You are on page 1of 21

Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare

Steven Hartanto Kurniawan*

NIM: 102016280 (Kelompok B7)

*Mahasiswa Semester Keenam Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6
Jakarta 11510
Email: hk_steven@yahoo.com

PENDAHULUAN

Diare adalah penyakit dimana penderitanya mengalami rangsangan buang air besar secara
terus menerus dan feses yang memiliki kandungan air yang berlebihan dimana terjadi perubahan
konsistensi tinja. WHO mendefinisikan diare sebagai BAB cair 3 kali atau lebih dalam 24 jam.
Penyakit diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit,
penyakit diare tersebut sebagian besar terdapat di negara berkembang dibanding negara maju yaitu
12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas.

1
Di Indonesia, penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan karena diare serta menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Hasil-hasil survei menunjukan bahwa angka
kesakitan diare untuk seluruh glongan umur adalah berkisar antara 120-30 per 1000 penduduk dan
untuk balita menderita satu atau dua kali episode diare setiap tahunnya atau 60% dari semua
kesakitan diare. Sebagian besar (76%) kematian karena diare terjadi pada balita. Sebesar
15,5% kematian pada bayi dan 26,4% kematian pada anak balita disebabkan karena penyakit diare
murni.

TINJAUAN PUSTAKA

I. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


Semua kasus diare yang ditemukan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan
sistem yang sudah ada melakukan monitoring secara terus menerus melalui kegiatan mini
lokakarya. Dilakuakan oleh kader dan petugas sarana kesehatan.
A. Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup 1
1. Pengertian 1
SP2TP adalah tatacara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan
serta hasil yang dicapai oleh puskesmas. Dengan melakukan SP2TP sebaik-baiknya,
akan didapat data dan informasi yang diperlukan untuk perencanaan, penggerakan
pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian dan penilaian penampilan
Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat umumnya.
2. Tujuan 1
Tujuan Umum
Tersedia data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara
periodik/teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas
di berbagai tingkat administrasi.
Tujuan Khusus

2
 Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
 Terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang
administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Termanfaatkannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai
tingkat administrasi.
3. Ruang lingkup 1
a. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas (termasuk Puskesmas dengan
Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling)
b. Pencatatan dan Pelaporan mencakup :
 Data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas
 Data ketenagaan di Puskesmas
 Data sarana yang dimiliki Puskesmas
 Data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas.
c. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, tribulanan, semester dan tahunan),
dengan menggunakan formulir yang baku. Seyogyanya berjenjang dari Puskesmas
ke Dati II, dari Dati II ke Dati I dan Dati I ke Pusat. Namun sementara ini dapat
dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke Propinsi.

B. Beberapa Batasan 1

Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
didapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama
di seluruh Puskesmas.

1. Kunjungan 1
Ada 2 (dua) macam kunjungan :
a. Kunjungan seorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu, baik untuk mendapat
pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat pelayanan kesehatan maupun
sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.

3
Untuk itu dibedakan 2 kategori :
 Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke
Puskesmas/Puskesmas Pembantu, sehingga umur hidupnya hanya dicatat sebagai
satu kunjungan baru.
 Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang Puskesmas/Puskesmas Pembantu
yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Perkecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita

b. Kunjungan sebagai kasus

Kunjungan kasus adalah kasus baru + kasus lama+ kunjungan baru + kunjungan
lama suatu penyakit.

2. Kasus 1
Ada 2 macam kasus :
a. Kasus baru, adalah “new episode of illness”, yaitu pernyataan pertama kali
seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau tenaga
paramedis.
b. Kasus lama adalah kunjungan kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang belum
dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode yang sama.
Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus baru.
c. Keluarga
Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta anggotanya yang
terdiri dari istri, anak-anak (kandung,tiri, angkat), danorang lain yang tinggal dalam
satu atap/rumah.
d. Nomor Kode Puskesmas
Pemberian nomor kode Puskesmas/Puskesmas Pembantu berdasar pada letak
geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas existensinya
setelah dibangun.

