Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulan atau suatu tindakan yang dapat di
amati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan yang baik didasari maupun tidak
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
2. Bentuk Perilaku
Menurut Wawan dan Dewi (2010), secara operasional perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tertentu.
a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara
b. Bentuk aktif yaitu apabila itu jelas dapat diobservasi secara langsung
Menurut Wawan dan Dewi (2010) perilaku yang mempengaruhi kesehatan, meliputi:
kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan dan penyakit yang dijalankan dengan sengaja
atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, atau orang-orang lain, atau
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi tidak menguntungkan
kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau professional, atau secara umum
pada masyarakat-masyarakat yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk kalangan Ibu
hamil), pegabaian pola makanan sehat sesuai dengan kondisi biomedis, ketidakteraturan dalam
merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat,
misalnya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan kalangan pasangan usia subur, pada ibu
hamil, dan anak-anakbalita pada berbagai masyarakat pedesaan dan lapisan sosial bawah di kota-
kota.
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar pengetahuan manfaat biomedis
umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan
tertentu yang secara lagsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajad
kesehatan mereka.
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health behaviour) dapat
nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi
unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
2013).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,
dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina
suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya
untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan
masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Ibu hamil memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan.
b. Ibu hamil agar memeriksakan diri dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan/tenaga
kesehatan.
c. Ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama 4 bulan pertama kelahiran
e. Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5 tahun diposyandu
f. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, pembangun, zat pengatur
h. Ibu hamil agar minum tablet tambah darah atau tablet zat besi selama masa kehamilan
i. Semua orang agar membuang air besar atau tinja di jamban atau WC
j. Semua orang agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan waktu akan makan
k. Semua orang agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar dimasak terlebih dahulu.
l. Setiap rumah, halaman dan pekarangan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan bebas dari
sarang nyamuk
m. Setiap orang agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah makan dan
sebelum tidur
n. Semua orang agar tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan ibu hamil, bayi dan di tempat
umum
o. Semua orang agar menyadari bahaya HIV/AIDS dan berperilaku positif untuk terhindar dari
q. Semua orang agar menjadi peserta Dana Sehat (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
Menurut Maryunani A (2013), tujuan PHBS rumah tangga adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektror, media
massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha
b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat
7. Sepuluh (10) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga
Menurut Maryunani A (2013), indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga terdiri dari:
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan merupakan persalinan atas kesadaran dan
permintaan si Ibu di tolong oleh tenaga kesehatan (doker, bidan dan para medis lainnya) di
a) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
b) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di tolong atau dirujuk ke puskesmas atau
rumah sakit
c) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan
Bayi yang diberi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa
Keunggulan ASI:
a) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta
kecerdasan
d) Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung di susukan kepada bayi dalam keadaan segar
e) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat di berikan kapan saja dan di
mana saja
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi/ balita setiap bulan dan mencatat
Menimbang bayi dan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Air merupakan kebutuhan dasar yang di pergunakan sehari hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan
sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
2) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya
3) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas
4) Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Beberapa alasan setiap anggota keluarga harus mencuci tangan dengan menggunakan air
1) Air yang bersih dan banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan,
kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit
2) Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung)
yang di lengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air unuk membersihkannya.
1) Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah
ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, kulkas, dll. Dan di luar rumah seperti
talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll dilakukan secara
Orang yang diharapkan makan sayur dan buah adalah setiap anggota rumah tangga di
harapkan mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Tidak merokok di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam
rumah. Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di
keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah
92,0 % dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota
rumah tangga lainnya, hal ini biasa dilakukan pada pagi hari di saat sarapan bersama anak-anak
dan sore sampai malam hari ketika sedang berkumpul dengan keluargnya.
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga yang sehat akan menigkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat dapat menigkatkan produktivitas
kerja anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat
dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah
daerah Kabupaten/Kota dibidang kesehatan adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat
untuk meningkatkan citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi
percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain (Atikah & Eni, 2012).
