You are on page 1of 45

KAJIAN SISTEM JARINGAN SALURAN IRIGASI

NAMU SIRA-SIRA

LAPORAN

Ditulis untuk Menyelesaikan


Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI
Pendidikan Program Diploma III

oleh:

JAYA F SITUMORANG SURYA P SIMARMATA


NIM. 1105022102 NIM. 1105022134

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya telah
memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan, dan kesempatan kepada
penulis, sehingga kami mampu ,menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III Politeknik Negeri Medan, dengan
judul Kajian Sistem Jaringan Saluran Irigasi Namu Sira-sira
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik
spiritual,material,maupun informasi, penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Atas bantuan yang penulis terima dengan ketulusan hati, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Syahruddin, S.T. M.T, selaku Direktur Politeknik Negeri Medan;
2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan;
3. Bapak Ir. Sudarto, M.T, selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil;
4. Bapak Ir. T. Simarmata, M.T, selaku Dosen Pembimbing, yang telah
meluangkan waktu kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir kami;
5. Bapak Sopar Parulian Sihombing, S.T. M.T, selaku Wali Kelas SI-6D;
6. Seluruh dosen pengajar Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan yang telah
berjasa dalam mendidik dan memberikan keterampilan kepada penulis;
7. Seluruh pihak dari Namu Sira-sira;
8. Orangtua serta keluarga penulis yang telah memberikan dorongan moral dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir;
9. Teman-teman khususnya SI-6D yang telah ikut membantu menyelesaikan
laporan ini.

iv 
 
Penulis menyadari bahwa mungkin ada kekurangan dan kesilapan dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membacanya,
terutama yang berkecimbung di dunia pendidikan dalam bidang Teknik Sipil.

Medan, 23Agustus 2014

Hormat kami penulis,

Jaya Fransisco Situmorang Surya P Simarmata


NIM. 1105022102 NIM. 1105022134


 
Abstrak

Jaya F Situmorang dan Surya P Simarmata : Kajian Sistem Jaringan Saluran


Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dibimbing oleh
Drs. Ir. T. Simarmata M.
Sistem irigasi di Namu Sira-Sira merupakan salah satu bagian penunjang
yang vital dalam produksi padi di Sumatera Utara, untuk itu maka dilakukan
kajian evaluasi dan efisiensi terhadap jaringan irigasi tersebut dan diharapkan
kegiatan ini nantinya dapat membantu meningkatkan produksi pertanian. Didalam
sistem jaringan irigasi sering timbul beberapa masalah atau kendala didalam
proses pelaksanaan jaringannya, mulai dari tempat pengambilan air sampai
penyaluran air ke petak-petak sawah pertanian, dan masalah jumlah debit yang
kurang ataupun debit yang terlalu banyak yang dikirim.
Didalam saluran irigasi terjadi kehilangan air yang disebabkan oleh beberapa
faKtor, jumlah yang hilang berdasarkan jenis saluran antara lain sebagai berikut:
15-22,5 % dipetak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah.
7,5-12,5 % disaluran sekunder
7,5-12,5 % disaluran utama
Masalah ini mempengaruhi kinerja daripada jaringan-jaringan irigasi yang
berdampak buruk bagi pertanian. Sehingga perlu dilakukan kajian-kajian di
jaringan saluran primer, sekunder, dan tersier yang akan bermanfaat untuk
mengetahui mengatasi masalah-masalah yang ada di jaringan saluran tersebut.
Penulisan laporan ini dititikberatkan untuk mengetahui system irigasi Namu Sira-
sira dan apa saja masalah yang sering timbul, yang menjadi faktor kurangnya
efisiensi kinerja irigasi. Dan hal inilah yang membuat penulis merasa tertarik
untuk membahas di laporan Tugas Akhir ini dan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan penulis setelah bekerja/terjun kelapangan maupun
menjadi referensi bagi pembaca.
Dari hasil kajian tedapat perbedaan antara debit dibeberapa daerah irigasi, seperti
kelebihan dan kekurangan air. Hal ini diakibatkan beberapa faktor seperti curah
hujan yang melimpah dan dibeberapa saluran tersumbah akibat sampah yang
menumpuk dibeberapa saluran irigasi namu sira – sira. Disarankan agar kegiatan
OP dilakukan secara efektif, sehingga menunjang produktivitas para petani di
daerah irigasi namu sira – sira.

Kata kunci : Sistem Jaringan, Pola Tanam, Saluran

vi 
 
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul …………………………... 1


B. Topik Pembahasan ………………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………….. 2
D. Manfaat ……………………………………………………. 3
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 4
F. Jadwal Persiapan, Pelaksanaan, dan Penulisan
Laporan Tugas Akhir ……………………………………… 4
G. Sistematika Laporan ………………………………………..5

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

A. Latar Belakang Perusahaan ………………………………… 6


B. Data Umum Proyek
1. Lokasi Proyek …………………………………………... 7
2. Luas Areal proyek ……………………………………… 8
3. Tujuan / Sasaran Proyek ………………………………... 8
4. Sumber Air ……………………………………………... 8
5. Target Pencapaian ……………………………………… 8
6. Kronologis Proyek …………………………………….... 8
7. Kondisi Saat Ini ………………………………………… 9

vii 
 
8. Jaringan Irigasi …………………………………………. 9
9. Masalah keadaan existing ………………………….…… 10
C. Data Khusus Proyek ………………………………………... 11
D. Organisasi Proyek …………………………………………...12

BAB III TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Umum …………………………………………... 17


B. Tingkat – Tingkat Jaringan Irigasi …………………………. 19
1. Sistem Irigasi Sederhana ……………………………….. 21
2. Sistem Irigasi Semi Teknis ……………………………... 22
3. Sistem Irigasi Teknis …………………………………… 24
C. Petak - Petak Irigasi ………………………………………... 26
1. Petak Primer ……………………………………………. 26
2. Petak Sekunder …………………………………………. 26
3. Petak Tersier ………………………………………….… 27
D. Bangunan Irigasi …………………………………………….27
1. Bangunan Utama ……………………………………….. 28
2. Bangunan Pembawa ……………………………………. 29
3. Bangunan Bagi …………………………………………. 30
4. Bangunan Pengukur dan Pengatur ……………………... 31
5. Bangunan Sadap ………………………………………... 32
6. Bangunan Pengatur Muka Air ……………………….…. 33
7. Bangunan Pembuang dan Penguras ……………………. 33
8. Bangunan Pelengkap ……………………………............ 34
E. Kemiringan Saluran ………………………………………… 35

