You are on page 1of 10

Penentuan Laju Korosi

nico roberto

Dear rekan2 milister..


Sy kembali bertanya dan memohon informasi serta
pengetahuannya...metode apa yg efektif dalam penentuan laju korosi
pada pipa?? apakah dengan metode weight loss??? ato ada metode yg
lain....
Mgkn ada yg bisa kasih referensi...

Terimakasih

Adhia "James" Utama

Dear rekan Nico,

Metoda penentuan laju korosi di dalam pipa yang umum digunakan


saat ini adalah weight loss dari corrosion coupon, ER probe reading
yang diterjemahkan ke laju korosi (mpy), online reading oleh RDC yang
nantinya juga diterjemahkan menjadi laju korosi (mpy), dan intelligent
pigging untuk mengetahui actual metal loss yang terjadi di dalam pipa
berikut dengan posisinya (ini hanya bisa untuk pipeline yang ada
fasilitas pigging, tidak bisa dilakukan untuk piping di process).

Mudah2an membantu walaupun sedikit.

okto

Betul Pak Nico,


selain yang disebut oleh pak James, ada beberapa metoda lain seperti:

Linier Polarizations Resistance, teknologi sekarang bisa 50 sampai 100


kali response data lebih cepat dibandingkan ER
Chemical Analysis
Flow Velocity Survey
Inspection and Failure Analysis
Biological Analysis.

ada juga
ultasonic sistem seperti clamp on
Para pakar di milis mungkin bisa menjelaskan lebih jauh karena saya
sendiri tidak sering memilih metoda diatas. Paling sering pake coupon
dan ER probe.

IMHO,
masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri dan penentuan metoda
dan lokasi yg tepat tergantung pada:

Pengalaman korosi2 yg terjadi sebelumya (historical records / kalau


ada).
Kondisi2 proses (antisipasi laju korosi yg akan dimonitor).
Disain konstruksi, material dan bahan. detail geometri dari sistem /
metoda yg akan dipilih. dll.

Sebagai contoh misalnya ER probe, kurang sesuai apabila dipilih untuk


sour service atau difluida yg banyak "scale" nya. Kemudian sensitivitas
dari probe sangat tergantung pada jenis probe yang akan kita gunakan
wire loop, strip, U atau yg lain.
Nah milih type probe juga perlu dikonsider fluida yg kita punya apa,
banya dust atau foreign material juga mempengaruhi, apakah perlu
shielding atau tidak?

Disamping keuntungan ER probe, bisa multiple probe di multiple


points, in-line, telemetry.......

kira2 begitu sedikit tambahan.

ftanos

Dear Pak Nico dan rekan2…

Memantau laju korosi dengan methode weight loss coupon (corrosion


coupon) atau E/R probe sebenarnya sama saja. Kedua method ini
harus berdampingan, saling melengkapi ke akuratan dalam
memberikan informasi laju korosi didalam pipa.

Weight Coupun:

Kerjanya convensional (manual) harus dibawa ke lab untuk di weight


loss untuk mendapatkan laju korosi.

E/R probe:

Kerjanya secara on-line dapat dibaca langsung melalui instrument


pembaca (data collector).
Weight loss & E/R Probe:

Untuk mendapatkan laju korosi yang baik, kedua method ini harus
berdampingan. Apalagi kalau ada peng-injeksian chemical inhibitor
program yang bertujuan menekan (coating) laju korosi, peranan E/R
probe sangatlah penting. Tujuan internal corrosion monitoring system
adalah untuk mengetahui laju korosi yang terjadi didalam pipa, berapa
metal loss yang terjadi dalam hitungan MPY (mil per year). Kedua
tujuan corrosion monitoring adalah menentukan kwalitas chemical
inhibitor yang di injeksi kedalam pipa apakah chemical inhibitor itu
efektif menurunkan laju korosi. Sebab ada banyak supplier corrosion
chemical inhibitor didunia ini, tetapi belum tentu efektif bisa
menurunkan laju korosi sesuai keinginan owner perusahaan itu.
Contoh: Kalau didalam pipe laju korosinya hanya dibawah 1 mpy,
kenapa harus meng-injeksi chemical inhibitor terus menerus?...
mungkin bisa 1 bulan sekali diadakan penginjeksian… Ketiga yang
paling penting adalah menekan cost. Menekan cost dalam pembelian
chemical dan menekan cost dalam pekerjaan work-over. Kalau laju
korosi di sumur2 hanya dibawah 1 hingga 2 mpy dan pressure flow
berjalan normal… tentu pekerjaan work-over tidak sesering mungkin.
Pekerjaan work-over akan mempulling tubing2 dari didalam sumur dan
dilay-down untuk di NDT/ultrasonic untuk diperiksa wall thicknessnya
dan korosinya.

