Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK 3B
LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2017
I. PENDAHULUAN
diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan caecilia (makhluk tak bertungkai
yang membuat lubang untuk sarang di hutan tropis dan danau air tawar. Terdapat tiga
ordo Kelas Amphibia yang masih hidup saat ini, yaitu Urodela (berekor ±
salamander), Anura (tidak berekor ± katak, termasuk bangkong), dan Apoda (tak
berkaki ± caecilian). Hanya ada sekitar 400 spesies dari ordo Urodela. Beberapa
diantaranya hanya hidup di air,tetapi yang lain hidup di darat sebagai hewan dewasa
atau bahkan sepanjang masa kehidupan.Sebagian besar salamander yang hidup di darat
berjalan dengan pembengkokan badan darisisi ke sisi yang mirip dengan cara berjalan
dunia saat ini terdiri dari 6771 spesies, di mana Ordo Anura terdiri dari 5966 spesies,
Ordo Caudata 619 spesies, dan Ordo Ghymnophiona 186 spesies. Famili Bufonidae
dari Ordo Anura terdiri dari 558 spesies. Famili Megophryidae terdiri dari 156
spesies, famili Ranidae 347 spesies. Famili Microhylidae terdiri dari 487 spesies dan
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk
tubuh pada mahluk hidup maupun ciri khas dari makhluk hidup itu sendiri.
Mengetahui bentuk tubuh dan karakteristik dari makhluk hidup dapat dibuat kunci
adalah salah satu cara yang digunakan untuk pengelompokan spesies berdasarkan
Untuk dapat membuat taksonomi, maka kita harus melakukan identifikasi dan
morfologi dari berbagai bentuk tubuh hewan ataupun objek lain terlebih dahulu.
Sistem atau cara pengelompokan seperti ini dikenal dengan istilah sistematika atau
taksonomi. Oleh karena itu pada praktikum ini kita harus mengetahui dan memahami
objek. Sehingga nantinya dengan mudah kita dapat melakukan identifikasi dengan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui identifikasi dan
.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi
oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi selalu hidup
berasosiasi dengan air, tetapi hewan ini menghuni habitat yang cukup beragam mulai
dari yang hidup di bawah permukaan air sampai yang hidup di puncak pepohonan.
Amfibi tidak memiliki alat fisik untuk mempertahankan diri seperti taring dan cakar,
sebagian besar untuk jenis katak mengandalkan kaki belakangnya untuk melompat
dan menghindari bahaya, alat pertahanan lain yang cukup efektif adalah kulitnya
yang beracun. Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander),
Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah) (Djuhanda,
1983).
peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis,
amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan
Secara ekonomis amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan
Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup.
Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia
darat dan air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya
tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak
bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari (Jafnir,1984).
Amfibi memiliki beragam bentuk dasarnya tergantung ordonya. Ordo Anura
(jenis katak-katakan) secara morfologi mudah dikenal karena tubuhnya seperti
berjongkok di mana ada empat kaki untuk melompat, bentuk tubuh pendek, leher
yang tidak jelas, tanpa ekor, mata melotot dan memiliki mulut yang lebar Tungkai
belakang selalu lebih panjang dibanding tungkai depan. Tungkai depan memiliki 4
jari sedangkan tungkai belakang memiliki 5 jari. Kulitnya bervariasi dari yang halus
hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan tajam kadang ditemukan seperti pada famili
Bufonidae. Ukuran katak di Indonesia bervariasi mulai dari yang terkecil yakni 10
mm hingga yang terbesar mencapai 280 mm (Iskandar, 1998). Katak di Sumatera
diketahui berukuran antara 20 mm – 300 mm (Zyg,1993).
Habitat utama amfibi adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, sungai
besar, sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau. Umumnya amfibi dijumpai
pada malam hari atau pada musim penghujan. Amfibi selalu hidup berasosiasi
dengan air sesuai namanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat).
Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan
hutan karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang
cukup tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan (Jafnir,1984).
