Professional Documents
Culture Documents
CARSINOMA MAMMAE
Oleh :
Anisa Rizca Putri
NIM 142011101035
Pembimbing :
dr. Samsul Huda, Sp.B
19621211 198901 1 003
2018
DAFTAR ISI
2.1 Definisi
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari kelenjar payudara
termasuk epitel duktus atau lobulus payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam
kelenjar payudara, saluran payudara, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara yang tumbuh destruktif, infiltrative, dan dapat bermetastase ke jaringan
sekitarnya. Beberapa factor yang diduga meningkatkan risiko untuk mendapat
kanker payudara antara lain usia, faktor genetik dan familial, hormonal, gaya
hidup, obesitas, dan riayat biopsy bayudara (De Jong, 2017).
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker
payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
Patologi karsinoma
Patologi Prainvasif Patologi Karsinoma in situ invasif
Vaskularisasi
Perdarahan payudara terutama berasal dari arteri perforantes anterior dari arteri
mammaria interna, arteri thorakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris,
dan beberapa arteri intercostalis.
Gambar 1. Vaskularisasi Payudara (Sumber: Evers and Mattox, 2012)
Inervasi
Payudara sisi superior dipersarafi oleh nervus supraklavikula yang berasal
dari cabang ke 3 dan ke-4 pleksus servikal. Payudara sisi medial dipersarafi oleh
cabang kutaneus anterior dari nervus interkostalis 2-7. Papila mamma terutama
dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis 4 sedangkan
cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis lain mempersarafi areola dan
mamma sisi lateral. Kulit daerah payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik.
Ada beberapa saraf yang perlu diingat sehubungan dengan timbulnya penyulit
berupa paralisis dan mati rasa pascabedah, yakni nervus interkostobrakialis dan
nervus kutaneus brakius medialis, yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan
bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin
dipertahankan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah terserbut. Nervus
pektoralis yang mengurus otot pektoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis
yang mengurus otot latismus dorsi dan nervus torakalis longus yang mengurus
otot seratus anterior sedapat mungkin juga dipertahankan pada mastektomi dengan
diseksi aksila.
Kuadran Payudara
Ca mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma.
Ca membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal untuk menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira-kira seperempat dari ca mammae telah bermetastasis. Ca mammae
telah bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah.
Pada keluarga dengan riwayat payudara yang kuat, banyak perempuan
memilki mutasi dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA 1 (dikromosom
17q21.3). Pada keturunan adalah dominan autosomal dan dapat dituunkan melalui
garis maternal maupun paternal. Sindom kanker payudraa lainnya berkaitan
dengan gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA 2 (dikromosom 13q12-13).
Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya
bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika kedua alel inaktif
atau cacat, pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh sel
somatic berikutnya. Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum
menembus membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus basal
(invasif).
2. 6 Patogenesis
Tumorigenesi kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap
tahapnya berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor
atau mayor. Terdapat dua jenis sel utama pada kanker payudara orang dewasa
yaitu sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam
perjalan menuju keganasan. Terjadi Hiperplasia Duktal yang ditandai oleh
proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan pola kromatin dan
bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih dan lumen duktus yang tidak teratur.
Sel-sel tersebut relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan
secara sitologis jinak. Perubahan dari hyperplasia ke hyperplasia atipik (klonal)
yang sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih,
serta lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker
payudara.
Setelah hyperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma in
situ, baik karsinoma ductal maupun lobuler. Pada karsinoma in situ, terjadi
proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologis sesuai keganasan, tetapi
proliferasi sel tersebut belum menginvasi stroma dan menembus membran basal.
Karsinoma in situ lobuler biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara
(bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan.
Sebaliknya, karsinoma in situ ductal merupakan lesi duktus segmental yang dapat
mengalami kalsifikasi sehingga memberikan penampilan yang beragam.
Setelah sel-sel tumor menembus Sel-sel tumor telah menembus membran
basal dan menginvasi stroma, timor menjadi invasif, dapat menyebar secara
hematogen dan limfogen sehingga menimbulkan metastasis.
Gaya Hidup
Obesitas pada pasca menopause meningkatkan resiko kanker payudara,
sebaliknya obesitas premenopause justru akan menurunkan resikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormone
endogen. Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan resiko sebesar 30%.