BAB I
PENDAHULUAN
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat
sebenarnya,masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban sendiri di
rumah. Alasan utama yangselalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum
memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belummempunyai uang melihat faktor kenyataan
tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukansemata faktor
ekonomi, Tetapi lebih kepada adanya kesedaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup
sehat (PHBS), jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal.
Cukup yang sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumag tangga.
Buat apa jamaban yang mewah sementara perilaku buang air besar (BAB) masih tetap
sembarangan. Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk membuat atau
membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan pemerintah dalam hal membangun
jamban. Hal ini merupakan bagian dari kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang
justru cenderung memanjakan masyarakat. Program pembangunan jamban yang dilakukan
selama ini kurang optimal khususnya dalam membangun perubahan masyarakat. pendekatan
yang dilakukan mempunyai karakttreistik yang berorientasi kepada konstruksi atau bangunan
fisik jamban saja,tanpa ada upaya pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
memadai selain itu desain jamban yang dianjurkan seringkali mahal bagi keluarga miskin.
Subsidi proyek tidak efektif menjangkau kelompok masyarakat miskin. jamban dibangun,
tetapi seringkali tidak digunakan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
2. Jamban tangki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca serat
(fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau keramik karena
permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan. Juga tidak berbau
dan tidak mengundang serangga. Tinggi air perapat harus paling sedikit 2 cm, agar
bau dari
Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan
daerah padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu
lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter
Tidak berbau
Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak
tercium. Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan
berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-
orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).
Pelat Jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang
terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat,
porselin, dan sebagainya.
Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu
kali, bata atau batako. Adukannya terdiri dari semen : pasir = 1 : 6. Jika semen
diganti dengan kapur dan semen merah : pasir = 1 : 3 : 4
Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan. Lantai tegel
dapat dipasang dengan adukan semen : pasir = 1 : 3.
Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium
sehingga tidak mudah lapuk. jarak tepi bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm.
Ukuran :
tinggi 1,80 m.
lebar 0,65 m.
Dinding
Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam
jamban
Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan
masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng gelombang,
ijuk, atap plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya.
Kemiringan atap minimum 15 derajat.
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka
jarak minimum antara cubluk dan sumur tersebut harus 10 m.
1. Sebelum dipakai plat jongkok disiram terlebih dahulu dengan air supaya najis tidak
melekat dan penggelontorannya lancar
2. Jika tidak ada bak penampung air di dalam kakus, sediakan tempat/ember dengan
isi 2 sampai 3 liter
3. Air hujan jangan dialirkan langsung ke dalam jamban demikian juga air dari kamar
mandi. Hal ini untuk menghindarkan gangguan terhadap Tangki Septik atau Cubluk
yang digunakan sebagai tempat pengolahan.
4. Pelat jongkok harus dibersihkan dengan sikat yang khusus untuk itu (yang
bertangkai). Untuk membersihkan dipakai sedikit air dan bubuk sabun atau abu
gosok. Demikian juga lantai kakus/jamban harus dibersihkan setiap hari.
7. Perangkap air yang tersumbat dibersihkan dengan belahan bambu dari arah lubang
jamban atau jika ada dari lubang/bak pemeriksa di belakang kakus
8. Jika ada bau busuk dari kakus/jamban, periksalah apakah perangkap air kosong
atau rusak. Jika perangkap air kosong, siramkan air kedalam lubang jamban.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Sasaran
Poskan Komentar
Beranda
Laman
Halaman Muka
Makalah Jamban Yang Sehat ...
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2010 (1)
o ▼ Februari (1)
Mengenai Saya
Jojo
Salah seorang pendatang baru di dunia kesehatan yg ingin menciptakan mutu pelayanan
Kesehatan yang optimal, sebagai mana misi FKM
Sedangkan menurut WSP (2008) kriterian Jamban Sehat (improved latrine), merupakan fasilitas
pembuangan tinja yang memenuhi syarat :
Menurut kriterian Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat,
jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis sumur lainnya).
Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang
terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang
menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran air tanah.
2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke penampungan tinja.
Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup lubang jamban atau dengan sistem
leher angsa.
