Professional Documents
Culture Documents
nico roberto
Terimakasih
okto
ada juga
ultasonic sistem seperti clamp on
Para pakar di milis mungkin bisa menjelaskan lebih jauh karena saya
sendiri tidak sering memilih metoda diatas. Paling sering pake coupon
dan ER probe.
IMHO,
masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri dan penentuan metoda
dan lokasi yg tepat tergantung pada:
ftanos
Weight Coupun:
E/R probe:
Untuk mendapatkan laju korosi yang baik, kedua method ini harus
berdampingan. Apalagi kalau ada peng-injeksian chemical inhibitor
program yang bertujuan menekan (coating) laju korosi, peranan E/R
probe sangatlah penting. Tujuan internal corrosion monitoring system
adalah untuk mengetahui laju korosi yang terjadi didalam pipa, berapa
metal loss yang terjadi dalam hitungan MPY (mil per year). Kedua
tujuan corrosion monitoring adalah menentukan kwalitas chemical
inhibitor yang di injeksi kedalam pipa apakah chemical inhibitor itu
efektif menurunkan laju korosi. Sebab ada banyak supplier corrosion
chemical inhibitor didunia ini, tetapi belum tentu efektif bisa
menurunkan laju korosi sesuai keinginan owner perusahaan itu.
Contoh: Kalau didalam pipe laju korosinya hanya dibawah 1 mpy,
kenapa harus meng-injeksi chemical inhibitor terus menerus?...
mungkin bisa 1 bulan sekali diadakan penginjeksian… Ketiga yang
paling penting adalah menekan cost. Menekan cost dalam pembelian
chemical dan menekan cost dalam pekerjaan work-over. Kalau laju
korosi di sumur2 hanya dibawah 1 hingga 2 mpy dan pressure flow
berjalan normal… tentu pekerjaan work-over tidak sesering mungkin.
Pekerjaan work-over akan mempulling tubing2 dari didalam sumur dan
dilay-down untuk di NDT/ultrasonic untuk diperiksa wall thicknessnya
dan korosinya.
Tujuan Smart pigging yang di run kedalam pipa sama juga bertujuan
mengecek secara visual kondisi korosi dalam pipa. Untuk
mendapatkan data yang bagus. kondisi dalam pipa harus betul2 bersih
dari carbon black (kotoran). Kalau tidak bersih permukaan dalam pipa,
hasil inspeksinya akan tidak efektip. Yang perlu kita ketahui bersama,
bahwa pemerikasaan pipeline korosi, baik secara internal maupun
external… semua method pemeriksaan akan bekerja sama.
Pemeriksaan Korosi tidak bisa hanya mengandalkan dari satu methode
saja. Harus diambil dari semua methode.
Demikian pak Nico. Info untuk bapak, saya masih di sorong, hari
minggu saya akan kembali ke Jakarta.
nico roberto
Nah, dlm kasus spt ini metode penentuan laju korosi spt apa yg cocok
serta mudah dlm perhitungannya??? soalnya pipa yg di gunakan tdk
terlalu besar...
ftanos
bantetgundulgembrot
Wah ternyata untuk lumpur lapindo toh pak Nico. Gimana kalau
dilakukan uji lab terlebih dahulu pak Nico? Nanti kan bisa didapat corr
rate perkiraan dari beberapa jenis material yang memungkinkan dan
ekonomis untuk digunakan. Karena saya agak ragu ada software yang
bisa memprediksi laju korosi jika fluida yang dialirkan adalah lumpur
lapindo...:)
Karena pemasangan corrosion monitoring pada pipeline ini mungkin
tidak ekonomis...:)
nico roberto
Terimakasih lg sebelumnya...
terus uji lab yg dimaksud itu spt apa pak??? informasi dan pngetahuan
sy msh sdikit pak..
Mohon informasinya lg ya pak krn bpk sptnya sudah berpengalaman di
bidang ini.
nico roberto
Kalau on the run operation ngukur wall loss nya pakai UT.
didin afandi
Pak Tanos,
Mengenai metode weight coupon,
seperti yang kita ketahui bersama, harus dianalisa di laboratorium.
Mohon infonya...
ftanos
*Rekan Didin,*
**
*Untuk analysis weight-loss coupon ada 2 standard yanga berlaku.
Kalau di oil & gas company, biasanya mengacu pada standard anlysis
NACE. Tetapi ada juga yang mengacu pada ASTM standard.
Tergantung mana pilihannya acuan yang akan dipergunakan.
Peralatannya harus ada alat vibrator coupon dan Scale Digital dengan
range 0,0001 inches atau mm. Biasanya memakai milimeter/gram.
Yang paling penting bukan analysisnya. Tetapi procedure awal
pemasangan dan procedure pencabutan harus betul2 bagus. Kalau
procedure pemasangannya sudah salah dan kotor, hasilnya tidak akan
akurat. Demikian pak Didin.*
Isya Muhajirin
Pak Nico,
Yang paling sederhana adalah menggunakan corrosion coupon dan
membandingkannya antara upstream & downstream. Kemudian
seperti yg disebutkan oleh Pak James dibawah, menggunakan RDC
(remote data collector) yg menggunakan ER probe atau LPR. Kemudian
ada lagi teknologi FSM (Field Signature Method) yang menggunakan
spool untuk "meniru" kondisi real pipeline. Dan bisa juga
menggunakan Intelligent Pigging untuk memperkirakan tingkat
pertumbuhan korosinya (corrosion growth rate).
