Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
dalam praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab individu harus
(fibrilasi) yang bervariasi bentuk, durasi dan amplitudo yang dapat diikuti dengan
respon ventrikel yang ireguler (Gehi AK dan Mounsey PJ, 2010). Ciri-ciri FA
pada EKG umumnya memiliki gambaran sebagai berikut: (Camm AJ et al, 2010)
450x/menit.
7
8
2006)
Permanen
fokal dan hipotesis wavelet multipel, meskipun kedua mekanisme tersebut dapat
serabut muskuler pada daerah tertentu seperti vena pulmonalis, vena cava
2006). Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme selular dari aktivitas fokal
sehingga terjadi pemendekan dari periode refrakter pada serat miosit dan
gelombang yang lebih besar, atau dapat bertabrakan sehingga meniadakan satu
sama lain. Jika cetusan gelombang masih cukup banyak, kondisi FA tetap dapat
laju ventrikel, penyakit yang mendasari FA, lamanya FA dan komplikasi yang
ditimbulkan FA. Gejala umum yang dapat ditimbulkan seperti ansietas, palpitasi,
dispneu, pusing, nyeri dada, cepat lelah dan gejala tromboemboli (Nasution SA et
pada pasien lanjut usia dan pasien dengan FA persisten (Morady F dan P.Zipes D,
2015).
11
Fibrilasi atrium (FA) mempunyai kaitan erat dengan kelainan pada sistem
yaitu FA dengan kondisi kelainan jantung (cardiac) maupun kelainan non jantung
(non cardiac). Beberapa contoh faktor risiko klasik seperti hipertensi, penyakit
penyakit tiroid. Pada beberapa kasus, FA bisa muncul tanpa adanya kelainan
pada sistem kardiovaskuler yang disebut lone FA. Pada kasus lone FA, suatu
Secara umum, faktor risiko FA dibagi menjadi dua kategori yaitu kelainan
pada jantung dan kelainan non jantung. Faktor risiko tersebut meliputi: (Nasution
SA et al, 2014).
b) Gagal jantung
c) Infark miokard
d) Kardiomiopati hipertrofik
e) Perikarditis
g) Wolff-Parkinson-White syndrome
12
a) Konsumsi alkohol
c) Emboli pulmonal
d) Sepsis, pneumonia
e) Obesitas
f) Hipertensi
sebagai FA. Denyut jantung pada FA dapat diukur dengan menghitung interval
RR selama 10 detik lalu dikali enam. Risiko komplikasi yang ditimbulkan tidak
gejala dan faktor risiko yang ditimbulkan FA. Evaluasi klinis dapat ditentukan
13
PJ, 2010).
mendasari. Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, tekanan vena jugularis, ronkhi
pada paru, irama gallop S3, hepatomegali, dan edema perifer. Pemeriksaan
diakibatkan oleh FA. Selain itu, FA yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan
sama pada FA persisten atau permanen pada kejadian stroke (Friberg L et al,
2010).
terhadap penurunan kualitas hidup pasien dengan FA (Gehi AK dan Mounsey PJ,
2010).
dengan FA. Kualitas hidup pasien dengan FA lebih rendah dibandingkan pada
individu yang sehat, populasi umum maupun pasien dengan penyakit jantung
koroner dengan irama sinus. Fibrilasi atrium menyebabkan stress akibat palpitasi
ventrikel kiri yang disebabkan kecepatan kontraksi ventrikel yang meningkat dan
2.1.8.1. Tujuan
15
pada pasien tersebut dapat dilakukan konversi ke irama sinus atau cukup dengan
Tidak terdapat acuan yang ketat dalam menentukan batas yang perlu
dari 80 kali/menit pada saat istirahat dan kurang dari 110 kali/menit saat
alat telemetrik lainnya dapat berguna dalam evaluasi laju irama ventrikel.
