Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN TEORITIS
A. Sarak Opat
B. Konsepsi Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.1 Menurut Tjipto Soedibio, kata "pembinaan"
dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) maupun tidak
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 193.
2
Aisyah Dahlan, Dekadensi Moral dan Penanggulangannya, (Jakarta: Yayasan
Ulumuddin, 1989), hlm. 92.
1
2
suatu metode atau cara yang baik, sehingga dapat tercapai suatu tujuan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat an-
3
Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, (Solo:
Era Intermedia, 1999), hlm. 21.
3
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk". (Q.S An-Nahl: 125).4
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud
dari kata hikmah adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah SWT berupa Al-
Qur’an dan as-Sunnah. Selain itu, kata bil hikmah, berarti dengan hikmah.
sehingga mudah dipahami oleh mad'u. Kata wal mau'idhah al-hasanah, artinya
billatii hiya ahshan, artinya dan bantahlah dengan cara yang baik. Maksudnya
yaitu dalam menggunakan metode ini, seorang da'i harus membantah atau
menyanggah pendapat para mad'u (pendengar) dengan cara yang baik dan tegas,
sehingga mereka tidak merasa pendapat yang diberikannya tidak benar atau
salah.5
tanggung jawab untuk memberikan pengajaran yang baik kepada sesama manusia
melalui metode yang efektif, dan apabila berselisih paham dianjurkan untuk
membantah dengan cara yang benar sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
3. Metode-Metode Pembinaan
4
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Revisi Terbaru) Departemen Agama RI, (Semarang:
Asy-Syifa’, tt), hlm. 601.
5
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Surabaya: Bina Ilmu, 2004), hlm. 235.
4
dikemukakan itu tidak banyak manfaatnya jika tidak dibarengi dengan contoh
teladan dari pemberi atau penyampai nasehat.7 Contoh teladan adalah sesuatu
teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana
Akhlak Rasulullah dapat dijadikan contoh panutan bagi umat Islam untuk
diteladani. Dalam hal ini, seorang pendakwah bukan hanya sekedar memberikan
nasehat saja melainkan juga mampu untuk menjadi panutan, sehingga mad'u mau
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Cet. II, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 23.
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm.198.
8
Al-Qur’an dan Terjemahannya…, hlm. 929-930.
5
b. Metode Kisah-Kisah
karimah karena dari keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap ke dalam
hati nurani dengan mudah dan baik serta mendidik dalam meneladani perbuatan
baik dan menghindari perbuatan buruk.9 Melalui metode ini, diharapkan seorang
sehingga dapat menjadi pelajaran berarti bagi mad'u dari peristiwa yang pernah
terjadi.
oleh seorang da'i, misalnya seorang da'i memberikan contoh secara langsung
kepada mad'u agar dapat memahami apa yang dijelaskan. Misalnya dalam surat
al-Ankabut ayat 41, Allah mengumpamakan orang kafir dengan sarang laba-
laba:10
9
M. Munir, Metode Dakwah, Cet. II, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 297.
10
Indrakusuma, Dkk., Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2003),
hlm. 121.
6
Cara seperti itu juga digunakan oleh pendakwah dalam membina mad'u
yaitu dengan melalui metode ceramah. Kebaikan metode ini antara lain dapat
mempermudah mad'u memahami materi yang abstrak. Dalam hal ini, pendakwah
penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan waktu yang banyak. Dari sini
akan menjadi "kebiasaan" sebagai salah satu cara yang menunjang tercapainya
perilaku yang tidak bermanfaat sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain,
11
Al-Qur’an dan Terjemahannya…, hlm.888.
12
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…, hlm. 198.
7
keadaan berwudhu, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan,
terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-
lain.
Apabila metode teladan dan nasehat tidak mampu, maka pada waktu itu
harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang
benar, tindakan tegas itu adalah hukuman.13 Hal ini perlu diterapkan untuk
mengingatkan bahwa hukuman untuk mencegah perilaku yang salah itu terulang
kembali.
f. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu cara penyajian atau penyampaian dalam
formasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap
anak didik.14
13
Muhammad Bukhari, Sistem dan Model Pendidikan Klasik, (Jakarta: Bulan Bintang,
2007), hlm. 54.
14
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 129.