BAB IV PEMBAHASAN

A. Bendung Namu Sira-Sira ……………....……………………36


B. Jaringan Irigasi Namu Sira-Sira……………..……………… 38
C. Saluran Primer ……………………………………………… 39
D. Saluran Sekunder ……….…………………………………... 40

viii 
 
E. Saluran Tersier …………………..…………………………. 41
F. Bangunan Bagi-Sadap ……...………………………………. 42
G. Sistem Jaringan Saluran ….………………………………… 43
H. Kegiatan Operasi ………….………………………………... 45
I. Kegiatan Pemeliharaan ……………………………………... 46
J. Neraca Air ………………………………………………….. 47
K. Perhitungan Debit ……………………………………..……. 48
1. Saluran Primer Kanan …………………………………. 49
2. NU Daerah Namu Ukur ……………………………….. 49
3. NT Ka.1 Daerah Namu Tating ………………………… 50
4. MC Ka.1 Daerah Marcapada ………………………….. 50
5. LT Ka.1 Daerah Lao Tenges …………………………...51
L. Evapotranspirasi ………………………………………….… 51
M. Pola Tanam Namu Sira-Sira ………………………………... 53

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………….. 57
B. Saran ……………………………………………………………… 58

DAFTAR PUSTAKA

ix 
 
Daftar Gambar

Gambar 3.1. Skema Representasi Sistem Irigasi………………… 18


Gambar 3.2. Jaringan Irigasi Sederhana ……………………….... 22
Gambar 3.3. Jaringan Irigasi Semi Teknis ………………………. 23
Gambar 3.4. Jaringan Irigasi Teknis ……………………...……... 25
Gambar 4.1. Lokasi Bendung Namu Sira-Sira …………..……… 37
Gambar 4.2. Kerusakan Ringan dan Tumpukan Sampah
pada Bangunan Terjun di Saluran Primer …………. 38
Gambar 4.3. Saluran Tersier Namu Sira-Sira …………………… 41
Gambar 4.4. Bagan Jaringan Irigasi ……………………………...43


 
Daftar Tabel

Tabel 1. Jadwal Laporan Tugas Akhir ……………………… 4


Tabel 2. Kelemahan dan Keunggulan Cara Pengukuran
Aliran Air dan Kelengkapan Fasilitas
Jaringan Irigasi …………………………………….. 20
Tabel 3. Alat Ukur Debit …………………………………….31
Tabel 4. Daerah Kejuruan Namu Sira-Sira …………………. 36
Tabel 5. Hasil Neraca Air …………………………………... 48
Tabel 6. Hasil Perhitungan Debit Rencana …………………. 51
Tabel 7. Hasil Perhitungan ET0 pada Namu Sira-Sira
Sub Proyek ………………………………………… 52
Tabel 8. Hasil Perhitungan Debit Pola Tanam ……………… 56

xi 
 
DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Dokumentasi
2. Pola Tanam
3. General Layout Of Irrigation Namu Sira-Sira Irrigation Sub-Project
4. Skema Jaringan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan

xii 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Judul

Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam suatu
pertanian untuk mengairi lahan pertanian. Oleh karena itu untuk mengairi lahan
pertanian tersebut maka perlu dilakukan suatu sistem pengairan yaitu sistem
irigasi yang baik untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman pertanian yang baik.
Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut dengan menyiram.
Salah satu yang memegang peranan sistem irigasi ini berada di wilayah
Kabupaten Langkat yaitu Bendung Namu Sira-Sira. Bendung Namu Sira-Sira
dibangun pada tahun 1979 yang mengairi wilayah seluas 6.350 ha. Jaringan irigasi
Namu sira-sira terdiri dari dua daerah irigasi yaitu, daerah irigasi kanan dan
daerah irigasi kiri. Namun tempat yang akan dibahas dilaporan ini adalah daerah
jaringan irigasi Namu Sira-Sira Kanan, yang memiliki luas sebesar 4.097,5 ha.
Daerah irigasi kanan terletak di dua kecamatan, yaitu kecamatan Sei Bingai dan
kecamatan Binjai Selatan. Air irigasi di alirkan melalui saluran induk (2.648,13
m) dan saluran sekunder (47.819,5 m). Daerah irigasi kiri terletak di tiga
kecamatan yaitu kecamatan Sei Bingai, Kuala dan Selesai, meliputi areal 2.252,5
ha. Air irigasi dialirkan melalui saluran induk (6,930 km) dan saluran sekunder
(29,026 km).


 
Didalam sistem jaringan irigasi sering timbul beberapa masalah atau
kendala didalam proses pelaksanaan jaringannya, mulai dari tempat pengambilan
air sampai penyaluran air ke petak-petak sawah pertanian, dan masalah jumlah
debit yang kurang ataupun debit yang terlalu banyak yang dialiri. Masalah ini
mempengaruhi kinerja daripada jaringan-jaringan irigasi yang berdampak buruk
bagi pertanian. Sehingga perlu dilakukan kajian-kajian di jaringan saluran primer,
sekunder, dan tersier yang akan bermanfaat untuk mengetahui mengatasi masalah-
masalah yang ada di jaringan saluran tersebut.

B. Topik Pembahasan

Topik pembahasan atau permasalahan yang akan dibahas dalam laporan


Tugas Akhir ini adalah:

1. Sistem pengiriman / pengaliran air yang dialirkan di jaringan-jaringan


irigasi;
2. Apakah sistem jaringan-jaringan yang dilapangan sesuai dengan kinerja
yang dibutuhkan dalam perencanaan;
3. Penerapan debit air yang sampai kesaluran jaringan irigasi sekunder, dan
debit pola tanam petak tersier;

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah:

1. Tujuan Umum
Adapun maksud dan tujuan dilaksanakanya Tugas Akhir ini
dengan judul Kajian Sistem Jaringan Saluran Namu Sira-Sira ini sebagai
penerapan disiplin ilmu yang telah didapat selama perkuliahan, agar dapat
diterapkan dilapangan. Sekaligus sebagai tempat pembelajaran tambahan
di dunia kerja.


