You are on page 1of 36

HIV / AIDS

A. IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT INFEKSI / AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat penyebab
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bersama sel CD4 sehingga dapat
nerusak system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang
biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel
darah putih sangat diperlukan untuk system kekebalan tubuh. Tampa kekebalan tunuh
maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya
adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (coffin et al.,1986) sebagai nama untuk
retrovirus yan diususlkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montegnier
dari Prancis, yang awalnya menamakannya LAV (Lymphadenopathy Associated Virus)
adan oleh Robert Gallo dari AS, yang awalnya menamakannya HTLV-III ( Human T
Lymphotropic Virus Type III ).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus hiv dalam tubuh mahluk
hidup. Virus HIV membuuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang
mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya system kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS
yang mematikan. Seseprang dapat menjadi HIV positf. Saat ini tidak ada obat, serum
maupun vaksin yang dpat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS.
HIV adalah anggota dari genus Lentivirus, bagian dari keluarga retrovididae yang
ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel host
awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi
manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih”virulen” dan lebih mudah menular
dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia. HIV-1 telah
berevolusi dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam
sub-spesies simpanse, pan troglodyte. HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah
berhasil didentifikasi berdasarkan perbedaan pada envelope-nya yaitu M,N dan O.
Kelompok M yang paling besar prevalensinya dan dibagi ke dalam 8 sub type
berdasarkan seluruh genumnya, yang masing-masing berbeda secara geografis. Sub
type yang paling besar prevalensinya adalah sub type B (banyak ditemukan di Asia dan
Afrika), type sub A dan D (banyak di temukan di Afrika) dan C (banyak ditemukan di
Afrika dan Asia). Sub type ini merupakan bagian dari kelompok M dari HIV-1. Koinfeksi
dengan sub type yang berbeda meningkatkan sirkulasi bentuk rekombinan(CRFs).
Sedangkan HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika Barat. Kedua spesies berawal
di Afrika Barat dan Tengah berpindah dari spesies primate ke manusia dalam sebuah
proses yang dikenal sebagai zoonosis.

Aspek Virologi AIDS :

 Sifat virus HIV-1

1. RNA VIRUS
2. Termasuk kelompok retroviridae
3. Terdapat 2 jenis : HIV 1 dan HIV II
4. Core berbentuk silindris
5. Memiliki envelop
6. Memiliki enzim reverse Transcriptase, enzim-Integrase, protease dan RNAase.
7. Memiliki Sembilan macam gen dan tiga regulatory gen

 Sifat virus HIV-2

1. Peka terhadap jalan lahir atau Luka Lecet.


2. Musnah pada pemaanasan 560C selama 10-20 menit, sedangkan Lyophilized
virus musnah pada 600C (30 menit), musnah dengan cepat pada 1000C.
3. Cepat mati dengan desinfektansia alcohol, fenol, iodium, chlorin.
4. Tidak dapat menembus kulit yang utuh
5. Cepat mati dengan desinfektansia, alcohol, phenol, iodium, chlorin dan lain-lain.
6. Musnah dengan cepat pada 1000C.
7. Tak dapat menembus kulit yang utuh
8. Tahan lama dalam suhu kamar sampai beberapa hari dalam kedalam basah atau
kering
9. Masa inkubasi dapat mulai dari 6 bulan sampai lebih 6 tahun.

TES LABORATORIUM

1. Pemeriksaan HIV

PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan HIV


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan :
Untuk Mengetahui Adanya Human Imuno Defisiensi Virus pada Serum Pasien
 Prinsip :
Ultra rapid test device (serum/plasma) adalah bersifat kualitatif selaputnya
memiliki kekebalan dengan system antigen ganda untuk mendeteksi antibody
terhadap antibody HIV dalam serum atau plasma
 DasarTeori :
HIV adalah agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome (AIDS) virus
ini berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari membrane sel inang.
Beberapa virus gliko protein menepati lapisan luar tersebut, setiap virus
memiliki 2 salinan anti positif genomic RNA. HIV 1 terisolasi dari pasien denan
AIDS dan AIDS hubungan kompleks dan dari orang sehat potensi resiko yang
tinggi untuk mengembangkan AIDS. HIV 2 terisolasi dari pasien-pasien AIDS di
afrika barat dan dari individu-individu yang tidak memiliki gejala sero positif.
Keduanya HIV 1 dan HIV 2 mndatangkan suatu respon kekebalan. Pemeriksaan
antibody HIV dalam serum atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih
efisien untuk menentukan apakah seseorang tak terlindungi dari HIV fan
melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk HIV.
Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan deretan genom, HIV 1
dan 2 positif sera dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar
HIV.
 Alat dan Bahan :

1. Pipet tetes
2. Strip HIV
3. Tabung reaksi
4. Serum
5. Reagen HIV/Buffer HIV

ANALITIK

 Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Pindahkan tes device dari kantung pembungkus dan gunakan sesegera mungkin.
Hasil terbaik akan didapatkan jika pengujiannya dikerjakan dalam satu jam
3. Tempatkan tes device pada permukaan yan bersih dan bermutu atau permukaan
yang tinggi
4. Pegeng penetes secara partikel teteskan 1 tetes serum/plasma (sekitar 25 ul),
kemudian tanbahkan satu tetes larutan beffer sekitar 40 ul.
5. Tunggu sampai garis merah terlihat. Hasil akan terbaca dalam 10 menit.

PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil
Intesitas dari warna merah garis daerah test (T) akan berubah tergantung dari
konsentrasi antibody HIV yang ada pada sampel. Oleh karena itu adanya
beberapa bayangan merah didaerah test dapat diperiksa positif.

2. Pemeriksaan HIV (Human Immunodeficiency Virus)

PRA ANALITIK

 Judul : pemeriksaan HIV


 Metode : ELISA (Enzim-Linked Immunosorbent Assay)
 Tujuan : untuk melacak antigen gp 24.
Indikasi pemeriksaan.

a. Diagnosis dini infeksi HIV pada neonates, dan orang yang seronegatif tetapi amat
dicurigai terinfeksi HIV.
b. Menentukan orang yang seropositif tetapi asimptomatik.
c. Memantau hasil pengebotan dengan antivirus.

 Prinsip :
Prinsip dasar uji ELISA-Ag HIV adalah double antibody sandwich antiglobulin
(indirect sandwich) ELISA.
 Alat dan Bahan

a. Sampel
b. Butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia
c. IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci
d. Goat antrabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase
e. PBS-T
f. O-phenylenediamine dihydrochloride
g. Sulfuric acid
h. Klinipet dan tipsnya
i. Incubator
j. Timer

ANALITIK

 Prosedur kerja

1. Sampel (200 ul) dicampur dengan butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV
manusia, dan diinkubasikan selama semalam pada suhu ruangan.
2. Setelah tahap pencucian, ditambahkan IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci, dan
diinkubasi selama 4 jam pada suhu 40 C.
3. Setelah dicuci, untuk memisahkan bagian yang terikat dari yang bebas, di
tambahkan goat antirabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase, dan diinkubasi
selama 2 jam pada suhu 240 C.
Setelah itu, beats dicuci dengan PBS-T

4. Selanjutnya ditambahkan subtract O-phenylenediamine dihydrochloride, dan


diinkubasikan selama 30 menit pada suhu ruangan. Reaksi dihentikan dengan
penambahan 1 M sulfuric acid.
5. Pembacaan dilakukan dengan microELISA reader pada 1.492 nm.

PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil
Kadar antigen dalam sampel ditentukan dengan mengeluarkan absorban
padakurva baku yang dibuat dari berbagai serum standar yang mengandung
antigen gp 24dengan konsentrasi yang diketahui

Catatan

 Kelemahan tes

Tes ini tidak mampu untuk menentukan antigen bila terdapat titer antibodi
terhadap p 24 yang tinggi sehingga membentuk kompleks imun.

 Karakteristik tes

Menurut schochetman (1990), daya lacak uji ELISA-Ag HIV terentang antara 50-
100pg/ml antigen p 24 yang bebas (tak terikat Ab).
HEPATITIS
(Pemeriksaan HbSAg)

A. IMUNOASSAY UNTUK PENYAKIT INFEKSI HEPATITIS

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang memberikan
lemah badan, mual ,kencing, seperti air the disusul dengan mata dan badan menjadi
kuning. Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai bentuk yang klasik seperti ini. Ada
hepatitis yang tidak nyata (inapparent hepatitis), ada yang tanpa ikterik,ada bentuk
yang jiank(bening)dan ada yang ganas (fulminan). Hepatitis dapat disebabkan oleh
virus (penyebab terbanyak), bakteri (salmonella typhy), obat-obatan
racun(hepatotoksik)dan alcohol.
Kini telah dikenal beberapa virus penyebab peradangan hati yaitu : virus
hepatitis A (VHA), Virus hepatitis B(VHB),virus hepatitis C(VHC,non A non B),virus
hepatitis D(VHD),Virus hepatitis E(VHE)dan virus hepatitis G(VHG).
Hepatitis virus yang banyak dikenal oleh para klinisi adalah hepatitis A,B,dan C
oleh karena itu akan dibahas lebih rinci dari aspek serologi.

a. Virus hepatitis A(VHA)

Hepatitis A merupakan penyakit hepatitis akut yang sering dijumpai pada


beberapa usia muda. Penularan penyakit ini terjadi secara oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar(oral-faecal)
Penyakit ini umumnya member gejala klinis yang akut,dan jelas namun hamper
semuanya akan sembuh tanpa bekas.

 Struktur antigen Virus Hepatitis A

Virus hepatitis A merupakan virus RNA yang tergolong dalam virus picorna.
Virus hepatitis A merupakan partikel dengan diameter 27 nm, berbentuk okosahedral
dan tidak berbungkus. RNA dari virus ini diliputi oleh kapsid yang terdiri dari
polipeptida virus : VPI sampai dengan VP4.
Dibawah mikroskop electron tampak “penuh”atau “kosong”. Lipid bukan
merupakan komponen integral dari virus Hepatitis A yang stabil dengan pengelohan
eter, asam dan panas (560C selama 30 menit). Infektifitanya dapat dipertahankan
selama bertahun-tahun pada suhu 200C.
HAV mengandung 3 polipeptida utama dengan berat molekul 34.000,25.000 dan
23.000 sama seperti yang dimiliki oleh virus Entero.

 Imunopatogenesis

Infeksi dari virus Hepatitis A terjadi secara oral-faecal dengan waktu inkubasi 2-
6 minggu. Virus hepatitis A sudah dapat ditemukan dalam tinja penderita yang
terinfeksi sejak masa inkubasi, dan baru menghilang pada minggu ketiga setelah sakit.
Dari mukosa usus virus tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah ,namun
stadium viremia ini hanya berlangsung selama kurun waktu yang amat pendek.
Selanjutnya virus tersebut akan menginfeksi sel hepar,dan menyebabkan beberapa
gejala klinis dari Hepatitis A.Hampir semua penderita dengan Hepatitis A akan sembuh
sempurna tanpa komplikasi yang berarti.
Masuknya virus Hepatitis ini kedalam tubuh penderita akan merangsang
beberapa sel imunokompeten dari tubuh untuk membentuk antibody.
Antibody yang pertama dibuat ,dan amat patogmonik untuk Hepatitis A aialah
lgM anti-HAV. Titer dari lgM anti-HAV akan terus meningkat, dan mencapai puncaknya
satu minggu setelah timbulnya gejala penyakit, kemudian titer akan turun secara
perlahan-lahan dan mencapai negative setelah minggu kedelapan ,dan diganti oleh lgG
anti-HAV.
LgG anti-HAV mulai timbul setelah fase akut dari Hepatitis A lewat. Titernya
umumnya meningkat dalam 3-6 bulan setelah infeksi, dan mencapai puncaknya 1-2
bulan setelah timbulnya gejala penyakit. Antibody ini bertahan lama sampai bertahun-
tahun, bahkan sampai seumur hidup.
Dari segi diagnostic adanya lgG anti-HAV tidak memegang peranan yang
berartiuntuk menyatakan adanya penyakit yang akut, namun mempunyai arti yang
penting sebagai petunjuk timbulnya kekebalan.

b. Virus Hepatitis B

Hepatitis virus B merupakan radang hati yang disebabkan oleh infeksi dengan
virus Hepatitis B(VHB atau HBV) , yaitu suatu virus hepadna. Marka serologic pertama
ditemukan pada penduduk asli Australia oleh Blumberg dan kawan-kawan pada tahun
1965 dan disebut sebagai Australian antigen (Au Ag).
Pada tahun 1968, prince kemudian melaporkan adanya hepatitis B surface
antigen (HBsAg) pada penderita serum hepatitis yang akhirnya dikenal sebagai virus
hepatitis B yang identik dengan Australian antigen. Ada beberapa macam subtype
HBsAg yaitu: adw ,ayw, adr dan ayz yang amat penting untuk epidemologi penyakit.
Hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Perubahan serologi pada VHB di mulai dengan timbulnya HBsAg / H beAg / HBV-
DNA dalam darah/serum yang sering mendahului peningkatan aktvitas transaminase,
kemudian berturut-turut disusul dengan timbulnya lgM anti HBc dan anti HBs.
Perubahan biokimiawi maupun serologic adanya infeksi VHB, umumnya akan kembali
normal dalam 6 bulan. Dikatakan kronis bila perubahan biokimiawi dan serologic
menetap >6 bulan.