8
dengan mad'u melalui dialog langsung berupa diskusi-diskusi antara kedua belah
pihak mengenai perilaku yang harus ditinggalkan dan perilaku yang harus
h. Metode Konseling
antara konselor sebagai pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah untuk
15
Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Johar Bahri, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2004), hlm. 26.
16
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
hlm. 257.
17
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…., hlm. 372.
9
masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan metode ceramah ataupun diskusi, ada
sejumlah masalah yang harus diselesaikan secara khusus, secara individual dan
tulisan, tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi dakwah. 19 Dalam
bentuk tulisan dapat berupa artikel, buku, majalah dan surat. Dalam bentuk
gambar atau tulisan, kaligrafi merupakan salah satu metode dakwah yang biasa
18
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…., hlm. 373.
19
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…., hlm. 374.
10
atas hak-hak yang terabaikan serta dapat mengambil sikap dan bergerak sendiri.
k. Metode Kelembagaan
pembinaan yang dinilai efektif adalah dengan merujuk pada Al-Qur’an dan
Sunnah rasul. Metode pembinaan yang sesuai dengan ajaran Islam antara lain
melalui metode ceramah yang materinya berupa kisah atau kejadian nyata di masa
lampau yang dapat dijadikan pelajaran agar dapat petunjuk ke jalan yang benar.
20
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…., hlm. 378.
21
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…., hlm. 381.
11
dimilikinya.
1. Remaja
a. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh
menjadi dewasa”. Dalam Islam, secara etomologi, kalimat remaja berasal dari
murahaqoh, kata jiwa serta sosial. Permulaan adolescence tidak berarti telah
merupakan kelompok yang biasa saja, tiada berbeda dengan kelompok manusia
yang lain, ada yang berpendapat bahwa remaja adalah kelompok orang-orang
yang sering menyusahkan orang-orang tua. Ada pula yang berpendapat bahwa
datang, baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan
22
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja,(Bandung : Pustaka Setia, 2006) hlm. 55-
57.
12
derajat kemajuan perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan
organisasi kesehatan dunia, WHO diketemukan ada tiga definisi antara lain ialah:
biologik, psikologik serta sosial ekonomi, maka dengan itu secara lengkapnya
mencapai kematangan.
23
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pres, 1991), hlm. 9.
13
2) Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua
puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu menikah. Apabila perkawinan
dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka
SIM B II.27
24
B. Simanjuntak, Psikologi Remaja, (Bandung: Tarsito, 1984), hlm: 83
25
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 1.
26
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 330.
27
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 81.
28
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, Pasal 1
29
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 7.
14
hukum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara hukum seseorang telah
benar-benar dewasa pada saat berumur di atas dua puluh satu tahun atau telah
terlebih dahulu menikah, jadi masa remaja itu sendiri dapat diklasifikasikan
sebagai masa pada saat seseorang berumur sebelum dua puluh satu tahun atau
1) Tahap Pra-Konvensional
30
Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan
Keluarga, Jakarta, 2004, hlm. 18-19
15
2) Tingkat Konvensional
yang disenangi dan diterima baik oleh orang tua, guru, teman sebaya,
menjadi anak baik. Takut dibicarakan orang lain. Pada tahap ini anak
sudah mencapai tingkat kognitif yang lebh tinggi sehingga sudah dapat
mengambil tempat orang lain, mengerti pandangan orang lain dan apa
3) Tingkat Post-Konvensional
harga diri teman dan pemikiran bahwa penghargaan yang timbal balik
dalam tiga tingkatan. Anak-anak berada pada tahap prakonvensional yaitu pada
tahap pertama (usia 0-7 tahun) dan tahap kedua (pada usia sekitar 10 tahun),
sedangkan remaja berada pada tahap konvensional sejak usia 13 tahun hingga ia
tahun.
31
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: tt, 2004), hlm. 32.
17
6) Pubertas pra-adolesen: sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai tiga
belas tahun.
7) Masa remaja awal: tiga belas tahun atau empat belas tahun sampai
8) Masa remaja akhir: tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun.
9) Masa dewasa awal: dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun.
10) Masa setengah baya: empat puluh tahun sampai enam puluh tahun.
dimana:32
seksual.
usia remaja adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan-
32
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja…, hlm. 12.
33
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja…, hlm. 18-19.