 
2. Tujuan Khusus
a. Agar mengetahui sumber dan pengaliran air di jaringan-jaringan
Bendungan Namu Sira Sira kanan;
b. Agar mengetahui debit air yang sampai kesaluran sekunder, saluran
tersier, dan petak sawah;
c. Agar mengetahui apakah air yang di saluran sesuai dengan yang di
terapkan di lapangan atau tidak;

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1) Manfaat Teoritis
a) Sebagai referensi mahasiswa yang akan membahas hal yang sama
dengan laporan ini;
b) Agar dapat mengetahui system aliran di jaringan Namu Sira-sira;
c) Sebagai buku panduan bagi pembaca terkhusus untuk Kajian Sistem
Jaringan Saluran Irigasi;
2) Manfaat Praktis
a) Untuk memacu Mahasiswa untuk terus aktif dalam bidang Teknik
Sipil;
b) Terlibat secara langsung dalam dengan kegiatan proyek yang berkaitan
dengan Ilmu Teknik Sipil Bangunan Irigasi;
c) Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat
melaksanakan kegiatan yang sama ketika bekerja secara langsung
dilapangan;


 
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang kami ambil adalah:

1. Data – data yang dikumpulkan menggunakan alat bantu berupa kamera,


foto dan data – data dari perusahaan yang berhubungan dengan topik yang
akan dibahas dalam laporan tugas akhir;
2. Konsultasi dengan dosen pembimbing dikampus;
3. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dengan konsultan dan
pengawas lapangan;
4. Studi kepustakaan berdasarkan buku – buku yang berhubungan dengan
topik yang akan dibahas dalam laporan tugas akhir;
5. Sebagian data didapat dengan cara melaksanakan tinjauan kelapangan
serta melihat proses secara langsung bahkan mengambil foto sebagai data
dokumentasi;

F. Jadwal Persiapan, Pelaksanaan, dan Penulisan Laporan Tugas Akhir


Adapun jadwal yang direncanakan penulis untuk membantu pengarahan
waktu agar sesuai dan tepat waktu penyelesaian mulai dari persiapan dan
pengumpulan data hingga penyusunan Tugas Akhir mulai dari April sampai
Agustus 2014.

Tabel 1. Jadwal Laporan Tugas Akhir

BULAN
No. Kegiatan
Apr Mei Juni Juli Ags

A. Persiapan
Survei lokasi tempat pelaksanaan
1
T.A dan, mendapatkan Topik T.A

2 Mendapat Dobing T.A

Mendapat izin tempat pengambilan


3
T.A
Bimbingan pelaksanaan T.A dari
4
Dobing


 
B. Pelaksanaan

5 Pengumpulan data

6 Melengkapi data

7 Bimbingan dan Pengolahan data

C. Pelaporan

Bimbingan untuk penulisan Bab I


8
dan BAB II

9 Penulisan Bab I dan BAB II

Koreksi dan perbaikan BAB I dan


10
BAB II
Bimbingan untuk penulisan Bab III
11
dan BAB IV

12 Penulisan Bab III dan BAB IV

Koreksi dan perbaikan BAB III


13
dan BAB IV

14 Bimbingan penulisan Bab V

15 Penulisan Bab V
Bimbingan tahap akhir
16 (Penyempurnaan laporan tugas
akhir)
Penyempurnaan Laporan Tugas
17
Akhir

G. Sistematika Laporan

Adapun sistematika laporanTugas Akhir adalah:


BAB I Latar belakang, topik pembahasan, tujuan, manfaat, teknik
pengumpulan data, jadwal, dan sistemetika laporan.
BAB II Tinjauan umum proyek saluran irigasi Namu sira – sira Kabupaten
Langkat.
BAB III Tinjauan kepustakaan.
BAB IV Pembahasan: Kajian Sistem Jaringan Saluran Irigasi Namu Sira-Sira
BAB V Simpulan dan Saran.


 
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

A. Latar Belakang Perusahaan

Sistem irigasi di Indonesia merupakan bagian dari sistem kehidupan sosial


masyarakat yang cukup tua keberadaannya. Dari sisi kesejarahan sistem irigasi di
Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan sebelum penjajahan Belanda datang.
Sehingga ketika ada pihak-pihak yang membicarakan kebijakan sistem irigasi,
siapapun pihak tersebut, perlu selalu berpijak pada realitas sistem irigasi yang
telah ada. Hal ini dikarenakan irigasi sangat berpengaruh bagi masyarakat
khususnya para petani yang berguna untuk mangairi lahan pertanian mereka.
Daerah irigasi Namu Sira-Sira digagas sejak tahun 70an. Studi
kelayakannya diselesaikan pada bulan maret 1978 yang didanai oleh pemerintah
inggris (Overseas Development Administration), sedang desain teknisnya selesai
pada tahun 1980. Kedua dokumen perencanaan tersebut dikaji ulang dan
disempurnakan pada tahun 1982. Pada tanggal 4 juni 1992 Daerah Irigasi Namu
Sira-Sira diresmikan oleh presiden Soeharto di Bah Bolon. Sumber air irigasi
Namu Sira-Sira berasal dari Sungai Bingei dan memiliki dua saluran primer, yaitu
saluran primer kanan dan saluran primer kiri.
Bendung Namu Sira-Sira mempunyai luas areal 6.350 ha yang terbagi
menjadi 2 wilayah kerja, yaitu irigasi Namu Sira-Sira kanan dan irigasi Namu
Sira-Sira kiri. Bendung irigasi Namu Sira-Sira Kanan mempunyai luas Daerah
potensial sebesar 4.097,5 hektar. Daerah irigasi Namu Sira- Sira kiri mempunyai
luas potensial 2.252,5 hektar.
Berdasarkan data Metereologi yang tercatat di Kabupaten Langkat,
Kecamatan Sei Bingai ( LU 3,75˚ BT 98,45˚ ) tinggi curah hujan tahunan didaerah
irigasi Namu Sira – Sira berkisar antara 79 mm sampai 295 mm, dengan tinggi
curah hujan tahunan rata – rata 134,25mm, temperatur 27,09˚c, kelembapan rata –


