Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
G0005168
FAKULTAS KEDOKTERAN
Surakarta
2009
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
NIM : G0005168
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Penguji Utama
Anggota Penguji
Surakarta, ..................................
iii
ABSTRACT
Methods: This study was analytical observational with cross sectional research
method design and conducted in Klaten Regency. The subjects were determined
by stratified random sampling of the 9-12 years old elementary school children
who had slipped off the poor family screening, suffered from stunting or normal
and satisfied the inclusion criteria. The height of each child was measured and
noted the height-for-age-Z-score according to WHO 2000 reference. According to
the rule of thumb, 30 samples for each stunting and normal children were taken by
simple random sampling from the total data results. The data samples were
analyzed by using Independent t test and One Way ANOVA.
Results: The statistic output of Independent t test showed that there was a
significant result between stunting and IQ score marked by p value 0,004. There
was an insignificant result concerned to the relationship between stunting level
and IQ score according to One Way ANOVA statistic output which was marked
by p value 0,129.
Conclusions: This study concluded that stunting had significant relationship with
IQ score. But, the relationship between stunting level and IQ score showed an
insignificant result.
iv
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan hasil
pengukuran tinggi badan menurut umur diperoleh ≤ -2 SD (Standar Deviasi)
berdasarkan referensi WHO 2000. Stunting dapat menyebabkan terganggunya
kemampuan kognitif dikarenakan terlambatnya maupun tidak maksimalnya
pertumbuhan dan perkembangan otak. Salah satu petanda perkembangan otak
adalah IQ (Intelligence Quotient) yang dapat diukur dengan berbagai bentuk tes,
diantaranya Raven’s Colored Progressive Matrices. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara Stunting dengan skor IQ.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
stunting dengan skor IQ anak usia sekolah dasar dari keluarga miskin. Sedangkan
hubungan antara tingkatan stunting dengan skor IQ didapatkan hasil yang tidak
signifikan.
v
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia, rahmat, dan hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul Hubungan Stunting dengan Skor IQ Anak Usia
Sekolah Dasar Keluarga Miskin di Kabupaten Klaten ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Perumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................3
A. Tinjauan Pustaka...................................................................................5
1. Stunting…………………………………………………….............5
a. Pengertian Stunting......................................................................5
c. Penyebab Stunting......................................................................10
d. Tingkatan Stunting.....................................................................12
2. IQ (Intelligence Quotient)………………………………..............13
b. Tes IQ........................................................................................14
vii
3. Raven’s Progressive Matrices……………………………............20
B. Kerangka Pemikiran............................................................................24
C. Hipotesis..............................................................................................25
A. Jenis Penelitian....................................................................................26
C. Subyek Penelitian................................................................................26
E. Rancangan Penelitian..........................................................................28
H. Intrumentasi Penelitian.......................................................................30
BAB V. PEMBAHASAN.....................................................................................40
A. Simpulan..............................................................................................44
B. Saran....................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran C. Kuesioner
Lampiran F. Daftar Tabel Tinggi Badan Menurut Umur pada Anak Laki-Laki
(2000)
xi
BAB I
PENDAHULUAN
kanak), remaja, menuju kedewasaan dan masa tua, makanan yang baik dan
1992; WHO, 2000). Fakta telah menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik dan
kehidupan, dan bahwa pada usia empat tahun, 50% kapasitas intelektual
dunia menderita kurang gizi (under weight). Menurut Karmini (2004) hasil
gizi pada anak Balita tahun 2000 sebesar 24,6%. Menurut WHO (1998)
Indonesia diperkirakan sebesar 40-50%. Dari seluruh anak usia 4-24 bulan
kondisi kurang gizi (Qauliyah, 2008). Tiga puluh persen anak usia di bawah
1
xii
lima tahun di negara berkembang menderita stunted tingkat sedang (tinggi
badan menurut umur kurang dari dua SD (standar deviasi)) maupun berat
anak-anak dari orang tua yang buta huruf dan golongan sosio-ekonomi rendah
yang mempunyai daya beli rendah. Menurut Atmarita (2007), 62% lebih anak
di perkotaan memiliki tinggi badan normal dari segi umur, sedangkan anak di
pemberian makanan yang buruk dan/atau infeksi berulang sebagai akibat dari
rendah (Kerr dan Black, 2000; Ivanovic et al., 2002; Chang et al., 2002;
pendek dan tingkat kecerdasan (Atmarita, 2007). Mendez dan Adair dalam
xiii
khususnya Kabupaten Klaten belum ada penelitian mengenai hubungan
stunting dengan skor IQ. Oleh karena itu pula, dilakukan penelitian hubungan
Kabupaten Klaten.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
stunting pada anak usia sekolah dasar dari keluarga miskin. Di samping
xiv
itu, juga diharapkan dapat membuktikan bahwa ada hubungan antara
stunting dengan skor IQ anak usia sekolah dasar dari keluarga miskin.
