You are on page 1of 12

1.

Anatomi Otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput
pelindung (meninges) dan berada di dalam rongga tengkorak (Chusid,
1979). Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling banyak
memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari
metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan
akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah yang bersifat konstan
(Wilson, 2002).

Bagian – bagian dari otak :


a. Hemisferium Serebri
Hemisferium serebri dibagi menjadi dua hemisferium yaitu
hemisferium kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang
disebut dengan fisura longitudinalis serebri (Chusid, 1979). Bagian luar
dari hemisferium serebri terdiri dari substantia grisea yang disebut
sebagai korteks serebri. Kedua hemisferium ini dihubungkan oleh suatu
pita serabut lebar yang disebut dengan corpus calosum. Pusat aktivitas
sensorik dan motorik pada masing-masing hemisferium dirangkap dua,
dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.
Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisferium serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep
fungsional ini disebut pengendalian kontralateral (Wilson, 2002).

b. Korteks Serebri
Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang
disebut dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang
disebut sulcus terbentuk dari lipatan-lipatan tersebut yang membagi
setiap hemispherium menjadi daerah-daerah tertentu, antara lain :
1) Lobus Frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan
dari sulkus sentralis dan diatas sulkus lateralis. Bagian ini
mengandung daerah-daerah motorik. Daerah broca terletak di lobus
frontalis dan mengotrol expresi bicara. Lobus frontalis bertanggung
jawab untuk perilaku bertujuan, penentuan keputusan moral, dan
pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi dorongan-
dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbic.
Badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim
tonjolantonjolan akson ke korda spinalis, yang sebagian besar
berjalan dalam alur yang disebut sebagai sistem piramidalis. Pada
sistem ini neuron-neuron motoric menyeberang ke sisi yang
berlawanan. Informasi motorik sisi kiri korteks serebrum berjalan ke
bawah ke sisi kanan korda spinalis dan mengontrol gerakan motorik
sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-akson lain
dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serat ini
mengontrol gerakan motorik halus dan berjalan di luar piramidal ke
korda spinalis.
2) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari
fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk
informasi auditorik dan mencakup daerah wernicke tempat
interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan
penyimpanan ingatan.
3) Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak dibelakang
sulkus sentralis, diatas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke
fisura parietooksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik
primer otak untuk rasa raba dan pendengaran.
4) Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus
ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura
parietooksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari
retina mata.

Gambar 1. Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)

Gambar 2.Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz,


1997)

Gambar 3. Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz,


1997)
Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui memiliki
fungsi spesifik. Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah
diusahakan oleh banyak peneliti berdasarkan arsitektur sel
(cytoarchitecture). Sistem yang paling digunakan ialah sistem dari von
Economo dan Brodmann (gambar.4). Von Economo membedakan 5 tipe
isokorteks yang utama berdasarkan ciri-ciri lapisannya. Dengan memakai
angka-angka, Brodmann memberikan label pada masing-masing daerah
yang dianggap berbeda dengan yang lain. Daerah-daerah tersebut telah
dipergunakan sebagai penetapan lokalisasi proses-proses fisiologi dan
patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang
merupakan daerah motorik yang utama, area 6 merupakan bagian sirkuit
traktus extrapiramidalis, area 8 berhubungan dengan gerakan mata dan
pupil, area 9, 10, 11,12 adalah daerah asosiasi frontalis. Lobus parietalis
terdiri dari area 3, 2, 1 merupakan daerah sensoris post-sentralis yang
utama. Lobus temporalis terdiri dari area 41 yang merupakan daerah
auditorius primer, area 42 merupakan korteks audiotorius sekunder atau
asosiasi, area 38, 40, 20, 21 dan 22 adalah daerah asosiasi. Lobus
oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks visual yang
utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid, 1979).