 
rata 82,16%, kecepatan angin (U2) 283,5 km per hari dan pancaran sinar matahari
3,3 jam per hari.
Daerah irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah Irigasi yang
kewenangannya adalah kewenangan pemerintah pusat karena luas potensial
daerah irigasi Namu Sira-Sira mencapai 6.350 hektar, yang di perbantukan pada
Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan merupakan irigasi lintas Kabupaten
Kota:
 Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat
a. Desa Namu ukur utara;
b. Desa Pasar VI Kwala Mencirim;
c. Desa Emplasmen Kwala Mencirim;
d. Desa Durian Lingga;
e. Desa Pasar VIII Namu Terasi;
f. DesaPasar IV Namu terasi;
g. Desa Pasar II purwo Binangun;
 Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai:
a. Kelurahan Tanah Merah;
b. Kelurahan Bakti Karya;
c. Kelurahan Tanah Seribu;

B. Data Umum Proyek

1. Lokasi Proyek
Areal Proyek Rehabilitasi Namu Sira-Sira berada di Provinsi Sumatera
Utara Kabupaten Langkat dan Kota Binjai dengan jarak 41 km dari Kota
Medan dan 20 km dari Kota Binjai yang terletak pada garis lintang 03˚ 14’
00” garis bujur 97˚ 52’ 00” yang meliputi 4 kecamatan, yaitu:
a. Kec. Sei bingai;
b. Kec. Kaula;
c. Kec. Selesai, dan;
d. Kec. Binjai Selatan;


 
2. Luas Areal proyek
Total luas areal Bendung Namu Sira-Sira ini adalah 6.350 ha, dan dibagi
menjadi 2 yaitu Namu Sira-Sira kanan (4097,5 ha) dan Namu Sira-Sira kiri
(2252.5 ha).

3. Tujuan / Sasaran Proyek


1) Untuk menaikan produksi padi dengan merehabilitasi jaringan irigasi
yang meliputi jaringan utama, saluran irigasi beserta bangunan-
bangunannya;
2) Menaikkan pendapatan penduduk didalam dan sekitar lokasi proyek;
3) Menaikkan standart hidup para petani;
4) Menambah lapangan pekerjaan di lokasi proyek;
5) Memberikan konstribusi terhadap pengembangan kondisi sosial
ekonomi di pedesaan;

4. Sumber Air
Sungai Bingai melalui bendung Namu Sira-Sira yang di bangun pada
tahun 1982. Bentang bendung 42 m dengan kapasitas pengambilan kiri
1.394 m³/dtk, dan pengambilan kanan 5.999 m³/dtk.

5. Target Pencapaian :
1) Daerah irigasi 6.350 ha;
2) Copping pattern Paddy-paddy / Palawija paddy / Palawija;
3) Cropping intensity 260%;

6. Kronologis Proyek :
a. 1961 : Jaringan Namu Sira-Sira berawal dari irigasi
Nonteknis, pengambilan air dari sungai adalah
dengan free intake;
b. 1974 : Up Grading dilaksanakan dengan dana APBN dan
bantuan para petani meliputi Areal 2700 Ha;


 
c. 1974 – 1982 : SDA Sumatera Utara melaksanakan feasibility
Study, Survey, dan design untuk 6350 Ha;
d. 1982 : Pembangunan Bendung Namu Sira – Sira
termaksud sebagai tanggul banjir, rehabilitasi, dan
saluran irigasi dan bangunannya;
e. 1985 – 1990 : Detail design, pekerjaan konstruksi jaringan
utama, tersier, dan land development;
f. 2006 : Review design oleh PIRIMP (JBIC Loan No.
IP505);
7. Kondisi Saat Ini
Kondisi yang ada saat ini di Bendung Namu Sira-Sira kanan berdasarkan
data pertanian.

1) Luas kepemilikan tanah : 0.06 ha / keluarga tani (berdasarkan base


line study Sub Project Namu Sira- Sira;
2) Land Use : Pertanian (6.080 ha 96.8% ) dan kelapa sawit (200
Ha 3.2%);
3) Pola Tanam : Padi-padi / Palawija;
4) Intensitas Tanam : 186 %;
5) Hasil Panen : Pada musim hujan padi 3.5 ton/ha, pada musim
kemarau padi (3.5 ton/ha) dan jagung musim
kemarau 3 ton/ha;

8. Jaringan Irigasi
1) Irrigation system : Jaringan irigasi Namu Sira-Sira terdiri dari dua
daerah irigasi, yaitu :
a. Daerah irigasi kiri yang terletak di 3 kecamatan yaitu : Kec. Sei
Bingei, Kec. Kuala, dan Kec. Selesai yang meliputi 2.182 ha
air irigasi dialirkan melalui saluran induk sepanjang 6,93 km,
dan saluran sekunder sepanjang 29,026 km;


 
b. Daerah irigasi kanan terletak di 2 kecamatan yaitu Kec. Sei
Bingei dan Kec Binjai Selatan, yang meliputi areal 4098 ha.
Air irigasi dialirkan melalui saluran induk Namu Sira-Sira
kanan sepanjang 2.648 km dan saluran sekunder 46,759 km;
c. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 67 P3A dan 5 Sub
P3A Gabungan;
d. O&P dibiayai oleh pemerintah pusat (APBN) Dep. PU Ditjen
SDA dalam hal ini di TPOP oleh Dinas Pengelolahan Sumber
Daya Air Prov Sumatera Utara;
9. Masalah keadaan existing
1) Bendung dan Kantong Lumpur:
a. Pintu pembilas bendung dan pintu pengambilan tidak berfungsi
dengan baik menyebabkan sedimentasi di depan pintu pengambilan
tidak terkontrol.
2) Saluran Irigasi dan bangunannya:
a. Kapasitas saluran berkurang akibat sedimentasi pada saluran;
b. Tebing saluran pada beberapa lokasi terjadi lonsor;
c. Kerusakan-kerusakan pada lining saluran;
d. Kerusakan pada jalan inspeksi;
e. Kerusakan pada bangunan-bangunan irigasi yang pada umumnya
terjadi pada sayap bangunan, lantai hilir tergerus dan pintu-pintu
banyak yang tidak berfungsi;