 Struktur Antigen Virus Hepatitis B

Virus Hepatitis B (VHB) yang dikenal sebagai partikel Dane (diameter 42nm),
termasuk dalam family Hepadana. Virus ini hanya dapat menimbulkan infeksi pada
manusia dan Champanse saja.
Dalam darah individu yang terinfeksi dengan VHB terhadap partikel Dane dan
dua buah partikel berbentuk lain, yang satu berbentuk tubular dan yang lain berbentuk
bulat dengan diameter 22nm.
Partikel Dane terdiri beberapa bagian yang amsing-masing memiliki antigenitas
tersendiri.
Bagian paling luar yang merupakan selubung dikenal sebagai Hepatitis B surface
antigen (HBaAg). Bagian sebelah dalamnya yang merupakan inti atau core dari virus
mengandung hepatitis core antigen (HBcAg), dan Hepatitis Be antigen (HBeAg),
partially double stranded DNA, DNApolimerase (DNA-p) dan suatu aktifitas polymerase.

 Imunopatogenesis

Penularan VHB dapat terjadi melalui 2 pola,yaitu pola vertical dan pola
horizontal. Pada pola vertival infeksi terjadi dari ibi hamil dengan HBsAg positif pada
anak yang dilahirkannya pada saat persalinan (penularan perinatal).
Masuknya VHB kedalam tubuh anak biasanya terjadi melalui abrasi kulit bayi
akibat trauma kehamilan atau dapat juga melalui air ketuban yang masuk dalam mulut
anak.
Pada pola horizontal infeksi VHB dapat melalui luka dikulit atau selaput lender,
misalnya melalui suntikan, trnsfusi darah, alat operasi ,tusuk jarum, pembuatan
tattoo,tindik,luka pada selaput lender mulut, hidung, saluran pencernaan makanan
bagian bawah ,mata atau genitalia (hubungan intim).
VHB dapat ditemukan pada beberapa cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan
amnion, keringat,secret vagina dan air mata.
Setelah VHB masuk ke dalam tubuh penderita yang tidak memiliki kekebalan
terhadap VHB, poly-human serum albumin receptor (PAR) yang terdapat pada
permukaan HBsAg akan mengikat poly-human serum albumin (poly HSA) yang disebut
oleh hepatosit. Dalam tahap selanjutnya poly-HAS yang sudah diikat oleh PAR dari VHB
dari suatu kutubnya akan diikat oleh PAR yang terdapat dipermukaan hepatosit pada
kutubnya yang lain. Setelah itu VHB masuk ke dalam sitosol dari hepatosit.
Didalam sitosol dari hepatositt ,protein VHB yang diproduksi oleh sel hepatosit
yang terinfeksi akan dipecah menjadi peptide yang akan diambil oleh reticulum
endoplasma, yaitu tempat molekul MHC kelas 1 dibuat, dan mengikat serta mengangkut
fragmen peptide tersebut ke permukaan hepatosit.
Bila ada limposit T CD8 yang lewat maka kompleks antigen-MHC kelas 1 akan
dianggap oleh reseptor yang ada dipermukaan limposit CD8 dan menimbulkan signal
pada sel limposit tersebut sehingga sel tersebut menjadi aktif, dan melepaskan sitokin
yang dapat menghancurkan seluruh sel yang terinfeksi beserta isinya. Beberapa sel
hepatosit yang rusak tersebut akan melepaskan enzimnya sehingga kadar SGOT,SGPT,
bilirubin dan gamma-GT dalam serum meningkat.
Waktu inkubasi VHB terentang antara 6 minggu sampai 6 bulan. Bila seseorang
individu mengalami infeksi VHB maka ada tiga kemungkinan utama yang dapat terjadi,
yaitu:

 Hepatitis akut (20% dengan gejala hepataitis akut yang nyata dan 80% berjalan
subklinis)
 Hepatitis menahun
 Pengidap VHB sehat

HBsAg biasanya positif selama beberapa gejala klinis dari penyakit masih ada,
dan baru menghilang beberapa minggu (1-12 minggu) kemudian HBsAg yang menetap
lebih dari 6 bulan merupakan petunjuk dari infeksi HBV yang menahun atau penderita
akan menjadi VHB (carrier) yang sehat.
Pada orang dewasa sekitar 10% akan menjadi pengidap menahun,sebaiknya
pada golongan anak,85-95% akan menjadi pengidap menahun. Dari pengidap VHB yang
menahun, 67% akan berrkembang menjadi serosis hati,dan sebagian besar menjadi
kanker hati.

c. Virus Hepatitis C(VHC)

Hepatitis C adalah hepatitis viral yang disebabkan oleh virus Hepatitis C


(vhc=hcv), dan tergolong dalam kelompok hepatitis non-A ,non-B(NANB). Hepatitis
viral inoi sering terjadi setelah transfuse darah atau pemberian komponen darah
sehingga pada masa yang lalu hepatitis C ini disebut sebagai post transfusion NANB
hepatitis.
Dibeberapa daerah didapatkan hepatitis non-A non-B yang tidak mempunyai
riwayat transfuse, dan disebut sebagai hepatitis sporadic atauu acquired community.
Dari penelitian selanjutnya ternyata 40-50% dari penderita hepatitis ini menunjukkan
antibody anti-HCV yang positif.
Pada umunya hepatitis C member gejala klinis yang relative ringan bahkan
sering tanpa gejala namun mempunyai kecenderungan untuk menjadi menahun atau
serosis hati yang lebih besar bila dibandingkan dengan hepatitis viral yang lain.

 Stuktur Antigen Virus Hepatitis C

Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan genom berantai tunggal, dengan
polaritas positif, diameter 30-60nm, dan panjang sekitar 10kb. VCH merupakan virus
yang peka terhadap pelarut organic seeperti kloroform, terbungkus oleh envelop lipid
dan termasuk dalam family antara flavivirus dan pestivirus. Genom VHC terdiri dari
sekitar 9413 nukleotida dan mengkode sekitar 3010 asam amino.
Menurut beberapa peneliti terdapat enam genotip strain VHC. Di Indonesia
genotip yang sering dijumpai adalah subtype 1b, dan subtype 1 baru yang tidak
didapatkan di Negara lain. Genotipe VHC yang sering dijumpai di Surabaya adalah
subtype 1b, subtype 1 baru, 2a dan subtype baru dari tipe 3.
Genom VHC terdiri dari 3 bagian utama sebagai berikut :

1. Region non-coding ,terdiri dari 340 nukleotida dan belum banyak diketahui
funggsinya,
2. Region structural, terdiri dari region nukleokapsid atau core (c), dan region
envelope(surface=s),dan
3. Region non structural (NS), terdiri dari NS 1-NS5 dan sebagian fungsi NS 2-NS5
tidak diketahui.

