You are on page 1of 2

PEMBAHASAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta keadaan plasenta berimplitasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah Rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Dalam plasenta previa terdapat 4 klasifikasi dan saah satunya adalah
plasenta letak rendah , yaitu plasenta yang mendektai ostium uteri kira-kira jarak 3-4cm. Sama
seperti pasien yang saya temukan pada kasus ini adalah pasien dengan susp plasenta previa
dengan klasifikasi plasenta letak rendah.

a. Pengkajian
Tanda dan gejala secara teori pada pasien dengan plasenta letak rendah adalah adanya
perdarahan pervagina sedikit maupun banyak, jika perdarahan banyak pasien tampak
anemia, dan saat palpasi abdomen sering kali TFU rendah dan sering dijumpai
kesalahan letak. Sama hal nya dengan pasien yang saya temukan adalah mengeluh
perdarahan pervagina sebanyak 1 ½ pembalut ada mual dan cepat haus, dengan TFU
19cm, dan saat pengkajian letak janin pertama datang dan setelah 2 hari dikaji
berbeda, pertama datang letak janin dengan posisi punggung kiri dan saat 2 hari
sesudahnya di kaij punggung kanan. Dalam pengkajian riwayat obstetric, kontrasepsi,
dan riwayat menstruasi pun sangat penting untuk mengethui penyebeb mengapa
pasien bisa perdarahan abnorma. Namun saat dikaji tidak ada mengarah ke penyebab
terjadinya plasenta letak rendah. Maka disimpulkan pasien mengalami plasenta letak
rnedah adalah faktor idiopatik.
b. Intervensi
Dalam melakukan intervensi pada pasien plasenta letak rendah adalah observasi
perdarahan terlebih dahulu dengan rasional agar mengetahui intervensi apa yang
selanjutnya akan di lakukan, selai itu pasien dengan plasenta letak rendah dengan
perdahan sedang akan lebih serng cemas, sehingga intervensi yang dilakukan adalah
memberikan informasi ibu dan janin secara jelas agar pengetahuan pasien bertambah
dan dapat menurunkan cemas , pasien juga dijelaskan keadaan seburuk-buruknya
sehingga pasien dapat mencegah resiko tinggi pada janin sehingga intervensi yang
dilakukan adalah mengobservasi perdarahan dan denyut jantung janin secara berkala
dan menjelaskan hasilnya dan mencatatnya di lembar observasi. Pada pasien tersebut
juga mengeluh cepat haus dan mual, dikarenaka perdarahan yang sedang, dan turgor
kulit kering, konjungtiva putih pucat, sehingga diberikan intervensi catat intake
output per 6 jam dan kolaborasi memberikan cairan infus via iv yang sesuai.
c. Implementasi dan Evaluasi
Dalam melakukan intervensi pasien kooperatif dan intervensi hampir semua yang
di rencankan dapat dilakukan. Sehingga intervensi dilanjutkan sesuai kebutuhan
pasien dengan hasil evaluasi masalah keperawatan teratasi sebagian pada
perdarahan menjadi perdarahan minimal dan bahkan hanya flek saja secara
observasi , pada tingkat kecemasan pasien pasien menjadi tidak cemas lagi dan
mengetahui informasi tentang penyakitnya dan mengetahui apa yang harus
dilakukan apabila kejadian ini terjadi kembali. Pada observasi intake output per 6
jam pasien juga mengatakan sudah tidak mual dan intak eoutput seimbang,. Pada
intervensi resiko pada janin klien dapat melihat dan mendengar kondisi denyut
jantung janin dan terinformasi keadaan ibu da janin setiap harinya saat
diobservasi maka intervensi dilanjutkan.

You might also like