Tujuan Smart pigging yang di run kedalam pipa sama juga bertujuan
mengecek secara visual kondisi korosi dalam pipa. Untuk
mendapatkan data yang bagus. kondisi dalam pipa harus betul2 bersih
dari carbon black (kotoran). Kalau tidak bersih permukaan dalam pipa,
hasil inspeksinya akan tidak efektip. Yang perlu kita ketahui bersama,
bahwa pemerikasaan pipeline korosi, baik secara internal maupun
external… semua method pemeriksaan akan bekerja sama.
Pemeriksaan Korosi tidak bisa hanya mengandalkan dari satu methode
saja. Harus diambil dari semua methode.

Demikian pak Nico. Info untuk bapak, saya masih di sorong, hari
minggu saya akan kembali ke Jakarta.

nico roberto

Terimakasih banyak infonya pak Frank..

Ternyata metodenya masih blm spenuhnya saya mengerti...pd


penelitian yg akan sy kerjakan sbg tugas akhir sy, pipa baja yg
digunakan akan di aliri dgn suatu fluida (lumpur sidoarjo) bercampur
surfaktan...

Nah, dlm kasus spt ini metode penentuan laju korosi spt apa yg cocok
serta mudah dlm perhitungannya??? soalnya pipa yg di gunakan tdk
terlalu besar...

ftanos

Dear pak Nico,


Maksudnya ini lumpur sumur Lapindo yang bermasalah kemaren??...
kalau kandungannya lumpur agak sulit memakau analysis corrosion
monitoring, seperti Coupon dan E/R probe. Tidak akan efektip...
sebagiknya memakai methode analysis kimia biasa... sample2
lumpurnya dibawah ke lab dan di analysis saja. Memakai methode lain
tidak akan berguna.

bantetgundulgembrot

Wah ternyata untuk lumpur lapindo toh pak Nico. Gimana kalau
dilakukan uji lab terlebih dahulu pak Nico? Nanti kan bisa didapat corr
rate perkiraan dari beberapa jenis material yang memungkinkan dan
ekonomis untuk digunakan. Karena saya agak ragu ada software yang
bisa memprediksi laju korosi jika fluida yang dialirkan adalah lumpur
lapindo...:)
Karena pemasangan corrosion monitoring pada pipeline ini mungkin
tidak ekonomis...:)

nico roberto

Terimakasih lg sebelumnya...
terus uji lab yg dimaksud itu spt apa pak??? informasi dan pngetahuan
sy msh sdikit pak..
Mohon informasinya lg ya pak krn bpk sptnya sudah berpengalaman di
bidang ini.

nico roberto

dear pak Frank..benar pak, di sini sy mencoba untuk melihat pengaruh


korosi yg terjadi ketika lumpur sumur lapindo tersebut di alirkan
melalui pipa low carbon steel.....nah, untuk menentukan brp laju korosi
yg terjadi itu baiknya pakai metode apa pak??? apakah metode weight
loss (yg sy tw metode tsb hanya membandingkan berat material awal
dgn berat material stlh terkorosi...apakah bnr spt itu pak??? mohon di
koreksi) bisa di gunakan???
mohon pencerahannya kembali pak/.regard..
Amal Ashardian

Sepertinya kasus bapak lebih mengarah ke erosion dari pada


corrosion.
Pakai pipe joint saja pak, dipasang 1 spool, misal panjang 2meter pakai
flange connection di ujung2 nya. Nanti ngukurnya secara eksak
dengan menimbang beratnya pipa itu setelah beberapa lama
digunakan.

