Professional Documents
Culture Documents
1
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
2
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini )
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 16 Mei 2016 di Bangsal Jiwa RSUP
Dr.M. Djamil Padang.
2. Alloanamnesis dengan :
Kakak kandung Pasien (Ny. RA, 33 tahun, Pegawai koperasi, D3 Akuntansi,
Jalan Koto Baru I Gang Duku 10 Kecamatan Lubuk Begalung, Padang,
08228444XXXX) pada tanggal 22 Mei 2016 di rumah orang tua pasien.
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien mengamuk dan marah-marah sejak 3 hari sebelum masuk ke rumah sakit.
3
sehingga mengganggu kenyamanan tetangga disekitarnya sehingga pasien dibawa
keluarga ke RSJ Prof HB Saanin Padang.
Menurut pengakuan pasien, saat sebelum pasien berteriak-teriak dan
mengucapkan takbir keras-keras pasien merasa yakin tubuhnya dimasuki dan
dikontrol oleh makhluk tak terlihat yang hanya bisa dirasakan. Pasien juga
mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dia harus mengucapkan takbir
supaya menjadi orang yang pertama kali yang akan masuk surga beserta
keluarganya. Selain itu pasien juga melihat bintik-bintik merah yang mengikutinya
bahkan membawanya ke langit untuk mencari tuhan. Pasien melihat dinding
disekitarnya menjadi tulisan surat al-qur’an, serta letak barang dagangannya
membentuk asmaul husna.
Pasien juga mengaku merasa curiga dengan keadaannya yang sekarang
diakibatkan oleh kekuatan magis dan obat-obatan dari dokter. Pasien menganggap
kekuatan magis dan obat-obatan dari dokter menyebabkan pasien mendengar
suara-suara dan mengucapkan takbir keras-keras. Ia juga merasakan menjadi
percobaan oleh dokter, namun setiap pasien ingin mengatakan bentuk percobaan
yang akan dilakukan terhadapnya pasien merasa lidahnya kaku dan dipegang oleh
seseorang sehingga tidak dapat mengatakan jenis percobaan tersebut. Walaupun
hal tersebut sudah dibantah namun pasien tetap percaya bahwa ada seseorang yang
mengontrol lidah nya agar tidak berbicara mengenai jenis percobaan tersebut.
Pasien mengaku sering sedih akhir akhir ini ketika mengingat anak nya yang
masih kecil. Terkadang pasien juga merasa gelisah dan pusing terutama ketika
memikirkan perekonomian rumah tangganya, pasien juga meminta pulang ketika
dirawat dengan alasan ingin membantu istri berjualan di warung jajanan kecil
miliknya agar anak dan istrinya dapat ternafkahi. Pasien merasa tidak sanggup
berpisah dengan anaknya.
Satu hari setelah dirawat di bangsal jiwa RSJ HB Saanin pasien merasa sedih
sampai menangis akan keadaannya yang seperti ini. Pasien teringat akan
keluarganya terutama anak dan istrinya. Pasien merasa takut ditinggalkan oleh
istrinya. Setelah diberikan obat dan dirawat di bangsal jiwa pasien menunjukkan
perbaikan gejala.
4
Hasil perawatan secara umum baik karena pasien dapat melakukan
aktivitas hariannya kembali tetapi terdapat gejala yang menetap, kepatuhan
pasien meminum obat juga baik terutama setelah menikah karena istri pasien
membantu mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur.
5
Semenjak pasien menikah pada tahun 2013 pasien sudah tidak bekerja
dengan notaris. Mulai saat itu juga perubahan perilaku pasien semakin
bertambah dan emosinya semakin tidak stabil. Pasien tidak dapat
mengontrol emosinya walaupun hanya ada masalah kecil di rumah
tangga. Pasien mengalami gejala tidak bisa tenang dan terus
melakukan takbir sehingga mengganggu lingkungan sekitar sehingga
harus dirawat inap di RSJ Prof HB Saanin. Pasien hanya dirawat
selama 3 hari, tetapi langsung meminta pulang paksa dengan alasan
yang sama seperti perawatan sebelumnya. Hasil pengobatan saat itu
baik sehingga pasien dapat melanjutkan aktivitas sehari-harinya seperti
biasa. Faktor pencetus saat itu tidak jelas namun keluarga mengatakan
kemungkinan karena ada masalah dalam rumah tangga yaitu dengan
istri pasien.