3. Pelaksanaan SP2TP 1

Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan,ialah :

4
 Pencatatan dengan menggunakan format
 Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodik
 Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi.
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas/Puskesmas Pembantu, yaitu mengisi
:
 Family folder (Kartu Individu dan Kartu Tanda Pengenal Keluarga)
 Buku register untuk : rawat jalan/rawat inap,penimbangan,kohort ibu,kohort
anak,persalinan,laboratorium,pengamatan penyakit menular,imunisasi,P.K.M.
 Kartu Indek Penyakit (Kelompok Penyakit) yang distribusi jenis
kelamin,golongan,umur dan desa.
 Kartu perusahaan
 Kartu murid

Sensus harian (Penyakit dan Kegiatan Puskesmas) mempermudah pembuatan laporan.

b. Pelaporan
Jenis dan periode laporan sebagai berikut :
1.Bulanan
 Data kesakitan (Format LB.1)
 Data kematian (Format LB.2)
 Data operasional (Format LB.3) (Gizi,Imunisasi,KIA)
 Data manajemen obat (Format LB.4)
2.Triwulan
 Data kegiatan Puskesmas (Format LT)
3.Tahunan
 Umum,Fasilitas (Format LSD.1)
 Sarana (Format LSD.2)
 Tenaga (Format LSD.3)

Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :

1. Alur pengiriman laporan sampai saat akhir Pelita V adalah :


5
 Laporan dari Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Tk. II untuk diolah sesuai dengan
petunjuk, dan selanjutnya direkapitulasi, laporan dikirim ke Dinkes Tk.I dan
Departemen Kesehatan c.q. Bagian Informasi Ditjen Pembinaan Kesehatan Masalah.
 Umpan balik darei Departemen Kesehatan dikirim ke Ka.Kanwil Departemen
Kesehatan Propinsi.

2. Alur pengiriman laporan jangka panjang (mulai Pelita VI) adalah mengikuti jalur jenjang
administrasi organisasi. Departemen Kesehatan menerima laporan dari Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan R.I.

3. Pengelolaan, Analisa dan Pemanfaatan

Pengolahan, analisa dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang administrasi
yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam mengambil
keputusan. Ditingkat Puskesmas, untuk tindakan segera serta untuk pemantauan pelaksaan
program (operative) sebagai early warning system. Pada tingkat Dati II dapat digunakan
untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan. Pada
tingkat I dapat digunakan juga untuk perencanaan program dan pemberian bantuan yang
diperlukan. Pada tingkat Pusat digunakan dalam pengambilan kebijaksanaan yang
diperlukan.

4. Pemanfaatan data SP2TP 1

Pada hakekatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda,karena :

a. Data tersebut dilaporkan dari Puskesmas untuk kebutuhan administrasi di atasnya, dalam
rangka pembinaan,perencanaan serta penetapan kebijaksanaan
b. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas sendiri dalam rangka peningkatan
upaya kesehatan Puskesmas, melalui perencanaan (micro planning), penggerakan,
pelaksanaan (mini lokakarya) dan pengawasan,pengendalian serta penilaian
(stratifikasi). Salah satu komponen dari pengawasan adalah pemantauan yang
merupakan tindak lanjut secara kontinu dari kegiatan program yang dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan serta tindakan (action).

Contoh :

6
Data dari hasil SP2TP dapat dimanfaatkan untuk :

 Penyusunan profil Puskesmas, dengan menggunakan data dasar


 Penggambaran peran serta masyarakat, dengan menggunakan data jumlah kader
(aktif/tidak aktif), pelaksanaan KB-Kes Terpadu melalui Posyandu.
 Penggambaran tingkat pemanfaatan Puskesmas, dengan menggunakan data
kunjungan.
 Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai program
yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas dan sebagainya.

II. Surveilans

Surveilans epidemiologi adalah suatu rangkaian proses pengamatan yang terus


menerus, sistematik dan berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisa dan
interpretasi data. Surveilans diare adalah pengumpulan data epidemiologi secara terus
menerus dan dilakukan analisa secara langsung untuk menemukan cara penyelesaian
secara tepat dan cepat. Data didapat dari laporan harian, dimana pencatatan dilakukan
setiap hari kerja, kecuali hari liur terhadap penderita diare yang datang di BPU Puskesmas
dan dilaporkan paling lambat tiap minggunya.1,2

III. Penyelidikan Epidemiologi

Penyakit diare merupakan penyakit kedua terbanyak diseluruh dunia setelah infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA). Peyakit ini diperkirakan ditemukan 1 milyar kasus
pertahun. Merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di Asia, Afrika
dan Amerika Latin. Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut.1,3

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB). DiIndonesia pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-
400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak

7
dibawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare
pertahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.1,3

Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia :

o Angka kesakitan diare di Indonesia tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan
episode diare balita adalah 1,0-1,5 kali per tahun.
o Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1000 penduduk
dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD.
o Profil kesehatan Indonesia 2003, diare menempati urutan ke lima dari 10 penyakit
utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan urutan pertama pada pasien rawat
inap di Rumah Sakit.
o Tahun 2003 kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan 3865 orang penderita, 113 orang
meninggal, dan CFR 2,92%.3

Gambar 1. Penderita diare 4

Masih sering terjadinya wabah atau KLB diare menyebabkan pemberantasannya


menjadi suatu hal yang sangat penting. Di Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir
disetiap musim sepanjang tahun. KLB diare menyerang hampir semua propinsi di
Indonesia. Angka kematian yang jauh lebih tinggi dari pada kejadian kasus diare biasa

8
membuat perhatian para ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB
diare secara cepat.