Kalau on the run operation ngukur wall loss nya pakai UT.

Attachment : Imanage001.jpg; image 002.jpg

didin afandi

Pak Tanos,
Mengenai metode weight coupon,
seperti yang kita ketahui bersama, harus dianalisa di laboratorium.

Beberapa waktu yang lalu, perusahaan kami akan melakukan


pengecekan coupon ke Lab.
Akan tetapi biaya yang ditawarkan oleh rekanan kami sangat mahal
sekali, yang menurut kami kurang wajar.

Mungkin ada rekan-rekan senior yang punya pengalaman tentang


analisa coupon ke lab, mohon dishare....
Bagaimana sebenarnya proses analisa di lab?
Apakah memang akan menimbulkan biaya yang cukup besar?
Atau mungkin ada referensi rekanan yang mempunyai kapabilitas di
bidang ini...

Mohon infonya...

ftanos

*Rekan Didin,*
**
*Untuk analysis weight-loss coupon ada 2 standard yanga berlaku.
Kalau di oil & gas company, biasanya mengacu pada standard anlysis
NACE. Tetapi ada juga yang mengacu pada ASTM standard.
Tergantung mana pilihannya acuan yang akan dipergunakan.
Peralatannya harus ada alat vibrator coupon dan Scale Digital dengan
range 0,0001 inches atau mm. Biasanya memakai milimeter/gram.
Yang paling penting bukan analysisnya. Tetapi procedure awal
pemasangan dan procedure pencabutan harus betul2 bagus. Kalau
procedure pemasangannya sudah salah dan kotor, hasilnya tidak akan
akurat. Demikian pak Didin.*

Isya Muhajirin

Pak Nico,
Yang paling sederhana adalah menggunakan corrosion coupon dan
membandingkannya antara upstream & downstream. Kemudian
seperti yg disebutkan oleh Pak James dibawah, menggunakan RDC
(remote data collector) yg menggunakan ER probe atau LPR. Kemudian
ada lagi teknologi FSM (Field Signature Method) yang menggunakan
spool untuk "meniru" kondisi real pipeline. Dan bisa juga
menggunakan Intelligent Pigging untuk memperkirakan tingkat
pertumbuhan korosinya (corrosion growth rate).
Yang mana yg paling effektif?
Corrosion coupon bisa memberikan indikasi seberapa besar korosi yg
terjadi namun butuh waktu yg lama untuk bisa dilihat hasilnya. ER
Probe dapat segera memberikan indikasi besar korosi yg terjadi dan
LPR memberikan response lebih cepat lagi. Walaupun yg direkam
adalah general corrosion rate, ketiganya tidak bisa memberikan
informasi secara detail jenis korosi yg terjadi. FSM, dari literatur yg
saya baca dapat mengidentifikasi dengan detail jenis korosi yg terjadi
pada pipeline walaupun pemilihan lokasi penempatannya juga harus
di-assess dengan teliti, selain juga memberikan corrosion rate.
Sedangkan Intelligent Pigging atau In-Line Inspection, bertujuan
mendeteksi metal-loss dan anomali2 lain pada bagian dalam dan luar
pipeline. Corrosion growth rate dapat dihasilkan dengan
mengumpulkan data2 historikal pipeline dan dapat diperkirakan
tingkat korosinya. Walau bisa dengan detail memberikan gambaran
mengenai kondisi pipa, perubahan corrosion rate setelah penambahan
atau pengurangan chemical injection tidak dapat diketahui dengan
segera.
Kesimpulannya: untuk bisa efektif, kita harus menggabungkan lebih
dari 1 metoda diatas. Namun utk bisa efisien, bisa dikembalikan
kepada tujuan dari monitoring ini. Apakah hal ini digunakan untuk
memberikan indikasi awal dan me-maintain program Corrosion
Management atau lebih kearah Corrosion Investigation? Hanya user yg
tahu batasannya.

