faktor penting dalam pengelolaan asma
adalah penanganan eksaserbasi dengan
penilaian berat serangan merupakan kunci
pertama dalam penanganan serangan akut.
Penanganan serangan karena penilaian

3
berat serangan yang tidak tepat berakibat
pada pengobatan yang tidak adekuat.
Kondisi penanganan tersebut menyebabkan
perburukan asma yang menetap,
menyebabkan serangan berulang dan
semakin berat sehingga berisiko jatuh
dalam keadaan asma akut berat bahkan
fatal. Global Initiative of Asthma (GINA)
2008 pembagian derajat keparahan
(severity) asma pada kondisi
eksaserbasi. Pada asma eksaserbasi di mana
terjadi hipoksemia. Pemeriksaan kadar
oksigen dilakukan menggunakan alat pulse
oximetry. Alat ini adalah non invasif, kadar
oksigen perkutan dapat diketahui secara
real time, alat yang praktis dan mobile serta
harga alat yang relatif terjangkau. Akan
meneliti korelasi saturasi oksigen dengan
alat pulse oksimetri dengan variabel-
variabel dari asma eksaserbasi yang
terdapat pada GINA 2008.

Kerangka Faktor penting dalam pengelolaan asma


Teori adalah penilaian berat serangan. Global
Inisiative of Asthma (GINA) 2008
membagi derajat keparahan asma
eksaserbasi dengan kadar saturasi oksigen
menggunakan alat pulse oxymetry yang
terstandarisasi (caliberated). Hasil penelitian
ada hubungan kuat antara saturasi oksigen
perkutan dengan parameter derajat
keparahan asma eksaserbasi berdasarkan
kriteria GINA 2008
2. Dimensi Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian cross

4
Metodelogi sectional. Penelitian ini menggunakan uji
statistik korelasi Pearson untuk data numeric
berdistribusi normal dan korelasi rank
Spearman untuk data numeric tidak
berdistribusi normal.
Sampel sampel penelitian ini 43 penderita asma
eksaserbasi di Instalasi Rawat Darurat RSU
dr Soetomo Surabaya. Perempuan (56,8%)
dan laki- laki (43,2%).
Instrumen Menggunakan Alat pulse oxymetry yang
Penelitian terstandarisasi (caliberated)
Analisis Statik Analisis data dilakukan dengan uji statistik
korelasi Pearson untuk data numeric
berdistribusi normal dan korelasi rank
Spearman untuk data numeric tidak
berdistribusi normal. Maka didapatkan hasil
korelasi yang sangat kuat antara derajat
eksaserbasi asma dengan saturasi oksigen
perkutan (r=0,871; p<0,0001). Korelasi
saturasi oksigen perkutan dihubungkan
dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 didapatkan juga
hubungan sangat kuat pada parameter
peningkatan respiratory rate (RR) dan pO2
pada pemeriksaan analisa gas darah (r=0,772
dan 0,764; p<0,0001).
3. Dimensi Interpretasi Pembahasan a) Jenis kelamin pasien penderita asma
eksaserbasi perempuan (56,8%) dan laki-
laki (43,2%).
b) Rata-rata umur penderita asma
eksaserbasi adalah 36,66 tahun.
Kelompok umur terbanyak adalah antara
30-39 tahun (34,9%)
c) Pasien yang mampu berbicara dalam
frase sebanyak 18 subjek (41,9%).

5
Subjek dengan kesadaran tidak tenang,
gelisah sebanyak 20 subjek (46,5%).
d) Pasien yang menggunaan otot napas
tambahan dan retraksi suprasternal
sebanyak 27 orang (62,8%), pergerakan
torako abdominal sebanyak 2 orang
(4,6%).
e) Suara nafas pasien wheezing dengan
intensitas keras sebanyak 20 orang
(46,5%).
f) Nadi pada pasien 100-120 kali per menit
sebanyak 18 orang (41,9%) dan nadi
lebih dari 120 kali per menit sebanyak 18
orang (41,9).
g) Hasil analisa gas darah didapatkan PaO2
ringan sebanyak 18 orang (41,9%), PaO2
sedang sebanyak 20 orang (46,5%) dan
PaO2 berat sebanyak 5 orang (11,6%).
h) Hasil saturasi oksigen pada derajat
keparahan ringan sebanyak 16 orang
(37,2%), sedang sebanyak 20 orang
(46,5%) dan berat 7 orang (16,3%).
i) Hasil korelasi yang sangat kuat antara
derajat eksaserbasi asma dengan saturasi
oksigen perkutan (r=0,871; p<0,0001).
j) Hasil korelasi saturasi oksigen perkutan
dengan parameter derajat keparahan
menurut kriteria GINA 2008 didapatkan
hubungan sangat kuat pada parameter
peningkatan respiratory rate (RR) dan
pO2 pada pemeriksaan analisa gas darah
(r=0,772 dan 0,764; p<0,0001).

4. Dimensi Etik Subjek Subyek penelitian adalah 43 sampel


Penelitian penderita asma eksaserbasi di Instalasi
Rawat Darurat RSU dr Soetomo Surabaya.

6
Dari 43 penderita asma eksaserbasi tersebut
terdiri dari perempuan (56,8%) dan laki-laki
(43,2%). Rata-rata umur penderita adalah
36,66 tahun. Kelompok umur terbanyak
adalah antara 30-39 tahun (34,9%).

Dilema Etik _
dan Hukum
Pelanggaran _
Prinsip Etik
5. Presentasi dan Kejelasan -
Penulisan Informasi
Teknik Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
Penulisan dan benar
Susunan kalimat yang mudah dipahami
Rangkaian uraian yang berkaitan
6. Daftar Pustaka Brunner & Suddart (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Cecily Lynn Betz. (2009). Buku
Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
J.Jeyaratnam, Davidkoh. (2010). Buku Ajar
Praktik Kedokteran Kerja. Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FK UII
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I, II.
Jakarta : Balai penerbit FKUI
Wahab A.Samik. (2012). Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Vol.1 Edisi 15 Buku
Kedokteran. Jakarta: IGC

Banjarmasin, Maret 2017

7
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...........................................) (......................................)

You might also like