Professional Documents
Culture Documents
A. IDENTITAS
Pasien
Nama : Ny. X
Umur : 34 tahun
MR :
Alamat : Padang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suami
Nama : Bp. Y
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Seorang pasien usia 34 tahun datang ke KB IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 1 Agustus 2018 pukul 17.47 WIB kiriman poliklinik
Fetomaternal dengan diagnosis G2P1A0H1 gravid aterm 37-38 minggu +
bekas SC + kontraksi + janin anencephal
A. PEMERIKSAAN FISIK
KU Kes Tensi Nadi Nafas Suhu
Sdg CMC 110/70 88 21 37
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar sesuai kehamilan aterm, linea
mediana hiperpigmentasi (+), striae gravidarum (+), cicatrix
pfanenstiel
Palpasi : L1 : fundus uteri 3 jari bawah proc xyphoideus
L2 : teraba tahanan terbesar di bagian kanan, bagian-bagian
kecil sebelah kiri
L3 : teraba massa bulat, tidak terfiksasi
L4 : tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Aukultasi : Peristaltik normal, DJJ 130-140x/mnt
Genitalia
Inspeksi : V/U normal, PPV (-)
VT tidak dilakukan
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Intepretasi USG
Janin hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala
Aktivitas gerak janin baik
Biometri
BPD : Sulit diukur
AC : 30,56 mm
FL : 7,03 mm
EFW : Tidak dapat dihitung
AFI : 7,03 cm
Plasenta berimplantasi di korpus posterior grade II-III
Kesan : Gravid 37-38 minggu sesuai biometri
Janin hidup, anencephali
CTG
Intepretasi
Baseline : 110
Akselerasi : (+)
Gerak janin : (+)
Deselerasi : (-)
Kontraksi : (+)
Kesan : Kategori 1
Laboratorium
Hematokrit 34 28-40
Trombosit 214.000 146.000-429.000
PT 10 10 – 13,6
GDS 97 0-200
SGOT 20 0 – 31
SGPT 14 0 – 34
C. DIAGNOSIS
G2P1A0H1 gravid aterm 37-38 minggu + bekas SC + kontraksi
JHTIU, presentasi kepala, anencephali
D. TATALAKSANA
Kontrol KU, VS, HIS, DJJ Crossmatch 2 unit PRC
Informed consent
Konsul Perinatologi & Lapor OK
Anastesiologi
Rencana : SCTPP
E. LAPORAN OPERASI
1 Agustus 2018, Pukul 21.15 WIB
Dilakukan SCTPP ai Bekas SC + janin anencephali
JK : Ambigous PB : 39 cm
BB : 2.200 gr A/S : 6/8
Anus : (-)
Plasenta lahir lengkap dengan sedikit tarikan ringan, lengkap, 1 buah, ukuran
18x17x3 cm, berat 500 gr, PJTP 50 cm. Insersi parasentralis.
Perdarahan selama operasi 250 cc.
F. DIAGNOSIS POST OPERASI
P2A0H2 post SCTPP ai bekas SC + janin anencephali NH1
Ibu dalam perawatan, bayi meninggal
Hematokrit 32 28-40
PT 10,6 10 – 13,6
A. ANENCEPHAL
1. Definisi
Anensefali (Yunani: an , “tanpa” + enkephalos , “otak”) adalah
suatu malformasi kongenital pada sistem saraf pusat. Anencephali adalah
kelainan dari Neural Tube Defect (NTD) yang disebabkan oleh gagalnya
penutupan neuropore kranial pada minggu ketiga dan keempat
kehamilan (hari ke-23 dan 26 embrio), yang mengakibatkan hilangnya
sebagian besar jaringan otak, tulang kepala dan kulit kepala. Jaringan
otak yang banyak hilang adalah cerebrum. Hilangnya tulang dan kulit
kepala membuat jaringan otak rawan terkena trauma dan infeksi.