Dirman Artib

Bapak-bapak Yth.
Kalau kita sudah mengetahui laju korosi, lantas apa yang harus
dilakukan ?
Apakah termasuk upaya untuk menurunkan laju korosi tsb. ?
Bagaimana prakteknya pada fasilitas yg minim window shutdown
karena dituntut untuk berproduksi ?

erik rik

Pak Dirman

Analisis komposisi yang ada pada fluida pak.


Kira-kira penyebab korosinya apa.
Kemudian di injeksikan Inhibitor korosi yang sesuai. dengan terlebih
dahulu melakukan pengujian konsentrasi inhibitor yang di injeksikan
pada aliran pipa.

danang adiwibowo

Dalam standard NACE RP-0775-99 ada penentuan untuk klasifikasi


corrosion rate.
Ada klasifikasi Low,moderat, High & severe.
Untuk penentuan dosage Injection corrosion inhibitor bisa dengan
melihat dari klasifikasi laju korosi tersebut.
semoga membantu.

ftanos

*Pak Dirman,*
**
*Kalau corrosion monitoring untuk pipeline yang flow fludanya brasal
dari sumur yang akan menuju saparator process, biasanya selain ada
corrosion monitoring point, ada juga Injection Point. Bila korosinya
tinggi, harus dilakukan peng-injection chemical inhibitor untuk
menurunkan laju korosinya.
Biasanya owner pipeline memiliki standard berapa corrosion rate yang
diijinkan berkembang. Setau saya kira2 dibawah 5 MPY. Begitu pak
Dirman.*

Dirman Artib

Oo...jadi ini informasi ini digunakan untuk umpan balik kapasitas peng-
injection-an corrosion inhibitor.
Terima kasih pak, dimengerti banget,
Leryflounder

Pak boleh tanya,knapa 5 mpy tidak 10 mpy?bisa diberi pencerahan.?

edfarman chan

Kalau penentuan seberapa MPY, dalam hemat saya terkait dengan


lifetime dari facility yang didesign dan juga material selection yang
paling optimal.

ftanos

*Hello siapa namanya?...apa cukup pak Lery aja??*


**
*Kalau ditanya berapa sebaik laju korosi yang tidak berbahaya dalam
pipa.
Kalau bisa ya "ZERO CORROSION". Tapi itu tidak mungkin. Kalau bapak
mengatakan kenapa tidak 10 MPY saja... kalau 10 MPY Corosion Rate
yang terdapt didalam pipa dan bapak tidak berusaha untuk
menurunkannya hingga dibawah 5 MPY. Ini tentu akan sangat
berbahaya. Kalau schedule pipa yang dipakai 40 atau 60... dengan
adanya corrosion rate 10 mpy... dalam waktu 2 atau 3 tahun akan
leaking dimana-mana... ini akan merepotkan management perusahaan
tersebut. Capability bapak juga akan dipertanyakan. Sebagai orang
korosi koq nga tau standard yang berlaku di oilfield. Kira2 begitulah
pak. 10 mpy itu sangat serious pak.*
*Demikian pak. salam. A**da motto korosi. dalam bahasa inggrisnya "
CORROSION IS NOT QUICK....BUT BIG!!!...."*

ftanos

Hello rekan,*
**
*Jangan pernah percaya dengan Engineering Tag yang tercantumkan
di sebuah Vessel atau Heat Exchanger dengan tulisan lifetime 20 tahun
dengan tingkat korosi 10 MPY. Korosi tidak bisa diprediksi. Teori di
meja kerja beda dengan kondisi di lapangan. Corrosion condition di
lapangan bisa saja berobah dan naik menjadi 20 MPY...artinya Lifetime
Vessel tesebut hanya 10 tahun.
**Demikian pak.*