 Imunopatogenesis

Masa inkubasi dari Hepatitis C berkisar antara 2-20 minggu dengan puncaknya
antara 6-12 minggu dan rerata sekitar 7-8 minggu.
Respon imun yang terjadi setel;ah masuknya VHC kedalam hepatosit, sama
dengan respons imun penyakit yang lain, yaitu respons imun terhadap jasad renik
intraseluler dalam sitosol dari sel yang terinfeksi. Antigen dari virus yang dibuat di
dalam sitosol hepatosit akan merangsang MHC kelas 1 untuk membuat polipeptida yang
mengangkut antigen tersebut ke permukaan sel untukdiikat oleh reseptor ddari
limposit T CD8 sehingga sel ini teraktivasi.
Limposit TCD8 yang teraktivitas tersebut akan mengeluarkan sitokin yang
menghancurkan sel hepar, dan virus yang berada didepannya. Akibatnya akan terjadi
peningkatan kadar ALT dalam serum penderita yang sering kali disertai oleh viremia.
Beberapa menduga bahwa VHC dapat merusak sel hati secara lansung (directly
cytopathic) sebab ada kaitan antara beratnya kerusakan sel hati dengan banyaknya
virus.
Pola fluktuasi ALT serum pada hepatitis C khas periode peningkatan ALT di
selingi oleh periode ALT yang normal atau mendekati normal. VHC atau beberapa
bagian virus yang berada ekstraseluler dapat ditangkap oleh beberapa reseptor pada
permukaan limfosit B, dimasukan kedalam vokuol, dan diproses, lalu dipaparkan pada
permukaan limfosit B dan ditangkap oleh reseptor limfosit T CD4 Th2. Sel CD4 Th2 yang
teraktivitasi akan mengalami transformasi blas menjadi sel plasma yang mensekresi
antibody spesifik terhadap antigen VHC. Serenkonversi sel plasma yang mensekresi
antibody spesifik terhadap antigen VHC. Serekonversi biasanya terjadi 11-12 minggu
setelah infeksi, behkan dengan uji anti-HCV generasi II, antibody tersebut dapat dilacak
7-8 minggu setelah infeksi. Namun pada beberapa kasus, antibody tersebut baru timbul
setelah infeksi berjalan setelah 6-12 bulan.
Antibody pertama yang biasa timbul adalah antibody terhadap core, dan
biasanya dapat dilacak sesaat sebelum atau bersamaan dengan peningkatan ALT serum.
Antibody terhadap NS 3 biasanya timbul bersamaan atau sesaat setelah antibodi
terhadap protein core, namun kadang kala (anti-C33c) dapat juga timbul sebelum anti-
core, dapatdideteks.
Anti –C 100-3 (NS4) baru timbul 10-15 minggu setelah peninghktan ALT.
Hepatitis Cdikatakan menjadi menahun bila kenaikan kadar ALT serum dan anti-HCV
positif terjadi lebih dari 6 bulan atau 1 tahun’
Factor yang berperan dalam perubahan hepatitis C akut menuju menahun yaitu
tingginya kadar ALT, sifat polifaksin, usia lanjut dan gangguan imunologis.

 TES LABORATORIUM

1. Pemeriksaan HbsAg

 PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan HbsAg Rapid test


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan :
Untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum penderita
 Prinsip :
Imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan pada bantalan sampel
bereaksi dengan partikel yeng telah dilapisi dengan anti HBs (antibodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran untuk
berikatan dengan antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga akan
menghasilkan garis warna.
 Dasar teori :
HBsAg merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan serum atau
plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau
plasma membrane yang dilapisi dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis
test selama proses pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan
partikel yang ditutupi dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan
meresap sepanjang membrane kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada
membrane dan menghasilkan suatu hasil posotif pada daerah test, jika tidak
menghasilkan garis yang berwarna pada daerah test menunjukan hasil yang
negatif.
 Alat dan Bahan

1. Tabung reaksi
2. Serum
3. Strip HBsAg atau strip ACON

 ANALITIK

 Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Siapkan serum dalam tabung reaksi
3. Keluarkan strip HBsAg dari kemasannya
4. Celupkan kedalam seru, biarkan selama 15 menit
5. Amati hasil test yang terjadi

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil

 Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test


 Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test
 Negatif (-) : terdapat satu garis pada kontrol

2. PEMERIKSAAN ANTI HCV

 PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan anti HCV


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus hepatitis C dalam serum
 Dasar teori :
Tes human anti HCV lgG antibody dikembangkan untuk mendeteksi sirkulasi anti
HCV lgG antibody dinyatakan sebagai petunjuk infeksi hepatitis C virus, tes ini
berdasarkan prinsip yang menggunakan rekombinan HCV protein sebagai viral
antigen. Pada langkah pertama anti HCV lgG dalam specimen bila ada akan
terikat pada protein rekombin;an HCV yang dilabel pada permukaan sumur
microtitir.
Setelah inkubasi bagian specimen yang tidak terikat akan dipisahkan melalui
pencucian, pada pencucian ke dua anti human lgG konjugat ditambahkan akan mengikat
antibody spesifik manusia anti HCV lgG pada permukaan sumur akan membentuk
sandwich complex.
 Alat dan bahan :

1. Pipet tetes
2. Strip Anti HCV
3. Tabung reaksi
4. Serum sampel
5. Reagen HCV / buffer HCV

 ANALITIK

 Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Tempatkan kemasan strip pada temperature ruangan sebelum dibaca
3. Siapkan serum dalam tabung reaksi kemudian diambil kurang lebih satu tetes
serum, lalu masukan strip HCV setelah itu masukan buffer HCV kurang lebih 2
tetes.
4. Tunggu sampai muncul garis merah pada strip

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil :

 (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes

 (-) : terbentuk satu garis pada daerah control


 Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes
3. PEMERIKSAAN ANTI HBs

 PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan anti HBs


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya antibody dalam serum.
 Prinsip :
Serum diteteskan kedalam wadah dan reaksi yang terjadi akan memberikan hasil
dengan tanda garis
 Dasar teori :
Viral hepatitis adalah penyakit infeksi yang umumnya seing disebabkan oleh
virus hepatitis B (HBV) yang menjangkit hampir 5% dari populasi dunia dengan
beberapa variasi setempat, penyakit ini dapat timbul tanpa gejala, akut(dengan
kasus berat dan kematian) atau hepatitis kronik yang akan memburuk ke erisis
dan atau hepatocalullar carcinoma dan kematian. Penyakit ini biasanya
ditularkan melalui pertikaran cairan tubuh antara seseorang yang sehat dengan
orang yang sakit.

 Alat dan Bahan :

1. Strip anti HBs


2. Tabung reaksi
3. Tips
4. Tissue
5. Serum

 ANALITIK

 Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
3. Buka strip anti HBs dari kemasannya
4. Celupka strip tersebut kedalam tabung yang berisi serum
5. Biarkan selama 15 menit , angkat dan baca hasilnya
 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil :

 (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes


 (-) : hanya terdapat 1 garis pada daerah control
 Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes

4. PEMERIKSAAN ANTI HAV

 PRA ANALITIK

 Metode : Manual / semi autometik dan autometik


 Prinsip :
Enzim immunoassay yang berdasarkan pada prinsip pengikatan antibody untuk
mendeteksi antibody virus hepatitis A
 Alat dan Bahan :

 Alat

a. Cara manual/ semi autometik

1. Rak dan tabung reaksi yang dilengkapi adhesive foil


2. Instrument cobas EIA : incubato, washer , fotometer (λ 450 nm)
3. Pipet volumetric
4. Dispenser manic-manik.

b. Cara autometik

1. Instrument cobas corer


2. Rak dan tabung mikro
3. Tabung volumetric

 Bahan

1. Sampel : serum/plasma 500 ul


2. Manik-manik dengan kompleks anti-HAV dan HAV antigen
3. Konyugat anti HAV
4. Control negative
5. Control positif
6. Larutan pengencer
7. Asam sulfat 5%
8. Aquadest

 ANALITIK

 Cara kerja:

a. Cara manual/semi automatic

1. Siapkan empat tabung reaksi masing-masing reagen blanko (RB),negetif control


(NC),positif control (PC), dan sampel (S).Masing-masing diberi label.
2. Pada tabung NC,PC,dan S masing-masing diisi samel sebanyak 50ul.
3. Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 25 ul pada ketiga tabung tadi
4. Tambahkan pengencer sebanyak 250 ul pada tabung NC, PC, dan S. serta
tambahkan manik-manik masing-masing 1ul
5. Tutplah tabung dengan seld adhesive foil dan inkubasi selama 15 menit pada
suhu 370C dengan pengocokan permanen (hindari dari sinar terang). Kemudian
dicuci dengan aquadest (washer EIA)
6. Kemudian tambahkan konyugat anti HAV sebanyak 250ul kedalam ketiga tabung
tersebut.
7. Tutup kemudian inkubasi selama 30 menit pada suhu 370C kemudian dicuci lagi
dengan washer EIA
8. Tambahkan larutan kerja TBM kedalam tabung RB ,NC, PC, dan S sebanyak
250ul.
9. Tambahkan sebanyak 1ul asam sulfat 5% kedalam masing-masing tabung
kemudian baca fotometer dengan λ 450 nm.

b. Cara autometik

1. Masukkan 500 ul serum penderita kedalam tabung mikro.


2. Letakkan tabung mikro pada tempatnya di cobas core.
3. Tekan tombol anti HAV Cobas Core (jalankan sesuai prosedur).
4. Hasil secara autometik,berupa lembar print out.
 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil
Sampel dengan absorbansi dibawah gray zone (nilai cut off-10%)dinyatakan
sebagai negative. Sampel didaerah gray zone , tes harus diulangi, tanda +/- akan
tercetak dikertas. Hasil diatas gray zone dinyatakan positif
DEMAM REMATIK

A. IMUNOASSAY UNTUK MELACAK RHEUMATOID FACTOR (RF)

Factor rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker (1940), dan Rose et.al
(1948), sebagai immunoglobulin dalam sera penderita dengan arthritis trematoid yang
dapat mengaglutinasi sel darah merah domba yang di lapisi IgG kelinci.
Factor rematoid adalah suatu antibody (IgG,atau IgA) yang ditunjukan terhadap
IgG (anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak lanjut daroi penyakit arthritis
rematoid; biasanya setelah penderita penyakit lebih dari stengah tahun.
Pathogenesis dari penyakit arthritis rematoid, dan mekanisme pembentukan
factor rematoid masih belum diketahui dengan tepat (masih merupakan hipotensis).
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit radang sendi yang di timbulkan oleh
suatu kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang kelainan
imunopatologisnya disebabkan oleh kegagalan dalam koordinasi dari beberapa fungsi
imunitas mediasi seluler (cell mediated immunity) terhadap suatu antigen di dalam
sendi(intra-arthicular) yang berasal dari luar. Antigen penyakit ini sampai sekarang
belum diketahui dengan tepat, dan oleh karena itu sering di sebut antigen x.
Akhir-akhir ini sering-sering dikemukakan bahwa ada hubungan yang positif,
antara arthritis rematoid dan infeksi dengan virus Epstein-Barr(EBV). Antigen x yang
masuk kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel imunokompeten dari sinovia
sendi sehingga merangsang pembentukan anti bodi terhadap antigen x tersebut.
Antibody yang dibentuk dalam beberapa sendi ini terutama dari kelas lgG walaupun
kelas dari Ab yang lain juga terbentuk.
Pada beberapa penderita dengan arthritis rematoid, secara genetic, didapatkan
adanya kelainan dari sel liimfosit T-Suppressor-nya sehingga tidak dapat menekan sel
limposit T-Helper. Dengan akibat timbulnya rangsangan yang berlebihan pada sel
plasma sehingga terjadi pembentukan antibody yang berlebihan pula. Dalam jangkka
waktu yang lama hal ini akan menyebabkan gangguan glikosilsi lgG sehingga terbentuk
lgG yang abnormal, dan menimbulkan pembentukan otoantibodi yang dikenal sebagai
factor rematoid (lgG,lgA, lgE, lgM, dan anti lgG)lgG yang abnormal tersebu akan
difagositosis oleh magrofag atau APC yang lain. Didalam APC ,lgG tersebut akan diproses
namun pada orang normal tidak menimbulkan respon imun sebab bahan yang berasal
dari tubuh sendiri tidak dapat membangkitkan molekul kostimulatoris B7 pada
permukaan APC sehingga tidak dapat terikat pada molekul CD28. Pada penderita
rematoid arthritis,oleh karena HLA-nya terjadi peningkatan kadar molekul
kostimulatoris B7-1 dan B7-2, sehingga dapat mengikat molekul CD-28 dan
menimbulkan respon imun CD4 Th 2 yang menghasilkan otoantibodi ,yaitu anti-lgG atau
factor rematoid.
Umumnya factor rematoid baru terbentuk setelah penderita menderita penyakit
lebih dari 6 bulan , tetapi dapat pula terjadi lebih awal atau sesudah waktu yang lama.
Dalam tahap selanjunya antibody tersebut (terutama lgG) akan mengadakan ikatan
dengan antigen x dalam bentuk kompleks imun lgG. Kompleks imun ya ng terjadi akan
mengaktifkan komplomen dan menimbulkan kemotaksin yang menarik leukosit
polimorfonukleat (PMN) ke tempat proses.PMN ini akan menadakan fagositosis
kompleks imun tersebut, dan mengalami kerusakan atau mati dengan akibat
pengeluaran enzim lysozim yang dapat merusak tulang rawan sendi.
Pengendapan kompleks imun disertai komplomen pada dinding sendi juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa jaringan sinovia
sendi (sel dendritik abnormal) yang mengalami artrutis rematoid mengeluarkan enzim
collagenase dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkaan kerusakn
tulang rawan sendi yang tak dapat pulih lagi(irreversible).