2. Insidensi
Anensefali merupakan anomali sistem saraf pusat yang sering
terjadi. Jumlah kasus anensefali bervariasi, diperkirakan antara 0,5–2 per
1000 kelahiran. Tetapi jumlah ini belum termasuk kasus anensefali yang
digugurkan (terminasi elektif) setelah didiagnosa pasti maupun yang
mengalami keguguran (abortus spontan). Anensefali lebih sering terjadi
pada janin perempuan daripada laki-laki dengan rasio 4–3: 1,1 Kekerapan
pada perempuan tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan beberapa
aspek tertentu proses neurulasi pada embrio laki-laki dan perempuan. 1-4
Anensefali relatif lebih sering terjadi pada kulit putih daripada kulit
hitam, paling banyak dijumpai pada orang Irlandia. Anensefali lebih sering
ditemukan pada masyarakat kelas sosial ekonomi rendah. Risiko
meningkat bila usia ibu hamil sangat muda atau sangat tua, atau
kehamilan diabetikum.3,4
3. Patofisiologi
Sistem syaraf janin awalnya terbentuk dari 1 struktur yang disebut
neural plate/lempeng syaraf. Pada embrio manusia yang normal,
lempeng saraf mulai terbentuk kira-kira 18 hari setelah fertilisasi. Pada
perkembangan minggu ke-4, lempeng saraf berinvaginasi sepanjang garis
tengah membentuk alur saraf. Alur saraf akan menutup membentuk
tabung saraf. Proses penutupan dimulai dari bagian tengah kemudian ke
arah kedua ujung tabung saraf. Bagian kranial menutup pada hari ke-24
dan bagian kaudal menutup pada hari ke-26. Gangguan pada proses
penutupan ini akan mengakibat-kan defek tabung saraf (NTD, neural tube
defect ). Anensefali timbul dari suatu defek embrional sebelum hari ke-26
sehingga tidak terjadi penutupan neuroporus anterior, ujung kranial
tabung saraf. Otak dan kalvaria bisa hanya ada sebagian atau sama sekali
tidak ada.1-4
Etiologi anensefali dan juga sebagian besar kasus cacat lahir pada
manusia masih belum diketahui. Sebanyak 20–25% kasus diduga
disebabkan interaksi faktor genetik dan lingkungan, pada 15–25% kasus
disebabkan faktor genetik saja, dan 7–10% kasus disebabkan faktor
lingkungan. Faktor risiko yang diketahui antara lain kelainan kromosom,
mutasi gen tunggal, riwayat keluarga, alkohol, obat-obatan, infeksi,
tembakau, diabetes, defisiensi vitamin dan mineral esensial (contohnya
asam folat dan seng).1-18
4. Skrining
Anencephali dapat dideteksi saat prenatal menggunakan USG
pada usia kehamilan 11-14 minggu. Diagnosis tidak dapat dibuat sebelum
usia kehamilan 11 minggu karena tulang kepala belum selesai terbentuk.
Dengan menggunakan USG, anencephali dapat dengan mudah
diidentifikasi saat usia kehamilan 18-20 minggu.
Clinnical Practice Guidelines (CPG) dari SOGC tahun 2014
merekomendasikan :
a. Skrining primer Neural Tube Defect (NTD) berupa anencephali,
encephalocele dan spina bifida dibuat pada trimester kedua.
b. Pemeriksaan serum alfa fetoprotein maternal dapat digunakan
sebagai skrining sekunder pada trimester kedua.
c. Pasien dengan skrining positif dari hasil USG dana tau kadar serum
alfa fetoprotein dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan
kemampuan pemeriksaan genetik, diagnosis USG yang lebih detail
dan konseling.
d. Pemeriksaan MRI dapat dilakukan sebagai tambahan untuk
mendapatkan detail penilaian Sistem Syaraf Pusat (SSP) yang
dibutuhkan untuk diagnosis dan konseling.
5. Diagnosis USG
CPG dari SOGC tahun 2014 :
a. Tidak ditemukannya tulang tempurung kepala baik sebagian
(merocrania) maupun seluruhnya (holocrania).
b. Frog eye sign
c. Bibir sumbing (labioschizis atau labiopalatoschizis)
d. Polihidramnion
SDP > 8 cm atau AFI >24 cm.
8. Prognosis
Prognosis ibu baik pada kasus anencephali. Kemungkinan
terulangnya anencephali sebesar 2%. Untuk bayi, prognosisnya buruk.
Bayi yang lahir anencephali biasanya lahir mati atau hanya hidup
beberapa jam setelah lahir. Beberapa kasus bayi yang dapat hidup hingga
beberapa hari, namun hal ini termasuk langka.
9. Pencegahan
NICE tahun 2008 menyarankan agar setiap wanita untuk
mengkonsumsi asam folat 400mcg tiap harinya selama 3 bulan sebelum
hamil hingga akhir usia kehamilan 12 minggu.
Wanita dengan riwayat keluarga menderita neural tube defect
(NTD) disarankan mengkonsumsi asam folat dengan dosis yang lebih
tinggi yaitu 5mg. Dosis yang lebih tinggi terbukti menurunkan resiko
terulangnya NTD pada kehamilan selanjutnya.
Pasangan dengan riwayat keluarga anencephali sebaiknya
disarankan menemui konselor genetik untuk mendiskusikan resiko
kehamilan dan janinnya.
10. Tatalaksana
Pasien dengan kehamilan yang terdiagnosis anencephali melalui
USG harus mengkonfirmasi ulang dengan second opinion dari konsultan
fetomaternal. Setelah diagnosis dikonfirmasi, pasien harus diberikan
informasi yang cukup mengenai kehamilan dan janinnya serta fakta
bahwa abnormalitas janin bersifat letal dan tidak dapat dikoreksi
sehingga dikelompokkan dalam letal NTD.
