Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Umum Daerah Bitung adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kota
Bitung, berada di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Saat ini kapasitas rumah sakit
memiliki 741 tempat tidur dengan rata-rata tingkat hunian 84,67 % per tahun . Jangkauan
pelayanan rumah sakit bukan hanya untuk Kota Bitung tetapi juga meliputi wilayah
disekitarnya.
Dalam upaya mengimbangi perkembangan Kota Bitung yan begitu pesat, maka RSUD
Bitung telah berupaya meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di rumah
sakit sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan. Upaya
dan terobosan yang telah dilakukan diantaranya pada pelaksanaan akreditasi 4 pelayanan
pada tahun 2007.
2007 . Sekarang ini dalam proses akreditasi pelayanan versi 2012 yang merujuk
pada trend dan kriteria standar akreditasi internasional ( Joint Commission International/
JCI ).
). Dengan harapan implementasi dari standar akreditasi ini akan mendorong untuk
memberikan pelayanan dengan mutu yang terstandarisasi dan menekankan pada
keselamatan pasien, di samping meningkatkan peran serta rumah sakit dalam mendukung
program MDG’s.
RSUD Bitung adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan mengutamakan pengobatan dan
pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang
dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat dan
tindakan medis. RSUD Bitung merupakan satuan kerja pemerintah Kota Bitung yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan mempunyai tugas menyelenggarakan
upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan,
menyelenggarakan upaya peningkatan kesehatan lainnya, melaksanakan rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, RSUD Bitung mempunyai fungsi
Pelayanan Medis, Pelayanan asuhan keperawatan, Penunjang medis dan non medis,
Pengelolaan sumber daya manusia, Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan,
Penelitian dan Pengembangan, Pelayanan rujukan, Administrasi umum dan keuangan.
Struktur organisasi RSUD Bitung berdasarkan Peraturan Walikota
Walikot a Bitung Nomor 47
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
- Memberikan pelayanan kepada pasien yang memenuhi standar pelayanan,
keselamatan pasien, dan memberikan kepuasan kepada pasien
- Meningkatkan mutu terus-menerus secara keseluruhan
Tujuan Khusus :
- Mengurangi resiko terhadap
terhadap pasien, karyawan, dokter, keluarga pasien dan
pengunjung baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik
Setiap area akan ditentukan indikator-indikator yang akan dianalisa dan dievaluasi
dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien berdasar pada :
1. Dampak pasien
2. Area yg memerlukan perbaikan performa
3. Level diperlukan perbaikan
4. Hubungan dengan strategi plan RS
5. Frekuensi kejadian/isu
6. Peluang keberhasilan
7. Dampak keuangan
8. Fokus pimpinan
9. Dampak outcome pasien
10. Kepuasan karyawan/dokter
11. Statutory requirement
Pemilihan indikator
indikator pada setiap harus memenuhi
memenuhi kriteria sebagai berikut
berikut pada :
1. Sahih (valid)
2. Dapat dipercaya
dipercaya (reliable)
reliable )
3. Sensitif
4. Spesifik
1. Area Klinis
Area klinis terdiri dari 11 area, yaitu :
a. Asesmen Pasien
b. Pelayanan Laboratorium
c. Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
d. Prosedur bedah
e. Penggunaan antibiotik dan obat lainnya
f. Kesalahan medikasi (medication error ) dan kejadian nyaris cedera (KNC)
g. Penggunaan anestesi dan sedasi
h. Penggunaan darah dan produk darah
i. Ketersediaan, isi dan penggunaan rekam medis pasien
j. Pencegahan dan kontol infeksi, surveilans dan pelaporan
k. Riset klinis
3. Clinical Pathway
Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti, dengan hasil yang
terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Manfaat Clinical Pathway adalah :
- Mengurangi variasi layanan perawatan unutk kasus yang sama (biaya lebih
mudah diprediksi)
- Tools untuk pelaksanaan keselamatan pasien (Patien Safety)
- Tools untuk pelaksanaan audit medis
- Tools untuk pengecekan bila ada medical errors
- Penilaian kinerja (Perfomance) SMF dan individu profesi
Data pengisian formulir Clinical Pathway diisi oleh perawat penanggung jawab
4. Indikator Klinis
Indikator klinis adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan
klinis dengan menggunakan berbagai instrument. Indikator klinis sebagai pedoman
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan.