ftanos

*hello pak Dirman,*


*Perlu diingatkan juga fungsi corrosion monitoring adalah untuk
melihat kwalitas chemical inhibitor... jangan percaya dengan chemical
inhibitor begitu saja, kalau belum dilakukan field test cure tidaknya
chemical itu menurunkan laju kororsi. Biasanya company man yang
suka nakal dan suka main dengan vendor chemical, biasanya tidak
terlalu care dengan corrosion monitoring program... kendati coorosion
monitoring program adalah bagian dari Environment Protection. Kedua
kalau bapak owner dari pipeline, saya sarankan jangan melakukan
analysis Corrosion Coupon sendiri. Berikan analysisnya kepada 3rd
party analysis agar hasilnya fare. Kalau di analysis sendiri oleh kita
bisa terjadi konsperasi politik antara orang korosi dari owner pipeline
dengan supplier chemicalnya...hehehe,, ini betul pak, udah biasa itu...
banyak malingnya pak...*
**

Isya Muhajirin

Pak Dirman,
Jawaban atas pertanyaan yg bapak tanyakan dibawah sebetulnya
tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Kalo masih tolerable ya, go
on with current process. Kalo sudah mulai ada indikasi kenaikan
corrosion rate, di-analisis kira2 penyebabnya apa. Untuk lapangan
kami yg sudah uzur, banyak penyebabnya.
Selanjutnya baru dilakukan langkah2 pencegahan agar tidak makin
meningkat corrosion ratenya. Sementara apabila kita melakukan In-
Line Inspection dan mendapati pipeline memiliki defect yg
mengkhawatirkan, bisa dilakukan perhitungan untuk melihat tekanan
maksimum yg bisa dilewatkan pd pipeline. Kalau masih belum kritikal
dan menuntut perbaikan segera, bisa tunggu windows shut-down.
Namun kalau sudah sangat mengkhawatirkan, for the sake of safety,
environment and people kita kesampingkan dulu production matter.
Kalau yg ini, sih bagiannya Pak Dirman sebagai manajemen. :)
Kira-kira lebih kurangnya demikian yang kita lakukan.

bantetgundulgembrot

Pak Tanos nih kueren abis...ngelotok banget ilmu corrosion and


integrity management-nya..
Normalnya, corrosion rate harus distudi sejak tahap conceptual design.
Kemudian dalam menentukan CA yang akan digunakan, jika corrosion
rate lebih dari 0.1 mm/yr, maka disimulasikan dengan penambahan
corrosion inhibitor untuk mereduksi lajur korosi. Namun jika corrosion
rate kurang dari 0.1 mm/yr, maka boleh dilakukan pengambilan nilai
CA = 3 mm, saya lupa referensinya, NACE Corrosion paper no. XXXXX.
Jika kemudian diputuskan harus menggunakan corr. inhibitor, maka
dalam pemilihannya harus dilakukan studi lagi. Corr inhibitor mana
yang paling cocok, karena keterkaitannya sangat banyak, bukan cuma
dari fluid content, namun juga dari operation environment (P, T, liquid
holdup, kondensasi dll), jenis2 material equipment apa saja yang
dilewati oleh fluida, dan tahapan proses yang kemudian harus dilalui.
Kemudian setelah didapatkannya corr inhibitor yang optimum, kita
lakukan corrosion monitoring untuk mengetahui sejauh apa efisiensi
dari corr inhibitor yang diaplikasikan. Jika corrosion rate yang
termonitor lebih besar dari yang diharapkan, maka harus segera
dianalisa, apakah dari fluidanya, operation environmentnya, dari
penginjeksian corr inhibitornya, ataukah dari faktor lain.
Meski semua tahap diatas telah dilakukan, Intelligent Pig tetap
dianjurkan untuk dilakukan, seperti yang dikatakan oleh pak Tanos dan
pak Isya, untuk mengassess pipeline dari anomali2 atau localized
defect yang mungkin ada.

Maaf, untuk saat ini hal diatas sedikit diatas yang baru saya pernah
baca.
Mau dunx belajar banyak dari Pak Tanos dan Pak Isya... :)

You might also like