Yang mana yg paling effektif?
Corrosion coupon bisa memberikan indikasi seberapa besar korosi yg
terjadi namun butuh waktu yg lama untuk bisa dilihat hasilnya. ER
Probe dapat segera memberikan indikasi besar korosi yg terjadi dan
LPR memberikan response lebih cepat lagi. Walaupun yg direkam
adalah general corrosion rate, ketiganya tidak bisa memberikan
informasi secara detail jenis korosi yg terjadi. FSM, dari literatur yg
saya baca dapat mengidentifikasi dengan detail jenis korosi yg terjadi
pada pipeline walaupun pemilihan lokasi penempatannya juga harus
di-assess dengan teliti, selain juga memberikan corrosion rate.
Sedangkan Intelligent Pigging atau In-Line Inspection, bertujuan
mendeteksi metal-loss dan anomali2 lain pada bagian dalam dan luar
pipeline. Corrosion growth rate dapat dihasilkan dengan
mengumpulkan data2 historikal pipeline dan dapat diperkirakan
tingkat korosinya. Walau bisa dengan detail memberikan gambaran
mengenai kondisi pipa, perubahan corrosion rate setelah penambahan
atau pengurangan chemical injection tidak dapat diketahui dengan
segera.
Kesimpulannya: untuk bisa efektif, kita harus menggabungkan lebih
dari 1 metoda diatas. Namun utk bisa efisien, bisa dikembalikan
kepada tujuan dari monitoring ini. Apakah hal ini digunakan untuk
memberikan indikasi awal dan me-maintain program Corrosion
Management atau lebih kearah Corrosion Investigation? Hanya user yg
tahu batasannya.
Dirman Artib
Bapak-bapak Yth.
Kalau kita sudah mengetahui laju korosi, lantas apa yang harus
dilakukan ?
Apakah termasuk upaya untuk menurunkan laju korosi tsb. ?
Bagaimana prakteknya pada fasilitas yg minim window shutdown
karena dituntut untuk berproduksi ?
erik rik
Pak Dirman
danang adiwibowo
ftanos
*Pak Dirman,*
**
*Kalau corrosion monitoring untuk pipeline yang flow fludanya brasal
dari sumur yang akan menuju saparator process, biasanya selain ada
corrosion monitoring point, ada juga Injection Point. Bila korosinya
tinggi, harus dilakukan peng-injection chemical inhibitor untuk
menurunkan laju korosinya.
Biasanya owner pipeline memiliki standard berapa corrosion rate yang
diijinkan berkembang. Setau saya kira2 dibawah 5 MPY. Begitu pak
Dirman.*
Dirman Artib
Oo...jadi ini informasi ini digunakan untuk umpan balik kapasitas peng-
injection-an corrosion inhibitor.
Terima kasih pak, dimengerti banget,
Leryflounder
edfarman chan
ftanos
ftanos
Hello rekan,*
**
*Jangan pernah percaya dengan Engineering Tag yang tercantumkan
di sebuah Vessel atau Heat Exchanger dengan tulisan lifetime 20 tahun
dengan tingkat korosi 10 MPY. Korosi tidak bisa diprediksi. Teori di
meja kerja beda dengan kondisi di lapangan. Corrosion condition di
lapangan bisa saja berobah dan naik menjadi 20 MPY...artinya Lifetime
Vessel tesebut hanya 10 tahun.
**Demikian pak.*
ftanos
Isya Muhajirin
Pak Dirman,
Jawaban atas pertanyaan yg bapak tanyakan dibawah sebetulnya
tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Kalo masih tolerable ya, go
on with current process. Kalo sudah mulai ada indikasi kenaikan
corrosion rate, di-analisis kira2 penyebabnya apa. Untuk lapangan
kami yg sudah uzur, banyak penyebabnya.
Selanjutnya baru dilakukan langkah2 pencegahan agar tidak makin
meningkat corrosion ratenya. Sementara apabila kita melakukan In-
Line Inspection dan mendapati pipeline memiliki defect yg
mengkhawatirkan, bisa dilakukan perhitungan untuk melihat tekanan
maksimum yg bisa dilewatkan pd pipeline. Kalau masih belum kritikal
dan menuntut perbaikan segera, bisa tunggu windows shut-down.
Namun kalau sudah sangat mengkhawatirkan, for the sake of safety,
environment and people kita kesampingkan dulu production matter.
Kalau yg ini, sih bagiannya Pak Dirman sebagai manajemen. :)
Kira-kira lebih kurangnya demikian yang kita lakukan.
bantetgundulgembrot
Maaf, untuk saat ini hal diatas sedikit diatas yang baru saya pernah
baca.
Mau dunx belajar banyak dari Pak Tanos dan Pak Isya... :)