Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Nisa Al Fida A.
G4B015004
2017
A. Gigi Tiruan Cekat
Gigi Tiruan yang berkaitan dengan pemugaran serta penggantian geligi yang
hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena
dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama
dari restorasi. Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik,
retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
(Rosenstiel, 2001)
1. Komponen GTC
a. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.
Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-
bahan tersebut. Design pontik antara lain:
1) Saddle Pontic
Pontik ini paling menyerupai gigi asli, karena dapat
menggantikan seluruh gigi yang hilang tanpa merubah bentuk
anatominya. Bagian embrasure mesial dan distal tertutup, permukaan
bukal overlaps pada daerah edentulous ridge dengan bagian yang
kontak berbentuk cekung. Keadaan ini menyebabkan kebersihan
kurang terjamin sehingga akan menghasilkan peradangan pada
jaringan di bawahnya. Sebaiknya pontik jenis ini tidak dipakai/
dipergunakan.
2) Ridge Lap Pontic
Pontik ini mempunyai gambaran seperti gigi asli, tetapi
mempunyai permukaan yang cembung pada daerah yang kontak
dengan jaringan di bawahnya sehingga memudahkan proses
pembersihan. Permukaan lingual pontic ini berbentuk
membelok/melengkung sedikit untuk mencegah terjadinya akumulasi
sisa makanan, bagian bukal sedikit cembung, daerah servikalnya
menempel pada gingiva sehingga memungkinkan jenis ini untuk
daerah yang mudah terlihat (appearance zone). Pontik ini bisa
digunakan untuk RA maupun RB.
3) Hygienic Pontic
Pontik tidak mempunyai bagian yang menempel sama sekali
dengan jaringan di bawahnya/ridge. Bentuk ini sering disebut juga
sebagai "sanitary pontic" tetapi hal ini sebetulnya keliru, karena
sanitary pontic merupakan nama dagang yang tergolong di dalam tipe
pontik bukan pada kelompok design pontik. Jenis ini dirancang untuk
daerah yang tidak mudah terlihat (nonappearance zone) dengan
demikian daerah yang paling tepat adalah posterior RB. Ketebalan
oklusogingival pontik ini tidak boleh kurang dari 3 mm, dan jarak
antara ridge dengan pontik cukup lebar untuk memberikan fasilitas
pembersihan.
4) Ovate Pontic
Pontik yang diindikasikan setelah pencabutan gigi. Bagian
yang kontak dengan jaringan dibentuk tumpul membulat dan dibentuk
ke dalam cekungan ridge sehingga terlihat seolah-olah gigi tumbuh
dari dalam gusi. Pada kasus pencabutan yang lukanya sudah menutup,
diperlukan prosedur bedah untuk pengerokan ridge.
Gambar 1. (a) saddle pontic; (b) ridge lap pontic; (c) ovate pontic
5) Modifikasi ridge lap pontic
Modified ridge lap pontik, yaitu kombinasi antara pontik tipe ridge lap dan
sanitary pontik. Bagian fasial/labial/bukal dari pontik berkontak dengan
edentulous ridge namun pada bagian lingual/palatal tidak berkontak. Hal
ini dimaksudkan untuk pemenuhan estetik dan upaya cleansing. Untuk
pontik tipe ini lebih direkomendasikan pada gigi-gigi anterior maksila dan
gigi premolar maksila
3. Cantilever bridge
Cantilever bridge adalah protesa dimana pontik didukung hanya pada
satu sisi oleh 1/lebih gigi abutment. Gaya yang teraplikasikan ke pontik di
distribusikan secara merata ke gigi abutment. Pontik berperan sebagai tuas
yang cenderung terdepresi dibawah tekanan dengan vektor oklusal yang kuat.
Penggunaan cantilever bridge terbatas hanya pada kasus penggantian gigi
dengan beban kunyah yang tidak besar. Berbeda dengan gigi tiruan jembatan
fixed, gigi abutment pada cantilever rentan mengalami tipping jika terkena
gaya vertikal dan rentan mengalami rotasi jika terkena gaya horizontal.
a. Indikasi
1) Penggantian satu gigi hilang (contoh: penggantian insisivus lateral
yang menggunakan kaninus sebagai abutment/ penggantian gigi
kaninus yang menggunakan premolar pertama dan kedua sebagai
abutment/ penggantian gigi molar ketiga jika masih terdapat gigi
antagonisnya dengan catatan bentuknya lebih menyerupai gigi
premolar).
2) Keadaan dimana gigi abutment dapat memuat beban oklusal dari
pontik
3) Kasus lebih diutamakan untuk kehilangan gigi anterior dimana
tekanan kunyah ringan, ruang anodonsia kurang, gigi tetangga
malposisi.
b. Bidang insisal
Alat : straight cylindrical atau wheel diamond bur
Cara :
1. Buat pedoman pengasahan sebesar 1-1,5 mm dari tepi insisal atau
dengan menggunakan pedoman groove sedalam 1-1,5 mm dari
tepi insisal dengan menggunakan bur
o
2. Pengasahan dilakukan dengan kemiringan 45 ke arah palatal.
3. Lakukan pengecekan dengan membandingkan ketinggian bidang
insisal gigi yang normal dan oklusi pada saat edge to edge harus
sudah open
4. Hati-hati jangan perforasi kamar pulpa
c. Bidang labial
Alat : straight cylindrical bur dan round end tapered cylindrical bur
Cara :
1. Membuat pedoman groove menggunakan bur diamond tipe straight
cylindrical yang sesuai sebanyak 3 buah pada bagian 2/3 insisal
sedalam 1-1,5 mm dan 2 groove pada 1/3 servikal sedalam 0,5 mm
d. Bidang palatal
e. Bidang servikal
Alat : round end tapered cylindrical bur (chamfer) / flat end tapered
bur (shoulder) / pointed tapered cylindrical (knife-edge)
Cara :
1. Dengan menggunakan bur sejajar sumbu gigi mengelilingi gigi
membentuk finishing line
2. Untuk estetik tepi preparasi dapat masuk ke dalam sulkus
gingiva
3. Hasil preparasi diperiksa dengan menggunakan sonde
Jenis akhiran: a. Knife Edge (full metal) , b. Bevel, c. Chamfer (PFM), d. Shoulder
(acrylic, porcelaine), e. Shoulder with Bevel (metal-acrylic)
7. Pencetakan
a. Penggunaan retractor cord untuk menurunkan gingiva. Dilakukan
sebelum pencetakan, sehingga hasil cetakan margin gingiva jelas dan
tajam.
b. Pencetakan double impression dengan heavy body dan light body
c. Diisi dengan gips tipe IV
8. Pencetakan catatan gigit
9. Pemasangan mahkota sementara
10. Pembuatan model malam
11. Prosesing bridge
12. Insersi/ sementasi yang didahului dengan try in
13. Kontrol
1.
C. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
a. Usia pasien 20-50th
1) Usia 20 th
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi
dengan rontgen dapat menghambat pertumbuhan tulang
2) Usia > 50 Tahun
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobrsi tulang
alveolar secara fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
b. Kondisi gigi abutment dan jaringan periodontal normal
c. Sikap pasien yang kooperatif karena pembuatan GTJ perlu waktu yang
cukup lama dan kunjungan berkala.
d. Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup
mahal.
e. Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki resiko karies tinggi
menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada
retainer/abutment dari GTJ tersebut.
f. Selain itu segi estetika dan kebersihan juga diperhatikan karena
pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan
dari segi estetik kurang.
g. Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang
menyebabkan sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL
umumnya dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah,
sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai
alternatifnya.
h. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak nyaman dan
memperbaiki fungsi bicara dibandingkan GTL
i. Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan
beban oklusal secara merata ke jaringan periodontal dan tulang rahang,
dimana kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.
2. Kontraindikasi
a. Pasien tidak kooperatif
b. Pasien yang tidak bisa menggunakan anestesi lokal (e.g. hipertensi,
gangguan jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat
yang tidak memakain epinefrin.
c. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
d. Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat
length of span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar,
terutama pada jaringan periodontal dan gigi penyangganya.
e. Pasien yang memiliki abutment teeth karies dan meiliki kelainan
periodontal
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pemeriksaan Subjektif
Chief Complaint (CC) : pasien datang dengan keluhan ingin dibuatkan
gigitiruan permanen
Present Illness (PI) : gigi depan sudah dicabut setelah kecelakaan,
gigi di sampingnya patah namun tidak ada
keluhan. Pasien telah menggunakan gigi tiruan
lepasan (valplast).
Post Dental History (PFH) : ekstraksi gigi, pembuatan gigi tiruan lepasan
Post Medical History (PMH) : tidak dicurigai menderita kelainan sistemik
Family History (FH) : tidak dicurigai menderita kelaina sistemik
Social History (SH) : pasien seorang pekerja
Pemeriksaan Objektif:
12 perkusi (-), palpasi (-), vitalitas (+), gingiva normal, fraktur Ellis kelas 2
(email dan dentin) di bagian mesial dan sedikit insisal sebelah lingual
11 missing teeth, gingiva normal
21 perkusi (-), palpasi (-), vitalitas (+), gingiva normal, fraktur Ellis kelas 21
(email di bagian mesial
Pemeriksaan Penunjang:
Hasil pemeriksaan penunjang berupa foto periapikal pada gigi 12, 11 dan 21
menunjukkan fraktur belum mencapai pulpa, tidak terdapat kelainan pada
bagian periapikal gigi.
B. Rencana Perawatan
1. Pasien akan dibuatkan gigi tiruan jembatan dengan design rigid fixed
bridge. Gigi 21 dan 12 dijadikan sebagai abutment serta 11 sebagai
pontik. Retainer yang dipasangkan yaitu full crown menggunakan
porcelain fused to metal. Gigi abutment 21 dan 12 dipreparasi dengan
menggunakan high speed bur. Bentuk pontik yang digunakan adalah
ridge lap pontic.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay C.W., dan Walmsley A.D. 2001. Fixed and removable prosthodontics. 2nd
ed. Tottenham : Churcill Livingstone.
Johnston, J.F., Phillips, R.W., Dykema, R.W. 1992. Modern Practice in Crown and
Bridge Prosthodontic. Philadelphia: WB Saunders Company.
Martanto, P. 1981. Ilmu Mahkota dan jembatan Jilid II. Bandung: Penerbit Alumni.
Prajitno, H.R. 1991. Ilmu geligi tiruan jembatan pengetahuan dasar dan rancangan
pembuatan. Jakarta : EGC.
Rosenstiel. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics 3rd ed. Mosby Inc.
Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges,
4th ed. New York: Informa Healthcare.
Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: pengetahuan dasar dan
rancangan pembuatan ;editor, Lilian Yuwono. Jakarta: EGC.