Ordo Gymnophiona atau yang lebih dikenal dengan sebutan sesilia merupakan
satwa yang dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya dialam. Jumlah jenis
dari Ordo ini adalah sebanyak 170 jenis dari seluruh jenis amfibi. Ichthyophiidae
merupakan salah satu famili yang terdapat di Asia Tenggara. Tidak semua ordo
dalam kelas amfibi terdapat di Indonesia. Caudata merupakan satu-satunya ordo dari
Amfibi yang tidak terdapat di Indonesia. Ordo Anura terdiri dari katak dan kodok.
Saat ini terdapat lebih dari 4,100 jenis Anura di dunia dan di Indonesia memiliki
sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh anura di dunia. (Zyg,1993).
Ketergantungan Amphibia terhadap lingkungannya bagi kepentingan suhu
Amphibia memiliki kontrol yang kecil terhadap suhu tubuhnya, maka demi
kesehatan maka Amphibia harus tetap berada dalam lingkungan dengan batas-batas
Pada umumnya katak aktif pada malam hari (nocturnal) dan biasanya berada
Arthropoda, cacing, larva serangga, ikan kecil, udang, kerang, katak muda bahkan
kadal, ular dan tikus kecil. Suhu udara yang turun pada malam hari dan naiknya
kelembaban udara atau kalau ada hujan memberi kondisi yang baik bagi kegiatan
bahkan habis sama sekali dari struktur yang sebelumnya sudah ada, terbentuknya
organ yang baru, yang tidak tampak dari luar adalah perubahan struktur baru dari
organ yang sama yang disesuaikan dengan hewan dewasa, walaupun berlangsungnya
singkat. Metamorfosis merupakan suatu masa kritis yang di alami selama terjadinya
Katak mudah dikenal dari tubuh yang tampak berjongkok dengan empat kaki
untuk melompat dan tanpa ekor. Kaki belakang berfungsi untuk melompat, lebih
panjang dari pada kaki depan yang pendek dan ramping, dan berguna untuk
melompat mencari mangsa atau menghindarkan diri. Matanya sangat besar dengan
pupil mata horizontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak pupil matanya
berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Ujung
jarinya mungkin tidak berbentuk, hanya silindris atau berbentuk piringa yang pipih
dan kadang-kadang mempunyai lipatan kulit lateral lebar. Kaki depan mempunyai
empat jari, sedangkan kaki belakang berjari lima. Selaput kulit tumbuh diantara jari-
jari. Selaput ini bervariasi dari tiap jenis. Beberapa jenis hampir tidak berselaput
tetapi pada jenis yang lain selaputnya meluas sampai menutupi jari atau pelebaran
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 02 November 2017 pukul 08.00-11.00
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah rol, tabel pengamatan, dan alat
Objek diletakkan pada bak bedah dengan posisi kepala disebelah kiri. Objek itu
menjadi bahan praktikum yaitu SLV, Processus Odontoid, Gigi Vomer, Gigi Maxilla,
Kelenjar Paratoid, Urutan Panjang Kaki Depan dan Belakang, Alur Suprathympanic,
Jari, Bentuk Pupil, kemudian dicatat pada data sheet yang telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
SVL 50 mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer tidak ada, gigi maxilla ada,
kelenjar paratoid tidak ada, urutan panjang kaki depan 1>3>2>4 dan urutan kaki
coklat muda, ukuran webbing setengah, warna webbing coklat tua, bentuk ujung jari
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Gambar 2. Fejervarya
Species : Fejervarya limnocharis (Boulenger, 1891) limnocharis
(Amphibiaweb, 2016)
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu SVL 40 mm, processus
odontoid ada, gigi vomer ada, gigi maxilla tidak ada, kelenjar paratoid tidak ada,
urutan panjang kaki depan 3>1>4>2 dan urutan kaki belakang 4>3>5>2>1, alur
setengah, warna webbing putih kecoklatan, bentuk ujung jari agak runcing, bentuk
pupil horizontal.