Indikator klinis yang dipantau untuk menilai mutu pelayanan berdasarkan 11
(sebelas) area klinis, yaitu :
1. Assesment terhadap area klinik
2. Pelayanan laboratorium
3. Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
4. Prosedur bedah
5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya
6. Kesalahan medis (Medication Error ) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
7. Anestesi dan penggunaan sedasi
8. Penggunaan darah dan produk darah
9. Ketersediaan isi dan penggunaan catatan medis
10. Pencegahan dan kontrol infeksi, survey dan pelaporan
11. Riset klinik
5. Indikator Manajemen
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dan
merupakan variabel untuk menilai perubahan. Penentuan indikator manajemen
dengan berdasarkan 9 (sembilan) area manajemen,, yaitu :
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi
kebutuhan pasien
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
3. Manajemen Resiko
4. Manajemen Penggunaan Sumber Daya
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan Kepuasan Staf
7. Demografi Pasien dan Diagnosis KlinisDibuat laporan 10 besar penyakit
8. Manajemen Keuangan
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah
bagi keselamatan pasien, keluarga dan staf
7. Sentinel
Sentinel adalah suatu kejadian tidak terduga (KTD) yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat
tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi bagian tubuh yang salah.
Yang termasuk kejadian sentinel adalah: kematian t idak terduga dan tidak terkait
dengan penyakitnya dengan perjalanan alamiah penyakit atau kondisi yang
menyertai penyakit (bunuh diri), kehilangan fungsi utama (major) secara permanen
yang terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya, salah operasi, salah lokasi, salah prosedur operasi, penculikan bayi
atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien RS, DepKes RI 2008).
13. FMEA ( Failure Mode and Effects Analysis ) / Analisis Modus Kegagalan dan
Dampak (AMKD)
FMEA / AMKD adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasikan dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut didesain untuk
meningkatkan keselamatan pasien. FMEA merupakan proses proaktif, dimana
kesalahan dapat dicegah dan diprediksi dan mengantisipasi kesalahan sehingga
meminimalkan dampak buruk.
FMEA dapat dilakukan pada proses yang telah dilakukan saat ini dan proses yang
belum dilakukan atau baru akan dilakukan misalnya : pembelian alat baru, redesain
kamar operasi, dll.
E. LANDASAN HUKUM
1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. SK Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6. Keputusan Direktur Utama RSUD Bitung No. HK 02.04/11.3/756.1/2014 tentang Kebijakan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
7. Keputusan Direktur Utama RSUD Bitung No. HK.02.04/II.3/14.1/2014 tentang
Pembentukan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Kebijakan PMKP terdiri dari : kebijakan umum, kebijakan pelayanan medis, kebijakan
6. Kebijakan Pajak
7. Kebijakan
Pengawasan
Keuangan
8. Kebijakan
Transaksi
Keuangan
VIII KEBIJAKAN HUBUNGAN
KERJASAMA
1. Kebijakan
kerjasama dengan
Institusi Pendidikan
2. Kebijakan
kerjasama dengan
Rumah Sakit Lain
3. Kebijakan
kerjasama dengan
pihak ke tiga
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Komite PMPK bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
Sub Komite Keselamatan Pasien terdiri dari Ketua SMF yang merupakan Dokter Ahli, Kepala
Instalasi, Ahli Gizi, Apoteker, dan tenaga penunjang.
Sub Komite Mutu terdiri dari Dokter Ahli, Dokter Umum, Kepala Instalasi, Pejabat Struktural, dan
Paramedis.
Sub Komite Manajemen Resiko terdiri dari Pejabat Struktural dan Kepala Instalasi.
C. PENGATURAN JAGA
Tidak ada pengaturan jaga di dalam Komite PMKP, akan tetapi terdapat sekretariat yang ada
setiap hari di ruangan Komite PMKP, sesuai jam kerja di RSUD Bitung
6m
L
E
M
SOFA A
R
V R
E
I
T A T DISPENSER
F U
P
A O M
F MEJA TAMU S O
O K
S
PRINTER
4
,2
x
m
L
E
M
A
R
I
AC
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit RSUD Bitung.
