You are on page 1of 7

CEKUNGAN BENGKULU

I. PENDAHULUAN

Cekungan Bengkulu merupakan salah satu cekungan batuan sedimen Tersier di Pulau
Sumatera yang termasuk ke dalam cekungan busur muka. Selama ini cekungan Tersier di
Indonesia yang banyak menghasilkan minyak bumi adalah yang termasuk ke dalam
cekungan busur belakang. Pada saat ini, produksi minyak bumi yang dihasilkan dari
cekungan busur belakang mulai berkurang, sehingga eksplorasi minyak bumi di
Indonesia mulai diarahkan ke daerah cekungan di busur muka.
Penelitian sumber daya minyak bumi di Cekung-an Bengkulu, Provinsi Bengkulu merupakan
salah satu kegiatan penelitian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (sekarang Pusat
Survei Geologi) tahun 2005.

Penelitian lapangan dilaksanakan dengan metode penampang terukur dan pengamatan


terperinci, yang difokuskan pada sejumlah horizon pembawa hidrokarbon, yaitu pada lapisan
batuan klastika halus yang kaya akan bahan organik (organic-rich fine clastics), dan batuan
waduk yaitu lapisan batuan klastika kasar seperti batupasir yang mempunyai porositas cukup
besar, baik porositas primer maupun sekunder. Penelitian laboratorium terdiri atas petrologi
batuan sedimen dan organik, dan juga analisis dengan alat Scanning Electron Microscope
(SEM). Penelitian tersebut dilakukan selain untuk mengetahui kandungan material organik, juga
untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik batuan waduk, yaitu mineral penyusun,
diagenesis, porositas, baik primer ataupun sekunder. Untuk mengetahui potensi hidrokarbon,
dilakukan analisis TOC dan Rock-Eval Pyrolysis.
II. Pembentukan Cekungan Bengkulu

Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan forearc di Indonesia. Cekungan forearc
artinya cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore – arc ; arc = jalur volkanik).
Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan( dalam hal ini
adalah volcanic arc -nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah.
Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidak
ada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc -nya sendiri tidak ada.Sebelum Miosen
Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan
Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan
Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat
itulah,Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan CekunganSumatera Selatan menjadi
cekungan backarc (belakang busur).
Proses penyatuan dan pemisahan Cekungan Bengkulu dari Cekungan Sumatera Selatan
dapat dipelajari dan diamati bahwa pada Paleogen, stratigrafi kedua cekungan hampir sama.
Keduanya mengembangkan sistem graben di beberapa tempat. Di Cekungan Bengkulu ada
Graben Pagarjati, Graben Kedurang-Manna, Graben Ipuh (pada saat yang sama di Cekungan
Sumatera Selatan saat itu ada graben-graben Jambi, Palembang, Lematang,dan Kepahiang).
Tetapi setelah Neogen, Cekungan Bengkulu masuk kepada cekungan yang lebih dalam daripada
Cekungan Sumatera Selatan, dibuktikan oleh berkembangnya terumbu –terumbu karbonat
yang masif pada Miosen Atas yang hampir ekivalen secara umur dengan karbonat Parigi di Jawa
Barat (paraoperator yang pernah bekerja di Bengkulu menyebutnya sebagai karbonat Parigi
juga). Pada saat yang sama, di Cekungan Sumatera Selatan lebih banyak sedimen-sedimen
regresif (Formasi Air Benakat/Lower Palembang dan Muara Enim/Middle Palembang) karena
cekungan sedang mengalami pengangkatan dan inversi.

Secara tektonik, mengapa terjadi perbedaan stratigrafi pada Neogen di Cekungan


Bengkulu yaitu disebabkan Cekungan Bengkulu dalam fase penenggelaman sementara
Cekungan Sumatera Selatan sedang terangkat Karena pada Neogen, Cekungan Bengkulu
menjadi diapit oleh dua sistem sesar besar yang memanjang di sebelah barat Sumatera, yaitu
Sesar Sumatera (Semangko) di daratan dan Sesar Mentawai di wilayah offshore, sedikit di
sebelah timur pulau-pulau busur luar Sumatera (Simeulue-Enggano).