Katak ini berukuran besar dengan kepala yang runcing, jari kaki setengah
berselaput dan mempunyai bintil metatarsal. Menurut Iskandar (1998) bahwa katak
ini merupakan jenis yang berukuran kecil dengan ukuran jantan 50 mm dan betina
sampai 60 mm. Memiliki kepala runcing, pendek, jari kaki setengah yang berselaput,
tepat sampai pada ruas yang terakhir. Mempunyai sepasang bintil metatarsal. Kulit
berbintil- bintil panjang jelas parallel dengan sumbu tubuh. Warna tubuh kotor
seperti lumpur dengan bercak gelap, kadang- kadang berwarna kehijauan dan sedikit
semu kemerahan .
4.3 Duttaphrynus melanostictus (Gunter,1859)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae Gambar 3. Duttaphrynus
Genus : Bufo melanostictus
Spesies : Duttaphrynus melanostictus (Gunter,1859)
(Amphbiaweb, 2016)
melanosticus
SVL 40 mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer tidak ada, gigi maxilla tidak
ada, kelenjar paratoid ada, urutan panjang kaki depan 3>4>2>1 dan urutan kaki
belakang 2>3>1>4>5, alur suprathympanic tidak ada, dorsolateral tidak ada, warna
dorsolateral tidak ada, ukuran webbing setengah , warna webbing coklat muda,
bentuk ujung jari tumpul dengan bintik hitam diujung, bentuk pupil horizontal.
puncak tengkorak, tidak ada punggung bukit temporal, ruang interorbital lebih luas
dari bagian atas kelopak mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua pertiga
diameter mata, jari pertama umumnya tetapi tidak selalu melampaui kedua, tuberkel
subarticular ganda hanya di bawah jari ketiga. Jari kaki dengan Tuberkulum
tersebar; kulit sangat tuberculated pada panggul, tuberkel biasanya berujung dengan
duri coklat gelap, sebuah baris punggung lateral terhuyung-huyung dari 8-9 tuberkel
membesar puncak kranial, bibir, tips digit, tuberkel metakarpal dan metatarsal yang
cornified dengan coklat tua, yang cenderung gemuruh dari pada individu yang
SVL 50 mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer tidak ada, gigi maxilla ada,
kelenjar paratoid tidak ada, urutan panjang kaki depan 1>3>2>4 dan urutan kaki
coklat muda, ukuran webbing setengah, warna webbing coklat tua, bentuk ujung jari
Hewan ini tidak memiliki lipatan dorsolateral dan memiliki tubuh yang berwarna
hijau kecoklatan dengan ventral berwarna putih gading. Menurut Iskandar (1998)
bahwa katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot
terutama pada yang jantan, jari seluuhnya berselaput renang sampai keujung jari.
Kaki sangat pendek dan berotot. Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm
dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan
vomer tidak ada, gigi maxilla ada, kelenjar paratoid ada, urutan panjang kaki depan
dorsolateral ada, warna dorsolateral coklat tua, ukuran webbing setengah, warna
coklat bening, bentuk ujung jari bulat dengan bintik hitam, bentuk pupil horizontal.
halus atau tidak kasar dan memiliki gigi fermer. Menurut Mistar (2003) bahwa katak
ini memiliki ukuran tubuh yang kecil, kaki yang panjang, alat ekstremitas dengan jari
kaki memiliki tutupan selaput renang yang tidak penuh. Kulit katak licin, berwarna
cokelat muda hingga cokelat tua atau hitam. Selain itu, pada bagian tubuh terdapat
lipatan dorsolateral yang memanjang dari kepala hingga ke ujung tubuh yang
berwarna halus dan tipis. Pada umunya, ukuran hewan jantan sekitar 37-47 mm dan
Di dalam praktikum kali ini didapatkan hasil pengamatan Odorrana hosii SVL 55
mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer ada, gigi maxilla tidak ada, kelenjar
paratoid tidak ada, urutan panjang kaki depan 3>4>2>1 dan urutan kaki belakang
dorsolateral tidak ada, ukuran webbing penuh , warna webbing coklat tua, bentuk
ujung jari pipih dengan lekuk sirkum marginal, bentuk pupil horizontal.