Pasien memiliki riwayat kejang sejak tahun 2005. Sejak saat itu pasien
sering mengalami kecelakaan sepeda motor. Pasien sering menabrak
kendaraan lain atau jatuh saat mengendarai motor, namun tidak pernah sampai
6
dirawat. Saat sebelum terjadi kecelakaan pasien seperti kehilangan kesadaran.
Pasien tidak ada riwayat hipertensi, DM, tumor, gangguan kesadaran, HIV
dan penyakit fisik lainnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat adiktif legal (nikotin, kafein,
minuman berenergi), zat adiktif ilegal (kanabis, amfetamin, heroin, stimulan
lainnya), alkohol, psikotropika, adiktif lainnya. Pasien meminum secangkir
teh (250ml) per hari.
6. Riwayat keluarga
a) Identitas orang tua/ penganti
c) Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke 4
7
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ pr (37 tahun) 2. Lk/ pr (35 tahun) 3. Lk/ pr (33 tahun)
4. Lk/ pr (30 tahun) 5. Lk/ pr (28 tahun) 6. Lk/ pr ( )
7. Lk/ pr ( ) 8. Lk/ pr ( ) 9. Lk/ pr ( )
e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang
dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap dan Kualitas hubungan
tingkah laku (akrab/
biasa,/kurang/tak
peduli)
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
8
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik ( yang
ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Skema Pedegree
( tiga generasi)
: perempuan, : laki-laki, :yang sakit, : meninggal
9
h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
1. Rumah orang Pasien merasa nyaman dan cocok, tidak ada masalah
tua
2. Rumah sendiri Pasien merasa nyaman dan cocok, tapi sedikit risih karena
dekat dengan kuburan
i) Dan lain-lain
d) Toilet training
Umur : 3 tahun
Sikap orang tua : (memaksa/ menghargai/ membiarkan/........)
Perasaan anak untuk toilet training ini: biasa
10
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( + ),
menarik diri ( - ), suka bergaul ( + ), suka berolahraga ( + ), dan lain-lain.
g) Masa Sekolah
i) Riwayat Pekerjaan
Usia mulai berkerja 16 tahun, kepuasan kerja ( + ), pindah-pindah kerja ( - ),
pekerjaan yang pernah dilakukan staff notaris Indra Jaya
Konflik dalam pekerjaan: ( + ), konflik dengan atasan, konflik dengan
bawahan ( - ), konflik dengan kelompok ( - ).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
11
Suku : Minangkabau, Tanjung
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status sosial/ ekonomi: tinggi, menengah, rendah *
12
m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)
Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering melamun ( - ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual ( - ), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan ( - ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain ( - ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya ( - ),
perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (
- ), cemburu patologik ( - ), hipersensifitas ( - ), keterbatasan
kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( + ), ideas of reference ( - ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang ( - ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( + ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur ( - ),
pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya ( - ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele ( - ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (
- ), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang
terus menerus ( - ), hubungan interpersonal yang eksploitatif ( - ),
merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik ( - ) dan lain-
lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong ( - ),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
13
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas
( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian
( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolkan dalam situasi social ( - ), menghindari aktivitas sosial atau
pkerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain ( - ), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
( - ), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya
(- )
14
sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau
perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang
berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak
konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan
sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ),
perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar
perkawinan ( - ), dan lain-lain.
9. Pernah suicide ( - )
Pasien tidak ada riwayat pernah ditangkap oleh polisi, riwayat tindak
kejahatan, sikap melawan terhadap hukum, riwayat tindak kekerasan, dan
riwayat skorsing.
Pasien beragama Islam dan taat menjalankan ibadah semenjak SD, rajin
melaksanakan sholat, sholat tahajud dan duha sering dilakukan, dan membaca
Al-Quran serta buku-buku bacaan terkait ilmu agama, pasien jarang
melaksanakan sholat di mesjid maupun mengikuti pengajian di
mesjid/mushola.
Keluarga berharap agar pasien cepat sembuh, dapat bekerja kembali dan
berkumpul dengan keluarga.
Pasien berharap agar cepat sembuh, dapat bekerja kembali, berkumpul dengan
keluarga dan mencari nafkah untuk keluarga.