Pasien diberikan konseling dan pilihan untuk melanjutkan
kehamilannya atau melakukan terminasi. Terminasi dapat dilakukan pada
umur kehamilan berapapun sesuai dengan permintaan pasien. Wanita
yang memutuskan untuk melanjutkan kehamilannya membutuhkan
kontrol dan support rutin.
Clinnical Practice Guidelines (CPG) dari SOGC tahun 2014
merekomendasikan :
a. Disarankan terminasi kehamilan dengan induksi.
b. Otopsi janin disarankan untuk evaluasi SSP janin. Jika otopsi ditolak,
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dipertimbangkan untuk
mengevaluasi lebih baik SSP, baik sebelum ataupun sesudah bayi
dilahirkan. Bila pemeriksaan genetik tidak sempat dilakukan karena
terminasi, disarankan minimal memeriksa kariotipe kromosom dana
atau microarray kromosom. Pemeriksaan genetik ini tetap diperiksa
walau sudah dilakukan otopsi.
c. Follow up dijadwalkan setelah hasil pemeriksaan genetik dana atau
studi patologi telah keluar. Data ini digunakan untuk edukasi pasien
mengenai etiologi, resiko terulang, pencegahan dan kemungkinannya
sebagai penyakit keturunan.
d. Jika telah terbukti NTD, pencegahan pada wanita dilakukan dengan
konsumsi 5mg asam folat ditambah multivitamin minimal 3 bulan
sebelum kehamilan dan selama trimester pertama kehamilan.
B. PEMBAHASAN
Diagnosis
Anencephali pada kasus ini ditegakkan dengan temuan USG tidak
tervisualisasinya cranium. Anencephali terjadi karena kegagalan penutupan
lempeng syaraf anterior pada hari ke 28 janin. Insidensi terjadinya berkisar 1
dari 1.000 kelahiran dan lebih sering pada kulit putih dan wanita. Defek
bawaan lain biasanya juga muncul seperti bibir sumbing, hernia
diafragmatika, sindaktil, cyclopia, club foot, imperforate anus, defek renal,
thymus membesar dan kelenjar adrenal yang mengecil.
Diagnosis pasien ini sudah benar dibuktikan pada saat inspeksi bayi
baru lahir ditemukan tidak adanya tulang tempurung kepala, kulit kepala
bagian atas dan jaringan otak yang terekspos. Pada pasien ini juga
ditemukan imperforate anus dan kelamin ambiguous. Bayi yang lahir hanya
dapat hidup beberapa jam setelah dilahirkan yang sesuai dengan teori
bahwa anencephali merupakan kelainan kongenital NTD yang letal.
Penyebab anencephali hingga saat ini masih belum jelas, namun
diduga asupan asam folat memiliki peran penting dalam mencegah
terjadinya anencephali. Pasien ini memiliki riwayat mual muntah berat saat
awal kehamilan, konsumsi gizi yang buruk sepanjang trimester pertama dan
ditambah tidak mengkonsumsi vitamin kehamilan. Faktor inilah yang
dicurigai sebagai penyebab terjadinya anencephali pada pasien ini.
Asupan asam folat yang adekuat, paling tidak 400 μg per hari,
terutama sejak sebelum hamil wajib disarankan pada semua ibu hamil. Hal
ini disebabkan penutupan tabung saraf terjadi pada minggu ke-4 sedangkan
belum tentu saat itu calon ibu menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Jadi
para calon ibu harus menyiapkan cadangan asam folat yang cukup dalam
tubuhnya. Walaupun calon ibu ternyata memiliki mutase gen yang menjadi
faktor risiko terjadinya anensefali, tetapi asupan asam folat yang cukup
(5mg/hari) dapat mengurangi risiko tersebut.19-21
Tatalaksana
Tatalaksana yang diambil pada pasien ini yaitu terminasi kehamilan
secara SC. Pilihan ini diambil dengan alasan kehamilan telah aterm, sudah
terjadi kontraksi yang semakin lama semakin sering dan adanya riwayat
bekas SC sebelumnya.
Jika dalam kasus lain tidak terdapat bekas SC, pasien diedukasi untuk
menjalani terminasi pervaginam. Rekomendasi terminasi kehamilan pada
kasus anencephali tanpa kontraindikasi obstetric adalah partus normal. Hal
ini beralasan karena persalinan normal merupakan persalinan terbaik dan
tidak menimbulkan resiko tambahan pada kehamilan selanjutnya. Hal yang
harus dipertimbangkan pada persalinan normal kasus anencephali adalah
kompresi pada jaringan otak janin dan persalinan menjadi lama karena
bagian terbawah janin lunak.