B. RINCIAN KEGIATAN
I. Dimensi Mutu
Mutu adalah konsep yang bersifat komprehensif dan multisegi yang mengukur 1 atau
lebih dimensi mutu, seperti diantaranya kompetensi teknis, akses pelayanan,
efektifitas, efisiensi, hubungan interpersonal, kontinuitas, keselamatan, dan fasilitas.
Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Bitung untuk tahun 2015
mengukur 4 dimensi mutu yaitu:
1. Keamanan yaitu meminimalkan resiko terhadap luka, infeksi, dan bahaya jatuh.
Keamanan disini melibatkan pemberi layanan kesehatan dan pasien.
2. Efektif yaitu tingkatan dimana hasil (outcome) yang diharapkan dari pelayanan
dapat tercapai.
3. Efisien yaitu meminimalisir kerugian atau pemborosan sumber daya dalam
tercapainya hasil (outcome) pelayanan seperti yang diharapkan.
Data pengisian formulir Clinical Pathway diisi oleh perawat penanggung jawab
ruangan, dokter dan coder .
Berdasarkan instrumen audit klinik yang telah disusun maka Komite PMKP dan SMF
akan melakukan proses pengukuran. Proses pengukuran dilakukan dengan
membandingkan antara apa yang tercatat di Rekam Medis dengan standar yang
telah ditetapkan.
Hasil pengukuran ditulis di lembar audit atau di dalam bentuk file komputer.
Pengambilan sampel audit akan diverifikasi oleh orang kedua yang tidak terlibat
dalam pengambilan data yang pertama untuk memastikan validitas data.
Analisa data
Berdasarkan hasil pengukuran, Komite PMKP dan SMF melakukan analisa dan
evaluasi untuk mengidentifikasi masalah yang ada, mencari akar permasalahan
(dengan menggunakan diagram fish bone atau metode lain) dan mengusulkan
rencana perbaikan. Komite PMKP dan SMF menuliskan hasil pengumpulan data dan
analisa data serta rencana perbaikan menjadi sebuah laporan.
Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut, maka Komite Medis dan Direksi memutuskan
apakah menyetujui rencana perbaikan yang disampaikan, bila berhubungan dengan
anggaran dan proses bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan tersebut perlu
didiskusikan dengan Direksi untuk persetujuan anggaran yang diperlukan.
Penilaian kinerja
1. Penilaian kinerja karyawan 6 bulan terakhir
2. Membandingkan target dengan realisasi (hasil kerja)
3. Penilaian harus objektif, konsisten dan netral
b. Pelaporan
Pelaporan dibuat alur laporan data dari tiap unit kerja disampaikan ke
Komite PMKP dan Direktur RS. Dibuat feed back laporan insiden dari Komite
PMKP ke Direktur RS kemudian ke unit kerja. Dalam pelaksanaannya agar
data tercatat dengan baik maka setiap ruangan disediakan formulir dan
petugas pencatat adalah penanggung jawab ruangan yang sudah ditunjuk.
Pada akhir bulan penanggung jawab ruangan/unit menyerahkan hasil formulir
sensus harian kepada Kepala Bagian Ruangan/Instalasi yang kemudian
diteruskan ke Tim Indikator klinis. Data dikumpulkan dan direkapitulasi
kemudian dilaporkan ke Komite PMKP.
Komite PMKP membuat analisa dan melaporkan hasil analisa tersebut ke
Direktur RS. Agar data laporan dapat lebih mudah dibaca dan dapat melihat
kecenderungannya dari tingkat mutu yang diukur, maka dibuat dalam bentuk
table dan grafik.
Laporan yang dibuat oleh Komite PMKP antara lain :
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden
dilaporkan kepada Komite PMKP
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Kejadian Sentinel
Kejadian sentinel adalah kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau
kecacatan permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang
seharusnya dapat dicegah.
Kejadian sentinel meliputi keadaan sebagai berikut :
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjaalanan alamiah penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
b. Kehilangan fungsi utama (major)secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Kesalahan lokasi, salah prosedur, salah pasien dalam tindakan pembedahan
d. Kejadian penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang
tuanya.
Pelaporan Insiden
Pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin rumah
sakit atau asuhan pasien.
