Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2
tergantung jenis sel yang akan dihitung. Kesalahan penghitungan sel darah pada
umumnya disebabkan karena kesalahan dalam pengenceran, pengukuran sel dan
penghitungan sel.6,7
Penghitungan / pengukuran sel dengan metoda flow cytometry mengunakan 2
prinsip pemeriksaan yaitu impendansi listrik (electrical impedance) dan pendar cahaya
(light scattering).3,6,7,8,9,10,11
1. Impendansi listrik (electrical impedance)
Sistem ini melakukan penghitungan jumlah dan ukuran sel dengan cara
mengukur perubahan tahanan listrik yang terjadi akibat sel melewati celah
(aperture) yang sempit. Perubahan ini kemudian dideteksi oleh alat sensor.
3
dideteksi sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya
perubahan tegangan listrik (amplitudo) yang terjadi merupakan ukuran volume
dari masing-masing sel darah. Data tersebut secara elektronik dianalisis dan
dikeluarkan dalam bentuk puncak (peak), dan batas bawah maupun batas atas
dari ukuran partikel. Dengan menggunakan limitasi ukuran parameter-parameter,
sistem ini dapat dipakai untuk menghitung partikel berdasarkan perbedaan
ukuran.
Gangguan pembentukan pulsa elektrik terjadi saat sel tidak melalui pusat dari
celah atau lebih dari satu sel masuk ke dalam celah pada saat yang sama.
4
Hamburan cahaya dengan arah lurus (forward scattered light) mendeteksi volume
dan ukuran sel, sedangkan yang dibiaskan dengan sudut 90 0 (right angle
scattered) menunjukan isi granula sitoplasma.
5
BAB III
PARAMETER PEMERIKSAAN
3.1.1. Hitung jumlah sel darah merah (RBC / Red Blood Cell)
Jumlah sel darah merah dihitung secara langsung oleh alat dengan sistem
impedansi listrik. Mula-mula sel disuspensikan ke dalam cairan pengencer / diluent
isotonik. Kemudian sel dilewatkan celah dengan elektroda di kedua sisinya. Saat RBC
lewat akan menyebabkan perubahan tahanan listrik yang menghasilkan pulsa elektrik.
Jumlah pulsa elektrik yang dihasilkan inilah yang mengindikasikan jumlah RBC. Jumlah
sel darah merah yang dihitung dengan metoda otomatik lebih banyak, sehingga
presisinya (CV ± 1%) lebih baik dibanding metoda manual (CV 11%).6,7,8
Penghitungan sel darah merah tergantung dari penggunaan pengencer yang benar
dengan pH, suhu dan jumlah ionisasi dengan standar yang telah ditetapkan. Larutan
pengencer harus bebas dari partikel – partikel. pH yang dipakai untuk larutan pengencer
adalah 7,0 – 7,5 dengan osmolalitas 340 ± 10 mmol. Larutan pengencer yang sering
digunakan untuk sel darah merah adalah NaCl fisiologis atau fosfat bufer saline.6
6
Kesalahan penghitungan dapat diakibatkan karena 2 sel atau lebih melewati celah
pada waktu bersamaan. Hal ini akan menyebabkan timbulnya pulsa tunggal dengan
amplitudo yang besar. Akibatnya hasil akan rendah palsu.2
7
3.1.4. Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata dari sel darah merah. Pada analiser hematologi
otomatik, MCV biasanya diturunkan dari data distribusi RBC dalam satuan femtoliter
(fl). CV alat otomatik untuk MCV pada umumnya ± 1% dibanding metoda manual 10%.
6,7,15
8
celah tertentu dan mengubah tahanan listrik elektroda. Tahanan listrik ini akan diubah
menjadi pulsa elektrik. Jumlah pulsa yang terbentuk mengindikasikan jumlah sel darah
putih. Jika didapatkan sel darah merah berinti, maka akan masuk dalam penghitungan sel
darah putih ini.6,7,11,13,15
Metoda otomatik mempunyai CV 1% - 3% dibanding metoda manual 6,5%.
Jumlah sel darah putih dapat meningkat palsu pada keadaan krioglobulin, kriofibrinogen,
agregasi trombosit, sel darah merah berinti, sel darah merah tidak lisis seluruhnya,
neonatus, uremia, Hb S atau Hb C. Jumlah netrofil rendah palsu didapatkan pada
aglutinasi sekunder granulosit pada interaksi permukaan imunoglobulin.6,7
9
Dengan sistem ini, basofil dan eosinofil dihitung sebagai sel sedang meskipun secara
teori termasuk seri granulosit.12,13,14
10
3.3. Pemeriksaan Trombosit
3.3.1. Jumlah Trombosit (PLT)
Jumlah trombosit dihitung secara langsung oleh alat dengan sistem impedansi
listrik sama seperti penghitungan jumlah sel darah merah. Mula-mula sel disuspensikan
ke dalam cairan pengencer / diluent isotonik. Kemudian sel dilewatkan celah dengan
elektroda di kedua sisinya. Saat trombosit lewat akan menyebabkan perubahan tahanan
listrik yang menghasilkan pulsa elektrik. Jumlah pulsa elektrik yang dihasilkan inilah
yang mengindikasikan jumlah trombosit. Batas atas dipakai untuk memisahkan trombosit
dari sel darah merah, dan batas bawah dipakai untuk memisahkan trombosit dari debu
dan masa elektrik. 4,6,7,11,15
Analiser hematologi otomatik menghitung jumlah trombosit dengan keandalan
lebih baik dibanding metoda manual. Kesalahan penghitungan jumlah trombosit rendah
palsu terjadi akibat adanya clump trombosit, agglutinin trombosit, atau adsorbsi
trombosit terhadap leukosit. Jumlah trombosit tinggi palsu dapat terjadi akibat adanya
fragmentasi sel darah merah atau sel darah putih.6,7
11
Presisi analiser hematologi otomatik dalam menghitung retikulosit lebih baik
daripada penghitungan manual karena lebih banyak jumlah sel yang dihitung. Selain itu
alat ini dapat menghitung nilai retikulosit absolut. Ketidakakuratan penghitungan terjadi
karena adanya benda inklusi seperti Howell-Jolly atau parasit malaria.6
12
BAB IV
ANALISIS HASIL
13
sel darah merah. Kedua kurva distribusi sel darah merah dan trombosit dipisahkan oleh
diskriminator yang bergerak otomatis mencari area plateau/lembah dari kedua puncak.
6,7,11,12,15
14
Penghitungan RDW-CV :
RDW-CV (%) = L2 – L1 x 100%
L2 + L1
Gambar 6 .RDW-SD12
RDW berguna dalam klasifikasi awal anemia. RDW akan lebih dulu menjadi
abnormal pada anemia defisiensi nutrisi (terutama pada anemia defisiensi besi) daripada
parameter yang lain. Pada anemia mikrositik, RDW dapat untuk membedakan antara
anemia defisiensi besi (RDW tinggi, MCV rendah sampai normal) dengan thalasemia
heterosigot tidak terkomplikasi (RDW normal, MCV rendah).6,7
RDW digunakan untuk identifikasi fragmentasi sel darah merah, aglutinasi,
populasi sel dimorfik untuk mendukung informasi tentang etiologi anemia. Peningkatan
MCV dan RDW terjadi pada penderita aglutinasi dingin, disertai adanya dua gambaran
ukuran sel darah merah (normal dan 2 kali ukuran normal). Gambaran 2 ukuran sel ini
juga didapatkan pada penderita yang mendapat transfusi dan terapi nutrisional.7
15
Hasil MCV tinggi palsu dapat diakibatkan aglutinasi sel darah merah seperti pada
penyakit cold agglutinin. Hiperglikemia dengan kadar gula > 600 mg/dl dapat
menyebabkan pembengkakan sel darah merah sehingga hasil MCV tinggi palsu.2,6
MCH tinggi palsu dapat terjadi pada keadaan hiperlipidemia atau leukositosis,
karena peningkatan kekeruhan plasma dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
hemoglobin.7
16
memberikan nilai tinggi palsu. Jumlah retikulosit rendah dapat terjadi pada keadaan
hemolisis seperti pada kasus PNH.2,6
17
Analiser hematologi otomatik yang dapat membedakan leukosit ke dalam 5 atau
7 jenis bagian, pada umumnya menghasilkan gambaran histogram seperti di bawah ini :
18
tanda flag band, Immature Granulocyte, maupun blast dapat muncul jika didapatkan
jumlah sel batang, granulosit imatur atau sel blas lebih dari persentase tertentu jumlah
SDP menurut standar masing-masing alat.15
19
BAB V
RINGKASAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
13. Anonim. Coulter T series with diff capabilities reference manual. England. 1992
14. Anonim. Abacus hematology analyzer user’s manual. Austria. Diatron
Messtechnik Ges.
15. Anonim. Cell-Dyn 3700 system operator’s manual. 2000
16. Imazu M. General description of the automated hematology analyzer XT-2000i.
Sysmex Journal International, 2002; 12 : 13 – 7
17. Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Jkarta. Dian Rakyat,
2001 : 11 – 42
18. Hoffbrand AV, Petit JE. Kapita selekta hematology. Alih bahasa Iyan D. Edisi 2.
Jakarta. EGC, 1987 ; 11 – 27
19. Telen MJ, Kaufman PE. The mature erytrocyte. In : Lee GR, Foerster J, Lukens J,
Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM eds. Wintrobe’s Clinical Hematology. 10th
ed. Baltimore. Williams & Wilkins, 1999 : p 193 – 222
20. Kim M, Kim J, Lim J, et al. Use of an automated hematology analyzer and flow
cytometry to assess bone marrow cellularity and differential cell count. Annals of
clinical and laboratory science, 2004; 34 ; 307 - 13
21. Bentley SA, Johnson TS, Sohier CH, Bishop CA. Flow cytometric differential
leucocyte analysis with quantitation of neutrophil left shift, an evaluation of the
Cobas-Helios analizer. Am J Clin Pathol, 1994; 102: 223 – 30
22. Parekh V. Interpretation of data from automated haematology analyzers. In :
Agarwal MB ed. Haematology Today. Mumbai. Ashirwad Hematology Centre,
2004 : p 11 – 8
22