TES LABORATORIUM

1. UJI ASO (Anti Streptolisin O)

 PRA ANALITIK

 Judul : UJi ASO (ANti Streptolisin O)


 Metode : Kualitatif
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya antibody streptolisin dalam serum
 Prinsip :
Partikel latex polystyrene yan dilapisi streptolisin O sebagai antigen akan
bereaksi secara imunologis dengan antibody anti streptolisin O yang terdapat
dalam serum sampel. Reaksi ini ditunjukan dengan adanya aglutinasi dari
partikel latex.
 Dasar Teori :
Sterptococus adalah bakteri yang terdiri dari kokus gram positf yang
berdiameter 0,5 dalam bentuk rantai yang khas kokus agak memanjang pada
arah sumbu rantai. Streptococcus bakteri ini menghasilkan zat ekstraseluler dan
enzim-enzim. Lebih dari 20 ekstra seluler yang bersifat antigen dihasilkan oleh
streptococcus golongan A (streptococcus pyogenes) yang berhubungan dengan
invasi lokal dan sistemik dan kehilangan pasca sterptococus disebabkan oleh
reaksi-reaksi imunologi.
Zat-zat ekstra seluler terdiri dari streptolisin, hialuronidase streptokinase dan
NA dase. Zat-zat yang paling penting/spesifik adalah streptolisin adalah enzim
hemoltik yang dibentuk oleh streptococcus grup A beta hemolytcus yang terdiri
dari O dan streptolisin S, Streptolisin O adalah suatu toksin yang terdiri protein
dengan berat molekul 60.000 dalton aktif dalam suasana anaerob dan dalam
tereduksi melisiskan sel darah merah dan dengan cepat tidak aktif bila
teroksidasi. Toksin ini menyebabkan dibentuknya zat anti streptolisin O (ASO),
streptolisin S adalah suatu toksin yang mempunyai berat molekul 20.000 dalton,
bersifat antigen lemah karena didalamnya hanya mengandung polipaptida
dengan berat molekul 2,800 dalton.

 Alat dan Bahan

1. Centrifuge
2. Slide test
3. Pipet tetes
4. Batang pengaduk
5. Serum
6. Reagen latex
7. Control positif
8. Control negative

 ANALITIK

 Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Ambil darah vena pasien kemudian buat serum dengan cara putar pada
sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 3 menit
3. Pada slide test yang telah diberi tanda masing-masing, teteskan control posotif,
control negatif dan serum
4. Tanbahkan masing-masing reagen latex
5. Masing-masing dihomogenkan dan ratakan sampai garis tanda seperti pada
gambar dibawah ini.

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil

 Positif : terjadi aglutinasi


 Negative : tidak terjadi aglutinasi

2. pemeriksaan Rf (Rematoid Factor) / RA (Rheumatoid Arthritis)

 PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan Rematoid factor


 Metode : Kualitatif
 Prinsip :
Adanya reaksi antara rheumatoid factor yang terdapat dalam serum penderita
denga II uman Imunoglobulin G (IgG) yang dilapiskan pada partikel latex
polystyrene reaksi positif dilanjutkan dengan adanya aglutinasi pada partikel
latex.

 Dasar teori :
Rematoid factor adalah immunoglobulin antibody yang dapat mengikat antibodi
lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit auto imun dan salah satu penyebabnya
adalah rematoid arthritis, dimana sel T supresor tidak menekan pembentukan
antibodi dan terjadi glikolisasi (kerusakan struktur) sehingga terbentuk antigen
dan dan merespon antibodi baru sehingga terjadi pengendapan dan pengaktifan
komponen dan kemudian memancing terjadinya enzim dan merusak tulang.
Penyakit ini adalah penyakit auto imun non organ spesifik karena kegagalan
ototoleransi ditunjukan terhadap elemen jaringan tubuh.
 Alat dan Bahan

1. Slide
2. Pipet tetes
3. RA latex
4. Serum
5. Batang pengaduk

 ANALITIK

 Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan dugunakan


2. Pipet pada tempat berbeda kedalam slide

 Sampel serum 1 tetes


 Control positif 1 tetes
 Control negative 1 tetes

3. Tambahkan masing-masing 1 tetes RA latex


4. Campur menggunakan batang pengaduk dan goyang-goyang selama 2 menit
5. Amati reaksi yang terjadi

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil

 Positif : terjadi aglutinasi


 Negative : tidak terjadi aglutinasi

3. Pemeriksaan RF (Rematoid Factor)/ RA (Rheumatoid Arthritis)

 PRA ANALITIK

 Judul : pemeriksaan rematoid factor


 Metode : semikuantitatif
 Alat dan Bahan

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Batang pengaduk
5. Klinipet 100 ul
6. Tips kuning
7. RA latex
8. Buffer Glisine
9. Serum

 ANALITIK

 Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan


2. Encerkan buffer glisisne dengan aquadest 1 : 9
3. Susun 5 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung dengan buffer glisine
sebanyak 100 ul
4. Tabung kedua ditambahkan 100 ul, homogenkan lalau pindahkan 100 ul
ketabung kedua homogenkan dan seterusnya sampai pada tabung kelima
5. Amati reaksi yang terjadi

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil
Untuk mendapatkan konsentrasi RF, Kalikan titer dengan factor konfersi yaitu 8
IU/ml.
NARKOBA

A. IMUNOASSAY UNTUK PEMERIKSAAN NARKOBA

Narkoba atau Narkotika dan obat terlarang lainnya, saat ini penggunaannya
menjadi masalah medis, hokum, social dan ekonomi di Negara maju maupun Negara
berkembang.
Penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun semakin meningkat Menurut UU RI
Nomor 5 tahun 1997 yang termasuk kelompok Psikotropika adalah Amfetamin dan
derivatnya yaitu MA (Methamfetamin) dan MDMA (Methylene-Dioxyy-Meth-
Amvetamin). LSD ( Lysergic Acid Diethylamide), obat tidur, anti depresi dan anti
psikosis. Dalam UU RI Nomor 22 tahun 1997,Narkotika meliputi golongan Opiat
(Morfin, Heroin), golongan Kanabis (Ganja, Marijuana, Hahis) dan golongan
koka(Kokain/Coke/Crack).
Heroin (Diacetyl Morphine) atau putau adalah analgesic dan narkotik golongan
1, biasanya digunakan dengan cara suntikan,dihirup atau melalui oral. Ganja atau
Marijuana/Hashis yang metabolitnya dalam urin sebagai THC (Tetra Hidro Cannabinol)
atau 11-nor-Ä- tetrahydrocannabinol-9-carboxylic acid (asam karboksilat yang
berkonjugasi yang berkonjugasi dengan asam Glukoronat), merupakan jenis narkoba
dari kelompok halusinogeen dan narkoba golongan 1. Umumnya ganja digunakan
melalui rokok.
Kokain (ecgonine methyl ster-benzoylecgonine) adalah stimulat jenis narkotika
golongan 1. Kokain dikomsumsi melalui suntikan, dihirup dan dimasukkan dalam
rokok.
Amfetamin dan derivatnya yaitu MA (dikenal sebagai shabu-shabu)dan MDMA
(sebagai ekstansi/inex) termasuk golongan psiko-stimulansia. MDMA biasanya
dikomsumsi melalui oral sedangkan MA digunakan secara suntikan, dihirup dan
dicampur dengan tembakau rokok kemudian dihisap.
Melalui sirkulasi darah, zat narkoba akan dibawa ke otak, hati, ginjal, dan organ
lainnya, kemudian mengalami metabolism serta melalui ginjal dieksresi dan
dikeluarkan melalui urin. Efek dari zat narkoba dapat mempengaruhi susunan saraf
pusat dan merusak organ-organ dalam tubuh.
Heroin, Ginjal, Kokain, dan A, fetamin tidak digunakan dalam ilmu kedokteran
melainkan sebagai designed substrance yaitu sengaja dibuat untuk tujuan bersenang-
senang.
Golongan Opiat dan Amfetamin masih dapat dideteksi dalam urin 1 sampai 4 hari
setelah penggunaan obat. Golongan kokain dalam 1 sampai 3 hati. THC masih dapat
dideteksi dalam urin 2-7 hari setelah penggunaan obat. Bahkan dalam urin pecandu
berat, THC masih dapat dideteksi 46-77 hari setelah penggunaan obat. Zat narkoba
dapat dideteksi dalam darah atau serum,urin dan cairan tubuh.

