Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian konflik ?
2. Jelaskan jenis-jenis konflik ?
3. Jelaskan factor penyebab terjadinya konflik ?
4. Jelaskan strategi dalam mengatasi konflik ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik berasal dari kata kerja Latin
configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan
pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu
pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain (Johnson,
1981)
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah
suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut
pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya
kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan
manusia.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila
kita ingin mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi.
Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi
yang buruk.
Berbagai mitos tentang konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu
tradisional maupun kontemporer. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai
sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Bahkan sering kali konflik dikaitkan dengan
kemarahan, agresivitas, pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar.
Sebaliknya, pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa
konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi
manusia.
2
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang berupaya
mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna,
maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal
tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang
mengekspresikan pertentangan.
B. Jenis-Jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima jenis konflik yaitu:
Konflik Intrapersonal, Yaitu konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligu
Konflik Interpersonal, Yaitu pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik antar individu dan kelompok, Yaitu berhubungan dengan cara individu
menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada
mereka oleh kelompok kerja mereka.
Konflik antara kelompok, Yaitu konflik antara kelompok dalam organisasi yang
sama. Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-
organisasi. Konflik antar lini dan staf merupakan merupakan contoh konflik antar
kelompok.
Konflik antara organisasi, Yaitu disebut dengan persaingan. Namun berdasar
pengalaman, konflik ini ternyata menyebabkan timbulnya pengembangan produk-
produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan
sumber daya secara lebih efisien.
5
Dengan kata lain, konflik dalam hubungan antarpribadi sesungguhnya memiliki
potensi menunjang perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan relasi kita
dengan orang lain. Namun dengan catatan kita mampu menghadapi dan memecahkan
konflik-konflik semacam itu secara konstruktif. Suatu konflik bersifat konstruktif bila
sesudah mengalaminya :
Hubungan kita dengan pihak lain justru menjadi lebih erat, dalam arti lebih mudah
berinteraksi dan bekerjasama.
Kita dan pihak lain justru lebih saling menyukai dan saling mempercayai.
Kedua belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat- akibat yang timbul setelah
berlangsungnya konflik.
Kedua belah pihak makin terampil mengatasi konflik-konflik baru yang terjadi di
antara mereka.
E. Pengelolaan Konflik
Walaupun suatu konflik juga dapat memberikan kontribusi positif dalam suatu
hubungan, beberapa kalangan memilih untuk meminimalisir terjadinya konflik. Mereka
mungkin tidak yakin dapat menyelesaikan konflik itu dengan baik, atau mungkin untuk
menjaga suatu hubungan agar tampak selalu ada hambatan, dsb. Konflik dapat dicegah atau
dikelola dengan beberapa cara antara lain :
1. Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam
organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi
perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi.
3. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif. Suatu upaya
yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi
yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
6
4. Mendengarkan secara aktif
A.G. Lunandi dalam Komunikasi Mengena menulis, “Saya tidak mengenal anda, maka
saya tidak tahu apakah anda bisa mendengarkan dengan sabar dan dengan penuh perhatian
atau tak sabar mendengarkan dengan kecederungan untuk memutuskan percakapan orang.”
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Orang
lain yang sedang berbicara tidak kita potong kalimatnya akan menimbulkan kesan bahwa kita
menghargainya sehingga orang tersebut merasa nyaman. Selain menghasilkan komunikasi
yang efektif, dengan mendengarkan secara aktif, kita akan mendapatkan informasi yang
benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan konflik.
7
D. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak
akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi yang saling
menguntungkan.
E. Berkolaborasi
Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita
sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada
lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita
pertimbangkan.
Namun biasanya kita tidak menyadari cara bertingkah laku kita dalam situasi-situasi konflik.
Apa yang kita lakukan seolah-olah terjadi begitu saja. Maka bila kita terlibat dalam suatu
konflik dengan orang lain, ada dua hal yang harus kita pertimbangkan :
Tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita.
Hubungan baik dengan pihak lain.
Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh
seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan.
Berdasarkan dua pertimbanan di atas, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola konflik
antarpribadi (Johnson, 1981) :
a) Gaya kura-kura
Konon, kura-kura lebih senang menarik diri bersembunyi di balik tempurung
badannya untuk menghindari konflik. Mereka cenderung menghindar dari pokok-pokok
masalah maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik.
Mereka percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah
menarik diri, secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya.
b) Gaya ikan hiu
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik
yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang utama, sedangkan
hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting.
Konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Watak
ikan hiu adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengunggli dan mengancam
ikan-ikan lain.
8
c) Gaya kancil
Seekor kancil sangat mengutamakan hubungan, dan kurang mementingkan tujuan-
tujuan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai binatang lain.
Ia berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi kerukunan. Setiap konflik tidak
mungkin dipecahkan tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, bukan dipecahkan,
agar hubungan tidak menjadi rusak.
d) Gaya rubah
Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan pribadi
maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia mau mengorbankan
sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya kepentingan
dan kebaikan bersama.
e) Gaya burung hantu
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus hubungannya
dengan pihak lain. Baginya konflik merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya.
Pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun lawannya. Konflik
bermanfaat meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan diantara dua pihak
yang berhubungan.
Menghadapi konflik, burung hantu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang
memuaskan kedua pihak. Penyelesaian yang juga mampu menghilangkan ketegangan serta
perasaan negatif lain yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik itu.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Jenis-Jenis Konflik yaitu: Konflik Intrapersonal; Konflik Interpersonal; Konflik antar
individu dan kelompok; Konflik antara kelompok; Konflik antara organisasi.
Terdapat beberapa Faktor Penyebab Konflik dalam Hubungan Antar pribadi yaitu :
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan; Perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda; Perbedaan
kepentingan antara individu.
Strategi dalam Mengatasi Konflik yaitu : Gaya kura-kura; Gaya ikan hiu; Gaya kancil; Gaya
rubah; Gaya burung hantu.
B. Saran
Diharapkan setelah para pembaca membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan
ilmu pengetahuan yang terdapat dalam makalah ini serta dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dapat melakukan hubungan antar manusia dengan baik
tanpa konflik.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.id.wikipedia.org
11