You are on page 1of 9

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI TERAPAN

KONTRASEPSI

Dosen pengampu: Yance Anas, M. Sc., Apt.

Disusun oleh:
Kelompok X

1. Devi Nuryanto 165020068


2. Wahyu Setianingsih 165020099
3. Hanun Rizqiatin 165020100
4. Azizah Cholidawati 165020101

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017
KASUS
Seorang perempuan, usia 28 tahun, menikah dan memiliki 1 orang anak usia 2 tahun,
datang ke apotek ingin membeli pil KB kombinasi yang berisi Ethylestradiol 0,03 mg dan
Levonelgestrel 0,15 mg. Pasien mengatakan kepada apoteker bahwa sebelumnya belum pernah
menggunakan alat KB apapun. Pasien saat ini sedang menstruasi, dimulai semenjak hari senin
(tanggal 3 April 2017), satu hari yang lalu. Apoteker menyerahkan pil KB tersebut kepada pasien
dan memberikan layanan informasi obat.

Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Sebutkan jenis dan macam-macam alat kontrasepsi, serta jelaskan mekanisme aksi alat
kontrasepsi tersebut dalam mencegah terjadinya kehamilan
2. Apakah pil KB tersebut boleh diberikan tanpa resep dokter? Jelaskan jawaban yang anda
berikan !
3. Lakukanlah komunikasi dengan perempuan tersebut pada saat dia datang ke apotek
(Sesuaikan dengan setting kasus di atas)
4. Tentukan pil manakah yang harus diminum pasien pada hari ini? Jelaskan jawaban yang
anda berikan !
5. Serahkanlah pil KB yang ingin dibeli perempuan tersebut dan berikanlah informasi obat!
6. Jelaskan mekanisme aksi zat aktif yang terdapat dalam pil KB tersebut dalam mencegah
terjadinya kehamilan!
7. Perempuan tersebut bertanya kepada apoteker, apakah dia bisa melakukan hubungan suami
istri dengan aman setelah menstruasi berhenti dan meminum pil KB tersebut mulai malam ini
dengan teratur. Apakah jawaban yang tepat diberikan kepada perempuan tersebut?
jelaskan jawaban yang anda berikan!
PENYELESAIAN KASUS

1. Sebutkan jenis dan macam-macam alat kontrasepsi, serta jelaskan mekanisme aksi alat
kontrasepsi tersebut dalam mencegah terjadinya kehamilan!
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama,
2014).
Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain:
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal
dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
1) Kontrasepsi Pil
2) Kontrasepsi Suntik
3) Kontrasepsi Implant
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel
dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat
pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat
menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat
peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap
untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon
(Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel
yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
KONTAP sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat
keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).

2. Apakah pil KB tersebut boleh diberikan tanpa resep dokter? Jelaskan jawaban yang anda
berikan !
Jawab: Boleh, karena sudah tertera dalam keputusan Menteri Kesehatan nomor :
347/MENKES/SK/VLI/1990 Tentang Obat Wajib Apotik No 1, tetapi lebih disarankan untuk
pertama kali penggunaan kontrasepsi sebaiknya konsultasi terlebih dahulu kepada dokter agar
pasien mendapatkan informasi yang cukup terkait kontrasepsi yang akan digunakan pasien.
3. Lakukanlah komunikasi dengan perempuan tersebut pada saat dia datang ke apotek (Sesuaikan
dengan setting kasus di atas)
Jawab :
Apoteker : selamat siang. perkenalkan saya apoteker di apotek Farma, ada yang bisa saya
bantu?
Pasien : Saya mau membeli pil KB mbak
Apoteker : pil KB apa ya ibu?
Pasien : “Andalan” mbak. Tetapi ini saya belum pernah menggunakan alat KB apapun
sebelumnya mbak, ini baru pertama kali, itu gimana ya mbak?’
Apoteker : Oooh. Baru pertama ya bu
Pasien : iya mbak
Apoteker : Apakah sebelumnya ibu sudah pernah konsultasi kepada dokter?’
Pasien : Belum pernah mbak
Apoteker : boleh tau umur ibu berapa?
Pasien : 28 tahun mbak
Apoteker : ibu sedang menyusui apa tidak?
Pasien : tidak mbak
Apoteker : ibu sedang konsumi obat secara rutin tidak?
Pasien : tidak mbak, saya sehat. Tapi saya sedang menstruasi dari kemaren mbak. Apa
boleh minum pil KB gak mbak?’
Apoteker : Boleh bu. Apa mens ibu teratur apa tidak?
Pasien : ”ya mbak teratur”
Apoteker : silahkan tunggu sebentar ibu, saya ambilkan obatnya

