You are on page 1of 16

1

4.4.1. Aktivitas Ekonomi Responden

Sumber penghidupan masyarakat di Kelurahan Toronipa sebelum

pengembangan obyak wisata pantai pada umumnya adalah nelayan. Sektor

perikanan dan kelautan jenis komoditi yang diusahakan berupa ikan dan kepiting,

sementara dari sektor pertanian jenis komoditi yang dihasilkan adalah singkong

dan padi

Untuk mengetahui jenis aktivitas ekonomi responden Kelurahan Toronipa

sebelum pengembangan kawasan wisata obyek wisata pantai, penulis sajikan pada

Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Kelurahan Toronipa Sebelum

Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016

Responden Presentase
No. Aktivitas Ekonomi
(KK) (%)
1. PNS 2 8,70
2. Petani 5 21,73
3. Pedagang 4 17,39
4. Nelayan 8 34,79
5. Tukang Kayu/Batu 4 17,39
Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer, April 2016

Pada Tabel 4.6 nampak bahwa sebagian besar responden bergerak di

perikanan dan kelautan (nelayan) yakni sebanyak 8 kepala keluarga atau 34,79

persen, menyusul responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani

sebanyak 5 kepala keluarga atau 21,73 persen, selanjutnya yang memiliki aktivitas

ekonomi sebagai pedagang dan tukang Kayu/batu yaitu masing-masing 4 kepala

keluarga atau 17,39 persen, sedangkan responden yang memiliki aktivitas


2

ekonomi sebagai PNS yaitu 2 kepala keluarga atau 8,70 persen.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan perekonomian responden dilihat

dari aktivitas ekonominya masih relatif kurang baik. Sebab untuk menjadi nelayan

hasil yang diperoleh masih bekum begitu optimal. Karena para nelayan masih

kekurangan sarana penangkapan ikan dan kepiting masih banyak nelayan yang

menggunakan alat tangkap tradisional yang tentu saja pendapatan mereka hanya

mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri, disamping itu untuk melakukan

penangkapan ikan dan kepiting tergantung musim.

4.4.2 Pendapatan Responden

Pendapatan merupakan nilai bersih penerimaan yang diperoleh responden

dari hasil usaha yang dilakukan baik sebagai petani, nelayan, pedagang maupun

lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum adanya pengembangan

obyek wisata pantai, pendapatan yang diperoleh responden masih tergolong

rendah, untuk lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum Pengembangan Obyek

Wisata Pantai, Tahun 2016

Responden Persentase
No. Pendapatan (Rp/Bulan)
(KK) (%)
1. 750.000,- - 800.000 8 34,79
2. 850.000,- - 900.000 6 26,08
3. 950.000,- - 1.000.000 5 21,74
4. >1.000.000 4 17,39
Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer (diolah), April 2016

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih tergolong

pendapatan rendah yaitu sejumlah 8 kepala keluarga atau 34,79 persen,


3

berpendapata sebesar Rp 750.000,- - 800.000,-/bulan. Sedangkan responden yang

mempunyai pendapatan Rp. > 1.000.000,-/bulan sebanyak 4 kepala keluarga atau

17,39 persen.

Bila melihat data-data di atas kondisi perekonomian reponden pada

umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional dan petani tradisional

dan tingkat ketergantungan kepada alam yang sangat tinggi menyebabkan

aktivitas, dimana waktu lebih banyak terbuang percuma sehingga perubahan

ekonomi terkesan begitu lambat. Umumnya masyarakat di Kelurahan Toronipa

masih berpendapatan rendah ini disebabkan mata pencaharian mereka hanya

tergantung pada keadaan alam seperti kegiatan lain untuk menambah pendapatan

tidak ada.

Jadi kesimpulannya mereka belum memiliki pekerjaan sampingan yang

dapat mendukung pekerjaan pokoknya. Uraian di atas memberikan gambaran

kepada kita bahwa obyek wisata pantai sebelum dikembangkan menjadi obyek

wisata, pendapatan masyarakat masih rendah dan belum dapat memberikan

keuntungan yang lebih baik.

Kondisi Perekonomian Responden Di Kelurahan Toronipa Sesudah Adanya


Pengembangan Obyek Wisata Pantai

Aktivitas Ekonomi Responden

Adanya kegiatan kepariwisataan sudah dapat dipastikan akan membuka

lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,

misalnya di bidang prasarana dan sarana seperti pada pembangunan Da’Vinci

Villa dan Resort yang dapat memakan tahunan ini berarti memberi peluang

kepada pekerjaan untuk dapat menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut.