2. Manfaat Praktis
xv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Stunting
a. Pengertian Stunting
seperti masa kehamilan, masa perinatal, masa menyusui, bayi dan masa
1) Masa kehamilan
Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup di
xvi 5
mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita
dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini
(Soetjiningsih, 1998).
humoral.
xvii
makro dan mikro nutrien. Selain itu, gangguan gizi juga sering
yang bergizi.
xviii
mengakibatkan gagal tumbuh, penurunan nafsu makan dan
ibu pada trimester I dan II akan meningkatkan bayi BBLR. Hal ini
gizi anak dari bergizi baik atau normal menjadi bergizi kurang atau
buruk.
xix
Soetjiningsih (1998) menyatakan bahwa anemia gizi
b) Defisiensi Iodium
diresorpsi, lahir mati atau bayi lahir lemah dan partus lama
xx
psikomotor dan kematian bayi. Pada anak usia sekolah dan
(Soetjiningsih, 1998).
c. Penyebab Stunting
xxi
penyebab yang berasal dari pokok masalah yang ada di masyarakat dan
,
Pengangguran,Inflasi, ,kurang pangan dan kemiskinan
xxii
d. Tingkatan Stunting
xxiii
Mendez dan Adair (1999) menyatakan tingkatan height-for-
<-2
<-3
2. IQ (Intelligence Quotient)
dikembangkan oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada awal abad
morbiditas dan mortalitas (Cervilla, 2004), status sosial orang tua (The
xxiv
IQ orang tua. Sedangkan pewarisan IQ telah diteliti hampir selama satu
peneliti sosial yang meneliti distribusi skor IQ pada suatu populasi dan
prediktor prestasi dan hasil kerja (Whalley et al. 2000; Naomi Breslau,
b. Tes IQ
xxv
dibatasi waktu tes dan tanpa pengawasan, khususnya bentuk tes untuk
atau skor dari berbagai macam tes IQ, misalnya, Stanford-Binet, WISC-
(Gottfredson, 1998).
sampai 0,8, serta menjelaskan bahwa kurang dari sampai lebih dari
xxvi
2) Lingkungan
3) Lingkungan Keluarga
tes prestasi dan kinerja masa remaja (Pollitt et al. 1993). Penelitian
xxvii
24 bulan. Efek positif dan besar ditemukan pada peningkatan
xxviii
psikomotoriknya berkurang setara dengan lima sampai sepuluh
nilai IQ.
6) Otak dan IQ
7) Jenis Kelamin
melebihi wanita sekitar 3-4 poin (Douglas dan Rushton; Lynn dan
Irwing, 2004).
8) Bahan Kimia
xxix
bahwa peningkatan 100 mikrogram merkuri dalam darah,
et al. 2002).
9) Tembakau
10) Stress
2002).
xxx
11) Penyakit Infeksi Tropis
pola yang lebih besar. Banyak item yang dibuat dalam bentuk matriks
diterbitkan pertama kali pada tahun 1938. Bukletnya meliputi lima set
xxxi
menganalisis dan mengode informasi. Keseluruhan item disajikan
dengan kesulitan belajar tingkat sedang dan berat. Tes ini terdiri atas
12 item yang disisipkan di antara dua, seperti Ab. Sebagian besar item
dalam 12 satuan (set I); sedangkan yang lain dalam 36 satuan (set II).
dimana tiap set dibuat menjadi semakin sulit. Item-item ini tepat untuk
xxxii
makanan dan non makanan. BPS menggunakan indikator makanan
yaitu 2100 kalori per orang perhari (Cahyat, 2004). Faktor non makanan
indikator, yaitu:
murahan.
terlindung/sungai/air hujan.
bakar/arang/minyak tanah.