TES LABORATORIUM

1. PEMERIKSAAN TEST NARKOBA

 PRA ANALITIK

 Judul : Pemeriksaan Test Narkoba


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya narkoba pada pasien
 Prinsip :
Berdasarkan prinsip pemeriksaan Imunokromatografi methamphetamine akan
terbentuk garis merah jika terdapat narkoba jenis mertham pethamin
 Dasar Teori :
Berdasarkan reaksi imunokromatografi di mana urine yang mengandung
narkoba berkaitan dengan obatconjugate untuk mengikat antibody dalam strip.
Urine yang mengandung obat(narkoba) akan memberikan satu garis warna pada
strip, sedangkan urine yang tidak mengandung narkoba akan memberikan 2
garis warna pada strip.

 Alat dan Bahan :

1. Strip test narkoba


2. Pipet tetes
3. Tabung reaksi
4. Timer
5. Urine

 ANALITIK

 Cara kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pipet sebanyak 100ul dalam tabung reaksi
3. Celupkan strip kedalam tabung tersebut yang berisi urine
4. Keluarkan kemudian baca hasilnya.

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil :

 Positif : jika terbantuk satu garis


 Negative : jika terbentuk 2 garis
 Invalid : tidak terbentuk garis warna pada control dan test
DEMAM BERDARAH
DENGUE

C. IMUNOASSAY UNTUK DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD)

Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan yang penting di


Indonesia, sebab prevalensinya maupun angka kematiannya tergolong tinggi. Penyakit
ini disebabkan oleh virus dengue yang termasuk virus Arbo.
Manifestasi klinis dari penyakit in I amat bervariasi, mulai dari penyakit yang
paling ringan , demam dengue (DF) ,demam berdarah dengue (DHF), dan dengue shock
syndrome (DSS).
Beratnya manisfestasi klinis dari penyakit dengue dipengaruhi baik factor
hostnya seperti ras, HLA, usia, dan sekresi sitokin dari monosit, dan sel T, maupun oleh
factor variasi.
Peningkatan IL-6 sejalan dengan peningkatan beratnya penyakit pada penderita
anak, dan dewasa, sedangkan peningkatan titer IL-1 β sejalan dengan beratnya penyakit
pada orang dewasa saja.
Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk A. aegypt atau A. albopictus
yang mengandung virus dengue.
Dalam rangka pemberantasan penyakit, di samping pemberantasan vektornya,
perlu dilakukan pencarian kasus. Untuk keperrluan pencarian kasus ini diperlukan
sarana diagnostic yang andal,dan praktis.
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi klinis walaupun dapat memberi
pengarahan dalam menentukan diagnosis klinis, namun penggunaan sarana
seroimunodiagnostik akan memberikan andil dalam menentukan diagnosis pasti dari
penyakit.

Struktur Antigen Virus Dengue


Virus dengue tergolong virus Arbo,dan termasuk dalam family virus Flavi
bersama-sama dengan virus japanase encephalitis.
Virus dengue terdiri dari 4 serotipe, yaitu DEN-1,DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Struktur antigen dari ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun
antibody terhadap masing-masing serotype tidak dapat saling memberikan
perlindungan silang.
Serotype DEN-2 lebih sering menyebabkan DHF, dan DSS sedangkan DEN-3
biasanya memberikan gejL klinis yang ringan (DF) dibeberapa Negara Amerika
sebaiknya di Jakarta diduga serotype DEN-3 lebih berperan dalam terjadinya DHF.
Virus dengue mempunyai ukuran yang amat kecil ,diametnya sekitar 50 nm.
Struktur morfologinya relative sederhana ,terdiri dari beberapa protein E pada
selubung luarnya, protein C, dan M pada selubung dalamnya (kapsid),dan RNA untai
tunggal pada genomnya. Beberapa protein secara biologis penting karena dapat
bertindak sebagai hemalugtinin ataupun dapat juga mengaktifkan sel limposit T
sehingga menghasilkan sitokin, dan menyebabkan sitolisis dari sel target atau
merangsang sel limposit B untuk menjadi sel plasma, dan memproduksi antibody.
RNA genome dikode untuk 3 protein structural ,yaitu :

1. Kapsid (C)
2. Membrane (M),dan
3. 7 protein nonstructural ,yaitu NS 1,NS 2a, NS 2b, NS3, NS 4a, NS 4b, dan NS 5

Immunopatogenesis Demam Dengue


Target utama dari virus dengueadalah beberapa sel monosit atau makrofag.
Walaupun beberapa sel yang lain seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena.
Diduga bahwa kebocoran kapiler pada DHF disebabkan oleh pelepasan sitokin
(IL-β, dan TNF- α) serta plasminogen activar inhibitor oleh monosit (Chang dan
Shaio,1994; Iyngkaran,1995), dan pelepasan IL-2,IFN-γ serta TNF-β oleh limposit T
yang teraktivitas oleh infeksi virus tersebut (Kurane let al., 1989, dan Rothman et
al.,1993).
Infeksi dengan virus dengue akan merangsang beberapa sel imunokompeten
untuk memproduksi antibody.
Antibody terhadap virus dengue dapat dibagi menjadi 2 kelompok:

1. Neutralizing antibody; serotype-specific, dan crossreactive.

Antibody pertama yang dibentuk adalah neutralizing antibody yang dimulai


sejak hari kelima dari penyakit. Titer antibody ini mengikat amat cepat, lalu menurun
secara lambat dalam waktu yang lama, dan biasanya bertahan seumur hidup.
Neutralizing antibody ini merupakan antibody yang spessifik.

2. Non-neutralizing antibody
Di samping neutralizing antibody dibentuk juga antibody yang tidak dapat
menetralkan atau non-neutralizing antibody. Anti-NS-1 atau Pre-M pada sel limposit T
sitotoksis mengikat antigen dalam sel target, dan menyebabkan sitolisis sel target yang
tergantung pada adanya antibody (ADCC= antibody dependent cell cytolysis).
Infeksin sekunder pada penderita yang telah mempunyai non-neutralizing antibody
akan membangkitkan iimunisasi booster, dan menyebabkan peningkatan kadar
abtibody yang amat tinggi.