4

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kelurahan Toronipa ini,

khusunya di pantai Toronipa dapat memperbaiki keadaan perekonomian

masyarakat, dimana pada saat sebelum pengembangan kawasan wisata pantai

masyarakat banyak yang bekerja sebagai nelayan, petani dan ada pula yang

merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun sesudah adanya

pengembangan obyek wisata pantai masyarakat yang tadinya merantau banyak

yang kembali untuk beraktivitas di sektor pariwisata.

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja

sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk

memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata pencaharian itu tentu

akan membuat mereka betah tinggal di kampung halaman serta dengan

meningkatnya kunjungan wisatawan dapat merubah keadaan perekonomian

responden ke arah yang lebih baik dibanding sebelum adanya pengembangan

obyek wisata.

Berdasarkan hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan responden

sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai yang bergerak di sektor

pelayanan jasa kepariwisataan dimana responden telah mendapatkan pekerjaan

tambahan yang akan menambah aktivitas responden kearah yang lebih baik dan

akan menambah pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan sebelum

adanya pengembangan wisata pantai. Untuk lebih jelasnya aktivitas ekonomi yang

dilakukan oleh responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8

berikut:

Tabel 4.8 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Sesudah Adanya Pengembangan


Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
5

Jumlah Responden Persentase


No. Aktivitas Ekonomi
(KK) (%)
Sewa Penginapan dan
1. 2 8,70
Banana Boat
Pedagang dan Jasa (Sewa
2. gazebo, Ban, dan Ruang 7 30,43
Bilas)
Pedagang dan Jasa (Sewa
3. Gazebo, dan Ruang 5 21,73
Bilas)
Pedagang dan Jasa (Sewa
4. 3 13,05
Ban dan Ruang Bilas)
5. Pedagang 3 13,05
Pedagang dan Jasa (Sewa
6. 2 8,70
Ruang Bilas)
Pedagang dan Jasa (Sewa
7. 1 4,34
Gazebo)
Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer (diolah), April 2016

Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jenis aktivitas ekonomi sesudah

adanya pengembangan obyek wisata pantai menunjukkan jenis aktivitas tambahan

responden yaitu pedagang dan jasa seperti sewa gazebo, ban, dan ruang bilas

sebanyak 7 kepala keluarga atau 30,43 persen, selanjutnya pedagang dan jasa

seperti sewa gazebo dan ruang bilas sebanyak 5 kepala keluarga atau 21,73

persen, kemudian pedagang dan jasa seperti sewa ban dan ruang bilas dan

aktivitas pedagang saja masing-masing sebanyak 3 kepala keluarga atau 13,05

persen, selanjutnya pedagang dan jasa seperti sewa ruang bilas dan yang

menyewakan penginapan, banana boat masing- masing sebanyak 2 kepala

keluarga atau 8,70 persen, sedangkan pedagang dan jasa seperti sewa gazebo saja

sebanyak 1 kepala keluarga atau 4,34 persen. Hal ini menunjukkan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik lagi dimana yang tadinya aktivitas responden

hanya sebagai nelayan, petani, Tukang kayu/batu, pedagang dan PNS akan tetapi
6

dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai ternyata seluruh responden

mendapat pekerjaan sampingan dalam bidang pariwisata.

Salah satu alasan yang memungkinkan seorang individu untuk tetap

bertahan dalam suatu pekerjaannya adalah karena rata-rata responden yang

terlibat dalam aktivitas ekonomi di Kelurahan Toronipa memiliki tingkat

pendidikan rendah sehingga peluang untuk memperoleh pekerjaan yang layak

sulit diperoleh.

Beberapa tarif fasilitas di obyek wisata pantai yang disiapkan oleh

masyarakat untuk wisatawan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. Jenis Usaha Tarif (Rp)
1 Gazebo Rp. 100.000
2 Ban Pelampung Rp. 5.000 dan 10.000
3 Ruang Bilas Rp. 2.500
4 Banana Boat Rp. 25.000
5 Penginapan Rp. 150.000
Sumber : Data Primer, April 2016

Tabel 4.9 menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang ada di

obyek wisata pantai. Jenis usaha tersebut merupakan bisnis yang sangat

berkembang dan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat. Jenis usaha tersebut antara lain gazebo, ban pelampung, ruang bilas,

banana boat dan penginapan. Gazebo berfungsi sebagai tempat istrahat bagi

pengunjung yang ingin bersantai menikmati pemandangan pantai. Tarif gazebo

untuk sekali pakai adalah Rp. 100.000 dengan tidak membatasi jumlah penyewa.