15
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT 2005 - 2016
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Thn 2005: Thn 2008: Thn 2014: Tahun 2015: Tahun 2016:
Usia 19 tahun Usia 22 tahun Usia 28 tahun Usia 29 tahun Usia 30 tahun
Pencetusny Pencetusny
Semenjak pasien a diduga a diduga
Pasien dirawat menikah Pasien karena
Paseien mulai karena
kembali di RSJ dikatakan oleh sembuh pasien
bekerja bersama pasien
Prof HB Saanin istri pasien dengan ada ingin
seorang notaris di ingin
dengan bahwa dia Pasien
kota padang, nya membuat membuat
penyebab sering sembuh
setelah beberapa perubahan kamar di kamar di
Pasien sembuh memuncak dengan
bulan bekerja melakukan perilaku rumahnya rumahnya
dengan ada nya emosi nya ada nya
pasien jatuh sakit takbir terus susah namun namun
Pasien sembuh perubahan perilaku terutama ketika perubah
demam, menerus. Pasien mengontrol belum belum
dengan ada nya susah mengontrol menjelang bulan an
kemudian terlihat dikatakan emosi, terpenuhi, terpenuhi,
perubahan emosi, tetapi masih puasa. Pencetus perilaku
kejang, setelah merasa bosan tetapi sedangkan sedangkan
perilaku susah dapat melakukan tidak begitu ,masih
itu pasien meminum obat masih pihak pihak
mengontrol aktivitas harian jelas tetapi dapat
berbicara dan namun tidak dapat keluarga keluarga
emosi, seperti biasa . dikatakan melakuk
tertawa sendiri dapat dipastikan melakukan menyarank menyarank
terganggu Dapat melanjutkan mungkin karena an
tidak jelas serta bahwa pasien aktivitas an agar an agar
ingatan dan pekerjaannya dan pasien terlalu aktivitas
emosi labil berhenti harian pasien pasien
daya kemudian menikah menganggap harian
mudah marah meminum obat. seperti sabar sabar
konsentrasi serius masalah seperti
biasa dahulu dahulu
kecil di rumah biasa
16
III. STATUS INTERNUS
17
Schaeffer -/-
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
2. Penampilan
18
Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
Isi pembicaraan* : sesuai
Penekanan pada pembicaraan* : Ada
Spontanitas pembicaraan * : spontan
Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap (
- ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate ( - ), afek inappropriate ( - ), afek tumpul ( - ), afek yang
terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( + ).
2. Mood
Mood disforik ( + ), mood eutimik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( + ),
mood meninggi (elevated mood) ( + ), euforia ( + ), ectasy ( + ), depresi ( -
), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), ide bunuh diri ( - ), elasi
( + ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional (
- ), rasa malu ( - ), rasa berdosa ( + ), control impuls ( - ).
19
Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas (
- ), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( ), pengenduran asosiasi (
+ ), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking (
- ), glossolalia ( - ).
E. Persepsi
Halusinasi
Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ), halusinasi
auditorik ( + ), halusinasi visual ( + ), halusinasi olfaktorik ( - ), halusinasi
gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( + ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi
liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( + ), halusinasi yang tidak
sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination) (+), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( + )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
20
H. Dicriminative Insight*
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
I. Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
21
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog
Berdasarkan analisis gambar yang dibuat oleh pasien (lampiran 2), ditemukan
hasil sebagai berikut:
Kontak realita pada pasien masih belum mencapai residual.
Pembicaraan dan pemahaman berbahasa dalam waktu lama kurang
baik. Pasien belum mampu melakukan fokus dalam waktu lama jika
diajak melakukan pembahasan suatu topik.
Motivasi yang dimiliki pasien masih kurang, belum mampu
menyelesaikan permasalahan sendiri walaupun hanya masalah
sederhana. Perlu diarahkan agar mampu melakukan penyelesaian
masalah atau melakukan suatu pekerjaan.
Kemungkinan terdapat tendensi seksual pada pasien, apakah itu karena
riwayat pelecehan seksual atau karena deviasi seksual dirinya sendiri.