Gambar 4.A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal lewat


girus post-sentralis,
B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus pre-
sentralis (Binhasyim, 2007)
c. Ganglia Basalis
Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak dibagian
dalam hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion
basalis terbagi menjadi empat bagian, yaitu nukleus kaudatus, nukleus
lentiformis, korpus amygdala dan claustrum. Nukleus kaudatus dan
nukleus lentiformis bersama fasiculus interna membentuk korpus striatum
yang merupakan unsur penting dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari
ganglia basalis adalah pusat koordinasi dan keseimbangan.
d. Traktus Extrapiramidalis
Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus
palidus, thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum
dan cortex motorik. Traktus extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme
yang tersusun dari jalurjalur dari korteks motorik menuju Anterior Horn
Cell (AHC). Fungsi utama dari traktus extrapiramidalis berhubungan
dengan gerakan yang berkaitan pengaturan sikap tubuh dan integrasi
otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus extrapiramidalis dapat
menghilangkan gerakan dibawah sadar.
e. Traktus Piramidalis
Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima
korteks serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna
masuk ke diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai
medulla oblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis
sebagian besar traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio
piramidalis. Fungsi dari system pyramidalis berhubungan dengan gerakan
terampil dan motorik halus.

2. Anatomi Peredaran Darah Otak


Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat
mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus
dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu
jalinan pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat
satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat
untuk sel (Wilson, 2002).

a. Peredaran Darah Arteri


Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri
vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan
beranastosmosis membentuk circulus willisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini
keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan
melalui arteri communicans anterior (Chusid, 1979).
Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria
inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung
dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson, 2002).
b. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus
duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur
duramater yang liat. Sinus-sinus dura mater tidak mempunyai katub dan
sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang
utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus
longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke
dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran
darah dari basal ganglia (Wilson, 2002).
3. Anatomi Medulla Spinalis
Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang seluruhnya
terletak dalam kanalis vertebralis. Medula spinalis dikelilingi oleh struktur-
struktur yang secara berurutan dari luar ke dalam terdiri atas:
a. Dinding kanalis vertebralis yang terdiri atas tulang vertebrae dan ligamen
b. Lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung anyaman pembuluh
darah vena
c. Meninges, yang terdiri atas:
1) Dura mater (pachymeninx)
2) Arachnoid (leptomeninx) yang menempel secara langsung pada dura
mater, sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak
dijumpai suatu ruangan

3) Ruangan subarachnoid yang di dalamnya terdapat cairan serebrospnal


(CSF)
4) Pia mater, yang menempel langsung pada bagian luar medula spinalis.

PENGERTIAN
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50- 60%)
dan kedua oleh cerebrovaskuler (20%) (Japardi, 2002). Penyakit Alzheimer adalah
penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari demensia. Hal ini
ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan keterampilan
kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian
otak yang terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.
Pada penyakit Alzheimer, kerusakan saraf akhirnya mempengaruhi bagian
otak yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakan fungsi tubuh dasar seperti
berjalan dan menelan (Alzheimer’s Association, 2015). Pada akhirnya penderita
dapat mengalami kematian setelah beberapa tahun karena kemampuan motoriknya
sudah tidak berfungsi.
Penyakit Alzheimer merupakan sebagian besar penyebab umum demensia,
menyumbang sekitar 60 persen sampai 80 persen kasus. Kesulitan mengingat
percakapan terakhir, nama atau peristiwa sering kali merupakan gejala klinis awal,
apatis dan depresi juga gejala sering yang terjadi diawal. Termasuk gangguan
komunikasi, disorientasi, kebingungan, penilaian buruk, perubahan perilaku, pada
akhirnya kesulitan berbicara, menelan dan berjalan. (Alzheimer’s Association,
2015)