Fasilitas renang yang disewakan di pantai adalah ban pelampung dan

banana boat. Ban pelampung terdiri dari berbagai ukuran dengan tarif sekali pakai
7

untuk ukuran kecil dan sedang adalah Rp. 5.000 serta ukuran paling besar Rp.

10.000. Sementara, untuk banana boat sekali pakai selama 30 menit dengan

kapasitas berjumlah 6 orang dikenakan tarif Rp. 25.000 per orang, sehingga

jumlah tarif yang diperoleh adalah Rp. 150.000.

Jenis usaha lain yang disewakan adalah ruang bilas dan penginapan.

Ruang bilas digunakan pengunjung untuk membersihkan diri dan ganti pakaian

dengan tarif untuk sekali pakai adalah Rp. 2500. Sedangkan untuk sewa

penginapan per kamar dikenakan tarif Rp.150.000 selama 24 jam.

Pantai ini pula memiliki makanan khas yaitu sate pokea dengan harga Rp.

1.000.00/tusuk, es kelapa Rp. 7.000.00/gelas, dan ikan bakar Rp.15.000.00

dalam 1 porsi, akan tetapi ikan bakar ini hanya tersedia pada hari libur seperti

tahun baru dan libur hari besar.

Pendapatan Responden

Pada bagian awal telah di kemukakan mengenai jumlah pendapatan yang

diperoleh masyarakat sebelum pengembangan obyek wisata pantai Toronipa.

Sebagaimana halnya dengan ciri pariwisata pada umumnya yaitu memberikan

efek yang positif bagi masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut. Adanya obyek

wisata maka masyarakat dapat memperoleh pekerjaan tambahan (sampingan).

Kondisi ini mengakibatkan masyarakat akan memperoleh tambahan pendapatan,

demikian pula yang terjadi di Kelurahan Toronipa dengan dikembangkannya

obyek wisata pantai baik pendapatan masyarakat setempat maupun sarana dan

prasarana di Kelurahan akan meningkat dan lebih baik.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden umumnya


8

di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya pengembangan

pariwisata pantai, hal ini disebabkan selain pendapatan pokok responden

meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari pekerjaan sampingan

yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan yang dimaksud seperti

pedagang, penyedia banana boat, penyedia pelampung ban serta masih banyak

jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Untuk lebih jelasnya rata-

rata jumlah pendapatan responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata

pantai, penulis sajikan pada Tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Responden Sesudah Adanya Pengembangan


Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
Responden Presentase
No. Pendapatan (Rp/Bulan)
(KK) (%)
1. 750.000,- - 800.000 - -
2. 850.000,- - 900.000 - -
3. 950.000,- - 1.000.000 4 17,39
4. > 1.000.000 19 82,61
Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer (diolah), April 2016

Tabel 4.10 menunjukan bahwa rata-rata pendapatan responden sesudah

adanya pengembangan obyek wisata pantai meningkat yakni, sebanyak 19 kepala

keluarga atau 82,61 persen memiliki pendapatan di atas Rp. > 1000.000,-/bulan,

sedangkan responden yang berpendapatan Rp. 700.000,- - 800.000,- dan Rp.

850.000,- - 900.000,-/bulan tidak ada sama sekali.

Pendapatan responden yang semakin meningkat tersebut maka pemenuhan

kebutuhan responden (masyarakat) atau keluarganya semakin terpenuhi baik

kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga kesejahteraan masyarakat atau

keluarga diasumsikan akan semakin baik dari sebelum adanya pengembangan


9

obyek wisata pantai.

Dampak Pengembangan Wisata Pantai Terhadap Perekonomian Masyarakat


Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat

Adanya pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian terlihat

dari aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik,

dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas responden sebagian

besar adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang

kayu/batu dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai

responden mendapatkan pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah

pendapatan.

Rekapitulasi keadaan aktivitas dan pendapatan responden sebelum dan

sesudah pengembangan obyek wisata pantai penulis sajikan pada Tabel

4.11 berikut:
Tabel 4.11 Perbandingan Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016

Aktivitas Ekonomi Aktivitas Ekonomi


Resp. Pendapatan Pendapatan
Sebelum Tambahan Sesudah
(KK) (Rp) (Rp)
Pengembangan Pengembangan
PNS 2.000.000 Sewa Penginapan dan 4.000.000
2 4.000.000
2.000.000 Banana Boat
Petani 800.000 1.000.000
900.000 2.500.000
Pedagang dan Jasa (Sewa
5 750.000 1.000.000
gazebo, ban, ruang bilas)
750.000 1.000.000
800.000 2.500.000
Pedagang 1.000.000 2.000.000
1.500.000 Pedagang dan Jasa (Sewa 3.000.000
4
1.000.000 gazebo, ban, ruang bilas) 2.500.000
1.500.000 2.500.000
Nelayan 900.000 2.500.000
10