Menurut Mistar (2003) Katak ini mempunyai ukuran tubuh sedang sampai besar
dengan bentuk badan yang ramping. Katak ini mempunyai kaki belakang panjang
dan ramping dengan jari kaki bagian belakang berselaput penuh sampai kedasarnya,
tekstur kulit halus. Mempunyai kelenjar racun yang memberikan bau busuk.Katak ini
mempunyai warna tubuh hijau zaitunatau hijau kecoklatan. Pada bagian sisi
tubuhnya biasanya lebih gelap atau hitam. Biasanya katak jantan berukuran sekitar
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Genus : Hylarana
Sumber : Robert Inger, Djoko Iskandar, Peter Paul van Dijk, Norsham Yaakob 2004.
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu SVL 55 mm, processus
odontoid tidak ada, gigi vomer ada, gigi maxilla tidak ada, kelenjar paratoid tidak
ada, urutan panjang kaki depan 3>1>4>2 dan urutan kaki belakang 4>5>3>2>1, alur
webbing setengah, warna webbing abu-abu, bentuk ujung jarimembulat, bentuk pupil
horizontal.
Pulchrana picturata adalah anggota kelompok spesies yang terkait denagn aliran
dataran rendah. Memiliki bintik kuning tetapi tidak memiliki dorsolateral. Pulchrana
picturata jantan memiliki panjang 40 mm dan betina hampir 70 mm. Sirip ekor nya
agak tinggi sehingga ekornya panjang. Iris memiliki cincin merah disekitar pupila.
Ketika fase berudu mereka hidup di air yang tenang atau kecepatan geraknya lambat,
tetapi ditemukan juga dikolam dekat sungai dengan akumulasi sampah daun. Mereka
besembunyi disiang hari dan keluar pada malam hari dengan warna tubuh yang lebih
pucat (Iskandar,1998)
4.8 Hylarana erythraera (Gunter,1859)
Klasifkasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Hylarana
Species : Hylarana erithrea (Gunter,1859)
(Amphibiaweb, 2016)
Gambar 8. Hylarana
erythraera
Dari hasil pratikum yang didapatkanSVL 44 mm, processus odontoid tidak ada,
gigi vomer tidak ada, gigi maxilla ada, kelenjar paratoid tidak ada, urutan panjang
kaki depan 3>4>1>2 dan urutan kaki belakang 4>5>3>2>1, alur suprathympanic
tidak ada, dorsolateral ada, warna dorsolateral hijau, ukuran webbing setengah,
warna webbing kuning, bentuk ujung jari sedikit membulat, bentuk pupil horizontal.
Hewan ini memiliki lipatan dorsolateral dan memiliki tubuh yang berwarna hijau
dengan ventral berwarna putih gading dan femur berwarna cokelat kekuningan.
Menurut Inger (1968) Pada umumnya, bagian dorsal katak berwarna hijau terang
hingga hijau gelap dan bagian ventralnya berwarna keputihan walaupun ada
ditemukan katak jenis ini memiliki warna biru. Karakter lainnya katak hijau memiliki
lipatan dorsolateral yang bervariasi dan terkadang berbatasan dengan warna hitam.
Species ini memiliki kulit yang halus dan licin, alat ekstremitas dengan jari yang
panjang serta dilengkapi dengan cakram beralur, serta terdapat tubercle namun
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rachoporidae
Genus : Polypedates Gambar 9. Polypedates
leucomystax
Species : Polypedates leucomystax (Gravenhorst,1829)
(Amphibiaweb, 2016)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil dengan parameter
yaitu SLV 590 mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer ada, gigi maxila tidak
ada, kelenjar paratoid ridak ada, urutan oanjng kaki depan yaitu 3>4>2>1 dan urutan
panjang kaki belakang yaitu 4>5>3>2>1, alur suprathympanic tidak ada, lipatan
dorsolateral tidak ada, warna lipatan dorsolateral tidak ada, ukuran webbing
setengah, warna webbing cokelat, bentuk ujung jari membulat, dan bentuk pupil
horizontal.