10 
 
C. Data Khusus Proyek

Secara teknis di Namu sira-sira kanan mempuyai data sebagai berikut:


a. Luas potensial : 4.097,5 ha;
b. Debit air yang di butuhkan : 4,999 m³/s;
c. Pintu pengambilan (intake) : 2 unit;
d. Pintu pembilas di bendung : 1 unit;
e. Pintu penguras kantong lumpur : 2 unit;
f. Bangunan bagi sadap : 8 unit;
g. Bangunan sadap : 30 unit;
h. Bangunan terjun : 231 unit;
i. Bangunan jembatan : 24 unit;
j. Bangunan jembatan orang : 14 unit;
k. Bangunan pelimpah samping : 5 unit;
l. Bangunan gorong gorong : 26 unit
m. Bangunan gorong gorong melintang : 12 unit;
n. Bangunan tangga cuci : 46 unit;
o. Bangunan talang : 8 unit;
p. Panjang saluran primer : 2.648,13 m;
q. Panjang saluran sekunder : 47.819,5 m;
r. Panjang saluran suplesi : 5.350 m;
s. Petak tersier : 65 unit;
t. Pintu sekunder : 45 unit;
u. Pintu sadap ( tersier ) : 65 unit;

Petugas Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira kanan:


a. Kepala unit Pelaksana Lapangan : 1 orang;
b. Staf Umum : 1 orang;
c. Staf Operasi : 1 orang;
d. Staf Pemeliharaan : 1 orang;
e. Juru Pengairan : 4 orang;

11 
 
f. Penjaga Pintu Air : 10 orang;
g. Pekerja Saluran : 6 orang;

D. Organisasi Proyek

Organisasi proyek pada umumnya adalah sekelompok orang yang


melakukan kegiatan dalam wadah dan cara tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu. Tugas yang dimaksud adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan
harapan bisa berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan atau sasaran
yang ditetapkan berupa keuntungan bagi perusahaan dan keputusan pelanggan
sebagai pengguna jasa.
Penyusunan organisasi proyek dimulai dengan mengidentifikasi dan
mengklasifikasi fungsi dan kegiatan-kegiatan yang ada dalam sebuah proyek,
mengelompokkan kegiatan yang sejenis dalam satu unit tertentu, menyiapkan
personal yang akan menjalankan fungsi dan kegiatan tersebut.
Proyek adalah sekumpulan aktifitas yang saling berhubungan dimana titik
awal dan titik akhir secara hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi
organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian dari berbagai profesi dan
organisasi.
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengelola
dan mengorganisasikan beragam sumber daya selama masa proyek, dimana tujuan
akhirnya adalah berwujudnya sasaran proyek yang meliputi kualitas waktu dan
biaya yang telah ditentukan.
Berikut tugas dari pekerjaan dinas PSDA provinsi sumatera utara unit
pelaksanaan di namu sira-sira kanan:
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan
daerah di bidang pekerjaan umum berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.

12 
 
2. Sekretaris
Sekretaris berada di bawah kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, perencanaan program, administrasi umum, kehumasan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, perlengkapan dan administrasi keuangan,
monitoring, evaluasi serta pelaporan. Penyiapan bahan koordinasi
perencanaan program, administrasi umum dan keuangan:
a. Penyiapan bahan koordinasi administrasi umum dan kepegawaian,
ketatalaksanaan, perlengkapan dan pemeliharaan, hukum dan
kehumasan serta pengaduan masyarakat;
b. Penyiapan bahan koordinasi penyusunan anggaran, perbendaharaan,
verifikasi dan akuntansi keuangan. Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya:

a) Sub Bagian Perencanaan Program


Pengumpulan dan penyiapan bahan koordinasi, penyusunan
rencana dan program, evaluasi dan pelaporan;

b) Sub Bagian Umum


Pengumpulan dan penyiapan bahan, administrasi umum,
Kepegawaian, Ketatalaksanaan, Perlengkapan, Pemeliharaan,
Hukum dan Kehumasan serta pengaduan masyarakat;

c) Sub Bagian Keuangan


Pengumpulan dan penyiapan bahan koordinasi, Penyusunan
Anggaran, Hasil Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan Pengelolaan
Anggaran, Mekanisme Pelaksanaan Aggaran, Realisasi Anggaran,
SIMDA (laporan Akutansi Keuangan);

13 
 
3. Bidang Tata Ruang
Bidang Tata Ruang dipimpin oleh seorang Kepada Bidang dengan
kedudukan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan perencanaan tata ruang,


pemanfaatan dan pengendalian tata ruang dan bina jasa konstruksi;
b. Penyiapan bahan koordinasi perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan
pengendalian tata ruang dan bina jasa konstruksi;
c. Penyiapan bahan perencanaan, bimbingan, pengaturan teknis
pengembangan tata ruang serta pengembangan informasi dan
omunikasi tata ruang;
d. Penyiapan bahan penyelenggaraan survey, pemetaan tata ruang serta
pemanfaatan dan pengendalian tata ruang;
e. Penyiapan bahan bimbingan dan pembinaan teknis operasional
pelaksanaan ruang dan jasa konstruksi;
f. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya;

4. Bidang Sumber Daya Air


Bidang Sumber Daya Air dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan perencanaan irigasi, sungai,


danau dan wadauk serta air tawar, rawa dan pantai;
b. Penyiapan bahan koordinasi perencanaan irigasi, sungai, danau dan
waduk serta air baku, rawa dan pantai;
c. Penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis pembangunan serta pengelolaan irigasi;
d. Penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis pembangunan serta pengelolaan sungai, danau dan waduk;

14 
 
e. Penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis pembangunan serta pengelolaan sumber daya air baku, rawa dan
pantai;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya;

5. Seksi Irigasi
Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Koordinasi, Pembinaan, Pengelolaan,
Pengawasan, Pengendalian Pengembangan Peningkatan Jaringan Irigasi-
irigasi, Informasi Paket Pengadaan Kegiatan, Pengadaan Kegiatan,
Pelaksanaan Kegiatan, Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan
Keuangan, Laporan.