Kejadian diare pada golongan balita secara proporsional lebih banyak


dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar 55%. Penyakir
sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan
dehidrasi yang mengkakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan
menunjukan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi dibawah lima tahun
(balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.3

IV. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya


kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah
tertentu.1,3,5
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun
penyakit non infeksi.Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan
jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus
sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan
bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan
dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya. Tidak ada
batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB,
apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya
daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut. Waktu yang digunakan
untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa
hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.1,5

Kriteria Kerja Kejadian Luar Biasa (KLB) 1


KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya,
maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui

9
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan
Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan > 2 kali dibandingkan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikkan 50 % atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikkan > 2
kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Penanggulangan pasien saat KLB 1,5

 Jangka pendek
o Menemukan dan mengobati pasien
o Melakukan rujukan dengan cepat
o Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
o Meberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
o Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
 Jangka panjang
o Memperbaiki faktor lingkungan
o Mengubah kebiasaan tidak sehan mnejadi sehat
 Pelatihan petugas
V. Agent, Host dan Environment
A. HOST (pejamu) 1,2
Yang dimaksud dengan faktor pejamu ialah smua factor yang terdapat pada
diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit.
Factor tersebut banyak macam, antara lain:
 Faktor keturunan

10
Dalam dunia kedokteran dikenal pelbagai macam penyakit yang dapat diturunkan
seperti misalanya penyakit alergis, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit
kelainan darah.
 Mekanisme pertahanan tubuh
Secara umum mekanisme pertahanan tubuh dapat dibedakan atas 2 macam yakni
pertahanan tubuh umum dan pertahan tubuh khusus. Jika kedua pertahanan tubuh
ini baik, tentu dalam batas-batas tertentu beberapa jenis penyakit akan dapat diatasi.
 Umur
Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan
umur tertentu saja. Misalnya penyakit campak, polio dan dipteri yang banyak
ditemukan pada anak.
 Jenis kelamin
Beberapa jenis penyakit tertentu hanya pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya
tumor prostat yang ditemukan pada laki laki sedangkan tumor leher rahim
ditemukan pada wanit.
 Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu,
seperti misalnya penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.
 Pekerjaan
Para menejer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit
ketegangan jiwa daripada bawahan atau karyawan lainnya.

 Gaya hidup
seseorang yang biasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah terkena penyakit
infeksi daripada sebalaiknya.
 Keadaan fisiologis tubuh
Kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi. 1,2

B. AGENT (bibit penyakit) 1,2

11
Yang dimaksud dengan bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen
tertentu yang kehadirannya atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan elem yang dimaksud banyak
macamnya, yang secara sederhana dapat dikelompikkan dalam 5 macam yakni:
a. Golongan nutrient.
Yang dimaksud dengan golongan nutrient adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melangsungkan fungsi kehidupan.
b. Golongan kimia
Adalah zat kimia yang ditemukan dalam (exogenous chemical substance) dan atau
zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance)
c. Golongan fisik
Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, kelembaban udara,
tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis dpat menimbulkan berbagai penyakit.
a. Golongan mekanik
Sama seperti golongan fisisk. Bedanya, pada golonga mekanik unsure capur tangan
manusia lebih banyak ditemukan, seperti misalnya kecelakaan di jalan raya,
pukulan dan lain sebagainya.
b. Golongan biologic
Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologic dapat berupa jasat renic
(micro organisme) dan atau yang bukan jasat renik baik yang berasal dari hewan
atau yang berasala dari tumbuh- tumbuhan. Misalnya: protozoa, bakteri, virua,
jamur, metazoan (arthropoda dan helminthes). 1,2

Jika penyakit penyakit tergolong dalam kelompok biotis, maka penyakit yang
ditimbulkan disebut dengan nama penyakit infekasi (infectious diseases). Penyakit
infeksi ini ada yang bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula yang tidak
bersifat menular (non communicable desease). Berat ringannya suatu penyakit infeksi
yang dialami ditentukan oleh sifat bibit penyakit yang menyerang. Sifat tersebut dapat
dibedakan 4 macam:

1. Patogenisiti

12
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul penyakit. Jika kemampuan ini tidak dimiliki, penyakit tidak akan muncul.
2. Virulensi
Yang dimaksud dengan virulensi ialah ukuran keganasan atau derajat kerusakan
yang ditimbulkan, maka bibit penyakit tersebut termasuk dalam golongan bibit
penyakit yang virulen.
3. Antigenesiti
Kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh
(antigen) pada diri pejamu. Apabila antigen ini banyak dihasilkan, maka bibit
penyakit memiliki antigenisitas yang tinggi.
4. Infektiviti
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri,
berkembang biak dan bertempat tinggal dalam diri pejamu. 1,2

C. LINGKUNGAN (ENVIRONMENT) 1,2


Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan
pengaruh- pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu
organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:
 Lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat
disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi.

 Lingkungan non- fisik


Ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia.
Misalnya social budaya, norma, nilai dan adat istiadat.
Peran lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat
bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit
(environmental reservoir). 1,2

13
Gambar 2. Penyebaran Diare 6

VI. Program Penanggulangan Diare

Tujuan umum

a. Balita : menurunkan CFR da prevalensi episode serangannya.


b. Semua umur :
 Menurunkan prevalensi
 Menurunkan CFR di rumah sakit
 Menurunkan CFR dan KLB

1. Kebijaksanaan
Meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan dengan meningkatkan kerjasama lintas
program (LP) dan lintas sector (LS).7,8
2. Strategi
a. Tata laksana pasien di rumah
 Meningkatkan pemberian cairan rumh tangga (CRT) seperti air tajin, larutan
gula garam dan air kelapa.

14
 Meneruskanpemberian makanan lunak dan tidak bersifat merangsang lambung,
ditambah makanan ekstra setelah diare.
 Membawa pasien ke sarana kesehatan bila :
- Buang air besar makin sering dan banyak
- Makin kehasuan
- Tidak dapat makan atau minum
- Demam
- Ditemukan darah pada tinja
- Kondisi makin memburuk dalam 24 jam.
b. Tata laksana penderita di sarana kesehatan
 Rehidrasi oral
 Memberi infuse dengan ringer laktat (RL)
 Menggunakan obat yang rasional
 Memberi nasihat tentang makanan, rujukan, dan pencegahan
c. Pencegahan penyakit
 Menanamkan hygiene pribadi (perilaku mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah BAB)
 Merebus air minum sebelum digunakan
 Menjaga kebersihan lingkungan (WC dan SPAL). 7,8
3. Langkah-langkah
Untuk mencapai tujuan diatas diperlukan :
a. Kerjasama lintas program (LP) dan lintas Sektoral
b. Pelatihan atau penyegaran tentang diare
c. Penetapan manajemen serta pencatatan danpelporan (reporting recording, RR) kasus
diare.
d. Pemantapan manajemen persediaan oralit
e. Peningkatan sistem kewaspadaan dini (SKD) dalam kejadian luar biasa (KLB)
f. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). 7,8

4. Kegiatan
a. Penemuan dan pengobatan pasien sedini mungkin

15
 Penemuan pasien oleh sarana kesehatan (penemuan pasif)
 Penemuan pasien oleh kader dan petugas (penemuan aktif)
 Pemberian oralit kepada pasienoleh kader 7,8

VII. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang


meliputi pelayanan :

1. Preventif (upaya pencegahan) 7,8


- Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak’, yaitu tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
- Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar
kuman penyakit.
- Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan
sesudah buang air besar (BAB).
- Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.
- Menggunakan jamban yang sehat.
- Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
- Perbaikan makanan penyapihan atau makanan pendamping ASI (MPASI) dari segi
gizi maupun higienis nya.

2. Promotif (peningkatan kesehatan) 7,8


Penyuluhan mengenai PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat ) dan diare :
- Perorangan :
o adanya penyuluhan perorangan kepada setiap penderita diare yang berobat
di BPU puskesmas secara wawancara
o kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
o kepada penderita/keluarganya di puskesmas
o kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas

16
- Kelompok :
o adanya penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu berupa
ceramah mengenai PHBS dan diare
- Penyuluhan melalui media massa
o TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk.II, I, dan pusat

Penyuluhan kepada perotangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan


hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan. 7,8

- Tentang gejala diare dan pengobatannya.


- Pengguanaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin,
dan kuah sayur.
- Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diare
Menggerakan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penting terutama
sebelum musim penularan (musim kemarau) yang pelaksanaannya dikoordinasikan
oleh kepala wilayah setempat. Di Puskesmas kegiatan ini seyogyanya diintegrasikan
dalam program sanitasi lingkungan.