Kedua sesar ini bersifat dextral. Sifat pergeseran (slip) yang sama dari dua sesar
mendatar yang berpasangan (couple strike-slip atau duplex) akan bersifat trans-tension atau
membuka wilayah yang diapitnya. Dengan cara itulah semua cekungan forearc di sebelah barat
Sumatera yang diapit dua sesar besar ini menjadi terbuka oleh sesar mendatar (trans-tension
pull-apart opening) yang mengakibatkan cekungan-cekungan ini tenggelam sehingga punya
ruang untuk mengembangkan terumbu karbonat Neogen yang masif asalkan tidak terlalu dalam
III. STRATIGRAFI

Gb. Stratigrafi Cekungan Bengkulu

Formasi Hulusimpang (lava, breksi gunung api, dan tuf) yang berumur Oligosen-Miosen
Awal merupakan batuan tertua yang tersingkap di daerah Bengkulu. Bagian atas formasi ini
menjemari dengan bagian bawah Formasi Seblat (perselingan batulempung, batulempung
gampingan, batulanau dengan sisipan batupasir, dan konglomerat) yang berumur Miosen Awal
sampai Tengah. Batuan terobosan dalam (granit dan diorit) yang berumur Miosen Tengah
menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat (Gafoer drr., 1992; dan Amin drr., 1994).
Formasi Lemau (batulempung, batulempung gampingan, batubara, batupasir, dan
konglomerat) yang berumur Miosen Tengah - Akhir menindih secara tak selaras Formasi Seblat
(Yulihanto drr., 1995). Kemudian Formasi Lemau tertindih secara tak selaras oleh Formasi
Simpangaur (batupasir konglomeratan, batupasir, batulumpur mengandung cangkang moluska,
dan batupasir tufan) berumur Miosen Akhir – Pliosen, dan terendapkan di daerah transisi.
Formasi Bintunan (batuan tufan, konglomerat polimik, tuf, dan batulempung tufan dengan
sisipan lignit, dan sisa tumbuhan) berumur Plio-Plistosen, yang terendapkan di lingkungan air
tawar sampai payau dan setempat laut dangkal, menindih tak selaras Formasi Simpangaur
(Gafoer drr., 1992), sedangkan menurut Yulihanto drr. (1995; Gambar 3) bagian bawah Formasi
Bintunan tersebut menjemari.
IV. SUMBERDAYA POTENSIAL

Keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Bengkulu adalah cukup besar. Hal ini


ditunjukkan oleh keterdapatan batuan induk/sumber hidrokarbon pada batuan sedimen
klastika halus mengandung bahan organik dalam Formasi Seblat dengan kandungan
hidrokarbon buruk sampai sedang (0,48-4,89 kg/ton percontoh batuan), dan pada Formasi
Lemau dengan kandungan hidrokarbon buruk sampai sangat baik (0,04 – 188,88 kg/ton
percontoh batuan).

Kematangan batuan induk berkisar antara belum matang akhir sampai matang awal.
Selain itu juga dijumpainya rembesan minyak di Kampung Padangcapo.
Sebagai batuan waduk (resevoir rock) adalah batupasir dan batugamping Formasi Seblat, dan
juga batupasir Formasi Lemau. Sebagai batuan penutup adalah lapisan batulempung yang
terdapat dalam Formasi Seblat atau Formasi Lemau, bergantung pada posisi batuan waduk itu
berada. Adapun cebakan hidrokarbon yang mungkin terjadi adalah cebakan stratigrafi ataupun
juga cebakan struktur.

Gb. Diagram TOC & Jumlah minyak Gb. Diagram Indeks Hidrogen (HI) versus Tmin yang
Yang menunjunkan potensi hidrokarbon pada batuan sumber menunjukan tipe kerogen dan kematangan hidrokarbon
Dalam Formasi Seblat dan Lemau

You might also like