6. Seksi Sungai, Danau dan Waduk


Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Koordinasi, Pembinaan, Pengelolaan,
Pengawasan, Pengendalian Banjir, Konservasi Sungai, Waduk dan Danau,
Penyediaan Penggunaan Sumber Daya Air, Informasi Paket Pengadaan
Kegiatan, Pengadaan Kegiatan, Pelaksanaan Kegiatan, Realisasi
Pelaksanaan Kegiatan dan Keuangan, Laporan.

7. Seksi Air baku, Rawa dan Pantai


Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Koordinasi, Pembinaan, Pengelolaan,
Pengawasan, Pengendalian Program Pengebangan Air Baku daerah rawa,
Pengamanan Pantai, Informasi Paket Pengadaan Kegiatan, Pelaksanaan
Kegiatan, Realisasi Pelaksanaan Fisik dan Keuangan, Laporan.

15 
 
16 
 
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Umum

Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah irigasi. Mengingat


Indonesia adalah negara agraris dengan tanaman dan makanan utama
penduduknya adalah beras, maka peran irigasi sebagai penghasil utama beras
menduduki posisi yang sangat penting. Irigasi memerlukan investasi yang besar
untuk pembangunan sarana dan prasarana, pengoperasian dan pemeliharaan. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik, benar, dan tepat sehingga
pemakaian air untuk irigasi dapat seoptimal mungkin.
Menurut Sudjawardi (1990), irigasi merupakan salah satu faktor penting
dalam produksi bahan pangan. Sistem suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan, maka Sistem
Irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai
komponen saluran, menyangkut upaya penyedian, pembagian, pengelolaan, dan
pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa
komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah:

a. Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah


permukaan);
b. Kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi
lahan);
c. Kondisi biologis tanaman;
d. Aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi);

17 
 
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan
air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a) Sistem irigasi permukaan ( surface irrigation system );
b) Sistem irigasi bawah permukaan ( sub surface irrigation system );
c) Sistem irigasi dengan pemancaran ( sprinkle irrigation system );
d) Sistem irigasi dengan tetesan ( trickle irrigation / drip irrigation );
Menurut Bustomi (2000), pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi
oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis
tanaman social ekonomi dan budaya, teknologi ( sebagai masukan sistem irigasi )
serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan. Proses masukan (input) dan
keluaran (output) dapat digambarkan pada Gambar 3.1 dibawah ini:

Masuk Sistem Irigasi Keluar:


● Kondisi hidrologi ● Peningkatan produksi
● Kondisi klimatologi pertanian
● Kondisi fisik dan kimiawi
lahan Proses
● Kondisi biologis tanaman ● Cara penyedian air
pendistribusian air ● Cara pemberian dan
● Kondisi social ekonomi dan pendistribusian air
budaya ● Cara pengelolaan
● teknologi dan pengaturan
feed back

Gambar 3.1: Skema Representasi Sistem Irigasi (Sumber: Bustomi, 2000)

Dengan garis besar tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua)


golongan, yaitu:
1. Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah
berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga
dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut.

18 
 
2. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mengatur suhu dari tanah, mencuci
tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui
aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu
daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang
terbawa air, dan lain sebagainya.

Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur


sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia
yang dibutuhkan tanaman.
Air irigasi biasa juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk air
baku. Penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, keperluan industri,
perikanan, untuk penggelontoran roil - roil didalam kota ( teknik penyehatan ) dll.

Sumber air yang digunakan untuk irigasi adalah :

a. Air yang dipermukaan tanah, seperti: sungai, danau, waduk, dan mata air;
b. Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan ( embung );
c. Air tanah ( Ground Water );

B. Tingkat – Tingkat Jaringan Irigasi

Dalam KP-01 berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan


lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam 3 tingkatan, yakni:

a. Jaringan irigasi sederhana;


b. Jaringan irigasi semiteknis, dan;
c. Jaringan irigasi teknis;

Ketiga tingkatan tesebut beserta kelemahan dan keunggulannya bisa


dilihat dalam tabel 2 dibawah ini:

19 
 
Tabel 2. Kelemahan dan keunggulan cara pengukuran aliran air dan
kelengkapan fasilitas jaringan irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
NO. Teknis Semiteknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Bangunan
1 Bangunan Utama permanen atau
Permanen sementara
semi permanen
Kemampuan bangunan
2 dalam mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi
Saluran irigasi
Saluran irigasi dan pembuang
dan saluran
3 Jaringan saluran dan pembuang tidak
pembuang jadi
terpisah sepenuhnya
satu
terpisah
Belum
Belum ada
dikembangkan
Dikembangkan jaringan
4 Petak tersier atau densitas
sepenuhnya terpisah yang
bangunan
dikembangkan
tersier jarang
Tinggi 50% - Sedang 40-% - Kurang < 40%
Efisiensi secara
5 60% ( ancar – 50% ( ancar – ( ancar – ancar
keseluruhan
ancar ) ancar ) )
Tak ada Sampai 2.000 Tak lebih dari
6 Ukuran
batasan ha 500 ha
Ada ke seluruh Hanya sebagian Cenderung
7 Jalan usaha tanah
areal areal tidak ada
Ada instansi
yang
Tidak ada O &
8 Kondosi O & P menangani dan Belum teratur
P
dilaksanaka
teratur
Sumber : KP – 01 halaman 7 tabel 1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

20 
 
1. Sistem Irigasi Sederhana

Sistem irigasi ini baik bangunan maupun pemeliharaannya dilakukan oleh


para petani dan pada umumnya jumlah arealnya cukup kecil. Biasanya
terdapat dipegunungan, sedangkan sumber airnya didapat dari sungai – sungai
kecil yang airnya mengalir sepanjang tahun.
Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah untuk diorganisasi tetapi
memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama ada pemborosan air dan,
karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi
dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka
umurnya mungkin pendek.