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan kejadian kanker payudara.
Lingkungan
Riwayat menjalani terapi penyinaran pada daerah dada, bersiko menderita
keganasan payudara secara signifikan. Risiko keganasan payudara terutama
meningkat jika radiasi dilakukan pada usia dewasa muda (saat payudara sedang
berkembang).
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko
menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut adalah
pestisida atau DDT yang serinkali mencemari bahan makanan sehari-hari.
2.8 Staging
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara
untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan saat ini adalah
stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh
UICC (International Union Against Cancer dari World Helath Organization) /
AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor,
“N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
Tabel 1.Ukuran Tumor (T)
Ukuran Interpretasi
Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ
(DCIS), atau Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Diameter tumor > 0,1 sampai 0,5cm
T1b Diameter tumor 0,5 sampai 1cm
T2 Diameter tumor 2 sampai 5 cm
T3 Diameter tumor ≤ 5 cm
T4 Berapa pun diameternya, tumor telah –
T4a - Melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph
node
T4b - Dengan infiltrasi ke kulit, dalam hal ini termasuk peau
d’orange, ulserasi, nodul satelit pada kulit terbatas pada satu
payudara yang terkena.
T4c - Infiltrasi baik pada dinding dada maupun kulit
T4d - Karsinoma inflamatorik
Tabel 3. Metastasis
Metastase Interpretasi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dikerjakan setelah anamnesa yang baik dan terstruktur
selesai dilakukan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk mendapatkan tanda-tanda
kelainan (keganasan) yang dikirakan melalui anamnesa atau yang langsung
didapat.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis,dan
sistemik. Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya
metastase dan atau kelainan medis sekunder.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan
regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis.
Inspeksi
Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang
bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan
metastasis ke kelenjar getah bening. Pada saat inspeksi lakukan
pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada
kulit, antara lain: benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada
kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk ( peau de orange),
nodul satelit, kelainan pada aerola dan puting, seperti puting susu tertarik (
nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau
tidaknyya benjolan pada aksilla atau tanda-tanda radang serta benjolan
infra dan supra klavikula juga diperhatikan.
Palpasi
Palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan
bagian polar distal jari 2,3,4, dimana penderita dalam posisi berbaring
dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi
harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subaerola, karena
merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu
sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke aerola dan
meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila
didapati benjolan adalah likasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra
dan supra klavikula), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas
(dapat digerakkan, terfiksasi jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak
tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran.
Pada saat palpasi daerah subaerola amati apakah ada keluar sekret
dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret
tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu,
cairan jernih, bercampur darah dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan
untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada
payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang
merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga
dengan palpasi pada infra dan supra klavikula.
2. 10 Pemeriksaan Penunjang
a) Mammografi
Mamografi digunakan sebagai bagian dari skrinning maupun
diagnosis kanker payudara dan merupakan metode pilihan deteksi kanker
payudara yang masih kecil. Indikasi mamografi antara lain kecurigaan
klinis adanya kanker payudara sebgai tindak lanjut pascamasektomi dan
pasca breast conserving theraphy (BCT), adanya adenocarsinoma
metastatic yang tidak diketahiu asalnya, dan sebagai program skrinning.
Mamografi pascamasektomi bertujuan untuk deteksi tumor primer kedua
dan rekurensi di payudara kontralateral, sedangkan mamografi pasca BCT
bertujuan untuk mendeteksi kambuhnya tumor primer kedua.
Mamografi di usia 25 tahun sulit diinterpretasi karena padatnya
jaringan kelenjar payudara. Sebaliknya, mamografi pada wanita pasca
menopause lebih mudah terinterpretasi karena kelenjar payudaranya sudah
mengalami regresi.
Gambaran mamografi yang menunjukkan keganasan adalah tumor
hiperdense yang berbentuk spikula, distorsi atau irregular, tampak
mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang disertai pembesaran
kelenjar getah bening aksila.
