Professional Documents
Culture Documents
I. Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan umum
Modul ini menguraikan tentang proses dan asuhan yang diberikan tentang
riset dan teknologi informasi. Disini dijelaskan tentang riset dan teknologi
informasi, EBM, Critical apraisal, metodologi penelitian kesehatan dan
kedokteran, penulisan ilmiah dan presentasi ilmiah, penulisan proposal
penelitian, pengolahan data penelitian biostatistik dan pemilihan uji
statistik
B. Tujuan khusus
Pada akhir pembelajaran modul diharapkan peserta didik mampu
memahami EBM, Critical apraisal, metodologi penelitian kesehatan dan
kedokteran, penulisan ilmiah dan presentasi ilmiah, penulisan proposal
penelitian, pengolahan data penelitian biostatistik dan pemilihan uji
statistik
II. Kompetensi
A. Kompetensi kognitif
1. Mampu memahami EBM
2. Mampu memahami critical apresal
3. Mampu memahami metodologi penelitian kesehatan dan kedokteran
4. Mampu memahami pengolahan data penelitian biostatistik dan
pemilihan uji statistik
B. Kompetensi keterampilan
1. Mampu membuat tulisan ilmiah dan presentasi ilmiah
2. Mampu membuat penulisan proposal penelitian dengan baik
B. Strategi
Tujuan 1 : Mampu membuat tulisan ilmiah dan presentasi ilmiah
(metoda 1,2,3,4)
Tujuan 2 : Mampu membuat penulisan proposal penelitian dengan baik
(metoda 1,2,3,4)
IX. Evaluasi
Kognitif
- Pre-test dan post-test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ
- Self assesment dan peer asisted evaluation
- Curah pendapat dan diskusi
Contoh soal
Psikomotor
- Self Assesment dan Peer Assisted Learning
- Peer Assisted Evaluation (berbasis nilai 0,1 dan 2)
- Penilaian kompetensi (berbasis nilai memuaskan, perlu perbaikan dan
tidak memuaskan)
- Kesempatan untuk perbaikan (Task-based Medical Education)
X. Instrumen penilaian
Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor
1. Observasi selama proses pembelajaran
2. Log book
3. Hasil penilaian peragaan keterampilan
4. Pretest modul
5. Post-test modul
6. Penilaian kinerja pengetahuan dan keterampilan (ujian akhir semester)
7. Ujian akhir profesi
Maksimal skor :
Skor akhir : Jumlah skor
Lampiran
1. Form pemeriksaan
2. Modul pemeriksaan faal paru
Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana
pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang
terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis.
Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesim-pulan sendiri, melainkan membantu
menunjang penatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketiga komponen ini dalam
proses pengambilan keputusan akan meningkatkan probabilitas untuk mendapatkan
hasil pelayanan yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik.
Praktek EBM itu sendiri banyak juga dicetuskan oleh adanya pertanyaan2 pasien
tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang, prognosis penyakitnya,
atau penyebab kelainan yang dideritanya.
/ bahan dan cara , (2) pentingnya hasil penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil
penelitian, serta (3) aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang
dapat dinilai dari bagian diskusi artikel tersebut.
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan, melakukan
pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan karenanya
bisa menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau
aspek lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan
sebagainya. Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan memfokuskan topik
bacaannya pada masalah yang terkait dengan masalah pasien. Latihan membuat
pertanyaan klinis yang baik, dan membuat strategi untuk mencari jawabannya dalam
arsip data dimanapun didunia ini akan lebih produktif dan tetap terkait dengan masalah
klinis dari pada sekedar membaca artikel2 dalam suatu jurnal yang dipilih.
Sebagian ahli beranggapan bahwa EBM merubah kebiasaan para dokter untuk
menilai sebuah artikel dari membaca abstraknya saja, menjadi suatu kebiasaan
menelaah secara kritis suatu artikel untuk kepentingan pasien dan dengan sendirinya
memperluas basis pengetahuan dokter tersebut. 2
Banyak pro dan kontra yang timbul dalam penerapan EBM ini, namun tampaknya
pengenalan dan pendalaman EBM merupakan keharusan bagi dokter-dokter
khususnya bagi mereka yang ingin meningkatkan “probabilitas” keberhasilan pelayanan
kedokteran secara profesional.
Telaah kritis atau criticals appraisal adalah cara atau metode untuk mengkritisi
secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu keharusan bagi
seorang klinisi (ex. Dokter) untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-
hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari
suatu artikel atau journal ilmiah. Telaah Kritis merupakan bagian dari Evidence-Based
Medicine.
3. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan
pada pasien di tempat praktik klinis. ‗Bukti terbaik‘ dari sebuah setting riset belum tentu
bisa langsung diekstrapolasi (diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk
memahami pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy)
dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek
yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang
ditunjukkan pada situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol
sering kali tidak sama dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi
menunjukkan efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),
dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan pada populasi
sasaran (target population) (Gambar 9).
Agar intervensi efektif ketika diterapkan pada populasi yang lebih luas, yang tidak
hanya meliputi populasi sasaran tetapi juga populasi eksternal (external population),
maka intervensi tersebut harus menunjukkan efektivitas. Efektivitas (effectiveness)
adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik
secara klinis maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan pada dunia yang
nyata (“the real world”).
Efektivitas menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah intervensi ketika
diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang sesungguhnya, di mana banyak
terdapat ketidakteraturan (irregularity) dan ketidakpastian (uncertainty), meskipun pada
lingkungan yang sangat terkontrol alias terkendali intervensi itu mungkin efektif.
Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
kesesuaian antara karakteristik populasi pasien dalam riset dan pasien di tempat
praktik, kesesuaian antara variabel hasil yang diteliti dalam riset dan hasil yang
diinginkan pada pasien (perbaikan klinis), akseptabilitas dan kepatuhan pasien,
keamanan (jangka pendek maupun jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas
(kelayakan), perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya, preferensi pasien,
akseptabilitas sosial, dan sebagainya. Pertimbangan semua faktor tersebut diperlukan
untuk menentukan kemampuan penerapan intervensi.
Dokter bekerja di dunia nyata, bukan dunia maya atau ―dunia lain. Karena itu
keputusan untuk menggunakan/ tidak menggunakan intervensi perlu
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas (effectiveness)
intervensi. Suatu riset yang menemukan efektivitas intervensi, dengan kata lain
intervensi yang efektif ketika diterapkan pada populasi umum (populasi eksternal),
maka temuan riset itu dikatakan memiliki validitas eksternal (external validity).
Berdasarkan fakta tersebut maka dalam praktik EBM, “bukti efektivitas” (“evidence of
effectiveness”) lebih bernilai daripada “bukti efikasi” (“evidence of efficacy”) (Mathew,
2010).
Metodologi penelitian
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, khusunya kuantitatif
analitik adalah metode dedutif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima
kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya.
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik (2000: 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara
ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan : a) kerangka
pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis
yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c) melakukan
verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya
secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan
proses logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (Suriasumantri, 2005 : 127-128).
a. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris
yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang
terkait di dalamnya.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan.
Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis
ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor
empiris yang relevan dengan permasalahan.
c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-
fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
e. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima.
Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian oleh Jujun S.
Suriasumantri divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut
PERUMUSAN
MASALAH
pragmatisme PERUMUSAN
HIPOTESIS
induksi
korespondensi
b. Perspektif emic/partisipan sangat iutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti banyak
tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang partisipan
yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta
fenomenologis.
d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data,
untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan
empiris logis.
e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan
alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak
terpisahkan dengan apa yang diteliti
h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung
i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta
situasi tertentu
Judul Penelitian
Abstrak
Abstrak merupakan deskripsi singkat namun cermat dari tujuan jangka panjang,
target khusus yang ingin dicapai, rencana kegiatan yang diusulkan, metode yang
akan digunakan dalam pencapaian tujuan penelitian ,serta manfaat penelitian bagi
pemangku kepentingan/stakeholder.
2) Pendahuluan
a) Latar Belakang
- Latar belakang mengungkapkan tentang fakta yang menggambarkan masalah
atau tantangan yang dihadapi
b) Tujuan Penelitian
- Menjelaskan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian
c) Perumusan Masalah
- Perumusan masalah merupakan penajaman dan penentuan batasan masalah
penelitian
d) Pertanyaan Penelitian (Research Question)
- Jika tidak ada hipotesis, buat pertanyaan penelitian yaitu pertanyaan terbaik dari
sejumlah pertanyaan yang muncul dari permasalahan untuk memfokuskan
penelitian yang dilakukan
3) Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi teori/penelitian yang relevan dengan permasalahan atau
tantangan yang ingin diteliti, kemudian dituangkan dalam bentuk kerangka teori
atau kerangka konseptual penelitian
6) Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan merupakan uraian rencana kerja yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian yang mencakup seluruh kegiatan akan dilaksanakan.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian yang umum digunakan adalah yang berbentuk bar
chart.