3. Kuratif (pengobatan)
Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya 7,8
 Tanpa dehidrasi dengan terapi A
Pada keadaan ini, BAB terjadi 3-4 kali sehari atai disebut mulai mencret. Anak
yang mengalami kondisi ini mash lincah dan masih mau makan dan minum seperti
biasa. Pengobatan dapat dilakukan dirumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya
dengan memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa,
larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini
adalah dengan menggunakan terapi A.
Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah.
c. Memberikan anak lebih banyak cairan
d. Memberikan makan terus-menerus
e. Membawa ke pertugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari.
 Dehidrasi ringan atau sedang dengan terapi B.

17
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari
berat badan , sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dan
berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau
sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :
Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan :
Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200ml

Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :


Umur <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun
Jumlah oralit 100 ml 200 ml 400 ml

 Dehidrasi berat, dengan terapi C


Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya
lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat bdan.
Diare diatasi dengan yaitu perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus
RL (ringer laktat).
 Teruskan pemberian makan.
Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk
bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila
sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu
formula.
 Antibiotik bila perlu
Sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik
dalam penatalaksanaan kasus diare. 7,8

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

VIII. Pojok Oralit

18
Penggerakan partisipasi masyarakat dilakukan antara lain melalui pendidikan kader
tentang pemberantasan diare, sehingga kader mampu melakukan penyuluhan kepada
masyarakat. Pojok oralit merupakan bagian dari suatu ruangan di puskesmas dengan 1-2
meja kecil dimana seorang kader puskesmas dapat mempromosikan tentang oralit kepada
ibu-ibu yang menunggu giliran.

Kegiatan Pojok Oralit :

• Mendemonstrasikan cara melarutkan dan memberikan oralit.


• Mengajari ibu bagaimana deteksi dini, mengobati penderita diare dan menentukan
kapan anaknya dibawa kembali ke puskesmas.
• Memberikan penyuluhan tentang kesehatan perseorangan dan lingkungan termasuk
tentang penggunaan air bersih.7,8

Gambar 3. Contoh poster untuk edukasi diare di pojok oralit 9

19
IX. Sistem Rujukan

Sistem rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan


pelimpahan tamggung jawab secara timbale balik terhadap kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertical dari unit yang kemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau
secara horizontal yaitu antar unit yang setara kemampuannya.
 Alur rujukan dari kader ke puskesmas : Bila dalam 2 hari anak tidak membaik disertai
gejala BAB encer sering dan banyak, muntah berulang, dehidrasi, demam, makan dan
minum sedikit dan tinja berdarah.
 Alur rujukan dari puskesmas ke RS : Penderita dengan dehidrasi berat dimana
pengobatan harus dengan selang IV dan NGT yang tidak tersedia di puskesmas
sehingga harus dirujuk ke yang lebih lengkap.1,7,8

PENUTUP

Upaya untuk menangani KLB diare dapat dilakukan berdasarkan prinsip kedokteran
keluarga yang komprehensif yaitu promotif ,preventif ,kuratif dan rehabilitatif. Dimana pada
perencanaan program yang akan dilakukan puskesmas dalam menangani kasus KLB diare tersebut
adalah dilakukan pemilihan prioritas masalah melalui pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
analisa data dalam hal ini adalah SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)
dan surveilans penderita diare. Kemudian dicari prioritas jalan keluar dan pelaksanaan prioritas
tersebut. Apabila puskesmas tidak mampu untuk menangani penderita diare terutama dengan
dehidrasi berat, maka dilakukan sistem rujukan ke rumah sakit yang memiliki sarana yang lebih
lengkap.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta : Binarupa Aksara,


1996.
2. Greenberg RS, Daniels SR, Flanders WD, Elley JW, Boring JR. Medical epidemiology.
4th ed. US : Mc-Graw Hill, 2005
3. Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004. Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2004
4. Diunduh dari www.penyakitdiare.com tanggal 28 Juni 2013
5. Muninjaya AAG. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta : EGC, 2011
6. Diunduh dari http:/priestinamugi.blogspot.com/2012/12/diare/ tanggal 28 Juni 2013
7. Pemberantasan penanggulangan diare. Diunduh dari
http://pmkdinaskesehatan.2010/11/ tanggal 28 Juni 2013
8. Kemal Zachariah. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Diare Di Puskesmas
Kelurahan Jelambar Baru. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana; 2008
9. Diunduh dari http:/farmasidinkesrl.wordpress.com/ tanggal 28 Juni 2013

21

You might also like