900.000 2.000.000
850.000 2.000.000
800.000 Pedagang dan Jasa (Sewa 1.500.000
8
800.000 gazebo, ban, ruang bilas) 1.500.000
750.000 2.000.000
900.000 2.000.000
800.000 1.500.000
Tukang Kayu/Batu 900.000 3.000.000

1.000.000 Pedagang dan Jasa (Sewa 2.500.000


4
1.000.000 gazebo, ban, ruang bilas) 2.000.000

1.000.000 3.000.000
Jumlah 23
Sumber : Data Primer, April 2016

Tabel 4.11 menunjukan perbandingan aktivitas dan pendapatan responden

sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata pantai. Sebelum

pengembangan obyek wisata masyarakat hanya memenuhi kebutuhan hidupnya

sebagian besar dengan cara bertani, mencari ikan, berdagang dan tukang

kayu/batu. Hanya sebagian kecil yakni 2 responden yang memiliki pekerjaan

sebagai PNS. Namun sesudah adanya pengembangan wisata pantai aktivitas

masyarakat meningkat dengan kata lain masyarakat sudah memperoleh pekerjaan

tambahan diantaranya responden sebagai PNS pekerjaannya bertambah yaitu

menyewakan penginapan dan banana boat, responden sebagai petani, nelayan,

pedagang dan tukang kayu/batu pekerjaanya bertambah yaitu berdagang dan

menyewakan jasa seperti ban pelampung, gazebo, dan ruang bilas.

Peningkatan juga terjadi pada pendapatan dimana sebelum pengembangan

obyek wisata sebagian besar responden yang bekerja sebagai petani, nalayan dan

tukang batu/kayu berpendapatan di bawah Rp. 1.000.000/bulan. Sedangkan PNS


11

dan Pedagang rata-rata berpendapatan diatas Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp.

2.000.000/bulan. Namun setelah pengembangan wisata pantai pendapatan

responden petani, nalayan dan tukang batu/kayu meningkat menjadi Rp.

1.000.000 sampai dengan Rp. 3.000.000/bulan. Begitu juga pendapatan PNS

dan pedagang meningkat menjadi Rp. 2.000.000 sampai dengan Rp.

4.000.000/bulan. Rata-rata pendapatan sebelum pengembangan obyek wisata

adalah Rp. 1.026.087 dan sesudah pengembangan adalah Rp. 2.239.130, maka

persentase peningkatan rata-rata pendapatan adalah 178%. ( Lihat Lampiran 1)

Pembahasan

Pengembangan kawasan wisata pantai adalah salah satu bentuk

pengelolaan kawasan wisata yang berupaya dan bertujuan untuk memberikan

manfaat terutama bagi perlindungan, pelestarian serta pemanfaatan potensi wisata

dan jasa lingkungan sumber daya alam khususnya di wilayah pesisir pantai. Di

lain pihak, masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung di sektor

kepariwisataan melalui terbukanya lapangan usaha yang menciptakan kesempatan

kerja baru serta mampu meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat.

Pengembangan kawasan wisata bahari membutuhkan penentuan lokasi yang tepat

dari setiap wilayah supaya tidak terjadi permasalahan kepentingan antara

pertumbuhan pemukiman dengan kawasan wisata bahari yang dikelola dan

dimanfaatkan bagi kegiatan rekreasi.

Penyelenggaraan kepariwisataan juga ditujukan untuk meningkatkan

pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat, memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,


12

mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendaya gunakan obyek

dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan antar bangsa.

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan

ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun

investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan

jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanja, sehingga secara

langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan

jasa. Selanjunya final demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan

permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investmen Derived Demand)

untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa

tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di

bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri

kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan

lain-lain.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata, pola

pembangunan berkelanjutan tersebut sangat cocok diterapkan dalam

pengembangan pariwisata ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata

yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Pembangunan

pariwisata difokuskan pada tiga aspek utama yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan

lingkungan.

Untuk mengetahui besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh suatu

kegiatan, komponen-komponen dan fungsi sistem ekonomi beserta pranata


13

lainnya perlu diperhatikan antara lain :

1. Bahwa sistem ekonomi tersusun atas hubungan timbal balik dari pelaku-

pelaku ekonomi dan organisasi.