PATOFISIOLOGI ALZHEIMER
Penyakit alzheimer ditandai oleh kerusakan korteks neuron yang awalnya
pada lobustemporal, kemudian mengenai daerah korteks neuron lainnya dan area
sekitarnya. Kerusakan korteks neuron dapat terjadi di dalam dan luar neuron. Pada
penyakit Alzheimer ditemukan karakteristik neuropatologikal seperti
hilangnya neuronal selektif dan sinap, adanya plak neuritis yang
mengandung peptida Aβ dan neurofibrillary tangles (NTFs) yang
membentuk hiperfosforilasi dari protein tau.
Plak neuritik yang terjadi merupakan lesi ekstra seluler yang
tersusun atas inti sentral dari agregasi Aβ peptida yang dikelilingi
oleh neurit distropi,mikroglial yang terakti$asi, dan atrosit reaktif.
Sementara itu, NFTs merupakan buntalan filamen di dalam sitoplasma sel
saraf yang mengelilingi sel saraf.
1.Plak Senilis
Merupakan agregasi ekstraseluler dari protein amyloid yang
berkaitan erat denganneurit distropi, mikroglial yang terakti$asi, dan atrosit
reaktif. Agregrasi protein amyloid yangrendah dan merubah neurit dan glia
yang dikenal dengan plak difus dapat ditemukan dalam penuaan normal serta pada
penyakit degeneratif lain selain alzheimer. Komponen
utama dari plak senilis ini adalah protein Beta-Amyloid (Aβ). Protein ini sangat
khas pada penyakit alzheimer dan secara struktur berbeda dengan protein
pembentuk amyloid yang ditemukan pada amiloidosis sistemik.
Deposisi Aβ pada otak merupakan salah satu implikasi dari patogenesis
penyakit Alzheimer .Akumulasi Aβ (khususnya Aβ42 peptida) pada otak
merupakan inisiasi terjadinya disfungsi neuron, neuro degenerasi, dan dementia.
Mutasi gen APP pada kromosom 21,
PS1 pada kromosom 14, dan PS2 pada kromosom 1 mengarah pada
early onset penyakit Alzheimer tipe familial yang terjadi dalam produksi
berlebihan dan atau peningkatan agregasi dari Aβ.Beta-Amyloid
merupakan produk fisiologi normal dari APP dan merupakan komponen Soluble
dari plasma dan cairan cerebrospinal.

BetaAmyloidterkadang memulai aksi toksik sebelum terbentuknya fibril.P


eningkatan derajat Aβ soluble dan bukan plak Aβ berhubungan dengan disfungsi
kognitif pada penyakit Alzheimer. Adanya gangguan kognitif pada indi$idu yang
menderita penyakitAlzheimer sangat kuat dihubungkan dengan hilangnya sinap
yang melewati region kortikalotak.Self-agregation dari Aβ menjadi
oligomer soluble low-merupakan penyebab utamasinaptoksisitas pada penyakit
Alzheimer. Terdapat dua varian terminal karboksil dari Aβ yaituAβ 40
yang merupakan sekret spesies utama dari sel kultur danterdapat pada cairancereb
rospinal sedangkan Aβ 42 merupakan komponen utama amyloid yang berdeposit
diotak pada penyakit Alzheimer. Peningkatan Aβ42 lebih sering mengalami agre
gasi danmembentuk fibril. Neurotoksik yang dihasilkan oleh agregasi Aβ
menghasilkan beberapamekanisme, seperti adanya akumulasi radikal bebas,
disregulasi dari homeostatis kalsium,respon inflamasi, dan adanya aktivasi dari
beberapa signaling pathway.

2. Neurofibrillary Tangles(NFTs)
NFTs merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-
filamen abnormalyang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini
juga terdapat pada neokorteks,hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus
seruleus, dorsal raphe dari inti batang
otak. NFT selain didapatkan pada penyakit alzheimer, juga ditemukan pada otak
manul, downsyndrome, parkinson, SSPE, sindroma ektrapiramidal, supra
nuklear palsy.Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
Setelah terjadi akumulasi Aβ yang membentuk plak, terjadi perubahan
homeostatisneuron, dan terjadi oxidative injury yang mengakibatkan
perubahan akti$itas kinase ataupunfosfat Perubahan aktiVitas kinase ataupun
fosfat menyebabkan terjadinya hiperposporilasidari protein tau yang
akan membentukNeurofibrillary tangles.Disfungsi sinap atau neurondan
hilangnya neuron selektif diikuti dengan adanya penurunan neuro
transmittermerupakan perubahan yang terjadi akibat Neurofibrillary tangles.
A d a n ya Neurofibrillarytangles yang mengakibatkan hilangnya sinap
pada saraf dapat menyebabkan timbulnya dementia pada penyakit
Alzheimer.