Mammografi lebeih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk
mendeteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi
sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center
Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus
dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia diatas 40 tahun,
pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan
mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography,
menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium
II,III, dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi
(Oeffinger, 2016).
b) Ultrasonografi (USG)
Pengguanaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau
meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau
massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae
mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dan batas yang halus dan
daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya
menunjukan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae
disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas
tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk memberi
marker preoperative, mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB),
core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG
merupakan pemeriksaan praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien
tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm (Sjamsuhidajat,
2010).
d) Imunohistokimia
Seperti sel payudara normal, beberapa sel kanker payudara juag memiliki
reseptor hormone estrogen dan atau progesterone atau tidak memiliki
reseptor hormone sama sekali. Kanker payudara yang memilik reseptor
hormone estrogen, disebut ER(+) dan yang memiliki reseptor progesterone
disebut PR (+). Cenderung memiliki prognosis yang lenih baik karena
masih peka terhadap terapi hormonal.
e) Biopsi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram,
harus dilakukan biopsy. Jenis biopsy yang dapat dilakukan adalah FNAB,
core biopsy, dan biopsy terbuka.
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dengan jarum halus no. 27
sejumlah kecil jaringant tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di bawah
mikroskop. FNAB dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi merupakan
cara praktis dan lebih murah daripada biopsy eksisional dengan resiko
yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis
sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan
sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-
positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat
false-negative sebesar 10%. Walaupun paling mudah dilakukan, FNAB
tidak dapat menentukan grading tumor dan kadang tidak memberikan
diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan biopsy lainnya.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil jaringan
dengan jarum yang besar sehingga hasil lebih bermakna dibanding FNA.
Core biopsy dapat dilakukan sambil memfiksasi massa dengan palpasi
ataupun dipandu dengan USG, mamografi atau MRI. Core biopsy dapat
membedakan tumor yang non invasive dengan tumor yang infasif,
menentukan grading tumor, dan digunakan untuk pemeriksaan
imunohistokimia.
Open biopsy dilakukan bila pada mamografi terlihat ada kelainan
yang mengarah ke tumor maligna, dan bial hasil FNAB atau core biopsy
meragukan. Jika ketidaksesuaian dari triple diagnosis yaitu pemeriksaan
klinis, imaging (mamografi, USG payudara), dan FNAB, biopsy terbuka
wajib dilakukan. Misalnya hasil pemeriksaan klinis atau pencitraan
menunjukkan keganasan, tetapi FNAB tidak, atau sebaliknya. Bila fasilitas
tersedia, biopsy terbuka bias dilakukan bersamaand dengan pemeriksaan
potong beku (frozen section) sehingga penderita tidak perlu mengalami
dua kali pembedahan jika terbukti terjadi keganasan. Open biopsy dapat
berupa biopsy insisional atau biopsy eksisional.
2. 11 Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Indikasi pembedahan yaitu
tumor Tis-3, N0-2, dan M0. Pada tumor T4 diberikan terapi sistemik dengan
kemoterapi adjuvan atau terapi hormonal neoadjuvan. Jenis pembedahan kuratif
yang dapat dilakukan adalah breast conserving sugery (BCS), lumpektomi,
masektomi radikal dimodifikasi, masektomi radikal extended, simple, atau areola
skin sparing masektomy. Pembedahan kanker payudara saat ini makin lama
semakin tidak radikal dan peran terapi neoadjuvan semakin meningkat.
3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spsifik berupa
reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormone ini
ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasive yang masih
berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen
menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis
terhadap anti estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae
dengan reseptor hormone yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada
reseptor hormonal yang negative. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah
tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan
retensi cairan dapat terjadi pada penggunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
penggunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen
dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merkomendasikan tamoxiifen
untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium
lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan
karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi
awal.
2. 12 Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita
keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda, menderita kanker
payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya tripple negative yaitu
grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negatif dan reseptor
permukaan sel HER-2 juga negatif. Persentase harapan hidup pada penderita
kanker payudara lima tahun mendatang dapat dilihat pada tabel:
3.2 Anamnesis
1) Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pada payudara kiri dialami penderita sejak 9 bulan yang lalu. 9
bulan yang lalu benjolan hanya sebesar kelereng. Benjolan semakin
bertambah besar dan tidak nyeri. Didapatkan benjolan di ketiak kanan
sejak 1 bulan yang lalu semakin membesar dan tidak nyeri. Riwayat
penurunan nafsu makan (-), riwayat penurunan berat badan (+), pusing (+).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
-
4) Riwayat Penyakit Keluarga
-
5) Riwayat Sosial
Menikah, memiliki 3 anak hidup
6) Riwayat Menarche
Umur 12 tahun
7) Riwayat Menstruasi
Siklus teratur. Lama 6 hari.