18
memberikan peluang bagi mereka yang sampai pada batas usia tersebut
hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/ tradisi), belum bisa
karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita pada umumnya.
sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan
masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja di sini dibatasi khusus untuk
Anak, sekaligus sebagai dasar dalam penelitian ini untuk menentukan batasan usia
19
anak, diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 3 UU NO. 11 Tahun 2012 yaitu:
penalitian ini adalah yang berusia mulai 12-18 tahun. Sehingga, berdasarkan UU
No. 11 Tahun 2012, pada rentang usia tersebut seorang anak yang melakukan
tindak pidana diproses dan diadili dalam sistem peradilan pidana anak.
perkembangan remaja:
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang
baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu,
20
ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau
materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus
complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal yaitu: (a). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-
fungsi intelek. (b). Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. (3). Terbentuk identitas seksual
yang tidak akan berubah lagi. (4). Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian
pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
1) Masa remaja awal (10-13 tahun). Ditandai dengan: (a). Tampak dan
memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya, (b). Tampak dan
(abstrak).
34
RA. Yusriana, Perilaku Sosial Remaja Dalam Memanfaatkan Ruang Publik Perkotaan
(Studi Kasus Pemanfaatan Taman Kota Benteng Rotterdam Makassar), (Skripsi), dikutip dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7675/skripsi%20jadi.pdf?sequence=1.
Diakses pada 28 November 2015.
21
2) Masa remaja tengah (14-16 tahun). Ditandai dengan: (a). Tampak dan
ingin mencari identitas diri, (b). Ada keinginan untuk berkencan atau
mendalam.
seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu, ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri
seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut
disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah: (a). Remaja
remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, (b). Remaja perempuan. Jika
mengandung darah.
35
RA. Yusriana, Perilaku Sosial Remaja Dalam Memanfaatkan Ruang Publik Perkotaan
(Studi Kasus Pemanfaatan Taman Kota Benteng Rotterdam Makassar), (Skripsi), dikutip dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7675/skripsi%20jadi.pdf?sequence=1.
Diakses pada 28 November 2015.
22
kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki, kulit menjadi lebih kasar dan
besar dan lebih bulat, kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat,
menjadi lebih aktif, otot semakin besar dan semakin kuat, terutama
pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan
14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
ciri-ciri sekunder.
36
Ririn Darmasih, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja
SMA di Surakarta, (Skripsi), dikutip dari http://eprints.ums.ac.id/5959/1/J410050007.PDF.
Diakses pada 28 November 2015.
23
orang tua. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
dirinya.
dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi
estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi
dan mencoba-coba.37
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………..
2. Perilaku menyimpang
37
Ririn Darmasih, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja
SMA di Surakarta, (Skripsi), dikutip dari http://eprints.ums.ac.id/5959/1/J410050007.PDF.
Diakses pada 28 November 2015.
25
norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan yang
tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat
sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku
penyimpangan ini disebut dengan devian (deviant). Berikut ini pengertian perilaku
yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan
masyarakat.
sosial.38
lingkungan sosial.
masyarakat.
38
RA. Yusriana, Perilaku Sosial Remaja Dalam Memanfaatkan Ruang Publik Perkotaan
(Studi Kasus Pemanfaatan Taman Kota Benteng Rotterdam Makassar), (Skripsi), dikutip dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/7675/skripsi%20jadi.pdf?sequence=1.
Diakses pada 28 Oktober 2015.
27
yang tidak sesuai dengan norma-norma, jadi tanpa norma sosial tidak
tingkah laku individu yang tidak sesuai norma-norma yang dibuat dalam
penyimpangan ini masih dapat diterima secara sosial karana hidupnya tidak
didominasi oleh pola perilaku menyimpang itu.40 Misalnya pegawai yang kadang
membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos
pendapatan.
39
Deasi Annisa Rahmadhiani, Pengaruh Sinetron Terhadap Perubahan Perilaku Negatif
Remaja di Desa Demangan Siman Ponorogo (Studi Kasus di RT01/RW01 dan RT02/RW01 Desa
Demangan Siman Ponorogo), (Skripsi), dikutip dari
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-deasiannis-168-1-abstrak-i.pdf. Dikases pada
28 November 2015.
40
Nurseno, Sociology, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri , 2009), hlm. 159.