.KATEGORI ALZHEIMER
Kategori Alzheimer dapat dibagi menjadi:
1. Predementia:
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit memori,
serta apatis, apatis.
2. Demensia onset awal
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa oral
& tulisan, gangguan persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang inisiatif
untuk melakukan aktivitas.
3. Dementia
moderat Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak
mampu membaca & menulis, gangguan long-term memory, subtitusi penggunaan
kata (parafasia), misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi, Inkontinen system
urinaria.

4. Dementia tahap lanjut (advanced)


Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat mengurus diri secara mandiri,
kehilangan kemampuan verbal total, agresif, apatis ekstrim, deteriorasi massa otot
& mobilitas, kehilangan kemampuan untuk makan.

ETIOLOGI ALZHEIMER
Alzheimer merupakan manifestasi penyakit seperti dementia yang berangsur-
angsur dapat memburuk hingga menyebabkan kematian. Alzheimer diduga terjadi
karena penumpukan protein beta-amyloid yang menyebabkan plak pada jaringan
otak. Secara normal, beta-amyloid tidak akan membentuk plak yang dapat
menyebabkan gangguan sistem kerja saraf pada otak. Namun, karena terjadi
misfolding protein, plak dapat menstimulasi kematian sel saraf. Para ahli percaya
bahwa Alzheimer, seperti penyakit kronis umum lainnya, berkembang sebagai
akibat dari beberapa faktor. Penyebab ataupun faktor yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit Alzheimer antara lain sebagai berikut:
a. Usia
Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang
muda kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh
lebih jarang. Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara atau
saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada
mereka yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan
(genetika), bersama faktor lingkungan dan gaya hidup, atau keduanya dapat
menjadi penyebabnya.
c. Pendidikan atau Pekerjaan
Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau menjelaskan
peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak. Selain itu,
pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial
ekonomi rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami
gizi buruk dan mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya
perawatan kesehatan atau mendapatkan perawatan yang disarankan.
d. Traumatic Brain Injury (TBI)
Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko perkembangan
penyakit Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak yang
normal yang disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi
tengkorak oleh benda asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang
mengakibatkan hilangnya kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua
kali risiko mengembangkan Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan
tidak ada cedera kepala.

TANDA DAN GEJALA ALZHEIMER


Gejala penyakit Alzheimer bervariasi antara individu. Gejala awal yang paling
umum adalah kemampuan mengingat informasi baru secara bertahap memburuk.
Berikut ini adalah gejala umum dari Alzheimer:

a. Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.


b. Sulit dalam memecahkan masalah sederhana.
c. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang akrab di rumah, di tempat kerja atau
di waktu luang.
d. Kebingungan dengan waktu atau tempat.
e. Masalah pemahaman gambar visual dan hubungan spasial.
f. Masalah baru dengan kata-kata dalam berbicara atau menulis.
g. Lupa tempat menyimpan hal-hal dan kehilangan kemampuan untuk menelusuri
kembali langkah-langkah.
h. Penurunan atau penilaian buruk.
i. Penarikan dari pekerjaan atau kegiatan sosial.
j. Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk apatis dan depresi.
Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk
mengontrol fungsi motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan
kandung kemih. Mereka akhirnya kehilangan kemampuan untuk mengenali
anggota keluarga dan untuk berbicara. Sebagai penyakit berlangsung itu mulai
mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan mereka mengembangkan gejala
seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur.

You might also like