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan
sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat
dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada
setempat;
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
9. Ventilasi cukup baik, dan
10. Tersedia air dan alat pembersih.
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain Azwar (1983 :
5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick
(septic tank) terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu
tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yaitu proses kimiawi dan proses biologis. Pada proses
kimiawi, sebagai tinja (60- 70%), akan mengalami penghancuran dan direduksi. Sebagian besar
zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak dapat hancur
bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup
permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan
suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan
fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses selanjutnya.
Dalam proses biologis, terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif
anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas
dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic
tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja
dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Selanjutnya cairan influent dialirkan melalui pipa,
untuk dilakukan proses peresapan dalam tanah atau dialirkan melalui pipa pada fasilitas riol kota.
Refference
• Juklak Program Sanitasi Total & Pemasaran Sanitasi (SToPS), WSP. 2008
• Riskesdas 2010, Depkes RI.
• Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM & PL. 2003
• Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Azwar, A. 1983
Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut Kusnoputranto (1997),
pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan
tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian
lain menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu
tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan
mengganggu estetika.
Sanitasi Jamban Sehat
Rekan-rekan Sanitarian tentu sudah paham, bahwa dampak buruk jamban terhadap penularan
penyakit, menyangkut transmisi penyakit dari tinja. Berbagai penyakit menular seperti hepatitis
A, polio, kholera, dan lainnya merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan
jamban. Dan sebagai salah satu indikator utama terjadinya pencemaran karena tinja ini adalah
bakteri E.Coli. Sebagaimana rekan-rekan Sanitarian ketahui escherichia coli hidup dalam saluran
pencernaan manusia.
Diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya proses penularan penyakit antara lain kuman
penyebab penyakit, sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab, cara keluar dari sumber,
cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial, cara masuk ke inang yang baru,
serta inang yang peka (susceptible). Sedangkan proses pemindahan kuman penyakit dari tinja
sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air , tanah , makanan, tangan,
atau serangga.
Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah berkembangnya
berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia. Sementara dampak serius membuang
kotoran di sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara karena
menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang tidak dikelola dengan baik berdampak
mengkawatirkan terutama pada kesehatan dan kualitas air untuk rumah tangga maupun
keperluan komersial.
Selain menyangkut perilaku buang air besar masyarakat yang belum semuanya menggunakan
jamban, kita juga dihadapkan pada masih banyaknya jumlah jamban yang tidak memenuhi
standar. Banyak di masyarakat jamban unimproved atau jamban yang tidak sehat. Sebagai
Sanitarian kita harus paham berbagai informasi terkait jamban, baik kriteria maupun prosedur
pemeliharaannya, diantaranya persyaratan pembuangan tinja. Menurut Kumoro (1998), terdapat
beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja, antara lain :
Rumah Kakus: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkunagn sekitar, harus memenuhi
syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan dengan keadaan
tingkat ekonomi rumah tangga.
Lantai Kakus: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik,
kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan
bentuk rumah kakus.
Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja,
harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat.
Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan menghindari
penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar menghindari kotoran
tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih setelah
jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai
agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih merupakan bahan yang ada di
rumah kakus didekat jamban.
Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang berfungsi
sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air dapat terbuat
dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran lingkungan.
Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.
Selain Sanitasi tinja diatas, kita juga harus paham berbagai jenis jamban keluarga. Menurut
Azwar (1990), terdapat beberapa jenis jamban, antara lain :
1. Jamban cubluk (Pit Privy): adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun
dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah
mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan penyebaran dari bakteri
secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke
jamban dan tidak terlalu dalam karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar
1,5-3 meter (Mashuri, 1994).
2. Jamban Empang (Overhung Latrine): Adalah jamban yang dibangun diatas empang,
sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang
biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
3. Jamban Kimia (Chemical Toilet): Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-
tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain.
Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya
dipakai kertas tissue (toilet paper). Sedangkan jamban kimia ada dua macam, yaitu tipe
lemari (commode type), dan tipe tangki (tank type). Jamban kimia sifatnya sementara,
karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.
4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine): Jamban leher angsa merupakan jamban leher lubang
closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban
model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di
sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004) adalah sebagai berikut: