You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar ialah perubahan pH diliang telinga, yang biasanya normal atau
asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan
udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi
otitis eksterna yang lain adalah trauma yang ringan ketika mengorek telinga
(Efiaty AS dkk ,2007)
Otitis eksterna maligna (OEM) atau otitis eksterna nekrotikans merupakan
infeksi telinga yang berpotensi menjadi kematian. Infeksi biasanya dimulai dari
meatus akustikus eksterna (MAE) sebagai otitis eksterna akut (OEA) yang tidak
ada respon terhadap terapi. Infeksi menyebar melalui fissura Santorini ke jaringan
lunak dan pembuluh darah sekitarnya sampai ke tulang dasar tengkorak.
Penyebaran infeksi melalui sistem Haversian tulang padat dapat menimbulkan
osteomielitis, terbentuknya abses multiple, dan sequestra tulang nekrotik. Infeksi
dapat mengenai foramen stilomastoid sehingga terjadi paralisis nervus fasialis,
jika mengenai foramen jugularis akan terjadi paralisis N. IX, X, XI dan jika
mengenai kanal hipoglosus akan terjadi paralisis N XII. (Mansjoer A dkk, 2001)
Otitis eksterna maligna (nekrotikans) pertama kali digambarkan sebagai
Pseudomonas osteomyelitis pada tulang temporal pada pasien yang memiliki
penyakit diabetes sejak setengah abad yang lalu. Chandler mempublikasikan
pasien pertama dengan progresif osteomielitis tulang temporal dan menamainya
dengan istilah otitis eksterna maligna. Penulis yang lain telah menggunakan istilah
otitis eksterna nekrotikans untuk membedakan penyakit ini bukan berasal dari
proses neoplasma. Osteomielitis dasar tengkorak sangat akurat untuk menjelaskan
patofisiologi proses penyakit ini dan telah digunakan untuk mengambarkan
infeksi yang menyebar melalui dasar tengkorak termasuk diantaranya kanalis
akustikus eksterna. . (Mansjoer A dkk, 2001)

1
Sebelum antibiotik digunakan dalam pengobatan, otitis eksterna maligna
sering menyebabkan kematian, dengan angka kematian mendekati 50%.
Pengobatan dasarnya melalui operasi. Sekarang pengobatan otitis eksterna
maligna efektif dengan menggunakan antibiotik dan dikombinasikan dengan
teknik operasi seperti biopsi dan debridement lokal. . (Mansjoer A dkk, 2001)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar 1. Anatomi Telinga.

Telinga Luar

3
Gambar 2. Telinga Luar.

Aurikula adalah bagian dari telinga luar, suatu tambahan yang melekat
pada sisi kepala dan dimaksudkan untuk menangkap suara. Dibentuk oleh
kartilago dan dibagian kaudal dari aurikula terdapat lobules aurikula. Meatus
akustikus eksternus adalah suatu saluran udara, panjang kira-kira 2-3 cm, arah ke
medial sampai pada telinga tengah, berada dalam pars petrosa ossis temporalis.
Sepertiga bagian lateral dibentuk oleh kartilago dan 2/3 bagian medial dibentuk
oleh tulang biasa. Pada ujung medial dari saluran tersebut terdapat membrane
timpani, yang terletak miring, memisahkan meatus akustikus eksternus daripada
kavum timpani. Letak dari membrane timpani adalah sedemikian rupa sehingga
sisi luarnya menghadap ke daerah ventral, kaudal dan lateral. Pada saluran ini
terdapat mukosa yang mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Hasil produksi dari kelenjar disebut serumen. (Lululima JW, 2002)
Telinga Tengah

Gambar 3. Telinga Tengah.

Berisi udara dipisahkan dari meatus akustikus eksternus oleh membrane


timpani. Terdapat hubungan antara cellulae mastoidea dengan kavum timpani
melalui auditus tympanicum. Membrane timpani berfungsi menerima getaran
udara dan meneruskannya kepada nervus coclearis. Ada tiga buah tulang kecil
yang terletak menyilang dalam kavum timpani mulai dari lateral ke medial. Yang
berada paling luar adalah malleus, yang tengah inkus dan yang paling dalam
adalah stapes. Ketiga buah tulang tersebut meneruskan getaran udara yang

4
diterima oleh membrane timpani, selanjutnya diteruskan kepada fenestra
vestibule. Gerakan dari tulang-tulang tersebut dikontrol oleh m. tensor tympani
dan m. stapedius. (Lululima JW,2002)
Telinga Dalam

Gambar 4. Telinga Dalam.

Terdiri dari labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus.


Labyrinthus osseus terdiri dari ruangan dan saluran, berada dalam pars petrosa
ossis temporalis. Ruangan dan saluran-saluran tersebut adalah vestibulum, 3
canalis semisirkularis, 3 ampulla ossea dan canalis spiralis cochleae. Pada ujung
lateral vestibulum terdapat fenestra vestibule yang ditutupi oleh basis stapedius.
Pada tiap bagian canalis semisirkularis terdapat crus ampullare dan crus simplex.
Canalis spiralis cochleae berbentuk seperti rumah siput dengan basis berada pada
sebelah medial dan cupula disebelah lateral. Bangunan ini melingkar suatu sumbu
horizontal. Canalis ini bermuara pada dasar vestibulum. (Lululima JW, 2002)\

2.2 Fisiologi Telinga

Suara dihantarkan melalui membrane timpani melewati telinga tengah ke


koklea (telinga dalam). Melekat pada membrane timpani adalah tangkai dari

5
maleus. Maleus terikat pada inkus oleh ligament yang kecil, sehingga pada saat
maleus bergerak, inkus juga akan ikut bergerak. Ujung yang berlawanan dari
inkus akan berartikulasi dengan batang stapes, dan bidang depan dari stapes
terletak berhadapan dengan membrane labirin koklea pada muara fenestra ovalis.
(Guyton, 2008)
Ujung tangkai maleus melekat dibagian tengah membrane timpani. Dan
tempat perlekatan ini secara konstan akan tertarik oleh musculus tensor tympani,
yang menyebabkan membrane timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan
getaran pada setiap bagian membrane timpani akan dikirim ke tulang-tulang
pendengaran, dan hal ini tidak akan terjadi bila membrane tersebut longgar.
(Guyton,2008)
Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen
sedemikian rupa sehingga gabungan maleus dan inkus bekerja sebagai pengungkit
tunggal, dengan fulcrum yang terletak hampir pada perbatasan membrane timpani.
(Guyton,2008)
Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes mendorong fenestra
ovalis ke depan dan di sisi lain juga mendorong cairan koklea ke depan setiap saat
membrane timpani bergerak ke dalam, dan setiap maleus bergerak keluar akan
mendorong cairan ke belakang. (Guyton,2008)
Getaran suara memasuki skala vestibule dari bidang depan stapes pada
fenestra ovalis. Bidang depan stapes akan menutup fenestra ini dan dihubungkan
dengan bagian tepi fenestra oleh ligamentum anularis yang longgar, sehingga
fenestra dapat bergerak ke dalam dan keluar bersama getaran suara. Pergerakan ke
dalam menyebabkan bergeraknya cairan ke dalam skala vestibule dan skala
media, dan pergerakan keluar menyebabkan cairan bergerak kearah sebaliknya.
(Guyton,2008)

DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaid I, Bashiruddin J, 2007. Otitis Eksterna In Buku Ajar


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, 6th Edition.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

6
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, 2001.Otitis Eksterna Maligna In Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorok Kapita Selekta Kedokteran, 3rd
Edition. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

3. Matthew J, Carfrae, Bradley W, 2008. Malignant Otitis Externa In


Otolaryngologic Clinics of North America, America: Elsevier Saunders

4. Lululima JW, 2002. Telinga In Anatomi Umum, 2 nd Edition. Makassar:


Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

5. Guyton, Hall, 2008. Indera Pendengaran In Sistem Saraf Indera Khusus


Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11th Edition. New York: Elsevier

You might also like