10) Hanya sanggup makan sebanyak 1 (satu) atau 2 (dua) kali dalam 1
(satu) hari.
xxxiii
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
Puskesmas/Poliklinik.
luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
600.000,00 perbulan.
14) Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan
(Rusmana, 2005)
yang tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih dari enam indikator
atau lebih
xxxiv
2) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah,
6) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi untuk tiap
penghuni
(BKKBN, 2005)
B. Kerangka pemikiran
Penyebab Penyebab Tidak
Langsung: Langsung:
STUNTING
SKOR IQ
Keterangan :
Genetik, Penyakit Infeksi, Lingkungan, Jenis kelamin
: mempengaruhi
xxxv
C. Hipotesis
Ada hubungan antara stunting dengan skor IQ anak usia sekolah dasar
xxxvi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan studi yang digunakan adalah cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
thumb) (Murti, 2007). Dalam penelitian ini diambil 30 subjek yang menderita
26
xxxvii
1. Kriteria Inklusi:
BKKBN.
2. Kriteria Ekslusi:
a. Anak sekolah dasar usia 9-12 tahun yang bersekolah selain di 5 sekolah
dasar sampel.
xxxviii
Kecamatan Wedi dan 2 (dua) desa di Kecamatan Bayat. Masing-masing desa
E. Rancangan Penelitian
Populasi
Stratified
random
Sub populasi sampling Sub populasi
Stratified
random
Sub populasi sampling Sub populasi
Simple random
sampling
Sampel Sampel
Independent t test
xxxix
F. Identifikasi Variabel
stunting
: skor IQ
1. Stunting
2. IQ
(Raven’s Matrices).
xl
H. Instrumentasi Penelitian
interpretasi hasil:
100 Rata-rata 50 - 60
125 Superior 85 - 95
xli
145 Sangat Sangat Superior 98.5 - 100
and Service Solution (SPSS) for Windows 15 (SPSS, Chicago, III, USA),
ANOVA.
xlii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Kecamatan Wedi dan Kecamatan Bayat pada November 2008 sampai Januari
observasi dan pengukuran tinggi badan pada siswa-siswi dari 5 (lima) sekolah
dengan jumlah 274 subjek, sebanyak 239 subjek menderita stunting dan 35
subjek non stunting/normal. Sesuai dengan rule of thumb, maka dari sampel
penghitungan statistik.
1. Karakteristik Subjek
xliii
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
n % n % n %
stunting dan normal yang diobservasi, jumlah subjek berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan saling berkebalikan. Selain itu, dapat diketahui bahwa
kejadian stunting lebih banyak terjadi pada subjek berjenis kelamin laki-
laki, yaitu sebanyak 63,33%. Hal ini perlu kajian khusus tentang bias
xliv
Jumlah 30 100 30 100 60 100
Sumber: Data Primer, Januari 2009
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 60 subjek penderita
stunting dan non stunting yang diobservasi, sebagian besar berada pada
Hal ini juga berlaku baik pada subjek yang menderita stunting maupun non
(33,33%).