8) Riwayat Marital
1x
9) Riwayat Obstetri
1. Perempuan, 20 tahun
2. Perempuan, 24 tahun
3. Perempuan, 27 tahun
10) Riwayat menyusui
ASI 12 bulan
11) Riwayat KB
KB suntik
Mikroskopis
Pada hapusan didapatkan kelompok-kelompok sel epitel ganas yang pleomorfik,
anisositosis, inti berkromatin kasar, sitoplasma sedikit disertai sebukan eritrosit, makrofag
dan sedikit bahan nekrosis.
Diagnosa Patologi
FNA: Ductal carcinoma mammae dextra dengan bagian yang kistik.
3.6 Planning
Planning : Pro MRM
3.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia
3.8 Laporan Operasi
Laporan Operasi
Tanggal Operasi : 11 Mei 2018
Diagnosis Pra Bedah : Ca Mammae Dextra T3N1M0
Diagnosis Pasca Bedah : Ca Mammae Dextra T3N1M0 Post MRM
Tindakan Operasi : MRM Dextra
Jenis Operasi : Bersih elektif
Persiapan Operasi : Informed Consent dan Inj Ceftriaxone 2gr
Posisi Pasien : Supine
Desinfeksi : Povidone Iodine 10%
Pendapatan pada Eksplorasi : Didapatkan massa di kuadran lateran bawah
mammae dextra ukuran 10x6x5 cm, padat keras,
mobile, ulkus (-).
Nodul pada KGB axila dextra 1 buah, KGB level
1,2,3 (-).
Preservasi N. Thoracodorsalis dan N. Thoracolongus.
Deskripsi : dilakukan MRM (Modified Radical Mastectomy)
Dextra + PA, Pasang drain.
Hasil Operasi : dikirim PA
3.9 Follow Up
Tgl. 12 Mei 2018
S/ nyeri pada luka bekas operasi (+), pusing (+) mual (-), muntah (-)
O/ ku : cukup TD : 160/80 mmhg RR : 22x/mnt
Kes : compos mentis HR : 60x/mnt Tax : 36,6 C
k/l : a/i/c/d : -/-/-/-
tho : c : s1s2 tunggal, e/g/m : -/-/-
p : simetris, ves +/+, rh -/-, whe -/-
abd : flat, BU + normal, soepel, tympani
ext : AH ++/++ , OE --/--
status lokalis reg. mammae dextra:
I : dressing +, rembesan -, produksi drain : 400 cc/ 24 jam
hemoragik
P : nyeri tekan +, demam (-)
A/ Ca Mammae Sinistra T3N1M0 post MRM H1
P/ Inf. RL 1000cc/ 24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram IV
Inj. Antrain 3x1 gram IV
Inj. Omeprazole 2x1 gram IV
Inj. Asam traneksamat 3x1 gram IV
Evaluasi produksi drain
Mikroskopis
Sediaan merupakan potongan jaringan tumor payudara yang terdiri dari sel-sel epitel
duktuli atipik, inti pleomorfik berat, kromatin kasar, anak inti prominen mitosis 15/10
HPF. Sel-sel tersebut sebagian besar tersususn glanduler sebagian lainnya tersusun
trabekulear dan infiltratif ke jaringan sekitar. Tampak area nekrosis dan area miksoid.
Tampak pula sel-sel skuamous metaplasia. Jarak tumor ke kulit 0,1 cm dan jarak tumor
ke dasar 0,1 cm, ditemukan 12 kelenjar getah bening, 2 kelenjar getah bening
mengandung sel ganas.
Diagnosa Patologi
FNA: Moderately Invasive Carcinoma (pT2PN1pMx).
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi CF, Anderson DK, et al. Schwartz’s Principle of Surgery. Eight edition
, October 2004. Page 496-96.
Oeffinger, K., Elizabeth, T. 2016. Breast Cancer Screening for Women at Average
Risk 2015 Gudeline Update From the America. America. American
Medical Association. Vol 314(15): 1-16.
Risalah Kuliah. 2016. Ilmu Bedah II. SMF Bedah RSD dr. Soebandi Jember,
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2017. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 4. Jakarta: EGC.