Anti-NS 1(serotype crossreactive)


Antibody ini akan berkaitan dengan virus yang memaparkan antigen dengue
pada permukaannya, dan membentuk kompleks virus-antibody yang akan mengktifkan
komplemen, sehingga menimbulkan sitolisis (CMC= complement mediated cytolysis),
dan mengeluarkan C 3a ,dan C 5a yang mengakibatkan kebocoran vaskuler ,merangsang
agregasi trombosit,dan mengaktivasi proses koagulasi dengan segala akibatnya seperti
renjatan(DHF atau DSS) atau DIC.
Bayi kurang dari satu tahun(neonates) dapat menderita demam berdarah
dengue, dan sindroma renjatan dengue, walaupun infeksi baru pertama kali terjadi. Hal
ini disebabkan oleh karena bayi tersebut telah mempunyai antibody dalam darahnya
yang didapatkan secara pasif dari ibunya melalui plasenta.
Menurut Guzman (1987) infeksi primer dengan virus dengue pada anak usia 1-3
tahun tidak menimbulkan DHF tau DSS di Cuba. Antibody yang terikat pada partikel
virus akan diikat oleh reseptor Fcy sel target , dan menyebabkan peningkatan infeksi
yang tergantung pada antibody (ADE= antibody dependent enchancement). Akibatnya
produksi sitokin dari sel target meningkat, dan menyebabkan terjadinya DHF dan DSS.
Pada infeksi virus dengue primer, titer antibody meningkat perlahan-lahan, dan
mencapai suatu tingkatan dengan pola tertentu.
Sebaliknya pada infeksi sekunder dengan virus tersebut, antibody meningkat
cepat mencapai suatu titer yang amat tinggi, dan pada kondisi biasanya terjadi reaksi
dengan berbagai antigen virus flavi. Titer antibody yang biasanya hanya dijumpai pada
sera penderita yang mendapat infeksi sekunder.
Seperti halnya pada infeksi jasad renik yang lain, maka pada infeksi primer
dengan virus dengue kadar lgM akan meningkat lebih dahulu, dan mencapai kadar yang
lebih tinggi daripada lgM.
Sebaliknya pada infeksi sekunder, lgG akan timbul lebih cepat, dan dalam kadar
yang lebih tinggi daripada lgG.
Menurut beberapa peneliti,lgM anti-dengue dapat dipakai sebagai tolak ukur
untuk konfirmasi demam berdarah dengue terutama pada beberapa kasus fatal yang
hanya mungkin bias diperoleh serum tunggal untuk pemeriksaan. Menurut Samsi titer
lgG anti-dengue>1280 dengan cara emagglutibation inhibition test(HI) timbul lebih
cepat dengan kadar yang lebih tinggi daripada lgM, sesuai dengan reaksi
sekunder.sebaiknya titer lgG anti-dengue(tes HI)<640 timbulnya lebih lambat,dan
dalam kadar lebih rendah daripada lgM, lebih sesuai dengan reaksi primer.

TES LABORATORIUM

1. PEMERIKSAAN DENGUE

 PRA ANALITIK

 Judul : pemeriksaan dengue


 Metode : Imunokromatografi
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus Dengue dalam tubuh
 Prinsip :
Bilas antibody lgM dan lgG dari virus dengue dalam sampel akan ditemukan
secara spesifik oleh antibody anti human lgM dan lgG yang terikat pada
membrane netro selulosa sebagai fase padat, kemudian berikatan dengan anti
dengue yang telah membentuk kompleks dengan gold babelled anti dengue
monokorald antibody dan member warba pink pada garis test.

 Alat dan bahan :

1. Tabung reaksi
2. Tees acon
3. Serum

 ANALITIK

 Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Teteskan serum atau plasma pada strip acon sebanyak 10 tetes
3. Tambahkan larutan buffer sebanyak 3 tetes
4. Baca hasil setelah 5-15 menit

 PASCA ANALITIK

 Interpretasi Hasil :

 Positif (+) : terrdapat2 garis warna pada daerah control dan test
 Negative (-) : hanya terbentuk satu garus pada daerah control
 Invalid : tidak terbentuk garis warna

Pembacaan Hasil :

Negatif IgM IgM & IgG IgG positif


Positif, positif, Dengue
Dengue Dengue Sekunder
Primer Sekunder

Keterangan :

 Garis M = lgM
 Garis G = lgG
 Garis C = control
 Dinyatakan Batal bila tidak tampak garis control
MALARIA

Judul : Pemeriksaan malaria (rapid test) metode strip (Immunokromatografi).


Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya antigen malaria dalam darah pasien.
Prinsip :
Berdasarkan reaksi kromatografi yang menimbulkan garis pada zona control dan test
jika terdapat plasmodium dalam sampel darah. Reaksi antigen antibody menggunakan
immunokromatografi sandwich.

Dasar Teori :
Pemeriksaan plasmodium adalah pemeriksaan penentuan jenis plasmodium yang
terdapat di dalam tubuh pasien yang dapat menyebabkan penyakit malaria.
Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam,
anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :

 Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).


 Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
 Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna).
 Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis penyakit malaria ada beberapa, namun
hingga saat ini metode yang masih dianggap sebagai standar emas (gold standart)
adalah menemukan parasit Plasmodium dalam darah. Beberapa jenis metode
pemeriksaan parasit Plasmodium ini diantaranya :
a. Pemeriksaan mikroskopis
Dilakukan untuk menemukan parasit Plasmodium secara visual dengan
melakukan identifikasi langsung pada sediaan darah penderita.
b. Pemeriksaan Imunoserologis
Pemeriksaan secara immunoserologis dapat dilakukan dengan melakukan
deteksi antigen maupun antibodi dari Plasmodium pada darah penderita.
c. Deteksi antibody
Teknik deteksi antibodi ini tidak dapat memberikan gambaran bahwa infeksi
sedang berlangsung. Bisa saja antibodi yang terdeteksi merupakan bentukan reaksi
immunologi dari infeksi di masa lalu. Beberapa teknik deteksi antibodi ini antara lain :
o Indirect Immunofluoresense Test (IFAT)
o Latex Agglutination Test
o Avidin Biotin Peroxidase Complex Elisa
d. Sidik DNA
Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi rangkaian DNA dari tersangka penderita.

Alat dan Bahan :


Alat :
1. Strip malaria
2. Loup bouer
3. Autoclick
Bahan :
1. Sampel serum (hole blood)
2. Reagen buffer

Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Kondisikan reagen pada suhu kamar.

3. Tusuk jari pasien dengan menggunakan lanset lalu letakkan satu lup specimen

keatas strip .

4. Ditambahkan 2 tetes larutan buffer.

5. Didiamkan selama beberapa menit.

6. Dibaca reaksi yang terjadi.

Interpretasi hasil :
 Positif : Terbentuk dua atau tiga garis berwarna , satu pada zona garis test 1 atau
2 dan satu pada zona garis control.
TUGAS IMMUNOSEROLOGI
HIV, HbSAg, Rematoid Faktor, Narkoba, HCV, Malaria & Dengue

NAMA : Dessy Ady Sandra DJ

NIM/SEMESTER : 12012/ V (Lima)

DOSEN : Nadra S.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TERNATE
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015

You might also like