Adapun ciri – ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah sebagai berikut:
a. Bangunan utamanya adalah bangunan sederhana;
b. Kemampuan mengukur dan mengatur debit air jelek;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuangan menjadi satu;
d. Belum ada jaringan – jaringan irigasi yang dikembangkan;
e. Efisiensi secara keseluruhan lebih kecil dari 40%;
f. Luas daerah yang dialiri tidak lebih dari 500 ha;

21 
 
Gambar 3.2 Jaringan Irigasi Sederhana
Sumber : KP- 01 hal 6 Gambar 1.1 jaringan irigasi sederhana

2. Sistem Irigasi Semi Teknis

Sistem irigasi ini, seluruh bangunan yang ada didalam jaringan irigasi
setengah teknis yang maksudnya adalah konstruksinya bisa permanen atau
bisa setengah permanen, hanya tidak dilengkapi pintu air dan alat ukur debit
air.
Untuk pengaturan air cukup dipasang balok sekat saja, sehingga pegaturan
dan pembagian debitnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun irigsi ini
dapat ditingkatkan secara bertahap menjadi Sistem Irigasi Teknis. Pada sistem
ini pembangunannya dilakukan oleh Pemerintah Pekerjaan Umum.

22 
 
Adapun ciri – ciri utama dari jaringan irigasi semiteknis antara lain, yaitu:
a. Bangunan utama adalah bangunan setengah permanen;
b. Kemampuan bangunan untuk mengukur dan mengatur debit air cukup
baik;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuangan sepenuhnya tidak
terpisah;
d. Petak – petak tersier belum dikembangkan;
e. Efisiensi secara keseluruhan lebih kecil dari 40 %;
f. Luas tanah yang dialiri sampai 2000 ha;

Gambar 3.3 Jaringan Irigasi Semi Teknis


Sumber KP-01 hal 10 Gambar 1.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis

23 
 
3. Sistem Irigasi Teknis

Sistem irigasi ini, seluruh bangunan yang ada didalam jaringan irigasi
teknis semua konstruksinya permanen dan juga dilengkapi dengan pintu –
pintu air dan alat ukur debit air, dan dimana pembagian airnya bisa diatur dan
bisa diukur yang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga pembagian atau
pemberian air ke sawah - sawah dilakukan dengan tertib dan merata.
Disamping itu untuk menjamin tidak ada kebanjiran, dibuat jaringan
pembuang tersier, sekunder, dan induk, yang nantinya air tersebut dialirkan
langsung ke sungai. Saluran ini juga akan berfungsi untuk membuang air sisa
pemakaian dari sawah.

Adapun ciri – ciri utama dari jaringan teknis antara lain, yaitu:
a. Bangunan utama adalah bangunan permanen;
b. Kemampuan bangunan dalam mengukur dan mengatur debit air sangat
baik;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuang seluruhnya terpisah;
d. Petak – petak telah dikembangkan secara sepenuhnya;
e. Efisiensi keseluruhan hanya sekitar 40% - 50%;
f. Luas tanah yang dapat dialiri tak ada batasan;

24 
 
Gambar 3.4 Jaringan Irigasi Teknis
Sumber : KP-01 hal 12 Gambar 1.3 Jaringan Irigasi Teknis

Pekerjaan irigasi teknis pada umumnya terdiri dari:


a. Pembuatan bangunan penyadap yang berupa bendung atau penyadap
bebas;
b. Pembuatan saluran primer ( induk ) termasuk bangunan – bangunan
didalamnya seperti: bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan
bangunan sadap. Bangunan ini dikelompokkan sebagai bangunan air
pengatur, disamping itu ada kelompok bangunan air pelengkap
diantaranya bangunan terjun, got miring, gorong – gorong, pelimpah,
talang dll;

25 
 
c. Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan–bangunan
didalamnya seperti: bangunan bagi sadap, sadap, dan bangunan
pelengkap seperti yang ada pada saluran induk;
d. Pembuatan saluran tersier, termasuk bangunan–bangunan didalamnya,
seperti boks tersier, boks kuarter dan lain-lain;
e. Pembuatan saluran pembuang sekunder dan tersier, termasuk
bangunan gorong pembuang;

C. Petak - Petak Irigasi

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang


diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyedian, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunaannya dilapangan. Secara hirarkhi jaringan
irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi
bangunan, saluran primer dan saluran sekunder, sedangkan jaringan tersier terdiri
dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak-petak tersier.

1. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah
disepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder.

2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak disaluran primer atau sekunder. Batas – batas
petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya
saluran drainase. Luas petak sekunder dapat berbeda – beda tergantung pada
kondisi topografi yang bersangkutan.

26 
 
Saluran sekunder pada umunya terletak pada punggung mengairi daerah di
sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran
garis tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah.

3. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing – masing seluas
kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas – batas yang jelas, misalnya
jalan, parit, batas desa, dan batas – batas lainnya. Ukuran petak tersier
berpangaruh teerhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang
berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani,
topografi dan jenis tanaman.

D. Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan


dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
dalam praktek irigasi, antara lain yaitu:

a. Bangunan utama;
b. Bangunan pembawa;
c. Bangunan bagi;
d. Bangunan sadap;
e. Bangunan pengatur muka air;
f. Bangunan pembuang dan penguras;
g. Bangunan pelengkap;

27 
 
1. Bangunan Utama

Bangunan utama (Headworks) dimaksudkan sebagai kompleks bangunan


yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air
ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori, yaitu:

a. Bendung
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk
meninggikan muka air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan
agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Bendung
gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan
ditutup apabila aliran kecil.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai.
c. Pengambilan dari waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu
terjadi surplus air disungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi
kekurangan air. Jadi, fungsi utama dari waduk adalah untuk mengatur
aliran sungai.
d. Stasius pompa.
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila
upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan
untuk dilakukan, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal
yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang
sangat besar.

28 
 
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Dibangunan pembawa mempunyai 2 jenis aliran, antara lain sebagai
berikut:
a. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran superkritis diperlukan di tempat –
tempat, dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan
maksimum saluran.
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
Bangunan pembawa dengan aliran subkritis diperlukan di tempat –
tempat, dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan
minimum saluran.

Berikut ini adalah penjelasan singkat berbagai saluran yang ada dalam
suatu sistem irigasi:

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran


sekunder dan ke petak – petak tersier yang akan diairi. Batas ujung
saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir;
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju ke petak – petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan sadap terakhir;
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak – petak kuarter yang dilayani oleh

29 
 
saluran tersier tersebut. Batas akhir dari saluran tersier adalah
bangunan boks tersier terakhir;
d. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak – petak sawah yang dilayani oleh saluran kuarter
tersebut. Batas akhir dari saluran kuarter adalah bangunan boks
terakhir;

3. Bangunan Bagi
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder, dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umunnya mempunyai 3
bagian utama, yaitu:

a. Alat pembendung, bermaksud untuk mangatur elevasi muka air sesuai


dengan tinggi pelayanan yang direncankan;
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu
pengatur agar debit yang masuk ke saluran dapat diatur;
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir;

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu


dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan.

30 
 
4. Bangunan Pengukur dan Pengatur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan. Berikut dibawah ini tabel 3 beberapa jenis dari alat ukur debit:

Tabel 3. Alat Ukur Debit


Tipe alat ukur Mengukur dengan Kemampuan Mengatur

Ambang Lebar Aliran Atas Tidak

Parshal Flume Aliran Atas Tidak

Cipoletti Aliran Atas Tidak

Romijn Aliran Atas Ya

Crump de Gruyter Aliran Bawah Ya

Constant Head Orifice Aliran Bawah Ya

Bangunan Sadap pipa


Aliran Bawah Ya
sederhana

Sumber : KP – 01 halaman 21 tabel 2.1Alat – Alat Ukur

Untuk mengetahui eksploitasi dan pemeliharaan, peralatan ukur yang


dipakai disebuah jaringan irigasi hendaknya dibatasi sampai dua atau
maksimum tiga tipe saja. KP – 04 bangunan memberikan uraian terinci
mengenai peralatan ukur dan penggunaannya. Peralatan berikut diannjurkan
pemakaiannya:

31 
 
a. Di hulu saluran primer
Untuk aliran bedar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
b. Dibangunan bagi / dibangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crumpe – de Gruyter dipakai untuk mengukur
dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang
lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk
saluran primer.
c. Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau
jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crumpe – de
Gruyter. Di petak – petak tersier kecil di sepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi, dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana.

5. Bangunan Sadap
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau saluran
sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran dibangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas – batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat member informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan.

32 
 
6. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan pengatur muka air berfungsi sebagai mengatur/mengontrol
muka air dijaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat disetel
atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel di anjurkan
untuk menggunakan pintu (sorong, radial, atau lainnya).

7. Bangunan Pembuang dan Penguras


Saluran pembuang dibagi menjadi 2, yaitu jaringan saluran pembuang
tersier dan jaringan pembuang utama:

a. Jaringan saluran pembuang tersier


1) Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke
dalam saluran pembuang tersier;
2) Saluran pembuang tersier terletak diantara petak-petak tersier yang
termaksud dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung
air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air
tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder;
b. Jaringan pembuang utama
1) Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer
atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan keluar daerah
irigasi;
2) Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Pembuang primer sering
berupa saluran saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau laut;

33 
 
8. Bangunan Pelengkap.
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat sebagai sarana
pendukung dan pelengkap saluran irigasi. Ada beberapa bangunan pelengkap
salah satunya adalah bangunan silang. Bangunan silang terdiri dari beberapa
tipe bangunan antara lain:
a. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran
air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya
(biasanya saluran), bawah jalan, atau dibawah tanah. Jenis aliran di
dalam gorong-gorong pada umumnya adalah aliran bebas (subkritis).
b. Talang
Talang Bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi yang
lewat diatas saluran lainnya, sungai atau cekungan, dan jalan, Jenis
aliran di dalam talang pada umumnya adalah aliran bebas (subkritis).
c. Sipon
Sipon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan grafitasi melalui bagian bawah saluran
pembuang, cekung, anak sungai atau sungai. Siphon juga dipakai
untuk melewati air di bawah jalan-jalan kereta api atau bangunan-
bangunan yang lain. Siphon merupakan saluran tutup yang
direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat
dipengaruhi oleh tinggi tekan.
d. Got miring
Got Miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dan
umumnya mengikuti medan alamiah. Bangunan air ini berfungsi
mengalirkan air yang dibuat jika trase saluran melewati medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar.

34 
 
e. Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan yang dimaksud adalah jalan inspeksi dan jalan petani yang
diperlukan untuk kegiatan inspeksi, eksploitasi, pemeliharaan jaringan
irigasi dan pembuang,dan kegiatan masyarakat petani sehari-hari.
Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi
diseberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan
inspeksi dengan jalan umum.

E. Kemiringan Saluran

Kemiringan saluran adalah kemiringan memanjang dasar saluran sehingga


air dapat mengalir dengan baik. Kemiringan saluran dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain sebagai berikut:
1. Keadaan Topografi;
2. Kegunaan Saluran;
3. Tinggi Energi untuk mengalirkan air;
Kemiringan memanjang saluran ditentukan oleh garis-garis tinggi dan
lereng saluran. Bahaya erosi pada saluran tanah akan membatasi kemiringan
maksimum dasar saluran. Jika kemiringan maksimum yang diizinkan lebih landai
daripada kemiringan medan yang ada, maka pada jalur itu memerlukan suatu
bangunan terjun. Jika kemiringan tanah/medan lebih landai dari kemiringan
minimum, maka kemiringan dasar saluran akan dibuat sama dengan kemirigan
lahan yang ada.

35 
 

You might also like