Jumlah 30 100
subjek (33,33%).
xlv
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kuesioner BKKBN (yang
daging/ikan/telor
xlvi
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Skor IQ Menurut Interpretasi
Raven
(100) n % n %
Rata dari 16
2. Rata-Rata 50-60 3 10 3 10
6. Sangat-Sangat 98,5-100 - - - -
Superior
terkategorikan
skor IQ yang sama pada kategori “di atas rata-rata”. Di samping itu,
xlvii
Tabel 7. Rata-Rata dan Standar Deviasi Skor IQ Berdasarkan Kelompok
Raven Deviasi
5. 95-98,5 1 96,63 -
6. 98,5-100 - - -
(16-50)
15,33. Dari tabel tersebut, dapat juga diketahui jumlah subjek terbanyak
xlviii
B. Hasil Analisis
dan Ho ditolak. Jadi, dapat diketahui ada perbedaan rata-rata skor IQ antara
subjek yang menderita stunting dengan subjek yang non stunting. Dengan
xlix
Berdasarkan Tabel 9 diperoleh nilai F hitung 0,129, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkatan stunting dengan skor
IQ (p>0,05).
l
BAB V
PEMBAHASAN
diketahui bahwa sebanyak 21 subjek (35%) berada pada rentang umur 11 tahun-
11 tahun,11 bulan, dimana pada rentang umur tersebut merupakan rentang masa
spurt” (tumbuh cepat masa remaja) pada tinggi badan antara anak laki-laki dan
perempuan. Tumbuh cepat pada tinggi badan adolesen anak perempuan umumnya
dimulai kira-kira pada umur 10,5 tahun dan mencapai puncaknya kira-kira umur
11 tahun, 9 bulan-12 tahun. Pada anak laki-laki dimulainya tumbuh cepat masa
Pada masa remaja tumbuh cepat perempuan pada usia 8–13 tahun dan laki-laki
pada usia 10–15 tahun dan pertumbuhan pada anak perempuan umumnya lebih
yang merata berdasarkan tingkatan stunting, yaitu tingkatan ringan (early), sedang
239 subjek (87,23%) dari total populasi menderita stunting, dan hanya 35
li40
(12,77%) subjek non stunting. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian stunting
daripada subjek non stunting. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa subjek
stunting maupun subjek non stunting dari keluarga miskin tidak mampu/memiliki
dari distribusi sampel berdasarkan skor IQ menurut interpretasi Raven pada Tabel
7 dapat diketahui bahwa baik subjek stunting maupun non stunting memiliki
distribusi yang hampir sama. Meskipun demikian, skor yang dicapai subjek
stunting sebagian besar masih berada di bawah subjek non stunting (lampiran A).
Selain itu, pada subjek stunting, skor IQ tertinggi hanya pada kategori “di atas
rata-rata”, sedangkan pada subjek non stunting nilai tertinggi dicapai pada
sangat berhubungan dengan tidak tercukupinya pangan serta higiene dan sanitasi
buruk yang meningkatkan kejadian infeksi dan stunting pada anak-anak. Bradley
dan Corwyn (2002), Hamadani et al. (2004), Baker et al. (2003) dalam Grantham
pendidikan ibu yang rendah, juga peningkatan depresi dan stres pada ibu, serta
peningkatan stimulasi yang tidak adekuat di rumah (Schady dan Paxson, 2005).
lii
diperburuk oleh kemiskinan keluarga (dikarenakan beban ekonomi dan rendahnya
dapat dinyatakan bahwa ada hubungan secara signifikan antara stunting dengan
IQ. Skor IQ pada anak-anak yang menderita stunting lebih rendah dibandingkan
dengan anak-anak non stunting (p<0,05). Menurut Chang et al. (2002), anak-anak
yang menderita stunting lebih banyak mengalami kesulitan belajar dan memilki
belakang sosial ekonomi. Lebih banyaknya kesulitan belajar yang dialami oleh
anak-anak stunting berhubungan erat dengan prestasi sekolah yang lebih buruk
dan rendahnya skor IQ. Grantham et al. (2008) menambahkan beberapa penelitian
Melihat pada hasil uji statistik One Way ANOVA pada Tabel 9,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik
antara tingkatan stunting dengan skor IQ (p>0,05). Artinya anak yang menderita
stunting berat (severe) belum tentu memiliki skor IQ yang lebih rendah
Soetjiningsih (2002), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis
liii
(ASUH), kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) dan kebutuhan akan stimulasi
ASAH” hendaknya dipakai dalam membesarkan anak supaya anak bisa tumbuh
serta interaksi sosial dan stimulasi yang tidak baik dapat mempengaruhi struktur
dan fungsi otak, dan memberikan efek jangka panjang pada perkembangan
penghasilan ekonomi keluarga dan kualitas pola asuh orang tua masing-masing
yang memiliki sumber penghasilan ekonomi yang lebih besar lebih mampu
pada performa kognitif anak. Di samping itu, performa kognitif anak juga
dipengaruhi oleh pola asuh. Seorang ibu yang lebih suportif asuhannya
liv
BAB VI
A. Simpulan
dasar dari keluarga miskin di Kabupaten Klaten ini menyimpulkan bahwa ada
hubungan antara tingkatan stunting (early, moderate, severe) dengan skor IQ,
B. Saran
di Kabupaten Klaten.