28
orang yang menyimpang karena sering kali melakukan tindakan yang meresahkan
(a). Bila ia tidak mau tunduk kepada nasihat orang-orang di lingkungannya untuk
41
Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi, (Jakarta: Yudistira , 2003), hlm. 130.
42
Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi…, hlm. 131.
43
Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi…, hlm. 131.
29
kolektif.45 Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada
main” yang sedemikian cermatnya sehingga kejahatan mereka sulit untuk dilacak
terorganisir secara rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan
geng-geng anak-anak yang nakal yang meniru “gangster” ala Amerika. Kelompok
44
Yad Mulyadi, dkk . Sosiologi, (Jakarta: Yudistira, 1995), hlm. 55.
45
Nurseno, Sociology…, hlm. 160.
46
Yad Mulyadi, dkk . Sosiologi, (Jakarta: Yudistira, 1995). Hlm: 55
30
Semula mereka berasal dari remaja yang putus sekolah dan pengangguran
yang frustasi. Mereka merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Dipihak lain mereka ingin hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang
yang mereka buat sendiri. Jelasnya, norma yang mereka buat pada umumnya
umum.47
47
Yad Mulyadi, dkk . Sosiologi…, hlm. 55-56.
48
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm. 22-23.
31
lainnya, tetapi yang belum/ tidak diatur dalam KUHP atau undang-
suka kluyuran tanpa tujuan yang jelas, berpakaian yang tidak sopan
sering berkelahi, sering keluar malam yang tidak berguna, suka ngebut,
dilakukan oleh anak-anak yang baru mulai beranjak dewasa dikarenakan tidak
Maka dengan itu secara garis besar faktor yang mempengaruhi terjadinya
1) Faktor keluarga
hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu
gagal, akan terbentuk seorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat kriminal.49 Itulah sebabnya mengapa keluarga dapat juga
2) Faktor sekolah
Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih
bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk di bangku SLTP maupun SMU
pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolah
setiap hari, jadi jangan heran bila lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh
49
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya…, hlm. 26.
50
Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi…, hlm. 136.
33
kepribadian dan budi pekerti yang baik dan membuat anak didik mempunyai sifat
yang lebih dewasa. Tujuan ini dapat berhasil jikalau guru berhasil mendorong dan
pengetahuan dan dan keterampilannya. Artinya antara guru dan murid ada
memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori
belaka sementara dalam prakteknya guru pun melanggar teori yang telah
disampaikan pada anak didiknya. Padahal guru merupakan suri tauladan yang
nomor dua setelah orang tua, makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi
cerminan anak didiknya. Bila pendidikan kesusilaan dalam agama kurang dapat
diterapkan disekolah maka akan berakibat buruk terhadap anak, sebab di sekolah
3) Faktor Masyarakat
berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-
51
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya…, hlm. 29.
34
norma dan nilai-nilai dalam masyarakat akibat perbuatan sosial. Akibatnya remaja
terpengaruh dengan adanya yang terjadi dalam masyarakat yang mana kurang
landasan agamanya, dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan yang ada di
sekitarnya.
4) Kelompok Bermain
5) Media Masa
bagi orang yang melihatnya. Seperti seseorang yang menyaksikan tayangan yang
52
Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi…, hlm. 137.
35
tayangan yang membahagiakan, ia akan ikut bahagia, begitu pula jika seorang
khalayak muda atau remaja. Para remaja cenderung mengikuti gaya hidup dan
masyarakat.
dan bisa pula berbahagia. Kedua kondisi ini banyak bergantung pada pengalaman
yang positif atau negatif. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jiwanya. Bila remaja tidak mencapai kebahagiaan, dia mengalami masalah yang
dalam tiga kategori utama; bermasalah wajar yang berkaitan dengan ciri-ciri masa
bermasalah taraf kuat mencakup bermasalah yang pasif dan bermasalah yang
agresif.53
53
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006) hlm. 187.
36
masih ada dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat
adanya perubahan fisik dan psikis, dan masih bisa diterima selama dirinya dan
yang masih merupakan akibat dari adanya berbagai perubahan fisik dan psikis
b. Adanya berbagai tekanan lingkungan, seperti dari orang tua dan teman
baik yang agresif, pasif atau pengunduran diri, atau netral. Perilaku yang
menunjukkan tanda-tanda bahaya yang agresif, antara lain sikap selalu ingin
bahaya yang pasif, antara lain merasa tidak aman sehingga remaja merasa
merendahkan diri dan rela dijajah oleh siapa saja di dalam maupun diluar rumah,
37
Adapun perilaku yang menunjukkan tanda-tanda bahaya yang netral, antara lain
tanggung jawab, dan terlalu malu bila berada jauh dari rumahnya.
pun membutuhkan perhatian yang serius dari pendidik dan pembimbing. Dan
Perilaku bermasalah yang kuat adalah perilaku yang muncul akibat adanya
rasa tidak enak, rasa tercekam, rasa tertekan yang didorong oleh faktor -faktor
yang kontradiktif dalam diri seseorang, yang secara kuat pula menimbulkan
ada rasa putus asa, tidak aman, atau merusak, melanggar berbagai peraturan.
kuat ini pun terdiri dari dua sifat, pertama,yaitu agresif, dan kedua, pasif. Perilaku
Banyak aspek yang menjadi objek penyimpanganya, misalnya hak milik orang
54
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja…, hlm. 190-191.
38
lain, seks dan sebagainya. Gejala umum yang biasa tampak dari penyimpangan ini
antara lain menyakiti hati orang lain, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam
mementingkan diri sendiri, suka menyakiti hati anak yang lebih kecil, pendendam,
melanggar kehormatan seks lawan jenis, dan sejenisnya. Penyimpangan ini terjadi
karena remaja tidak memiliki sikap, perasaan dan keterampilan tertentu yang
semua pelanggaran tersebut. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah kenakalan
remaja.55
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak
55
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja…, hlm. 192.
39
sebagai proyeksi dari kemampuanya, serta sebagai eksperimental dari apa yang
Dalam Islam penempatan akhlak merupakan hal yang mutlak dimiliki dan
dipunyai oleh setiap orang. Akhlak adalah upaya manusia untuk mempertahankan
keluarga dan hidupnya, dan akhlak pulalah yang membedakan manusia dengan
binatang. Akhlak yang baik adalah berderma, tidak menyakiti orang lain dan
tangguh menghadapi penderitaan serta berbuat kebaikan dan menahan diri diri
Bagi remaja ide-ide agama, dasar keyakinan dan pokok ajaran agama pada
dasarnya diterima oleh seorang remaja, namun manakala ia mendapat kritikan dan
menagkap hal-hal yang abstrak masih lemah. Karena itu tidak jarang-jarang ide-
beragama, terutama bagi mereka yang mungkin tidak dapat ditangkap dengan
56
Lailatus Saidah, Peran Pondok Pesantren Al-Hidayah Dalam Pembinaan Akhlak
Remaja di Desa Tarik Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo, (Skripsi), dikutip dari http://lib.uin-
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/03410059.pdf. Diakses pada 28 November 2015.
57
Fariq bin Gasim Anuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2002), hlm. 15-16.
40
Apabila agama telah mencapai sifa t-sifat moral pada remaja, maka
kebaikan tertinggi adalah perasaan agama disertai oleh pikiran tentang kebaikan
yang tertinggi. Pada permulaan, adalah kelezatan, sesudah itu muncul bapak dan
tunduk kepadanya dan setelah tumbuh pikiran tentang Allah, maka yang sangat
baik adalah mematuhi perintah Allah SWT. Kejahatan yang sangat besar dalam
mengikuti moral agama. Misalnya pada anak umur 10 tahun, si anak patuh kepada
bapaknya karena Allah menyuruhnya, sedang pada umur 5 atau 6 tahun dulu, ia
Allah SWT semakin dekat kepada jiwa si anak, karena si anak semakin
dekat pula kepada dirinya sendiri, ia mulai mendengar kata hatinya tentang akhlak
dan Allah menjadi pantulan dari suara tersebut. Seperti filsafat ”Kant”
menyampaikan kita kepada Allah SWT, dari penganalisaan tentang arti ”wajib”
yang membawa dengan sendirinya kepada Allah SWT, sebagai keharusan moral.
Demikian pulalah halnya dengan anak-anak yang telah besar dimana kepercayaan
Dengan dasar itulah, maka bukan hal yang berlebihan jika generasi muda
perlu dibina serta dididik dengan akhlakul karimah, agar remaja memiliki
58
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 50-51.
41
pemahaman dan penjelasan yang memadai dan memuaskan tentang tata norma
kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama, berperangai yang baik serta berbudi