Pasien diedukasi untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin
terutama asam folat rutin 3 bulan sejak merencanakan kehamilan. Tes
genetic sebelum operasi sudah disarankan kepada pasien ini namun ditolak
karena alasan biaya. Karena tes genetic tidak dilakukan maka tidak dapat
diketahui apakah kejadian anencephali saat ini terjadi karena faktor
keturunan. Oleh karenanya, dosis asam folat yang disarankan untuk pasien
diberikan secara blind. Dosis yang disarankan pada pasien ini mengacu pada
NICE tahun 2008 menyarankan agar setiap wanita untuk mengkonsumsi
asam folat 400mcg selama 3 bulan sebelum hamil hingga akhir usia
kehamilan 12 minggu. Jika diketahui anencephali terjadi karena faktor
genetic, pasien disarankan mengkonsumsi asam folat dengan dosis yang
lebih tinggi yaitu 5mg. Dosis yang lebih tinggi terbukti menurunkan resiko
terulangnya NTD pada kehamilan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moore KL, Persaud TVN. The developing human: clinically oriented
embryology. 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2003.
2. Sadler TW. Embriologi kedokteran - (Langman's Medical embryology)/TW
Sadler; alih bahasa Irwan Susanto. Ed.5. Jakarta:EGC,1988.
3. Calzolari F, Gambi B, Garani G, Tamisari L. Anencephaly: MRI findings and
pathogenetic theories. Pediatr Radiol 2004;34: 1012-6.
4. Botto LD, Moore CA, Khoury MJ, Erickson JD. Neuraltube defects. Medical
Progress 1999; 341:20(1509-90).
5. Botto LD, Yang Q. 5,10-Methylenetetrahydrofolate reductase gene variants
and congenital anomalies: a HuGE review. Am J Epidemiol 2000;151:862-7.
6. Goh SL, Tan JVK, Kwek KYC, Yeo GSH. Recurrent neural tube defects.
Singapore Med J 2006; 47(8):728-9.
7. Zeller JL, Burke AE, Glass RM. Folic acid. JAMA, December 13,2006; 296
(22):2758.
8. Iqbal MM. Prevention of neural tube defects by periconceptional use of folic
acid. Pediatr. Rev.2000;21(2):58-66.
9. Kirke PN, Molloy AM, Daly LE, et.al. Maternal plasma folate and vitamin B12
are independent risk factors for neural tube defects. Q J Med. 1993;86:703-
708.
10. Mtiraoui N, Zammiti W, Ghazouani L, Braham NJ, Saidi S, Finan RR, et al.
Methylenetetrahydrofolate reductase C677T and A1298C polymorphism and
changes in homocysteine concentrations in women with idiopathic recurrent
pregnancy losses. Reproduction 2006;131: 395-401.
11. Kibar Z, Torban E, McDearmid JR, Reynolds A, Berghout J, Mathieu M, et al.
Mutations in VANGL1 associated with neural-tube defects. N Engl J Med
2007;356:1432-7.
12. Rothenberg SP, da Costa MP, Sequeira JM, Cracco J, Roberts JL, Weedon J, et
al. Autoantibodies against folate receptors in women with a pregnancy
complicated by a neural-tube defect. N Engl J Med 2004;350:134-42.
13. AO Cavdar et al, Effect of zinc supplementation in a Turkish woman with two
previous anencephalic infants Gynecologic & Obstetric Investigation
32(2):123-5.
14. Shaw GM, Velie EM, Schaffer DM. Is dietary intake of methionine associated
with a reduction in risk for neural tube defect-affected pregnancies?
Teratology 1997 Nov;56(5):295-9.
15. Green NS. Folic acid supplementation and prevention of birth defects. J. Nutr.
2002; 132:2356S-2360S.
16. Gupta H, Gupta P. Neural tube defects and folic acid. Indian Pediatrics 2004;
41:577-86.
17. De Wals P, Tairou F, Van Allen MI, Uh SH, Lowry RB, Sibbald B. Reduction in
neural-tube defects after folic acid fortification in Canada. N. Eng. J. Med.
July 12, 2007; 357(2):135-142.
18. Dias MS, Partington M. Embryology of myelomeningocele and anencephaly.
Neurosurg Focus 2004;6(2).
19. Mayo Clinic. Folate. http://www.mayoclinic.com/health/ folate/NS_patient-
folate (diunduh tanggal 1 Oktober 2010).
20. Stover PJ. Folic acid. In Katz SH, Weaver WW (Eds.). Encyclopedia of food &
culture. Ed. Vol. 1. Gale Cengage. New York: Scribner; 2003. http://
www.enotes.com/folic-acid-reference/ (diunduh tanggal 1 Oktober 2010).
21. FAO/WHO. Human vitamin and mineral requirements. Food and Agriculture
Organization of the United Nations, 2001.
ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/004/y2809e/y2809e00.pdf (diunduh tanggal 1
Oktober 2010).