2. Bahwa sistem ekonomi mengatur perubahan dari persediaan bahan mentah

menjadi barang jadi.

3. Bahwa sistem ekonomi menentukan distribusi dari barang dan jasa yang

diperlukan.

4. Bahwa sistem ekonomi mempengaruhi persepsi ruang mengenai barang dan

jasa yang dibutuhkan.

Perkembangan pariwisata mempunyai pengaruh dan hubungan

interpenden dengan pengembangan sektor lainnya, terutama terhadap sektor

industri kecil dan kerajinan rumah tangga, stabilitas lingkungan hidup. Dampak

yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas ekonomi sangat tergantung pada

sistem ekonomi yang ada di daerah tersebut.

Aktivitas pariwisata akan mempengaruhi model ekonomi yang ada di

daerah wisata. Perubahan yang terjadi karena aktivitas pariwisata sangat

berpengaruh pula pada struktur dan ekonomi daerah. Kesempatan kerja,

pendapatan perkapita maupun distribusinya akan memberikan peluang kepada

peningkatan produksi maupun kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Adanya perubahan kondisi ekonomi masyarakat mendorong komponen-

komponen ekonomi untuk merubah lingkungannya sesuai dengan kemampuan

daya dukung lingkungan, baik dalam bentuk kelembagaan maupun

infrastrukturnya. Tumbuhnya aktivitas-aktivitas ekonomi baru mendorong


14

pranata-pranata sosial yang ada dalam suatu masyarakat untuk menyesuaikan diri

terhadap perkembangan ekonomi yang ada.

Pariwisata merupakan industri yang padat karya karena tenaga kerja sulit

diganti dengan modal atau peralatan. Semua sektor akomodasi dikatakan relatif

lebih padat karya dibandungkan pada sektor lainnya, sehingga pariwisata sebagai

sumber penciptaan lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan sumber pokok dari

pekerjaan pada tingkat regional, akan tetapi jumlah dan jenis pekerjaannya

bermacam-macam dan berbeda antar daerah dan tergantung pada struktur industri

pariwisata, khususnya untuk pekerjaan musiman. Hubungan antara pekerjaan

dalam industri pariwisata dan pekerjaan runah tangga harus dipertimbangkan.

Apakah pekerjaan pariwisata merupakan pekerjaan pokok atau sementara saja.

kemudian begitu pula yang dibahas dalam penelitian ini, dengan adanya

pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian terlihat dari aktivitas

masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik, dimana

sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas masyarakat sebagian besar

adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu

dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat

mendapatkan pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan.

Berdasarkan penelitian dikatakan meningkat dilihat dari persentase peningkatan

rata-rata pendapatan yaitu 178%.

Pengembangan kawasan wisata bahari harus lebih diarahkan dan

dipergunakan dalam upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan.

Pengembangan kawasan wisata bahari juga perlu mengetengahkan faktor


15

kewaspadaan terhadap dampak lingkungan menjadi sangat penting, terutama dari

kunjungan wisatawan yang tidak terkendali guna memelihara keberlanjutan

kualitas lingkungan hidup khususnya dalam menjamin pembangunan dalam

bidang ekonomi yang berkelanjutan. Bidang Lingkungan Hidup, pada dasarnya

pengembangan pesisir adalah memanfaatkan kondisi lingkungan yang menarik.

Jadi pengembangan wisata alam senantiasa keadaan baik dan tentu menghindari

kerusakan. Perencanaan pariwisata yang baik, teratur dan terarah, secara tidak

langsung lingkungan akan terjaga dengan baik.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Usaha memperbesar

pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan

sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang

sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses

pembangunan.

Obyek wisata yang dikembangkan berupa obyek wisata budaya dan obyek

wisata alam. Sebagian besar obyek wisata yang berada di Kabupaten Konawe

adalah obyek wisata alam, baik obyek wisata darat (agrowisata) maupun wisata

pantai. Sedang obyek wisata budaya relatif belum banyak dikembangkan dan

belum ditangani secara optimal, misal seni-seni tradisional. Obyek wisata pantai

sebagian belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah Kabupaten

Konawe dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Keseriusan penanganan sektor pariwisata maupun pembangunan


16

secara tahunan pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Kelurahan Toronipa.

Obyek wisata ini ramai dikunjungi wistawan baik wisatawan mancnaegara mupun

wisatawan nusantara.

Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius dari

pembuat kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan

internasional, mengingat pariwisata di masa mendatang merupakan penyumbang

besar kesejahteraan ekonomi dunia.

You might also like