Professional Documents
Culture Documents
Level Evidence 4
Apa yang diketahui mengenai subjek? Dan apa kepentingan dari studi ini?
PENDAHULUAN
Dalam artikel ini, kami memberikan ulasan mengenai teknik nefrektomi donor
secara laparoskopik terbaru, menilai bukti untuk metode ini, dan kemajuan prosedur
ini kedepannya
TEKNIK TRANSPERITONEAL
LDN transperitoneal “murni” yang awalnya dilakukan oleh Ratner pada tahun
1995, hingga kini masih menjadi teknik pilihan di berbagai pusat transplantasi,
khususnya yang berpengalaman dengan prosedur laparoskopik kompleks lainnya.
Prosedur ini dilakukan dalam posisi lateral dekubitas, umumnya menggunakan empat
port laparoskopik. Untuk nefrektomi kiri, kolon desenden digeser ke arah medial dan
dilakukan identifikasi ureter di daerah pelvis, dengan preservasi jaringan peri-ureteral
untuk meminimalisasi iskemia dan risiko komplikasi ureterik. Arteri dan vena renalis
dibersihkan, dan kelenjar drenal serta vena gonadal dapat diligasi di area pertemuannya
dengan vena renalis untuk memaksimalkan panjang pembuluh darah. Perlekatan pada
ginjal dilepaskan untuk mendapatkan mobilisasi penuh. Pembuluh darah renal
dipisahkan, biasanya menggunakan stapler linier, dan organ diperoleh baik
menggunakan tangan atau kantung, biasanya melalui insisi pfannenstiel.
Saat ini, bukti tingkat pertama yang membandingkan teknik-teknik ini sangat
terbatas. Ulasan sistematis menunjukkan bahwa LDN “murni” menyebabkan waktu
operasi yang lebih lama (rerata perbedaan 30 menit, P = 0.02) dan waktu iskemik
hangat (rerata perbedaan 75 detik, P < 0.001) dibandingkan HALDN. Ulasan lainnya
menyatakan bahwa LDN “murni” menimbulkan komplikasi intra-operatif yang lebih
tinggi (5.2% vs. 2.0%, P < 0.01) dan konversi ke prosedur terbuka (0.8% vs 0.4%, P =
0.047) dibandingkan HALDN. Sebaliknya, meta analisis mengenai nefrektomi
laparoskopik untuk indikasi urologi melaporkan tingginya komplikasi luka operasi
dengan HALDN dibandingkan dengan LDN “murni” (2.2% vs 0.5%, P = 0.02). Studi
retrospektif berukuran besar (>5000 pasien) juga menunjukkan bahwa frekuensi re-
operasi untuk hernia insisional lebih tinggi setelah HALDN dibandingkan dengan LDN
(0.5% vs. 0.03%, P = 0.001). Meskipun ada temuan spesifik ini, tidak ditemukan
perbedaan insidensi komplikasi post-operatif, lama rawat di rumah sakit, atau
komplikasi resipien antar dua teknik ini yang ditemukan. Keuntungan dan kerugian
dari LDN “murni” dan HALDN, dibandingkan dengan ODN dirangkum dalam Tabel
1. Seri kasus LDN besar dirangkum dalam Tabel 2.
Anatomi Vaskular
Dengan adanya satu arteri renalis yang mensuplai tiap ginjal, sebagian besar
pusat transplantasi lebih memiliki melakukan LDN kiri, karena vena renalis kanan
yang lebih pendek menimbulkan kesulitan melakukan anastomosis vena pada resipien,
sehingga menimbulkan peningkatan kegagalan graft yang signifikan pada hari ke-90
(kanan 3.8% vs 2.5%, OR = 1.49, P < 0.01). Dahulu, hal ini juga menjadi alasan
mengapa banyak pusat lebih memiliki LDN kiri bahkan pada keadaan arteri renalis kiri
multipel. Namun, adanya arteri renalis multipel, menimbulkan angka komplikasi
ureterik yang lebih tinggi pada resipien dibandingkan dengan ginjal dengan arteri
tunggal (16.7% vs 3.2%, P = 0.001). Selain itu, transplantasi ginjal dengan arteri
multipel juga menimbulkan angka kegagalan graft dibandingkan dengan organ dengan
pembuluh darah tunggal (HR 2.30, 95% CI 1.05, 5.09, P = 0.038). Karena LDN
“murni” dan hand-assisted diketahui mudah dilakukan dan aman, dengan waktu
operasi lebih singkat dibandingkan LDN kiri, LDN kanan saat ini juga dianggap
sebagai alternatif dari LDN kiri pada kasus adanya arteri renalis multipel yang
mensuplai ginjal kiri, namun tidak pada ginjal kanan. Oleh karena itu, praktik ini
dilakukan oleh banyak unit (termasuk unit penulis) pada kasus arteri renal multipel
unilateral, ginjal dengan arteri tunggal lebih dipertimbangkan, tidak memandang
lateralitasnya.
Beberapa dokter bedah membagi vena gonadal menjadi proksimal dan distal,
serta mengikutsertakannya dalam spesimen untuk melindungi vaskularitas ureterik.
Hal ini diduga sebagai penyebab postoperative ipsilateral orchalgia, yang terjadi pada
6.2-9.6% donor pria. Akan tetapi, studi-studi besar menunjukkan bahwa dengan
meninggalkan vena gonadal in situ tidak menyebabkan peningkatan komplikasi
ureterik pada resipien transplan dan mencegah orchalgia.
Heparinisasi sistemik
Beberapa alat tersedia untuk ligasi dan pemisahan pembuluh darah ginjal
utama, dan vena-vena kecil yang ditemukan saat LDN (vena gonadal, adrenal, dan
lumbal). Semua alat ini dapat “salah sasaran” dan mengalami malfungsi. Angka
kegagalan yang dilaporkan untuk stapler adalah 3.0%, klip titanium 4.9%, dan klip
pengunci 1.7%. Klip ligasi polimer telah menjadi metode yang populer untuk
mengamankan arteri renalis, karena harganya lebih murah dibandingkan stapler
vaskular dan dapat memberikan kekuatan pembuluh darah lebih besar. Akan tetapi,
penggunaan klip untuk ligasi arteri renalis saat ini berkebalikan dengan saran dari
manufaktur, setelah ada laporan mengenai kejadian perdarahan setelah pengangkatan
klip. Berdasarkan ulasan multisenter yang besar, penggunaan teknik non-transfiksi
untuk mengamankan pembuluh darah renal (mengunci atau klip non-pengunci)
berhubungan dengan komplikasi yang lebih berat setelah perdarahan dibandingkan
dengan teknik ‘transfixing’ seperti stapling linier. Oleh karena itu, praktik terbaru di
berbagai pusat adalah menggunakan ligasi dan memisahkan pembuluh darah renalis
utama menggunakan stapler vaskuler.
Angka salah sasaran stapler dapat dikurangi dengan menggunakan klip titanium
di area struktur hilus, pendekatan yang dapat dilakukan dengan mengikat simpul intra-
korporal (praktik klinis penulis saat ini), diatermi bipolar, dan penggunaan alat seperti
Ligasure untuk mengontrol vena-vena renal tambahan lain. Stapler yang salah sasaran
umumnya bermanifestasi intra-operatif, yang dapat memicu konversi cepat ke prosedur
terbuka untuk mengontrol perdarahan masif. Sebaliknya, pengangkatan klip dapat
terjadi beberapa jam setelah prosedur, menimbulkan perdarahan fatal di bangsal.
Stapler vaskuler dapat “cutting” seperti Endopath ETS dan Endo-GIA atau “non-
cutting” seperti Endo-TA. Beberapa dokter bedah memilih menggunakan stapler non-
cutting dibandingkan cutting, untuk meningkatkan panjang pembuluh darah,
khususnya saat mengontrol vena renalis kanan. Akan tetapi, beberapa manfaat ini
hilang karena Endo-TA tidak berartikulasi. Kegunaan stapler non-cutting untuk
meningkatkan panjang pembuluh darah ditemukan dalam sebuah studi in vitro, namun
tidak pada studi lainnya.
Metode pengambilan spesimen
KEMAJUAN TERBARU
Kegunaan NOTES dalam LDN saat ini terbatas pada ekstrasi spesimen trans-
vaginal dan instrumentasi melalui port trans-vaginal. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi trauma pada donor hidup namun hanya dapat dilakukan pada sekelompok
kecil pendonor. Seiring dengan semakin banyaknya pengalaman dengan teknik ini dan
kemajuan teknologi lainnya, LESS dan NOTES dapat menjadi perkembangan besar
selanjutnya dalam teknologi donor ginjal hidup.
KESIMPULAN
LDN adalah teknik yang digunakan untuk donasi ginjal hidup, dan banyaknnya
variasi bentuk menjadikannya sebagai pilihan prosedur untuk sebagian besar pusat
transplantasi. Teknik ini dapat dilakukan dengan aman baik secara transperitoneal atau
retroperitoneal, dengan atau tanpa bantuan tangan. Meskipun terdapat perbedaan antara
keuntungan dan kerugian dari masing-masing teknik ini, mereka memiliki keluaran
yang sama untuk donor dan resipien. Karena tidak ada pendekatan yang dianggap lebih
baik dibanding lainnya, maka dokter bedah dapat melakukan sesuai kemampuan
terbaik dan pengalamannya, selagi mementingkan keselamatan pasien.