4. Tentukan pil manakah yang harus diminum pasien pada hari ini? Jelaskan jawaban yang anda
berikan !
Jawab :
Pil yang harus diminum pasien hari ini adalah pil placebo, yang tidak mengandung zat aktif
dan pil yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan pil yang mengandung zat aktif.
5. Serahkanlah pil KB yang ingin dibeli perempuan tersebut dan berikanlah informasi obat!
Jawab :
Apoteker : “Ini pil KB nya ibu, karena hari ini masuk hari ke dua menstruasi ibu jadi nanti
pil yang diminum adalah pil yang warna putih ukurannya lebih besar dari pil
lainnya. Minumnya nanti disesuaikan dengan harinya ya ibu. Karena ibu belinya
hari ini (selasa) jadi nanti ibu minum pilnya mulai hari selasa disesuaikan dengan
hari yang ada di kemasannya, tapi pil yang ukuran besar ya bu jangan yang
ukurannya kecil.”
Pasien :”bedanya pil yang ukuran besar sama yang ukuran kecil apa ya mbak ?”
Apoteker :“begini ibu, pil yang ukuran besar diminum pada waktu menstruasi saja, nanti
setelah menstruasinya selesai dilanjutkan dengan minum pil yang ukurannya kecil.
Jika pil yang ukurannya lebih besar (placebo) sudah habis tetapi ibu masih
menstruasi, untuk hari seterusnya tidak perlu minum pil KB dulu sampai
menstruasinya selesai ya bu”
Pasien :”Oooooo…..begitu mbak. Terus waktu minumnya pas kapan ya mbak ?”
Apoteker :“minumnya setelah makan ya bu atau menjelang tidur, karena efek samping dari
pil KB ini adalah pusing, mual, nyeri pada payudara jadi sebaiknya diminum
menjelang tidur malam untuk menghindari efek samping tersebut. Waktu
minumnya harus sama ya bu, jika diminum menjelang tidur malam untuk hari
seterusnya juga sama, menjelang tidur malam.”
Pasien :”iya mbak”
Apoteker : “Baik bu kalau begitu, mohon ma’af bu sebelumnya, apa ibu boleh mengulangi
lagi tentang aturan minum pil KB yang sudah saya jelaskan tadi ?”
Pasien :”iya mbak, berarti untuk hari ini (selasa) saya minum pil yang ukuranya lebih
besar dulu sampai menstruasi selesai, tetapi jika pil yang ukuran lebih besar sudah
habis dan saya masih menstruasi berarti saya tidak perlu minum pil KB dulu.
Setelah menstruasi saya selesai baru dilanjutkan dengan minum pil KB yang
ukurannya lebih kecil dan waktu minumnya harus sama, jika menjelang tidur
malam berarti seterusnya juga sama. Benar begitu mbak ?”
Apoteker : “iya ibu, sudah benar”
Pasien :”baik mbak”
Apoteker : “bagaimana ibu, apakah masih ada yang ingin ditanyakan lagi ?”
Pasien :”tidak ada mbak”
Apoteker : “baik ibu kalau begitu.”
Pasien :”terima kasih atas informasinya ya mbak”.
Apoteker : “iya ibu sama-sama. Terima kasih sudah berkunjung di apotek kami”.
Pasien :”iya, mari mbak”(sambil senyum)
.
6. Jelaskan mekanisme aksi zat aktif yang terdapat dalam pil KB tersebut dalam mencegah
terjadinya kehamilan!
Jawab :
Mekanisme kerja Levonorgestrel (progestin) mengentalkan lendir serviks, menunda
transportasi sperma, dan menginduksi endometrium atrophia. Selain itu progestin juga
memblokir lonjakan LH dan dengan demikian menghambat ovulasi. Sedangkan
Ethinylestradiol (estrogen) menekan FSH rilis (yang dapat berkontribusi untuk memblokir
lonjakan LH) dan juga menstabilkan lapisan endometrium dan memberikan kontrol siklus.
Progestin bervariasi dalam aktivitas progestasional dan berbeda sehubungan dengan
melekat estrogenik, antiestrogenik, dan efek androgenik. estrogenik dan antiestrogenik. Sifat
terjadi karena progestin dimetabolisme untuk zat estrogenik. Aktivitas androgenik tergantung
pada keberadaan hormon seks (testosteron) yang mengikat globulin dan androgen-to-
progesteron aktivitas rasio. Jika hormon seks pengikat globulin menurun, kadar testosteron
bebas meningkat, dan efek samping androgenik adalah lebih menonjol.
7. Perempuan tersebut bertanya kepada apoteker, apakah dia bisa melakukan hubungan suami istri
dengan aman setelah menstruasi berhenti dan meminum pil KB tersebut mulai malam ini
dengan teratur. Apakah jawaban yang tepat diberikan kepada perempuan tersebut? jelaskan
jawaban yang anda berikan!
Jawab :
Bisa, alangkah lebih baiknya pada saat ingin melakukan hubungan suami istri, istri tetap
meminum pil KB tersebut sedangkan suami menggunakan alat kontrasepsi cadangan seperti
kondom.
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, PUSTAKA SINAR HARAPAN,
Jakarta
Menkes RI. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VlI/1990 tentang Obat
Wajib Apotek No. 1. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi
2. Jakarta : EGC
www.medscape.com
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, R. G., Wells, B. G., and Posey, L. M. 9 th edition,
2015, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, McGRAW-HILL Medical
Publishing Division, New York.

You might also like