Petugas yang mengetahui terjadinya insiden mengisi form pelaporan insiden (Lihat
gambar 2a dan 2b. Formulir Pelaporan Insiden). Form ini bersifat rahasia dan tidak boleh
Skor Resiko
Setelah dibuat laporan insiden, kemudian ditentukan nilai dampak dan nilai
probabilitas dari insiden tersebut, dan selanjutnya dilakukan grading resiko dengan
menggunakan matriks grading resiko.
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam tabel matriks
grading resiko untuk menghitung skor resiko dan mencari warna bands resiko. (l ihat
gambar 3 dan 4)
Skor resiko akan menentukan prioritas resiko. Jika pada asesmen resiko ditemukan 2
(dua) insiden dengan hasil skor resiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya
dapat menggunakan warna bands resiko.
Bands resiko adalah derajat resiko yang digambarkan dalam 4 warna yaitu : biru, hijau,
kuning, merah. (lihat gambar 5)
Skala prioritas bands resiko adalah :
a. Bands Biru : Rendah (Low )
b. Bands Hijau : Sedang (Moderate)
c. Bands Kuning : Tinggi (High)
d. Bands Merah : Sangat Tinggi (Extreme)
Langkah-langkah RCA :
1. Identifikasi insiden yang akan diinvestigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data (Observasi, dokumentasi, interview)
a. Observasi : kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi,
hal-hal yang berhubungan dengan insiden
b. Dokumentasi : untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi
dan iInspeksi
c. Interview : untuk mengetahui kejadian secara langsung guna
pengecekan data hasil observasi dan dokumentasi
4. Pencetakan kronologi kejadian
Sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah bagan. Ada berbagai
macam cara kronologi kejadian, sebagai berikut :
a. Kronologi cerita/narasi
Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat
berdasarkan kumpulan data saat investigasi
Kronologi cerita digunakan jika :
1. Kejadian sederana dan tidak kompleks, dimana masalah, praktek dan faktor
kontribusinya sederhana.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu kejadian yang lebih
kompleks.
6. Analisis informasi
Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause
a. 5 why (why-why chart )
Secara konstan bertanya ‘mengapa’, melalui lapisan penyebab sehingga
mengarah pada akar permasalahan dari problem yang teridentifikasi.
d. Fish Bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat
memberikan dampak pada timbulnya insiden.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Peningkatan
A P Pemecahan masalah
C D dan peningkatan
Standar
A P
Pemecahan masalah
C D dan peningkatan
Standar
Gambar 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
Pada gambar 1, pengidentifikasian masalah akan dipecahkan dan dicari sebab-
sebabnya serta menentukan tindak lanjut pemecahan masalah, dan hal tersebut harus
didasarkan pada fakta. Hal ini untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan
pengambilan keputusan yang terlalu cepat dan bersifat emosional. Selain itu, untuk
memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai acuan perbaikan
selanjutnya, maka rumah sakit harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dan peningkatan perbaikan
berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-
C-A Cycle) seperti diperlihatkan pada gambar 6.
Corrective
Action
Improvement
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A dapat berfungsi jika sistem informasi
berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah
(gambar 3).
Action (1)
Menentukan Plan
(6) Tujuan dan sasaran
(2)
Mengambil tindakan
Menetapkan
yang tepat
Metode untuk
Mencapai tujuan
(3)
Menyelenggarakan
(5) Pendidikan dan
latihan
Check Memeriksa akibat pelaksanaan (4) Do
Melaksanakan
pekerjaan
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas adalah sebagai berikut
:
Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Utama. Penetapan sasaran
didasarkan pada data pendukung dan analisis data. Sasaran ditetapkan secara konkret
dalam bentuk angka kemudian disosialisasikan kepada seluruh karyawan.
Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan
Metode yang ditetapkan harus rasional, harus diketahui oleh semua karyawan,
Sasaran mutu unit (indikator mutu) yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan periode
yang sudah disepakati dilakukan analisa dan dievaluasi. Hasil pemantauan indikator mutu ini
1. Setiap petugas harus memahami, mengerti, dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan rumah sakit kandou sehingga dapat menerapkan langkah-langkah
upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerja.
2. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di rumah sakit
kandou, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan
3. Menciptakan budaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSUD Bitung.
BAB IX
PENUTUP
Demikian telah disusun Pedoman Pelayanan Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan