You are on page 1of 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling umum di


seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40% kematian di
negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang. Menurut data dari studi
Framingham, 90% orang yang berumur diatas 55 tahun akan mengalami hipertensi
selama masa hidupnya. Hal ini menggambarkan masalah kesehatan publik karena
hipertensi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti gagal
jantung (Merda et al, 2013).

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab nomor satu kematian
di dunia dengan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada tahun
2030. Masalah tersebut juga menjadi masalah kesehatan yang progresif dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kemenkes RI Tahun 2013, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
mencapai 0,13% dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3% dari total penduduk berusia
18 tahun ke atas. Prevalensi gagal jantung tertinggi berdasarkan diagnosis dokter berada
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,25%. Prevelensinya yang terus
meningkat akan memberikan masalah penyakit, kecacatan dan masalah sosial ekonomi
bagi keluarga penderita, masyarakat, dan Negara. Hasil studi pendahuluan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan data jumlah penderita congestive
heart failure (CHF) yang dirawat pada tahun 2015 dan 2016 tanpa penyakit penyerta
selain penyakit pernafasan sebanyak 328 pasien (Novita, 2017).

Pasien gagal jantung memiliki persentase yang tinggi pada usia diatas 60 tahun,
seperti di Amerika, 10% pasien CHF berusia lebih dari 70 tahun. Jumlah kematian
penderita CHF akan meningkat seiring pertambahan usia, dengan jumlah kematian
terbanyak terjadi pada laki-laki (71,8%) dibandingkan pada perempuan (39,1%).
Penelitian menunjukkan bahwa 20-40% pasien CHF akan mengalami gejala depresi,
sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup.
2

Pemberian terapi yang tepat dan meningkatkan kepatuhan pasien atau memperbaiki
kelangsungan hidup pasien CHF merupakan cara yang dapat digunakan untuk
menurunkan mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien CHF. Berbagai faktor
berupa usia, fraksi ejeksi, penggunaan obat, kepatuhan pasien, dan taraf ekonomi dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Perbedaan ras, demografi, dan perbedaan populasi juga
mampu menghasilkan kualitas hidup yang berbeda. Penelitian mengenai kualitas hidup
telah banyak dilakukan di beberapa Negara berkembang. Namun, di Indonesia informasi
dan data yang akurat mengenai gagal jantung masih terbatas (Nadia et al, 2015).

You might also like