Psikodinamika pasien:
Sejak kecil pasien kemungkinan tinggal bersama dengan orang tua yang
memiliki polah asuh selalu diatur, sehingga terbiasa untuk tergantung kepada
orang lain, tidak bisa melakukan sesuatu sesuai pilihan sendiri. Saat ini
kemungkinan sosok ibu menjadi figur yang mendominasi, padahal seharusnya
seorang laki-laki memiliki self image kepada bapak.
Saat SMP merupakan fase pasien beranjak remaja dan merupakan saat dia
memiliki keinginan untuk menjadi sesuatu atau memiliki kekuasaan tertentu.
Saat itulah dia mencari sosok tokoh seorang bapak yang bisa dia jadikan idola.
Saat itu dia bertemu seorang notaris di tempat dia bekerja mengumpulkan bola
tenis. Kemungkinan notaris tersebut dijadikan sebagai figur self image pasien.
Saat SMA pasien memiliki motivasi dan ambisi untuk mewujudkan dirinya
seperti yang dia cita-citakan. Setelah lulus SMA dia langsung diajak bekerja
oleh notaris yang sudah dia kenal saat SMP. Kemungkinan pasien memiliki
harapan besar kepada notaris tersebut.
Setelah pasien bekerja dengan notaris dan beberapa bulan kemudian pasien
mengalami kejang dan diikuti kelainan mental, terdapat kemungkinan faktor
pencetus berasal dari lingkungan kerjanya. Pasien saat itu mengalami suatu
kejadian atau perlakuan yang tidak sesuai harapan. Saat itu pasien mengalami
masalah karena kenyataan yang dia dapatkan tidak sesuai harapan namun
tidak mampu melakukan penyelesaian masalah sendiri. Sehingga
kemungkinan pasien terus memendamnya hingga akhirnya muncul kelainan
mental pada pasien.
22
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa Tn. HS usia 30 tahun jenis kelamin laki-laki, dari pemeriksaan
status mental didapatkan pasien dengan penampilan cukup rapi, bersih, dan sesuai
usia, perilaku tenang saat wawancara, sikap kooperatif terhadap pemeriksa,
pembicaraan lancar dan spontan, mood disforik, afek labil, waham kebesaran, waham
keagamaan, waham kendali, though withdrawal, pernah mengalami halusinasi visual,
auditorik, dan taktil, mengalami ilusi, daya ingat terganggu, terdapat kemunduran
intelektual. Ditemukan adanya riwayat demam dan kejang yang diikuti perubahan
perilaku.
23
Pada pasien ini ditemukan kondisi medis umum yang cukup
bermakna, yaitu gejala demam yang diikuti kejang sehingga aksis III pada
pasien ini adalah kejang et kausa epilepsi.
Pada pasien ini didapatkan masalah utama yang menyebabkan
perubahan perilaku pada pasien adalah masalah keluarga sehingga pada aksis
IV, diagnosisnya adalah masalah keluarga (primary support group).
Pada aksis V, pasien memiliki beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, serta terdapat disabilitas yang berat dalam
beberapa fungsi, sehingga berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of
Functional Scale) saat ini pasien berada pada nilai 40-31.
X. Diagnosis Multiaksial
24
XIII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Haloperidol 2x5mg
Clobazam 1x10mg
THP 2x2mg
IKALEP 2x250mg
Carbamazepin 3x200mg
B. Psikoterapi
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Berempati pada pasien. Memahami keadaan pasien, mengidentifikasi faktor
pencetus, serta membantu memcahkan permasalahan secara terarah.
Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya.
Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala, penyebab, dan terapi
yang dibutuhkan untuk menghindari kekambuhan atau hal-hal yang tidak
diinginkan.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
Penyakit yang diderita pasien
Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien
Awasi terapi dan kepatuhan minum obat pasien
XIV. ANJURAN
25
PROGNOSIS
Relaps Ada
Dukungan Ada
keluarga
Pernikahan Sudah menikah
Hal yang meringankan prognosis: onset dewasa muda, kepatuhan minum obat,
sudah menikah, faktor pencetus yang jelas, keadaan ekonomi yang mencukupi, tidak
ada faktor genetik, dan adanya dukungan keluarga.
Hal yang memberatkan prognosis : adanya relaps dan gangguan mental
disebebkan oleh gangguan lain.