sekolah.
44
lv
DAFTAR PUSTAKA
Atmarita, Tatang S.F. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat.
Proseding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan, p: 3.
BPS Kota Surakarta. 2005. Program kompensasi penggunaan subsidi bahan bakar
minyak.
Bradley R., Corwyn R. 2002. Socioeconomic status and child development. Ann
Rev Psychol. 53:371–99.
Braveman P., Gruskin S. 2003. Poverty, equity, human rights and health. Bulletin
of the World Health Organization. 81:539-545.
45
lvi
Cahyat, Ade. 2004. CIFOR dalam Governance Brief; Bagaimana Kemiskinan
Diukur? Beberapa Model Perhitungan Kemiskinan di Indonesia.
http//www.cifor.cgiar.org/publications/pdf-
files/gorbrief/GovBrief0402.pdf. (15 Maret 2009).
Chang S.M., Walker S.P., Grantham S., Powell C.A. 2002. Early childhood
stunting and later behavior and school achievement. Journal of Child
Psychology and Psychiatry. Volume 43 Issue 6. Pp: 775-783.
Cervilla. 2004. Premorbid cognitive testing predicts the onset of dementia and
Alzheimer's disease better than and independently of APOE genotype.
Journal of Psychiatry. 75:1100-1106.
Chang S.M., Walker S.P., Grantham-McGregor S., Powell C.A. (2002) Early
child stunting and later behaviour and school achievement. Journal of
Child Psychology and Psychiatry. 43:775-83.
Clancy Blair. 2006. How similar are fluid cognition and general intelligence? A
developmental neuroscience perspective on fluid cognition as an aspect of
human cognitive ability. Cambridge: Cambridge University Press, pp: 109-
125.
Clarkson, Thomas, Magos, Laszlo. 2002. The Toxicology of Mercury and Its
Chemical Compounds.
http://www.ingentaconnect.com/content/tandf/btxc/2006/00000036/00000
008/art00001?crawler=true. (7 Oktober 2008).
Counter S. Allen. 2003. Whitening Skin can be Deadly, The Boston Globe.
http://www.boston.com/news/globe/health_science/articles/2003/12/16/wh
itening_skin_can_be_deadly/.htm. (7 Oktober 2008).
Devlin B., Daniels M., Roeder K. Nature. 1997. The Inheritability of IQ.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=ShowDetail
View&TermToSearch=9242404&ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PE
ntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVAbstractPlus.htm. (7
Oktober 2008).
lvii
Douglas N. Jackson, J. Philippe Rushton. 2006. Males have greater g: Sex
differences in general mental ability from 100,000 17- to 18-year-olds on
the Scholastic Assessment Test. Intelligence, Volume. 34: 479-486.
Florey C.D., Leech A.M., Blackhall A. 1995. Infant feeding and mental and
motor development at 18 months of age in first born singletons.
International Journal of Epidemiology. 24: 21-26.
Geoff Der, David Batty G., Ian J. Deary. 2006. Effect of breast feeding on
intelligence in children: prospective study, sibling pairs analysis, and
meta-analysis (Abstract). British Medical Journal. 254:15-25.
Gomez Sanchiz M., Canete R., Rodero I., Baeza J.E., Gonzalez J.A. 2004.
Influence of breast-feeding and parental intelligence on cognitive
development in the 24-month-old. Clin Pediatr (Phila). 43: 753-61.