pada pasien FA. Pengontrolan laju irama ventrikel juga dilaksanakan pada pasien
oral dapat digunakan pada pasien dengan hemodinamik stabil. Antagonis kanal
sistolik ventrikel yang masih baik. Obat intravena mempunyai respon yang lebih
gagal jantung atau adanya hipotensi. Pada FA dengan preeksitasi, obat yang
ventrikel namun bersifat sementara. Diharapkan laju jantung akan menurun dalam
waktu 1-3 jam setelah pemberian antagonis kanal kalsium (ditiazem 30 mg atau
verapamil 80 mg), penyekat beta (propanolol 20-40 mg, bisoprolol 5 mg, atau
metoprolol 50 mg). Penting untuk menyingkirkan adanya riwayat dan gejala gagal
jantung. Kendali laju yang efektif tetap harus dengan pemberian obat antiaritmia
gangguan hemodinamik pada pasien FA. Pada pasien dengan hemodinamik tidak
al, 2009).
menjadi irama sinus. Efektivitas propafenon oral tersebut mencapai 45% dalam 3
jam. Strategi terapi ini dapat dipilih pada pasien dengan gejala yang berat dan FA
jarang. Pasien dengan respon ventrikuler yang cepat membutuhkan penyekat beta
yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, dan sinkop perlu segera dilakukan
kardioversi elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan 100 Joule (bifasik). Bila
tidak menunjukkan hasil dapat dinaikkan menjadi 200 Joule. Pasien dipuasakan
atau stroke emboli tidak berbeda antara kardioversi elektrik dan farmakologis
pasien FA yang berusia lebih dari 65 tahun dan lone FA karena kedua kelompok
pasien tersebut mempunyai risiko tingkat kejadian stroke yang rendah (Ariansena I
et al, 2009).
between 65-74 years, Sex category: female). Skor tersebut sudah divalidasi pada
beberapa studi kohort dan menunjukkan hasil yang lebih baik untuk
value, Elderly, antithrombotic Drug and alcohol) telah divalidasi pada studi kohort
JB et al, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
7. Nasution SA, Ranitya R, Ginanjar E. Fibrilasi Atrial. In: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing; 2014. p. 1365–79.
8. Gehi AK, Mounsey PJ. Atrial Fibrillation. In: Netter’s Cardiology. 2nd ed.
Elsevier Inc; 2010. p. 233–9.
9. Fuster V, Rydén LE, Cannom DS, Crijns HJ, Curtis AB, Ellenbogen KA, et
al. ACC/AHA/ESC 2006 Guidelines for the Management of Patients With
Atrial Fibrillation. Circulation. 2006;114(7):700–52.
12. Tse HF, Lau CP, Kou W, Pelosi F, Oral H, Kim M, et al. Prevalence and
significance of exit block during arrhythmias arising in pulmonary veins. J
Cardiovasc Electrophysiol. 2000;11(4):379–86.
15. Schoonderwoerd BA, Smit MD, Pen L, Van Gelder IC. New risk factors
for atrial fibrillation: causes of “not-so-lone atrial fibrillation.” Europace.
2008;10(6):668–73.
16. Kirchhof P, Lip GYH, Van Gelder IC, Bax J, Hylek E, Kääb S, et al.
Comprehensive risk reduction in patients with atrial fibrillation: Emerging
51
18. Camm AJ, Lip GYH, De Caterina R, Savelieva I, Atar D, Hohnloser SH, et
al. 2012 focused update of the ESC Guidelines for the management of atrial
fibrillation. Eur Heart J. 2012;33(21):2719–47.
19. Hylek EM, Go AS, Chang Y, Jensvold NG, Henault LE, Selby J V, et al.
Effect of intensity of oral anticoagulation on stroke severity and mortality
in atrial fibrillation. N Engl J Med. 2003;349(11):1019–26.
21. Olesen JB, Torp-Pedersen C, Hansen ML, Lip GY. The value of the
CHA2DS2-VASc score for refining stroke risk stratification in patients
with atrial fibrillation with a CHADS2 score 0-1: a nationwide cohort
study. Thromb Haemost. 2012;107(6):1172–9.
22. Olesen JB, Lip GYH, Hansen ML, Hansen PR, Tolstrup JS, Lindhardsen J,
et al. Validation of risk stratification schemes for predicting stroke and
thromboembolism in patients with atrial fibrillation: nationwide cohort
study. BMJ. 2011;342(jan31 1):d124.