26
XV. ANALISIS KASUS
27
Pada aksis V untuk penilaian GAF (Global Assessment of Functional
Scale) saat ini yaitu 70-61 karena pasien masih memiliki beberapa gejala ringan
dan menetap, terdapat disabilitas ringan dalam fungsi, tetapi secara umum masih
baik.
Pasien ini diberikan terapi haloperidol sebagai antipsikotik untuk
menghilangkan gejala psikosis dan merupakan pilihan obat pada pasien psikotik
dengan gangguan organik. Clobazam diberikan untuk mengatasi gangguan
kecemasan yang parah serta sebagai terapi tambahan untuk menangani epilepsi.
Ansiolitik ini berfungsi menurunkan tingkat kecemasan sehingga perasaan
gelisah dan tegang yang dialami akan berkurang. Triheksifenidil (THP)
digunakan untuk mengurangi efek samping ekstrapiramidal pada obat
antipsikotik. Pemberian ikalep (asam valproat) ditujukan untuk mengatasi gejala
epilepsi yang berulang. Carbamazepin digunakan untuk mencegah terjadinya
kejang-kejang akibat epilepsi. Obat ini bekerja dengan menstabilkan dan
mengembalikan keseimbangan aktivitas saraf dalam otak sehingga dapat
menurunkan risiko kejang.
Psikoterapi dan psikoedukasi perlu diberikan kepada pasien maupun
keluarga. Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga lebih memahami tentang
penyakit yang dialami, sehingga pasien memiliki kesadaran untuk melaksanakan
anjuran terapi sesuai instruksi dokter. Peran keluarga juga sangat penting untuk
mendukung pengobatan yang dilakukan pasien. Selain itu juga agar keluarga
dapat memahami kondisi pasien sehingga lebih memperhatikan setiap hal yang
dapat mempengaruhi
28
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri
Baa kok bantuak itu pak? Raso nyo ado yang masuk ka Waham kendali (+)
diri pak. Tuh sampai
tabangun dari tampek lalok,
ndak tau lai jadi takbir-takbir
Halusinasi akustik (+)
surang se
Ooh ya pak selain suaro tuh Iyo ado Halusinasi visual (+)
lai ado nampak bayangan
yang terlihat pak?
29
Menurut pak manga tu bisa Yo, bapak kan urang terpilih, Waham kebesaran (+)
Waham keagamaan (+)
dangar suaro samo dapek hidayah dari Allah,
bayangan namo-namo Allah dapek perintah langsuang
tu? supaya cari Allah, diagiah tau
juo waktu tu pak bakal jadi
urang pertama masuk surga,
keluarga pak sadonyo lah
dijamin juo masuk surga.
Tapi pak cuma nabi yang Iyo, pak kan rajin tuh solat,
dijamin masuk surga, tuh baca quran, dek tulah pak
baa kok pak jg bisa dapek juo jadi urang tapiliah bisa
jaminan masuk surga? dapek jaminan masuk surga
Pak lai ado maraso urang Iyo lai ado, pak maraso urang
paling hebat waktu dapek tuh patut menghormati
petunjuk jaminan masuk samo memuji pak sabab pak
surga tuh? lah jadi urang yang terpilih
Lai ndak capek tuh pak Ndak ado, rasa nya pak kuat Psikomotor: hiperaktif
takbiran taruih? se takbir kareh-kareh, sampe
ndak lalo juo do.
Apa yang bapak rasakan Sanang se hati pak sabab Mood elasi (+)
waktu takbiran-takbiran tuh dapek perintah takbir dan
pak? Lai pak sadar takbiran dikecekan bakal masuk
tuh? surga. Ado sadar tapi raso
nyo ndak nio barhanti
takbiran
30
Kalau jadi lelah, ndak Iyo kadang ado lah
bersemangat pernah pak?
Lai amuah pak lalok patang Pas sdng sakik patang tu Tidur (-)
tu? ndak amuah mato pak lalok
do, tapi kini lai lamak lalo
Sia yang maantaan bapak ka Ayah samo abang pak Orientasi personal baik
siko patang tu pak?
Okelah pak, istirahat lah pak Ndak baa do, lamak lo kalau
lai, lah panek pak kami tanyo ado kawan ngecek, kalau
– tanyo yo pak? hehe ndak mono se pak disiko. Yo
lah pak ka istirahat lai
31
Lampiran 2. Tulisan dan gambar pasien
32