Heyward G. 2005. New York City Warns: Some Skin Creams are Poisonous, The
Epoch Times. http://en.epochtimes.com/news/5-2-5/26302.html. (7
Oktober 2008).
Ijarotimi O.S., Ijadunola K.T. 2007. Nutitional status and intelligence quotient of
primary schoolchildren in Akure community of Ondo State, Nigeria.
Tanzania Health Research Bulletin. 9: 69-76.
Ivanovic D.M., Leiva B.P., Perez H.T., Inzunza N.B., Almagia A.F., Toro T.D.,
Urrutia M.S., Cervilla J., Bosch E. 2002. Nutritional status, brain
development and scholastic achievement of Chilean high school graduates
from high and low intellectual quotient and socio-economic status. British
Journal of Nutrition. 87:81-92.
lviii
Julieta L. 2008. Family Resources, Parenting Quality Influence Children's Early
Cognitive Development.
http://esciencenews.com/topics/psychology.sociology/family.resources.par
enting.quality.influence.childrens.early.cognitive.development.htm (15
Maret 2009)
Liu J., Raine A., Venables P.H., Dalais C., Mednick S.A. 2003. Malnutrition at
age 3 years and lower cognitive ability at age 11 years: independence from
psychosocial adversity. Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine.
157: 593-600.
Lynn R., Irwing P. 2004. Sex differences on the progressive matrices: a meta-
analysis. Intelligence Journal. 32:481-49.
lix
Masters R. 1997. Brain biochemistry and social status: The neurotoxicity
hypothesis. In E. White (Ed.), Intelligence, political inequality, and public
policy. Westport: Praeger, pp: 141-183.
Mendez M.A., Adair L.S. 1999. Severity and timing of stunting in the first two
years of life affect performance on cognitive tests in late childhood. The
Journal of Nutrition. 129:1555-1562.
Mulyani S. 2005. Indikator Kemiskinan Harus Segera Disepakati.
www.antara.co.id. (23 Oktober 2008).
Murti B. 2007. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantutatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yagyakarta: Gadjah Mada University
Press, pp: 59, 81, 137.
PAHO. 1998. Nutrition, Health and Child Development. Washington, DC, Pan
American Health organization. PAHO Scientific Publication. 566.
Paul G.; Elizabeth M. King. 2004. The impact of early childhood nutritional status
on cognitive development: does the timing of malnutrition matter? The
World Bank Economic Review. 15: 81-113.
Pollitt E., Gorman K.S., Engle P., Martorell R., Rivera J.A. 1993. Early
Supplementary Feeding and Cognition: Effects Over Two Decades
Monographs of the Society for Research in Child Development. 235: 122.
Prismasmanda. 2005. Peranan IQ, EQ dan SQ dalam Mencapai Kesuksesan.
http://prismasmanda.tripod.com/cd.htm. (29 Oktober 2008).
lx
Raven Standard Progressive Matrices.
http://www.cps.nova.edu/~cpphelp/RSPM.html. (23 Oktober 2008).
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, pp: 80-125.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, pp: 1-12, 101-2.
Stein A.D., Behrman J.R., DiGirolamo A., Grajeda R., Martorell R., Quisumbing
A., Ramakrishnan U.2005. Schooling, educational achievement, and
cognitive functioning among young Guatemalan adults. Food Nutr Bull.
pp: 46-54.
lxi
Taufiqurrahman, M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten: CSGF (the Community Of Self Help Group Forum),
pp: 77-82.
Vernon P.A., Wickett J.C., Bazana P.G., Stelmack R.M., Sterberg R.J. (ed). 2000.
The neuropsychology and psychophysiology of human intelligence. In
Handbook of intelligence). New York: Cambridge University Press. Pp:
23-27.
Wachs T.D. 2000. Necessary but not sufficient: the respective roles of single and
multiple influences on individual development. Washington DC: American
Psychological Association.
WHO. 2000. Nutrition for health and development. World Health Organization,
Geneva.
Wickett J.C., Vernon P.A. , Lee D.H. 2000. Relationship between factors of
intelligence and brain volume. Personality and Individual Difference. 29:
1095-1122.
lxii