7) Daftar Pustaka
Daftar pustaka dibatasi pada literatur yang dikutip dalam penelitian.
B. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah mentabulasi data, menjumlahkan atau memilah-milah data
menjadi data yang siap di sajikan dan kemudian di analisis sesuai dengan
kebutuhan.
C. Penyajian Data
1. Penyajian Data Acak
Data yang sudah diolah kemudian disajikan. Tujuan penyajian data adalah
agar para pengguna mudah dalam membaca data.
Ada 2 cara penyajian data :
a. Tabel
Bentuk baku tabel
Judul Tabel
Catatan kaki :
keterangan
sumber
Syarat sebuah tabel yaitu minimal terdapat :
1. Judul tabel
2. Judul baris dan atau judul kolom
3. Catatan kaki yang berisi sumber data dan atau keterangan
Sumber adalah dari mana data tersebut diperoleh
Keterangan adalah penjelasan singkat jika ada data yang ekstrim
b. Grafik
Ada beberapa macam grafik/diagram :
1. Diagram batang
2. Diagram Garis
3. Diagram Titik
BIOSTATISTIK
Jenis Data
Data : himpunan angka-angka yang teratur menurut kaidah-kaidah tertentu dan
menunjukkan nilai suatu obyek atau fakta yang dinyatakan dengan angka.
Ciri-Ciri Data
a. Berbentuk angka atau simbol angka, tidak berbentuk kalimat.
b. Tersusun teratur. Berurutan sesuai dengan aturan-aturan, kaidah-kaidah, hukum-
hukum, rumus-rumus, dalil-dalil tertentu.
c. Agregat. Seluruh kumpulan nilai-nilai pengukuran yang merupakan suatu
kesatuan dan setiap nilai pengukuran hanya mempunyai arti sebagai bagian dari
keseluruhan tersebut.
Klasifikasi Data
a. Data Diskrit (data anumeration) : kumpulan angka-angka yang tidak memiliki
desimal atau pecahan di antara dua bilangan bulatnya, diperoleh dari menghitung.
Tiap objek memiliki satu satuan yang utuh, yang tidak memungkinkan untuk
terjadinya secara sebagian.Misalnya : jumlah rumah 34 rumah, jumlah penduduk
3657 jiwa, jumlah mobil 29 mobil, jumlah meja 56 meja, dsb. Pada perhitungan
dimungkinkan ada desimal, namun kesimpulan akhir merupakan angka tanpa
desimal. Pembulatan selalu naik, berapapun angka di belakang koma.
Skala data
a. Skala nominal
Ciri : dibedakan.
Operasional matematis : = dan≠ .
Contoh :
- mata pencaharian (pedagang, petani, swasta, dll)
- suku bangsa (Sunda, Jawa, Madura, Batak, dll)
- Bahasa (Melayu, Jawa, Bugis, Minang, dll)
- jenis kelamin (laki-laki, wanita)
- jenis penyakit (ispa, diare, kulit, TB, dll)
b. Skala ordinal
Ciri ; dapat dibedakan, dapat diurutkan. •Operasional matematis : =,≠, >, dan <
Contoh :
- tingkat pendidikan(SD, SLTP, SLTA, PT),
- peringkat (I, II, III),
- mutu (baik, sedang, jelek),
- tingkatan (tinggi, sedang, rendah).
c. Skala interval
Ciri : dapat dibedakan, dapat diurutkan, interval yang sama tiap satuan alat ukur,
besarnya interval tidak menunjukkan arti yang sebenarnya, antara satuan alat ukur
yang satu dengan lainnya memiliki skala angka nol yang tidak sama.
Operasional matematis : =,≠, >, <, +, dan− .
Contoh : data temperatur (0C,0F,0R), tahun (th jawa, th masehi, th hijriah, th cina),
sikap (skala begardus, skala likert), IQ, konsentrasi (ph), umur (th).
d. Skala ratio
Ciri : dapat dibedakan, dapat diurutkan, memiliki interval yang sama tiap satuan alat
ukur, lebar interval tiap satuan alat ukur menunjukkan nilai yang sebenarnya dan
antara satuan alat ukur yang satu dengan lainnya memiliki skala angka nol yang
absolut.
Operasional matematis : =,≠, >, <, +,−, x, dan :
Contoh : data berat (kg, pound), data jarak (km, yard, mile, kaki), volume (m3, liter,
gallon), tinggi badan, luas (m2, hektar, ubin)