Hewan ini tidak memiliki lipatan dorsolateral dan memiliki tubuh yang
berwarna hijau muda kecoklatan dan mempunyai disk pada kakinya. Menurut
McKay (2006) Polypedates leucomystax adalah katak pohon yang berukuran kecil
hingga menengah, umunya ukuran panjang badan hewan jantan 50 mm dan ukuran
hewan betinanya 80 mm. katak pohon ini memiliki warna cokelat, abu-abu, kuning
atau warna cokelat gelap. Kulit katak pohon ini memiliki pola-pola yang bervariasi
berupa garis-garis .
4.10 Polypedates pseudotilophus (Gravenhorst,1829)
Kalsifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Rachoporidae
Genus : Polypedates Gambar 11. Polypedates
Species :Polypedates pseudotilophus lpseudotilophus
(Gravenhorst,1829) (Amphibiaweb, 2016)
Gambar 10. Odorrana hosii
yaitu SLV 72 mm, processus odontoid ada, gigi vomer tidak ada, gigi maxila ada,
kelenjar paratoid tidak ada, urutan panjng kaki depan yaitu 3>4>2>1 dan urutan
panjang kaki belakang yaitu 4>3>5>2>1, alur suprathympanic tidak ada, lipatan
dorsolateral ada, warna lipatan dorsolateral kuning, ukuran webbing setengah, warna
webbing putih, bentuk ujung jari membulat, dan bentuk pupil horizontal.
wilayah sumatra. Termasuk golongan katak pohon, memiliki tonjolan didekat telinga
yang menyerupai tanduk sebelumnya katak pohon ini berasar dari kalimantan dan
merupaan jenis katak yang telah lama hidup dipohon dan mampu beradaptasi dengan
baik ditunjukkan dengan adanya adaptasi antara jari kaki berupa bantalan sehingga
Genus : Huia
yaitu SLV 65 mm, processus odontoid tidak ada, gigi vomer ada, gigi maxila ada,
kelenjar paratoid ridak ada, urutan oanjng kaki depan yaitu 3>1>4>2 dan urutan
panjang kaki belakang yaitu 4>5>3>2>1, alur suprathympanic tidak ada, lipatan
dorsolateral ada, warna lipatan dorsolateral hitam, ukuran webbing penuh, warna
webbing hitam, bentuk ujung jari bulat pipih, dan bentuk pupil horizontal.
Katak ini memiliki ukuran tubuh sedang sampai besar dengan bentuk badan
yang ramping. Menurut Djoko iskandar (2004) bahwa Huia sumatrana merupakan
katak berukuran sedang berwarna coklat dengan bintik hitam di permukaan kulitnya.
Spesies ini endemik di pegunungan Sumatera Barat (di Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu dan Provinsi Lampung). Katk ini banyak terdapat pada
4. a. Memiliki disk........................................................................................................5
6. a. Rasio panjang kaki belakang hampir sama dengan panjang tubuh........Huia sumatrana
b. Memiliki webbing...................................................................................................10
b. Webbing penuh………………………………………………………………11
Saran kepada praktikan yang akan melaksanakan praktikum ini disarankan agar berhati hati
saat melakukan pengamatan dan pengukuran. Saat memegang Phrynoidis asper disarankan
agar menggunakan sarung tangan, karena kodok ini memiliki racun yang keluar dari kelenjar
paratoidnya. Saat mengamati megophrys disaran kan dengan hati-hati karena jenis hewan ini
lemah, dan rentan pada kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia Kawasan Ekosistem Leuser Bogor. The Gibbon
Foundation.
Zug, G. R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic
Press. London, p : 357 – 358.