You are on page 1of 28

PROGRAM BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF

SOSIOLOGIS, HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT

Nurlely Darwis
Dosen Fakultas Hukum Universitas Suryadarma; Halim Perdanakusuma; Jakarta Timur.

ABSTRACT
In Vitro Fertilisation (IVF) is not a secret in the community as an effort
to make the process of IVF turns continued criticism and condemnation from
various parties. In the past, raising children is the only way that they can be
adopted by married couples to obtain offspring, now someone will seek through
the power of technology known as "In Vitro Fertilisation (IVF)". But the
sophistication of their techniques in the field of medical technology and biological
technology will basically affect the ethics of public life in the field of legal norms
of public life and religious norms as against Islam.
Keywords: In Vitro Fertilisation (IVF), Islamic Law and Customary Law

ABSTRAK
Program bayi tabung bukan merupakan rahasia di dalam masyarakat
karena upaya melakukan proses bayi tabung ternyata terus menuai kritik dan
kecaman dari berbagai pihak. Pada masa lalu, mengangkat anak adalah satu-
satunya cara yang masih bisa ditempuh oleh pasangan suami istri guna
mendapatkan keturunan, kini seseorang akan berupaya melalui kecanggihan
teknologi yang dikenal dengan istilah “Bayi Tabung”. Akan tetapi dengan adanya
tehnik kecanggihan dibidang teknologi kedokteran dan teknologi biologi pada
dasarnya akan berpengaruh terhadap etika-etika kehidupan masyarakat dibidang
norma hukum kehidupan bermasyarakat maupun norma keagamaan seperti
terhadap agama Islam.
Kata Kunci: Bayi Tabung, Hukum Islam, dan Hukum Adat

10
PENDAHULUAN keluarga menjadi puas seperti layaknya
Kehadiran seorang anak adalah
jika mempunyai anak kandung berkat
hal yang sangat didambakan oleh setiap
hasil perkawinannya. Adopsi anak, ambil
pasangan suami istri yang telah menata
anak, kukut anak, angkat anak adalah
kehidupan bersama melalui lembaga
suatu perbuatan hukum didalam rangka
perkawinan. Kebahagiaan keluarga
Hukum Adat Keturunan bilamana dalam
kemungkinan bisa hilang tanpa kehadiran
keluarga tersebut tidak dikaruniai seorang
seorang anak yang merupakan buah cinta
anak.(Muhammad, 2000).
sebuah perkawinan. Menurut penulis
Dengan adanya kemajuan
kehadiran seorang anak dapat
dibidang teknologi, pada saat ini sudah
memperjelas tujuan hidup suami dan istri
terdapat berbagai kecanggihan yang
yang hidup dalam sebuah ikatan
dapat digunakan masyarakat untuk
perkawinan, dimana salah satunya
mengatasi kendala-kendala kehidupan,
alasannya adalah mereka mencari nafkah
salah satunya adalah dalam hal kesulitan
ditujukan untuk buah hatinya yaitu anak
mempunyai anak yang disebabkan oleh
tercinta.
berbagai faktor. Dalam upaya memiliki
Dalam situasi komunitas
seorang anak dalam keluarga, seseorang
masyarakat adat anak dapat dijadikan
akan berupaya melalui kecanggihan
pengikat dalam hal memperjuangkan
teknologi dimana teknologi ini kemudian
kehidupan dan keutuhan perkawinan
dikenal dengan istilah “Bayi Tabung”.
dalam keluarga. Oleh karena itu sangat
Akan tetapi dengan adanya tehnik
wajar dan manusiawi bila di dalam
kecanggihan dibidang teknologi
komunitas masyarakat adat terdapat
kedokteran dan teknologi biologi pada
pasangan suami istri yang melakukan
dasarnya akan berpengaruh terhadap
pengangkatan anak apabila mereka belum
etika-etika kehidupan masyarakat di
juga mendapatkan keturunan dari
bidang norma hukum kehidupan
perkawinannya.
bermasyarakat maupun norma
Pada masa lalu, mengangkat
keagamaan seperti terhadap agama
anak adalah satu-satunya cara yang masih
Islam, dimana masyarakat adat di
bisa ditempuh oleh pasangan suami istri
Indonesia secara umum banyak
guna mendapatkan keturunan, walaupun
didominasi oleh penganut agama Islam.
hal tersebut tidak membuat sebuah
Oleh karena itu dalam berbagai aktivitas
11
kegiatan masyarakat umumnya juga Istilah bayi tabung pada
mempertimbangkan Aqidah Islam. dasarnya digunakan untuk dapat
Dalam ajaran Islam, aqidah memahami adanya proses pembuahan
Islam (al-aqidah al-Islamiyah) seorang manusia yang tidak terjadi
merupakan keyakinan atas sesuatu yang sebagaimana lazimnya yaitu melalui
terdapat dalam apa yang disebut dengan rahim seorang ibu. Hal ini ternyata
“Rukun Iman”, yaitu keyakinan kepada diupayakan oleh ahlinya, terjadi diluar
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rahim ibu yaitu melalui sebuah tabung
rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir yang telah dipersiapkan sedemikian rupa
baik dan buruk. Hal ini didasarkan disebuah laboratorium. Dari sini oleh
kepada Hadits shahih yang diriwayatkan tehnologi dan kemampuan manusia maka
oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar dipertemukanlah sperma dan sel telur
bin Khathab radiyallahu anha yang sehingga terjadi pembuahan
dikenal dengan „Hadits Jibril‟. sebagaimana direncanakan oleh ahlinya.
Menyadari bahwa permasalahan Di Indonesia peraturan
bayi tabung telah menjadi bahan perundang-undangan yang mengatur
kritikan dan kecaman dari berbagai teknik reproduksi buatan diatur dalam:
kalangan masyarakat utamanya adalah 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009
dari kalangan masyarakat Muslim maka tentang Kesehatan pasal 127”, yang
dalam hal ini akan dikemukakan menyatakan bahwa: “Upaya kehamilan di
pengertian bayi tabung secara umum, luar cara alamiah hanya dapat dilakukan
sebagaimana dikemukakan oleh Husni oleh pasangan suami isteri yang sah
Thamrin dalam bukunya “Aspek Hukum dengan ketentuan antara lain, hasil
Bayi Tabung dan Sewa Rahim”, Bayi pembuahan sperma dan ovum dari suami
Tabung adalah, bayi yang dihasilkan isteri yang bersangkutan ditanam dalam
bukan dari persetubuhan, akan tetapi rahim isteri darimana ovum berasal.
dengan cara mengambil mani/ sperma Selanjutnya ketentuan mengenai
laki-laki atau ovum perempuan, lalu persyaratan kehamilan diluar cara
kemudian dimasukkan kedalam sebuah alamiah sebagaimana dimaksud tersebut
tabung, karena rahim yang dimiliki akan diatur dengan Peraturan Undang-
seorang perempuan tidak berfungsi undangan”.
sebagaimana biasanya (Thamrin, 2014).
12
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. kehamilan bisa saja dipengaruhi oleh usia
72/Menkes/Per/II/1999/Tentang dan kadar kesehatan tubuh seseorang.
Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Secara umum orang akan berpendapat
Buatan, yang berisikan tentang, bahwa makin muda usia pasangan suami
Ketentuan Umum, Perizinan, Pembinaan, dan isteri, maka diyakini bahwa
dan Pengawasan, Ketentuan Peralihan, kemungkinan orang akan segera
dan Ketentuan Penutup. mendapatkan kehamilannya. Namun
Atas keputusan Menkes RI untuk mendapatkan kepastian akan upaya
tersebut telah dibuat Pedoman Pelayanan kehamilan yang tidak kunjung
Bayi Tabung di Rumah Sakit oleh didapatkannya pada umumnya orang
Direktorat Rumah Sakit Khusus dan akan segera mendatangi para ahli
Swasta Departemen Kesehatan RI antara dibidang kesehatan.
lain: 1) Pelayanan Teknologi Buatan Dari sini biasanya para ahli
hanya dapat dilakukan dengan sel telur mulai menganalisa secara medis untuk
sperma suami isteri yang bersangkutan; mendapatkan kepastian adanya kendala
2) Dilarang melakukan surogasi yang dihadapi seseorang ketika ia
1
dalambentuk apapun; 3) Dilarang mengalami kesulitan untuk memperoleh
melakukan jual beli embrio, ova dan kehamilan dalam hidup berumah tangga,
spermatozoa; dan 4) Dilarang melakukan yang selanjutnya kesulitan yang dihadapi
penelitian terhadap atau dengan oleh keluarga tersebut dapat dijadikan
menggunakan embrio manusia yang persyaratan utama mereka diijinkan
berumur lebih dari 14 hari sejak tanggal menjalani program bayi tabung.
fertilisasi. Kesulitan tersebut antara lain: (1).
Dari sudut pandang ilmu Indikasi ada salah satu pihak dari
kesehatan bahwa kemungkinan pasangan suami isteri mengalami ketidak
1
Ibid;Husni Thamrin, hlm.44; Surrogate
suburan dalam dirinya; (2). Indikasi dari
Mother sering disebut sebagai Penyewa rahim, pihak suami yang atas pernyataan dari
dimana sperma dan ovum dari pasangan suami
isteri yang diproses dalam tabung setelah positif ahlinya ia dinyatakan tidak mampu untuk
lalu dimasukkan kedalam rahim orang lain , dan
bukan kedalam rahim isteri. Hal ini muncul menghamili pasangannya, namun kondisi
disebabkan kondisi isteri dinyatakan tidak dapat
mengandung karena kelainan/ kerusakan pada kesuburan spermanya dinyatakan sehat
rahimnya, atau sejak lahir isteri tersebut tidak
mempunyai rahim, bahkan mungkin saja isteri
dan layak untuk bertemu dengan sel telur.
itu sesungguhnya tidak ingin mengadung karena
mempertahankan bentuk tubuhnya yang indah;
13
Sebagaimana penjelasan diatas yang direncanakan, dan kalau berhasil
bahwa adanya pertemuan antara sel telur mampu membiayai persalinannya dan
dan sperma pasangan suami isteri, maka membesarkan bayinya; 5) Mengerti
sejak terjadinya pertemuan tersebut secara umum seluk-beluk prosedur
hingga ditanamkannya benih yang positif fertilisasi in vitro dan pemindahan
tadi dirahim ibu, sejak itulah secara embrio (FIV-PE); 6) Mampu
logika dapat dipahami bahwa telah memberikan ijin kepada dokter yang
dimulainya sebuah kehidupan dari janin akan melakukan FIV-PE (Fertilisasi in
dirahim ibu. Hak pertama yang dimiliki Vitro dan pemindahan embrio) atas dasar
seseorang pada saat itu adalah hak untuk pengertian (informed consent); dan 7)
hidup seperti dinyatakan dalam UU No. Isteri kurang dari usia 38 tahun.
39 tahun 1999 pasal 9 ayat (1) tentang Dalam perspektif hukum Islam
2
hak asasi manusia . telah memberikan reaksi keras dan alasan
Menurut Sudraji Sumapraja yang jelas berdasarkan Hukum Islam atas
(1990) dalam bukunya “Penuntun Pasutri penyelenggaraan proses pengadaan “Bayi
Program Melati” ada menjelaskan Tabung” tersebut antara lain
tentang bentuk persyaratan pasangan yaitu:Thamrin, 2014). 1) Bayi tabung
suami isteri yang hendak mengikuti dengan sperma-ovum dari pasangan
pembuahan dan pemindahan embrio suami isteri yang sah hukumnya mubah
adalah sebagai berikut: 1) Telah (boleh), sebab hal itu termasuk ikhtiar
dilakukan pengelolaan infertilitas berdasarkan kaidah agama Islam; 2) Bayi
(kekurang suburan) secara lengkap; 2) tabung yang sperma dan ovumnya
Terdapat alasan yang sangat jelas; 3) diambil dari selain pasangan suami-isteri
Sehat jiwa dan raga dari pasangan suami yang sah hukumnya adalah “haram”,
isteri; 4) Mampu membiayai prosedur karena itu statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis
2
Ayat (1). Setiap orang berhak untuk diluar pernikahan yang sah atau zina; dan
hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak 3) Bayi tabung dari pasangan suami-isteri
hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera,
lahir dan bathin”, dan ayat (3) “Setiap orang dengan dititipkan pada rahim wanita
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”. Dengan demikian dari sudut pandang hak lain, hukumnya juga haram, karena akan
asasi manusia adalah sejak dimulainnya
keberadaanjanin di rahim ibu maka sejak itu pula
menimbulkan masalah rumit dalam
secara langsung konsekuensi hukum bagi seorang ikatannya masalah warisan (khususnya
anak sudah melekat.
14
antara anak yang dilahirkan dengan ibu demikan kedudukan yuridis anak yang
yang mempunyai ovum dan ibu yang lahir tersebut adalah sebagaimana
mengandung, kemudian ibu yang layaknya anak sah yang akan
melahirkannya, dan sebaliknya. mendapatkan hak-hak dan kewajiban
Bayi tabung pada dasarnya anak yang lahir alami umumnya”.
merupakan masalah kepentingan manusia Berdasarkan penjelasan dan
yang bersifat pribadi oleh karenanya uraian diatas maka penulis
perlu mendapatkan perlindungan, dalam mengemukakan permasalahan yaitu:
hal ini adalah perlindungan hukum yang 1. Bagaimana aspek hukum atas proses
terkait dengan bayi yang dilahirkan. pengadaan bayi tabung dalam kehidupan
Perlindungan hukum dimaksud adalah rumah tangga pasangan suami
menyangkut hal-hal yang mengatur isterisebagaimana keberhasilan kasus
tentang ruang lingkup hubungan “hukum yang penah terjadi di Indonesia
keluarga” antara lain tentang kedudukan 2. Bagaimana masyarakat memaknai
hukum anak dan waris. pengadaan Bayi Tabung dalam sebuah
Pendapat dan pandangan teoritis keluarga sebagaimana keberhasilan
dari praktisi dibidang hukum mengenai kasus yang pernah terjadi di Indonesia
status hukum anak yang dilahirkan
TINJAUAN PUSTAKA
melalui proses bayi tabung dengan
Program Bayi Tabung Dalam
menggunakan sperma dan ovum dari Perspektif Sosiologis
pasangan suami isteri yang sah kemudian Salah satu teori Sosiologi yang
embrio-nya ditranspalantasikan kedalam mendukung adanya perubahan dalam
rahim isteri, berikut adalah pendapat dari masyarakat adalah “Teori Perubahan
3
pakar hukum Bismar Siregar: “Pada Sosial” melalui teori
prinsipnya apa yang dikemukakan pakar Evolusioner.(Horton dan Hunt, 1992).
hukum Bismar Siregar adalah sesuai Dimana perkembangan teknologi tinggi
dengan prinsip Aqidah Islam, dengan masa kini adalah bukti adanya perubahan
kehidupan dalam masyarakat, yang
3
Opcit. Husni Thamrin; hlm. 64. gejala-gejalanya perubahan tersebut
“Lahirnya keturunan melalui bayi tabung adalah
bukan sesuatu yang haram, tetapi kebolehan menyangkut pada bidang seni, sastra,
dengan syarat dan ketentuan benih dari suami,
lahannya rahim isteri. Kedudukan anaknya hukum, moral, agama, perdagangan dan
adalah sah. Sedangkan di luar itu haram tergolong
perzinahan” lainnya yang tak ketinggalan juga adalah
15
bidang teknologi. Bidang ini ternyata orang berusaha memanfaatkan
telah membawa pengaruh dalam kecanggihan teknologi untuk bisa
kehidupan manusia yang secara sosial memenuhi apa yang menjadi
sifat dasar manusia salah satunya adalah kepentingannya yaitu memiliki seorang
hidup berkelompok, dan berinteraksi satu anak dengan program bayi tabung.
dengan lainnya. Walaupun dalam upaya ini orang tidak
Program bayi tabung secara boleh melupakan akan kebesaran Allah
sosiologis dapat di lihat sebagai suatu sebagai pemilik alam semesta, karena
perubahan sosial dimana faktor dinamika tanpa ijin Nya maka segala perubahan itu
manusia yang kreatif secara terbuka tidak akan terwujud.
mereka menciptakan kondisi perubahan Menurut Selo Soemarjan pakar
tersebut atas dasar kebutuhannya, Sosiologi menjelaskan bahwa penyebab
walaupun dalam proses perubahan perubahan sosial adalah karena anggota
tersebut terkadang menimbulkan reaksi masyarakat pada suatu waktu tertentu
konflik dalam arti ada yang pro dan merasa tidak puas lagi terhadap keadaan
kontra. kehidupan yang lama. Norma-norma dan
Dengan adanya reaksi yang lembaga-lembaga sosial atau sarana-
positif ataupun negatif tentang suatu sarana penghidupan yang lama dianggap
perubahan sosial, hal ini juga dijelaskan tidak memadai lagi untuk memenuhi
dalam teori sosiologi yaitu teori Konflik kehidupannya yang baru. Selanjutnya
yang dalam premis-premisnya menurut Syarbini dan Rusdiyanta (2009)
menjelaskan bahwa: “Setiap orang dijelaskan pula bahwa secara umum
memiliki kepentingan sendiri-sendiri, penyebab perubahan sosial budaya dapat
setiap orang akan berusaha mewujudkan dibedakan dalam dua golongan yaitu: a)
kepentingan itu, dan cara yang digunakan Perubahan yang berasal dari masyarakat
untuk mewujudkan kepentingan itu itu sendiri salah satunya adalah adanya
adalah dengan menggunakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai
kekuatan. suatu kesadaran orang perorangan akan
Menyimak kedua teori sosiologi kekurangan dari kebudayaannya, kualitas
yang penulis angkat dalam artikel ini ahli dalam suatu kebudayaan serta
adalah dengan adanya perubahan sosial rangsangan masyarakat berinovasi; dan
dalam masyarakat dalam hal ini adalah b) Perubahan berasal dari lingkungan
16
alam fisik disekitar manusia, bersumber embrionya ditransplantasikan ke dalam
pada lingkungan fisik yang kadang- rahim isteri; b) Bayi tabung yang
kadang disebabkan oleh tindakan para menggunakan sperma dan ovum dari
warga masyarakat, seperti penebangan pasangan suami-isteri, kemudian embrio-
liar oleh segolongan masyarakat hingga nya ditransplantasikan kedalam rahim ibu
terjadi tanah lonsor, banjir dan lainnya. pengganti (surrogate mother); c) Bayi
Pada situasi saat ini ternyata tabung yang menggunakan sperma dari
perkembangan teknologi di bidang suami dan ovum dari donor, lalu embrio-
kesehatan telah membuka jalan untuk nya ditransplantasikan kedalam rahim
suatu potensi jalan keluar bagi dunia isteri; d) Bayi tabung yang menggunakan
kesehatan yang pada perkembangannya sperma dari donor ovum dari isteri, lalu
menampilkan isu etika dan moral yang embrio-nya ditransplantasikan kedalam
sebelumnya tidak terfikirkan oleh rahim isteri; e) Bayi tabung yang
masyarakat. Hal itu adalah perkembangan menggunakan sperma dari donor
teknologi dibidang kesehatan khususnya sedangkan ovum dari isteri, lalu embrio-
yang berkaitan dengan teknologi nya ditransplantasikan dalam rahim
dibidang Reproduksi. Mengingat pada surrogate mother; f) Bayi tabung yang
kenyatannya terdapat kurang lebih 10 % menggunakan sperma dari suami
dari pasangan suami isteri tidak sedangkan ovum-nya berasal dari donor,
dikaruniai keturunan (Infertil), sedangkan kemudian embrio-nya ditransplantasikan
kecil kemungkinannya bagi mereka kedalam rahim surrogate mother; g) Bayi
melakukan adopsi anak (Thamrin, 2014). tabung yang menggunakan sperma dan
Dalam hal pemanfaatan ovum-nya berasal dari donor dan embrio-
teknologi dibidang kesehatan terutama nya ditransplantasikan kedalam rahim
berkaitan dengan program pengadaan isteri; dan h) Bayi tabung yang
bayi tabung ditinjau dari sperma dan menggunakan sperma dan ovum dari
ovum serta tempat embrio donor lalu embrio-nya ditransplantasikan
ditransplantasikan, maka program bayi kedalam rahim surrogate mother.
tabung dapat dibagi menjadi 8 (delapan) Berkembangnya tehnologi
jenis yaitu: a) Bayi tabung yang program bayi tabung ini kemudian
menggunakan sperma dan ovum dari mengundang situasi konflik karena
pasangan suami-isteri, kemudian aktivitas progam tersebut belum
17
sepenuhnya didukung oleh undang- Ayat 2: Upaya kehamilan di luar cara
undang yang pasti maka situasi ini
alami sebagaimana dimaksud
kemudian telah memicu terjadinya
dalam ayat 1 hanya dapat
masalah-masalah hukum antara lain
berkaitan dengan hal-hal para pelakunya dilaksanakan oleh pasangan suami
seperti dokter, suami, isteri, donor
istri yang sah, dengan ketentuan:
sperma, donor ovum dan lainnya. Kondisi
a. Hasil pembuahan sperma dan
ini kemudian yang menimbulkan situasi
ovum dari suami istri yang
konflik dalam masyarakat dalam bentuk bersangkutan ditanamkan
situasi pro dan kontra dibidang hukum dalam rahimistri darimana
dan juga dikalangan Alim Ulama (tokoh ovum itu berasal;
b. Dilakukan oleh tenaga
agama). kesehatan yang mempunyai
1. Program Bayi Tabung Dalam keahlian dan kewenangan
Perundang-Undangan untuk itu;
Secara yuridis formal pelaksanaan c. Ada sarana kesehatan tertentu.
program bayi tabung di Indonesia harus Ayat 3: Ketentuan mengenai persyaratan
mengacu pada undang-undang No. 36 penyelenggaraan kehamilan diluar
tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang- cara alami sebagaimana dimaksud
undang ini menjelaskan tentang program dalam ayat (1) dan ayat (2)
bayi tabung harus dilakukan sesuai ditentukan dengan Peraturan
dengan norma agama, kesusilaan, dan Pemerintah.
kesopanan. Hal lain yang berkaitan Dengan adanya perluasan masalah
dengan peraturan yang menyangkut“Bayi teknologi dibidang kesehatan
Tabung”, terdapat dalam pasal 16 menyangkut “Inseminasi Buatan” di
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Indonesia, yang dapat diterapkan pada
tentang Kesehatan: manusia maka hal itu dapat diuraikan
Ayat 1: “Kehamilan di luar cara alami sebagai berikut:
a. Sudut Pandang Aspek Medis atas
dapat dilaksanakan sebagai upaya
Inseminasi Buatan
terakhir untuk membantu suami- Pemerintah Indonesia telah
istri mendapat keturunan”. mengeluarkan peraturan perundang-
undangan yang menyinggung masalah

18
ini. Dalam Undang-Undang No. 23 tahun suami sebagai bapaknya, selanjutnya
1992 tentang Kesehatan, pada pasal 16 dalam pasal 42 UU No. 1 tahun 1974
disebutkan, hasil pembuahan sperma dan disebutkan bahwa “anak sah adalah anak
sel telur diluar cara alami dari suami atau yang lahir dalam atau sebagai akibat dari
istri yang bersangkutan harus ditanamkan perkawinan yang sah”.
dalam rahim istri dari mana sel telur itu Dalam proses teknologi bayi
berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tabung disini sudah ada campur tangan
tentang kemungkinan dilakukannya dokter ahli yang dapat mempertemukan
pendonoran embrio. Jika mengacu pada spermatozoa suami dengan sel telur
UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, isteri agar menjadi benih yang akan
upaya pendonoran jelas tidak ditanamkan di dalam rahim isteri.
diperkenankan. Dengan begitu jika bayi itu kemudian
b. Kedudukan Anak Dalam Keluarga, hal lahir maka secara hukum anak tersebut
ini akan mengacu pada hadirnya seorang adalah anak kandung yang sah dilahirkan
anak dalam sebuah keluarga yang mana dalam suatu ikatan perkawinan yang sah.
hukumpositif telah mengatur tentang Dalam konteks ini kemudian timbul suatu
status hukum anak, apakah anak tersebut permasalahan dimana sperma yang
anak sah ataupun anak luar kawin4. Hal digunakan adalah sperma donor sebab
ini telah diatur dalam KUH-Perdata dan sperma milik suami tidak dapat
Undang-undang No. 1 tahun 1974 digunakan (mandul).
tentang Perkawinan. Didalam pasal 250 Pasal 285 KUH-Perdata ada
KUH-Perdata diatur tentang pengertian menjelaskan bahwa: “Pengakuan yang
anak sah, anak sah adalah tiap-tiap anak dilakukan sepanjang perkawinan oleh
yang dilahirkan atau ditumbuhkan suami atau isteri atas kebahagiaan anak
sepanjang perkawinan, memperoleh si luar kawin yang sebelum kawin olehnya
diperbuahkan dengan seorang lain dari
4
Ridwan Halim; Tanya Jawab Hukum pada isteri atau suami itu, maupun anak-
Adat; Ghalia Indonesia; Jakarta, hlm. 71. Menurut
Ridwan halim dalam tanya jawab Hukum Adat anak yang dilahirkan dari perkawinan
ada menjelaskan tentang keturunan asli atau anak
kandung dipandang dari sudut kelahirannya. Pada mereka”. Dalam hal ini pada pelaksanaan
dasarnya ada 2 (dua) macam anak kandung yaitu:
(1).Anak kandung yang lahir dalam suatu proses bayi tabung yang menggunakan
perkawinan; (2).Anak kandung yang lahir di luar
perkawinan, yang dalam hukum adat umumnya
sperma donor bagi sepasang suami
berupa anak yang lahir setelah putusnya isteri, dalam hal ini jika suami mandul
perkawinan.
19
dan istrinya subur, maka dapat dilakukan apabila isteri tidak dapat melahirkan
fertilisasi-in-vitrotransfer embrio dengan keturunan. Pasal ini kemudian sering
persetujuan pasangan tersebut. Sel telur dijadikan alasan oleh pihak suami untuk
istri akan dibuahi dengan sperma dari mencari pasangan lain dengan alasan
donor didalam tabung petri dan setelah untuk segera memperoleh keturunan.
terjadi pembuahan ditransplantasikan ke Berkenaan dengan adanya
dalam rahim istri, anak yang dilahirkan program bayi tabung maka program ini
memiliki status anak sah dan memiliki dapat dijadikan alternatif penundaan
hubungan mewaris dan hubungan terjadinya perceraian sebuah keluarga
keperdataan lainnya sepanjang si suami atas dasar isteri tidak dapat memberikan
tidak menyangkalnya dengan melakukan keturunan. Hal ini oleh hakim mediasi
tes golongan darah atau tes DNA. biasanya disarankan terlebih dahulu
Permasalahan ini berdasarkan atas pasal mengadakan pemeriksaan medis sehingga
250 KUH-Perdata. Dengan begitu secara terlihat jelas kesulitan tersebut ada pada
tidaklangsung suami telah mengakui pihak suami atau isteri. Setelah itu
keabsahan anak yang dikandung isterinya biasanya hakim menyarankan untuk
(Thamrin, 2014). mengangkat anak, memungut anak, anak
Seringnya terjadi perceraian asuh dan yang terakhir adalah jika
dalam hubungan suami isteri salah satu memungkinkan keluarga tersebut
penyebabnya adalah karena dianggap melakukan program bayi tabung dengan
isteri tidak dapat memberikan keturunan, menggunakan sperma dan ovum dari
bahkan kadang-kala terjadi, pasangan tersebut, kemudian embrio
sesungguhnya dipihak suami yang dapat ditransplantasikan kedalam rahim
memang mengalami kekurangan isteri.
sehingga isteri tidak dapat hamil. Namun c. Program Bayi Tabung Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia.
yang terjadi pada umumnya tuduhan
Hak asasi manusia (HAM) mulai
kekurangan tersebut ada pada isteri. Hal
diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap
ini didukung oleh pasal 4 (ayat 2c)
negara sejak di deklarasikannya DUHAM
undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
(Universal Declaration Of Human
perkawinan diatur kewenangan
Rights) pada tahun 1948. Salah satunya
pengadilan untuk memberikan izin
adalah Indonesia, dimana hak asasi
kepada suami menikah lebih dari satu
20
manusia secara tegas diatur dalam Dari sudut pandang hak asasi
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan manusia sebagaimana menyatakan bahwa
R.I tahun 1945 pasal 28 A s/d J, dan juga Hak asasi merupakan hak mendasar yang
Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 dimiliki setiap manusia semenjak dia
tentang Hak Asasi Manusia. lahir, adanya rasa ingin memiliki seorang
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang anak dalam kehidupan pribadi maupun
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi kehidupan berumah tangga adalah
Manusia, menjelaskan bahwa hak asasi merupakan hak seseorang yang perlu
manusia (HAM) adalah seperangkat hak mendapatkan perlindungan.
yang melekat pada hakikat dan Bahkan menurut Pasal 104 ayat (1)
keberadaan manusia sebagai mahluk Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan tentang Hak Asasi Manusia, menjelaskan
anugerahNya yang wajib dihormati, bahwa Pelanggaran HAM adalah setiap
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh perbuatan seseorang atau kelompok
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang termasuk aparat negara baik
orang demi kehormatan serta disengaja maupun tidak disengaja atau
perlindungan harkat dan martabat kelalaian yang secara melawan hukum
manusia. mengurangi, menghalangi, membatasi
Pasal 2 UU No. 39 tahun 1999 dan atau mencabut HAM seseorang atau
tentang HAM ada menjelaskan asas- kelompok orang yang dijamin oleh
asas dasar HAM yang menyatakan undang-undang, dan tidak mendapatkan
“Negara Republik Indonesia mengakui atau dikawatirkan tidak akan
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia memperoleh penyelesaian hukum yang
dan kebebasan dasar manusia sebagai hak adil dan benar berdasarkan mekanisme
yang secara kodrati melekat pada hukum yang berlaku.
manusia dan tidak terpisahkan dari Hak-hak yang tercantum dalam
manusia, yang harus dilindungi, undang-undang No. 39 tahun 1999
dihormati, dan ditegakkan demi tentang Hak Asasi Manusia antara lain
peningkatan martabat kemanusiaan, adalah: a) Hak untuk hidup; b) Hak
kesejahteraan, kebahagiaan, dan berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
kecerdasan serta keadilan”. c) Hak mengembangkan diri; dan d) Hak
Anak.
21
Menurut Undang- undang No. 39 tahun Berkaitan dengan permasalahan
1999 tentang Hak Asasi Manusia Bagian hubungan anak dengan orang tuanya
ke Sepuluh, pasal 52 menjelaskan sebagaimana diakui dalam Hukum Adat,
tentang Hak Anak: a) Setiap anak berhak bahwa “Anak Kandung” memang
atas perlindungan oleh orang tua, memiliki kedudukan yang terpenting
keluarga, masyarakat dan negara, dan b) dalam tiap kelompok dalam suatu
Hak Anak adalah Hak Asasi Manusia dan masyarakat adat, karena menurut orang
untuk kepentingannya Hak Anak itu tua anak itu dilihat sebagai penerus
diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan generasinya, dipandang sebagai wadah
sejak dalam kandungan. dimana semua harapan orang tuanya
kelak dikemudian hari wajib
Kedudukan hukum anak yang
dilahirkan melalui proses Bayi Tabung ditumpahkan. Untuk itu anak merupakan
harapan dan pelindung, orang tuanya
pada dasarnya belum diatur dalam hukum
dikemudian hari ketika orang tua sudah
positif di Indonesia. Hal ini
tidak mampu dan tidak berdaya
pengaturannya ternyata hanya
(Muhammad, 2000).
pengaturan mengenai kedudukan yuridis
anak yang dilahirkan secara alamiah, Dalam hubungan sosial
diatur dalam KUH-Perdata dan Undang- kemasyarakatan kedudukan anak dapat
undang No. 1 tahun 1974 tentang dilihat juga melalui konstruksi Hukum
perkawinan. Pada kondisi ini Bayi Adat. Kedudukan anak pada dasarnya
Tabung adalah merupakan masalah yang dibicarakan disini adalah
kepentingan manusia yang bersifat privat, kedudukan anak kandung. Dalam hal ini
sehingga anak dalam hal ini tentu perlu anak kandung yang sah adalah anak yang
mendapatkan perlindungan hukum. dilahirkan dari perkawinan ayah dan
ibunya yang sah. Walaupun mungkin
Perlindungan hukum anak yang
terjadinya perkawinan itu setelah ibunya
terkait dengan proses Bayi Tabung pada
hamil terlebih dahulu sebelum
dasarnya adalah hal-hal yang mengatur
perkawinan, atau perkawinan itu
ruang lingkup hubungan hukum keluarga
merupakan kawin darurat untuk
dan pergaulan dimasyarakat, termasuk
menutupi rasa malu (Hadikusuma,
dalam “hubungan keluarga” antara lain
2003). Dalam hal adanya penyimpangan
adalah kedudukan yuridis anak dan waris.
pada proses perjalanan kehidupan
22
manusia yang umumnya dapat dikatakan b. Apabila sperma yang ditabung
sebagai kejadian-kejadian abnormal tersebut milik suami-isteri, tetapi cara
dalam masyarakat, menurut Bushar mengeluarkannya tidak muhtaram, maka
Muhammad (2000), kondisi ini dapat hukum-nya juga haram. “Mani muhtaram
digolongkan sebagai berikut: a) Anak adalah mani yang keluar / dikeluarkan
lahir diluar perkawinan, b) Anak lahir dengan cara yang tidak dilarang oleh
karena zinah, , dan c) Anak lahir setelah syara’.” Demikian fatwa Ulama NU.
perceraian. Terkait mani yang dikeluarkan
secara muhtaram, para ulama NU
PEMBAHASAN
mengutip dasar hukum dari Kifatul
Analisa Program Bayi Tabung
Menurut Hukum Islam Akhyar II/113. “seandainya seorang

1. Ikhtiar Yang dibolehkan lelaki berusaha mengeluarkan spermanya

Nahdatul Ulama (NU) ternyata telah dengan tangan isterinya, maka hal

menetapkan fatwa terkait masalah tersebut diperbolehkan, karena isteri

program bayi tabung, dalam Forum memang tempat atau wahana yang

Munas Alim Ulama di Kaliurang diperbolehkan untuk bersenang-senang”.

Yogyakarta tahun 1981. Ada tiga c. Apabila mani yang proses pada

keputusan yang ditetapkan ulama NU tabung itu mani suami-isteri dan cara

terkait masalah bayi tabung: mengeluarkannya termasuk muhtaram,

a. Apabila sperma yang ditabung serta dimasukkan kedalam rahim isteri

dan dimasukkan kedalam rahim wanita sendiri, maka hukum bayi tabung

tersebut bukan milik suami-isteri yang menjadi mubah (boleh).

sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Adanya kajian masalah

Hal itu didasarkan pada sebuah hadis inseminasi buatan secara Islam,

yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, seharusnya dikaji dengan menggunakan

Rasulluah SAW bersabda: ”Tidak ada pendekatan multi displiner ilmu oleh para

dosa yang lebih besar setelah syirik Ulama dan Cendikiawan Muslim dari

dalam pandangan Allah SAW, berbagai disiplin ilmu yang relevan. Hal

dibandingkan dengan perbuatan seorang ini dilakukan dengan harapan agar dapat

laki-laki yang meletakkan spermanya diperoleh kesimpulan hukum yang benar-

(berzina) didalam rahim perempuan yang benar proporsional dan mendasar demi

tidak halal baginya”.


23
upaya terlaksananya program bayi tabung Sebagaimana diperhatikan
yang bebar-benar dinilai halal. dalam proses terjadinya manusia menurut
Berkaitan dengan penciptaan sabda Rasulullah SAW, maka proses
manusia, Allah telah menegaskan bahwa: ataupun prosedur bayi tabung sebagai
“Dialah yang menciptakan kamu dari upaya para akhlinya dapat dikatakan
tanah kemudian dari setetes air mani, sama. Pada prinsipnya dalam upaya dan
sesudah itu dari segumpal darah, tehnik bayi tabung, pembuahan antara
kemudian dilahirkannya kamu dibiarkan sperma dan ovum terjadi didalam tabung,
hidup agar kamu sampai kepada masa lalu setelah diteliti dan layak dinyatakan
dewasa, kemudian membiarkan kamu positif janin tersebut dipindahkan
hidup lagi sampai tua”. (QS: Al- kedalam rahim ibu. (Sebagaimana fatwa
Mukminin; 67). Nahdatul Ulama berkaitan dengan
Maka berdasarkan ayat tersebut program bayi tabung: “Apabila mani
dapat dilihat fase-fase perkembangan yang proses pada tabung itu mani suami-
janin. Selanjutnya dalam sebuah riwayat isteri dan cara mengeluarkannya
diterangkan bahwa perihal fase-fase termasuk muhtaram, serta dimasukkan
perkembangan janin Rasulullah SAW kedalam rahim isteri sendiri, maka
juga bersabda: “Sesungguhnya salah hukum bayi tabung menjadi mubah
seorang diantara kamu sekalian (boleh)”
bertempat didalam perut ibunya selama 2. Ikhtiar yang tidak dibolehkan.
empat puluh hari sebagai air mani, Dalam Al-Qur’an ada
kemudian menjadi segumpal darah menjelaskan larangan penggunaan
selama empat puluh hari, kemudian sperma donor, hal ini dijelaskan dalam
menjadi segumpal daging selama empat Surat Al-Baqarah ayat 223 yang berarti
puluh hari juga. Kemudian Allah adalah: “Isteri-isterimu adalah (seperti)
mengutus seorang malaikat, lalu tanah tempat bercocok tanam, datangilah
diperintahkan untuk menulis empat tanah tempat bercocok tanammu itu
perkara, tentang rizkinya, ajalnya, sebagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kesengsaraannya, ataupun kerjakanlah (amal yang baik) untuk
kebahagiaanya. Setelah itu barulah dirimu, dan tawakal lah kepada Allah
malaikat menuipkan ruh kepada makhluk dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
manusia tersebut”.(HR.Bukhari).
24
menemuinya. Berilah kabar gembira hukumnya karena sama dengan perbuatan
orang-orang beriman”. zina. Dengan demikian kelahiran anak
Selanjutnya Allah berfirman: itu juga dapat dinyatakan sebagai tidak
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang sah, oleh karena itu nasab anak hanya
beriman, hendaklah mereka manahan berhubungan dengan ibu yang
pandangannya dan memelihara melahirkannya. Hal ini sesuai dengan
kemaluannya; yang demikian lebih suci keputusan Nahdatul Ulama berkaitan
bagi mereka, sesungguhnya Allah dengan bayi tabung: “Apabila sperma
mengetahui apa yang mereka perbuat. yang ditabung dan dimasukkan kedalam
Katakanlah kepada wanita-wanita yang rahim wanita tersebut bukan milik suami-
beriman, hendaklah mereka menahan isteri yang sah, maka bayi tabung
pandangannya dan memelihara hukumnya haram”.
kemaluannya”. (QS An Nur, 30-31). Sejalan dengan prinsip diatas,
Dari ayat tersebut diatas, ada dalam hal ini Majelis Ulama Islam ada
nuansa memerintahkan kepada kaum mengeluarkan fatwa MUI dengan
lelaki (suami) untuk menaburkan Nomor: Kep-952/MUI/XI/1990 tentang
benihnya (spermanya) kepada isteri- Inseminasi buatan / bayi tabung. Dalam
isterinya dan bukan kepada orang lain. fatwa ini para Ulama jelas melarang
Demikian juga sebaliknya bahwa isteri- penggunaan teknologi bayi tabung dari
isteri harus menerima sperma dari pasangan suami isteri yang dititipkan
suaminya karena isteri merupakan ladang pada rahim perempuan yang bukan
bagi suaminya. Memerintahkan juga isterinya.
kepada para suami dan isteri untuk Analisa Kasus Dalam Masyarakat.
menjaga pandangan dan kemaluannya. Kehadiran program bayi
Untuk program dan proses bayi tabung di era modern saat ini adalah
tabung, firman Allah tersebut dapat jawaban atas segala masalah
diartikan sebagai peringatan bila kesuburan. Program kehamilan yang
pelaksanaan bayi tabung akan dilakukan sebelumnya mustahil terjadi, kini bisa
dengan menggunakan bantuan donor diwujudkan melalui program tersebut.
sperma atau ovum donor. Keadaan ini Tingkat keberhasilannya pun kian
dapat dikategorikan sebagai upaya yang meningkat sejalan dengan kemajuan
dilarang dan hasilnya dinyatakan haram teknologi.
25
Hal lain yang akan turut keinginan Julia Perez memiliki seorang
menentukan akan keberhasilan anak melalui program Bayi Tabung. Ia
program bayi tabung adalah menginginkan“Sperma Laki-Laki Cerdas
diperlukannya orang menjalani proses Untuk Bibit Bayi Tabungnya” (www.
agar meyakinkan pada pasangan kapanlagi.com). Dengan berdalih bahwa
bahwa masing-masing orang atau privasi ini merupakan hak asasi manusia,
pasangan yang berkonsultasi tersebut artis Jupe berupaya mendapatkan anak
memiliki tingkat kesulitan yang kandung dengan cara program bayi
berbeda. Meskipun orang tabung yang rencananya akan dilakukan
berkonsultasi dan menjalankan di luar Negara Indonesia.
program bayi tabung di tempat yang Secara yuridis formal
sama namun, hasil dan waktunya pelaksanaan program bayi tabung di
tentulah tidak akan sama persis satu Indonesia harus mengacu pada undang-
sama lain. undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kisah untuk bisa mendapatkan kesehatan. Pada prinsipnya undang-
seorang anak dalam hidup berumah undang tersebut mengatur tentang
tangga, disini dikemukakan oleh artis pelaksanaan progrm bayi tabung disini
penyanyi terkenal yaitu “Inul Daratista” harus mengacu pada norma hukum,
dan Menus sebagai anggota masyarakat norma keagamaan, kesusilaan, dan
biasa. Kedua keluarga ini berjuang kesopanan. Undang-undang ini
dengan segala ketidak berdayaannya menjelaskan juga tentang adanya
sebagai manusia yang pada akhirnya penegasan bahwa dalam pelaksanaan
upaya terakhir ditempuh oleh keluarga ini program bayi tabung tidak diijinkan
adalah dilakukannya upaya proses “bayi menggunakan rahim milik wanita lain
tabung” guna mendapatkan seorang anak yang bukan isterinya.
(http://artikelkesehatanwanita.com)
SIMPULAN
Kisah kedua adalah kisah dari
1. Aspek hukum atas proses
Menus Soedibyo yang mengalami 5
pengadaan bayi tabung dalam kehidupan
(lima) kali kegagalan, namun akhirnya
rumah tangga pasangan suami isteri
berhasil dengan program Bayi Tabung
sebagaimana keberhasilan kasus yang
(http://kompas.com). Kisah yang lain
penah terjadi di Indonesia telah
yang menghebohkan masyarakat adalah
26
memperlihatkan bahwa untuk dimulainya berbagai kendala, aturan dan legalitas.
program bayi tabung ternyata pasangan Atas dasar Hak Asasi Manusia, oleh
suami isteri juga diminta untuk benar- karena itu bagi mereka yang memiliki
benar yakin dan faham akan seluk-beluk kemampuan finansial mungkin saja akan
proses bayi tabung dalam hal menjalani program Bayi Tabung di luar
pemindahan embrio. Selain itu juga dari Negara Indonesia, tentu dengan segala
sudut pandang finansial pasangan juga resiko yang sudah mereka perhitungkan
harus bisa meyakinkan pada tim dari sudut pandang keturunan, waris dan
kesehatan yang akan menjalankan kedudukan anak. Untuk itu Negara perlu
program bayi tabung bahwa pasangan mengatur dan menertibkan hal tersebut.
memang mampu dan siap membiayai Sedangkan saran-saran yang dapat
program itu. diberikan adalah:
Aspek sosiologis, secara umum 1. Mengingat program bayi tabung di
bila semua persyaratan tersebut diatas Indonesia sudah menjadi alternatif
ternyata sudah dilaksanakan oleh penyelesaian masalah keturunan, waris
keluarga-keluarga yang sudah menjalani dan lainnya, maka untuk itu diperlukan
proses program bayi tabung, namun peningkatan masalah legalitas formal
adahal lain yang perlu dibuktikan dari pengaturan proses pelaksanaan program
kesungguhan dan tekad keluarga dimana bayi tabung. Hal ini tentu dirasakan
mereka merasa yakin akan sebagai suatu kebutuhan utama dibidang
keterbatasannya sebagai manusia, maka kesehatan mengingat pesatnya kemajuan
tahap demi tahap proses bayi tabung telah teknologi dibidang kesehatan.
mereka dijalani dengan baik, walaupun 2. Mengingat mayoritas masyarakat
prosedur panjang itu penuh dengan segala Indonesia mengatut agama Islam,
resiko. maka untuk mengimbangi
2. Memaknai keberhasilan program terlaksananya proses
Bayi Tabung dalam sebuah keluarga penyelenggaraan program bayi
sebagaimana keberhasilan kasus yang tabung di Indonesia tentu
pernah terjadi di Indonesia, ternyata diperlukan harmonisasi yang lebih
keadaan ini belum merupakan tingkat mendalam dengan hal-hal yang
kepuasan bagi masyarakat lainnya berkaitan dengan Aqidah Islam.
dimana mereka masih berhadapan dengan
27
DAFTAR PUSTAKA __________. 1974. Undang-undang
Al Qaradhawi, Yusuf. 1998. Fatwa, Nomor 1 tahun 1974 tentang
fatwa Kontemporer Jilid 3. Gema Perkawinan;
Insani, Jakarta __________. 1999. Undang-undang No.
Haryanto, Danny., Nugrohadi, Edwi. G. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Manusia;
Prestasi Pustaka. Jakarta __________. 2009. Undang-Undang No.
Hilman Hadikusuma. 2003. Pengantar 23 tahun 2002 Tentang
Ilmu Hukum Adat Indonesia. Mandar Perlindungan Anak
Maju. Bandung __________. 2009. Undang-Undang No.
Muhammad, Bushar. 1998. Pokok-Pokok 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Hukum Adat. Pradnya Paramita. KepMenKeh No 72 / MenKes/
Jakarta Per/II/ 1999/ tentang
Prayudi, Yusuf Yudi. 2013. Fatwa Bayi PenyelenggaraanTeknologi
Tabung Reproduksi Buatan
Thamrin, Husni,. H. 2014. Aspek Hukum _________. 1999. Kamus Besar Bahasa
Bayi Tabung Dan Sewa Rahim, Indonesia. Cetakan ke empat. Balai
Perspektif Hukum Perdata dan Pustaka. Departemen Pendidikan dan
Hukum Islam. Aswaja Kebudayaan.
PressindoYogyakarta http://google.co.id. Pengertian dan
Soimin, Soedharyo. 2013. Hukum Orang Kedudukan Aqidah dalam Islam.
dan Keluarga, Perspektif Diunduh pada tanggal 12 Oktober
HukumPerdata Barat/ BW, Hukum 2015
Islam, dan Hukum Adat. Edisi http://artikelkesehatanwanita.com/sebuah
Revisi. Sinar Grafika -kisah-bayi-tabung-sukses-dari-si-
Sumapradja, Suradji. 1990. Penuntun ratu-goyang-ngebor.html
Pasutri Program Melati: Program http://kompas.com; diakses 6 Oktober
Melati RSAB “Harapan Kita”. Jakarta 2015.
Syarbini, Sayahrial dan Rusdiyanta.
2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Graha
Ilmu . Yogyakarya

28
ISU KONTROVERSI PENERAPAN QANUN JINAYAH PASCA
PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG OTONOMI KHSUS PROPINSI
NANGROE ACEH DARUSSALAM
Ria Delta, S.H., M.H.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai

ABSTRACT

Since the enactment of Law No. 44 of 1999 on Implementation Features of Aceh and
also with the Law No. 18 of 2001 on the Implementation of Special Autonomy for Aceh
Province. Under the terms of Act No. 44 of 1999, the Shari'a applied particularly in religious
/ Islamic Shari'a, education, customs, and also the role of the clergy.
Enforcement of sharia law have been initiated with the enactment of Qanun 12 of
2003, Qanun 13 and 14 of 2003 in which all of the Qanun on alcohol, gambling, and
seclusion. Implementation of the third enforcement of Qanun is characterized by the
formation of a special unit of the WH enforcement Islamic Shariah.
This research is empirical and normative legal approach to a problem with the method
used descriptive qualitative. The results of research and discussion, that in the
implementation of Shari'a in Aceh, there are some discrepancies with the teachings of Islam
associated with the Islamic Shari'ah implementation methods which tend practiced in ways
nuances of violence by people in various districts and cities in Aceh, and the executor of
Islamic Shari'ah as powerless to prevent the spread of violence are frequently reported by
local media in Aceh
Since the enactment of all three Qanun in mid-2009, there is discussion and also the
Government's intention to incorporate the third Aceh Qanun material content in a text Qanun
and also the application of formal rules or procedural law that was later called Qanun Jinayah
and also Qanun Jinayah occasions. The second discussion draft running dilemma, due to the
tug of war between the executive and the legislature of Aceh related materials that will be set
and it lasted until today.
Keywords: Qonun, Qonun Jinayah, and Shari'a

ABSTRAK

Sejak diberlakukannya UU No. 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Keistimewaan Daerah Istimewa Aceh dan juga dengan undangkannya UU No. 18 Tahun
2001 tentang Penyelenggaraan Otonomi Khusus Bagi Provinsi NAD. Berdasarkan ketentuan
dalam UU No, 44 Tahun 1999, maka Syari’at Islamyang diberlakukan khususnya pada
agama/syari’at Islam, pendidikan, adat istiadat dan juga peran ulama.
Penegakan syari‟at Islam telah dimulai dengan diberlakukannya Qanun No. 12 Tahun
2003, Qanun 13 dan 14 Tahun 2003 dimana kesemua Qanun tersebut mengenai khamar,
maisir, dan khalwat. Pelaksanaan penegakan ketiga Qanun tersebut ditandai dengan
dibentuknya Wilayatul Hisbah sebagai satuan khusus penegak syari’atIslam.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris dan pendekatan masalah
yuridis normatif dengan metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dan
pembahasan, bahwa dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh, terdapat beberapa
kesenjangan-kesenjangan/ ketidak sesuaian dengan ajaran agama Islam terkait dengan
29
metode penerapan Syari’at Islam yang cenderung dipraktekkan dengan cara-cara bernuansa
kekerasan oleh masyarakat di berbagai kabupaten dan kota di Aceh, dan pihak pelaksana
Syari’at Islam seperti tidak berdaya mencegah meluasnya tindak kekerasan yang sering
diberitakan melalui media-media lokal di Aceh
Sejak diberlakukannya ke-tiga Qanun tersebut pada pertengahan tahun 2009
berkembang wacana dan juga niat Pemerintah Aceh untuk menggabungkan ketiga materi
muatan Qanun tersebut dalam satu naskah Qanun dan juga penerapan aturan formal atau
hukum acaranya yang kemudian disebut dengan Qanun Jinayah dan juga Qanun Acara
Jinayah. Pembahasan kedua rancangan tersebut berjalan dilematis, dikarenakan adanya tarik
ulur antara eksekutif dan legislatif Aceh terkait materi yang akan diatur dan hal ini
berlangsung hingga hari.
Kata Kunci: Qonun,Qonun Jinayah, dan Syari’at

Sumatera Utara;c. sebelah timur dengan


PENDAHULUAN Selat Malaka dand. sebelah barat dengan

Propinsi Daerah Istimewa Aceh Samudera Indonesia

merupakan bagian dari wilayah Negara Berbagai kebijakan dalam

Kesatuan Rrepublik Indonesia atau NKRI penyelenggaraan pemerintahan pada masa

yang sejak awal sudah didiami secara lalu yang menitikberatkan pada sistem

turun temurun oleh suku Aceh, suku yang terpusat kepada pemerintah pusat dan

Gayo, suku Alas, suku Aneuk Jameie, hal ini dipandang sebagai sumber bagi

suku Kluet, suku Tamiang, suku-suku di munculnya ketidakadilan dalam kehidupan

berbagai kepulauan dan suku lain yang berbangsa dan bernegara. Kondisi yang

dalam perkembangann selanjutnya dihuni demikian ini memunculkan pergolakan

juga oleh para pendatang. masyarakat di provinsi Daerah Istimewa

Wilayah propinsi daerah Istimewa Aceh yang dimanifestasikan dalam

Aceh saat ini terdiri dari 17 (tujuh belas) berbagai bentuk reaksi, apabila hal

Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Timur, tersebut tidak segera direspons dengan arif

Aceh Utara , Bireuen, Aceh Tenggara dan dan bijaksana oleh pemerintah pusat dan

Aceh Tengah serta 4 (empat) kota yaitu seluruh masyarakat Indonesia, maka akan

Kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe dapat mengancam keutuhan Negara

dan Langsa. Provinsi ini terletak di ujung Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

utara Pulau Sumatera mempunyai batas- Tanggapan terhadap hal tersebut berupa

batas :a. sebelah utara dengan Selat perubahan kebijakan penyelenggaraan

Malaka;b. sebelah selatan dengan Provinsi pemerintahan daerah bagi Provinsi Daerah

30
Istimewa Aceh sebagaimana ditetapkan ukhrawi. Masyarakat Aceh telah
dalam sidang umum Majelis menjadikan Islamsebagai pedoman
Permusyawaratan Rakyat tahun 1999 telah hidupnya, Islamtelah menjadi bagian dari
mengamanatkan Ketetapan Majelis kehidupan mereka dengan segala
Permusyawaratan Rakyat yaitu : kelebihan dan kekurangannya dan mereka
a. Nomor : IV/MPR/1999 antara lain tunduk dan ta‟at kepada ajaran Islamserta
memberikan otonomi khusus kepada memperhatikan fatwa ulama dan
provinsi daerah istimewa Aceh penghayatan terhadap ajaran Islamyang
b. Sidang tahunan Majelis kemudian melahirkan budaya Aceh yang
Permusyawaratan Rakyat Republik tercermin dalam kehidupan adat, serta
Indonesia tahun 2000 telah dilakukan mempunyai semboyan kehidupan
perubahan kedua terhadap UUD 1945 bermasyarakat telah menjadi pegangan
antara lain Pasal 18 B ayat (1) umum yakni “ Adat bak Poteumeureuhom;
mengakui dan menghormati satuan- Hukum bak Syiah Kuala; Qanun bak Putro
satuan pemerintahan daerah yang Phang, Reusam bak Laksamana “ ( Adat
besifat khusus atau bersifat istimewa dari Sultan, Hukum dari Ulama, Qanun
yang diatur dengan undang-Undang dari putri Pahang, Reusam dari
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Laksamana). Semboyan ini masih dapat
Rakyat RI Nomor : IV/MPR/2000 diartikulasikan dalam perspektif modern
telah merekomendasikan agar dalam bernegara dan mengatur
Undang-Undang tentang Otonomi pemerintahan yang demokratis dan
Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh bertanggung jawab. Tatanan kehidupan
dapat dikeluarkan selambat-lambatnya yang demikian itu sangat memungkinkan
bulan mei 2001. untuk dilestarikan dalam kehidupan
Dalam sejarahnya yang cukup berbangsa dan bernegara di NKRI yang
panjang, keberadaan masyarakat Aceh di menganut semboyan Bhinneka Tunggal
bumi nusantara, memperlihatkan bahwa Ika.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Dengan berlandaskan kepada dasar
bernegara di daerah tersebut telah mampu hukum yang tertulis atau Undang-undang,
menata kehidupan kemasyarakatan yang maka diberlakukanlah UU tentang
unik, legaliter dan berkeseimbangan dalam Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah
menyiapkan kehidupan duniawi dan Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe
31
Aceh Darussalam yang mengatur Kabupaten dan Kota atau nama lain secara
kewenangan pemerintahan di Provinsi proporsional dan kekhususan ini
Daerah Istimewa Aceh yang merupakan merupakan peluang yang berharga untuk
kekhususan dari kewenangan melakukan penyesuaian struktur, susunan,
pemerintahan daerah, sebagaimana diatur pembentukan dan penamaan pemerintahan
dalam Undang-undang Nomor : 22 Tahun ditingkat yang bawah yang sesuai dengan
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan jiwa dan semangat berbangsa dan
Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1999 bernegara yang hidup dalam nilai-nilai
tentang Perimbangan Keuangan antara luhur masyarakat Aceh dan semua ini
Pemerintah Pusat dan Daerah. diatur dalam Peraturan daerah yang di
Hal yang sangat mendasar dari sebut Qanun.
undang-undang ini adalah pemberian
kesempatan yang lebih luas untuk TINJAUAN PUSTAKA
mengatur dan mengurus rumah tangga Pengertian Qanun
sendiri termasuk sumber-sumber ekonomi, Qanun disebut juga dengan istilah
menggali dan pemberdayaan sumber daya Qanun-wadl’i yaitu Undang-undang aturan

alam dan sumber daya manusia, manusia. Qanun artinya Undang-undang, recht
atau law, di negara Barat kata qanun sekarang
menumbuh kembangkan prakarsa,
dipakai dalam arti syari’at gereja, dalam
kreativitas dan demokrasi, meningkatkan
Bahasa Arab melalui bahasa Suryani, pada
peran serta masyarakat, menggali dan
mulanya dipakai dalam arti “garisan”,
mengimplementasikan tata bermasyarakat
kemudian dipakai dalam arti “kaidah”.
yang sesuai dengan nilai luhur dikenal
Dalam Bahasa Arab qanun berarti
dengan DPRA (Dewan Perwakilan Rakyat
“ukuran” dari makna inilah diambil
Aceh) dalam memajukan penyelenggaraan
perkataan : qanun kesehatan, qanun
pemerintah di Provinsi Nanggroe Aceh
tabi’at, dan sebagainya. Fuqahak
Darussalam dan dapat mengaplikasikan
Muslimin sedikit sekali memakai kata ini
Syariat Islamdalam kehidupan
dalam istilahnya. Mereka memakai kata
bermasyarakat.
“syari’at” dalam hukum syara’ sebagai
Undang-undang ini menempatkan
pengganti qanun.
titik berat otonomi khusus pada Provinsi
Qanun dapat juga berarti syari‟at dalam
Nanggroe Aceh Darussalam yang
arti sempit ahli fiqih memakai istilah
pelaksanaannya diletakkan pada daerah
syari’at dan qanun, sedangkan ahli Ushul
32
Fiqih memakai istilah hukum dalam arti masyarakat agar peraturan dibuat dapat
qanun . dipatuhi dan menjadi pedoman dalam
Kata qanun sekarang dipakai dalam arti menegakan hukum khususnya untuk
:(1).Code atau codex , (2). Syara’ dan masyarakat Aceh yang ingin menegakan
syari’at, atau jus, law, dro’t, recht, dan (3). syari’at Islamyang telah menjadi cita-
Kaidah-kaidah mu’amalah, atau lex, a law, citanya selama ini.
loi Gezet.
Pernah pula kata syari‟ah dipergunakan PEMBAHASAN
dengan arti qanun, sebagaimana halnya Tujuan dari pembentukan qanun
ulama Ushul mempergunakan kata qanun jinayah dan acara jinayah adalah untuk
dalam arti pencipta undang-undang. mengakulmulasikan ketentuan syariat
Qanun dalam arti kaidah tidak sebelumnya yang telah diatur dalam
sama dengan arti “kaidah fiqih”, karena Qanun No. 12 Tahun 2003. Qanun No. 13
kaidah fiqih itu mencakup bagian ibadah Tahun 2003 dan Qanun No. 14 Tahun
dan mu‟amalah, sedangkan kaidah sebagai 2003. Pro dan kontra terhadap kedua
kata qanun hanyalah mengenai urusan qanun tersebut, khususnya menyangkut
mu’amalah saja. Al Ghazali dari golongan jenis hukuman bagi pelaku zina dimana
fuqahak memakai kata qanun – dalam arti terdapat salah satu pasal yang
kaidah-kaidah umum yang memastikan diperdebatkan dan dipertentangkan yaitu
dan dengan kata lain berarti undang- masalah hukuman rajam (uqubat). Uqubat
undang positif suatu negara atau daerah yaitu hukuman mati bagi pelanggar syariat
Islam. Islam(dalam hal ini, zina) dengan
lemparan batu. Bagi pelaku yang belum
METODE PENELITIAN menikah maka dihukum dengan hukuman
Spesifikasi penelitian ini adalah cambuk sebanyak 100 kali cambuk.
penelitian hukum dengan metode yang Perihal materi tersebutlah yang
digunakan adalah metode kualitatif karena membuat kedua rancangan qanun tersebut
lingkup dan fokus penelitian tentang bermasalah, hingga saat ini. Permasalahan
bekerjanya eksekutif dan legislatif dalam tersebut coba ditutupi oleh pihak legislatif
membuat peraturan dan mensahkan Aceh dengan mengesahkan qanun tersebut.
peraturan itu untuk dapat dilaksanakan dan Banyak pihak baik itu para praktisi dan
diterapkan ke dalam kehidupan akademisi hukum yang terlibat maupun
33
tidak secara langsung dalam proses sampai sekarang belum juga diketahui
legislasi tersebut, berdiam diri. Seakan bagimana nasib pelaksanaan dan
tiada upaya mengklarisifikasi hal tersebut. pemberlakuannya di Aceh. Menelusuri
Banyak hal yang akan terjadi kenyataan di lapangan bahwa ternyata
bilamana kedua aturan hukum tersebut berbagai komponen dan kalangan
berlaku. Penerapan dan juga pelaksanaan masyarakat dan instansi pemerintah sudah
penegakan kedua qanun tersebut akan berbicara tegas kepermukaan tentang ada
terhambat secara praktis, dimana menurut apa dan bagaimana dengan SyariatIslamdi
penulis hambatan tersebut diantaranya Aceh. Apa itu Qanun Jinayah sebenarnya?
budaya yang berlaku dan hidup di Aceh Kita memahami sistem Hukum
seperti tidak siap dengan adanya aturan Pidana Islam(Jinayah) mengandung
hukum mengenai hukuman cambuk beberapa jenis sanksi pidana yang antara
maupun rajam. lain: qisas, hadd dan ta’zir. Qanun Jinayat
Hal ini tentu dapat dipahami, di Aceh hanya memberlakukan sebagian
bahwa kondisi sosiologis masyarakat Aceh hukum hadd dan ta’zir.Hukuman hadd
yang memang masih berjenjang. Maksud diaplikasikan dalam ketentuan pelanggaran
dari berjenjang disini adalah adanya khamar, dan hukuman ta’zir diberlakukan
stratifikasi sosial dan pembedaan kelas bagi pelaku khalwat.
dalam masyarakat. Secara langsung, aturan Ketiga perkara hukum jinayat
tersebut akan berdampak pada masyarakat tersebut telah di-Qanun-kan ke dalam tiga
kelas bawah. Yaitu, masyarakat yang konsepsi Qanun Hukum Jinayat yaitu: 1).
hanya mempunyai kemampuan Qanun Jinayat No.12 Tahun 2003 tentang
ekonominya dibawah standar. Pernyataan Khamar (minuman keras dan sejenisnya),
tersebutpun penulis nyatakan bukan 2). Qanun Jinayat No.13 Tahun 2003
dengan tanpa alasan. Dapat dilihat selama tentang Maisir (judi), dan 3).Qanun
diberlakukannya hukum cambuk, Jinayat No.14 Tahun 2003 tentang
masyarakat awam dan kelas bawah saja Khalwat (mesum).
yang dapat dicambuk. 2. Pentingnya Qanun Jinayah
1. Qanun/Qanun Jinayah Sahabat-sahabat Nabi saw, juga
QANUN Jinayah dan Hukum tabi’ tabi’in dalam berkehidupan selalu
Acara Jinayah yang dulu pernah dibahas memprioritaskan agama dan kemaslahatan
(bahkan telah disahkan) oleh DPRA, umum dalam tata kelola pemerintahan dan
34
kemasyarakatan.Mereka menjadikan umum meliputi aspek aqidah, ibadah,
urusan agama menjadi nomor wahid dari muamalah dan akhlak. Setiap orang
pada urusan yang bersifat duniawi. Selaku Islamdituntut untuk mentaati secara
umat Islamkita memahami sekiranya keseluruhan aspek tersebut, karena
permasalahan keagamaan diselesaikan dan ketaatan terhadap aspek yang mengatur
tuntas maka urusan-urusan yang lain juga aqidah dan ibadah sangat tergantung pada
akan mampu sempurna dilakukan, karena kualitas iman dan taqwa atau hati nurani,
pada hakikatnya agama Islamakan mampu juga dipengaruhi dengan diterapkannya
menjawab segenap permasalahan sosial sanksi duniawi dan ukhrawi terhadap
dan lain sebagainya.Apalagi di Aceh, sikap setiap orang yang melanggar Qanun
fanatisme beragama masih kental melekat tersebut.
dalam dada masyarakatnya, sekiranya hari Dalam hukum Islamterdapat dua
ini diajak voting mana lebih penting jenis sanksi yang bersifat ukhrawi yang
membahas Qanun Jinayah daripada akan diterima di akhirat kelak dan sanksi
qanun-qanun lainnya, bisa duniawi yang diterapkan manusia melalui
direkapitulasikan suara akan lebih memilih kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yang lebih penting adalah Qanun Jinayah. yudikatif. Kedua jenis sanksi tersebut
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh mendorong masyarakat untuk patuh pada
Darussalam adalah Peraturan Daerah yang ketentuan hukum dan dalam banyak
dapat mengenyampingkan peraturan penegakan hukum menuntut peranan
perundang-undangan yang lain dengan negara, karena hukum tidak mempunyai
mengikuti lex specialis derogaat lex arti apabila tidak ditegakan oleh negara
generalis dan mahkamah Agung dan di sisi lain negara tidak akan tertib
berwenang melakukan uji materil terhadap apabila tidak ditegakan.upaya legislasi
Qanun.Sebagian kalangan menghendaki pelaksanaan syariatIslamsebagaimana
masyarakat Aceh tunduk dan kembali diatur dalamQanun ini adalah merupakan
kepada Syariat Islamagar dapat upaya untuk membina, menjaga,
menghantarkan nanggroe yang bergelar memelihara dan melindungi aqidah orang
Serambi Mekkah ini meraih kejayaannya Islamdi Aceh dari berbagai paham dan
dan berada diposisi Baldatun Thayibatun aliran sesat dan bagi pelanggaran yang
Warabbun Ghafur, untuk itu diperlukan dilakukan oleh masyarakat akan diancam
pemberlakukan syariat Islamyang secara dengan hukum seperti yang termuat di
35
dalam Qanun sedangkan kepada dan terhadap segala ketentuan syariat
masyarakat yang melanggar dengan Islampada umumnya dan bentuk hukuman
sengaja keluar dari aqidah Islamatau yang cambuk dijatuhkan dimaksudkan untuk
sengaja menghina atau melecehkan Agama sebagai upaya memberikan kesadaran bagi
Islam, ancaman hukumannya diancam si pelaku yang sekaligus untuk
dengan Qanun tersendiri tentang hudud. memberikan peringatan bagi masyarakat
Demikian pula dengan pengaturan secara keseluruhan agar tidak melakukan
aspek ibadah baik shalat fardhu atau shalat tindak pidana dan penjatuhan hukuman
jum‟at maupun puasa di bulan ramadhan cambuk diharapkan akan lebih efektif
dimaksudkan untuk mendorong, karena terpidana akan merasa malu dan
menggalakkan orang Islammelaksanakan tidak menimbulkan resiko bagi
dan meningkatkan kualitas iman dan keluarganya. Jenis hukuman cambuk juga
kualitas amal serta intensitas ibadah menjadikan biaya yang harus ditanggung
sebagai wujud pengabdiannya yang hanya oleh Pemerintah jauh lebih murah
diperuntukan kepada Allah semata, upaya dibandingkan dengan jenis hukuman
tersebut perlu juga didukung oleh kondisi lainnya seperti yang terdapat di dalam
dan situasi pelaksanaan syi’ar islam, KUHP.
namun masih dalam ruang lingkup nilai Namun pemberlakuan Qanun
ibadah. untuk masyarakat IslamAceh, mendapat
Adanya sanksi cambuk di depan kecaman bukan saja dari masyarakat
umum, disamping sanksi penjara dan atau Indonesia tetapi juga dari bangsa yang ada
denda serta sanksi administratif di dunia, bahwa Qanun diberlakukan tidak
dimaksudkan sebagai upaya pendidikan berdasarkan realitas, hal ini dapat dilihat
dan pembinaan, sehingga si pelaku akan dari berita-berita sensasi dan peristiwa-
menyadari dan menyesali kesalahan yang peristiwa kontroversi, yang selalu negatif
dilakukan dan menghantarkannya untuk terhadap pemberlakuan Qanun tersebut.
memposisikan diri dalam taubat nasuha. DPRA Aceh sebelum mengakhiri masa
Pelaksanaan hukuman cambuk di depan tugasnya membuat suatu keputusan yang
umum dimaksudkan sebagai upaya begitu penting sedangkan mandatnya telah
preventif dan pendidikan sehingga setiap berjalan selama lima tahun, maka timbul
orang berupaya untuk tidak melakukan spekulasi bahwa itu adalah kalkulasi
pelanggaran terhadap Qanun khususnya politik untuk menjebak DPRA yang baru
36
dipilih oleh rakyat dan dikuasai oleh lawan bagaimana pemerintah sangat tidak
politik, partai Aceh dan partai demokrat ke memikirkan kepoentingan masyarakat
dalam suatu polemik yang runcing dan dalam menerapkan suatu peraturan yang
keadaan yang serba salah. akan sanagt berdampak kepada
DPRD membuat keputusan yang kehidupannya, inilah alasannya
kontroversial tanpa harus bertanggung masyarakat dari propinsi lain dan bahkan
jawab menghadapi akibatnya, tidak jelas dari masyarakat asingpun hanya dapat
mengapa mereka tidak memastikan bahwa menilai bahwa masyarakat Islamdi Aceh
Qanun tersebut nantinya tidak akan sangat radikal dan fundamentalis,mengapa
bertentangan dengan KUHP bahkan UUD hal ini mendapat menilaian dari
1945 sehingga tidak bisa dilaksanakan. masyarakat luar, dikarenakan masyarakat
Akibat dari kecerobohan tersebut Qanun Aceh khususnya pemerintah selalu
jinayat tersebut diancam dibatalkan oleh membuat hal-hal yang dianggap
mendagri dan akan ditinjau ulang oleh bertentangan dengan hukum yang berlaku
mahkamah konstitusi, sehingga pada di In donesia sementara Aceh merupakan
akhirnya Aceh tidak mempunyai Qanun bagian dari masyarakat Indonesia.
jinayat yang sudah cukup lama di rancang Untuk itulah perlu pemikiran yang
dan di bahas agar dapat dilaksanakan dan lebih konkrit untuk pemerintah maupun
diterapkan di Aceh, namun selamanya DPRA dalam membuat suatukeputusan
Qanun jinayat tetap mendapat cap atau suatu peraturan, apalagi
fundamentalis, anti HAM , masalahQanun jinayat ini adalah peraturan
mendiskriminasikan kaum perempuan yang dibuat oleh Allah dan kalau peraturan
sedangkan pemerintah pusat akan ini diterapkan apakah masyarakat Aceh
mendapat nama sebagai penyelamat ham benar-benar akan sanggup mematuhinya
dan pelindung hak-hak perempuan dan sementara pengetahuan dan peradaban
membendung radikalisasi Islamdi Aceh. masyarakat semakin modern.
Kalau mau diperhatikan di Aceh, Banyak tudingan-tudingan yang
bahwa masyarakatnya sangat menghormati ditujukan kepada pemerintahAceh
tempat ibadah agama lain dan sangat mengenai Qanun jinayat, terlebih ada
menjaga kerukunan beragama, tapi apakah pendapat yang yang diberikan oleh Human
pernah diperhatikan oleh masyarakat dari Rights Watch ( RWH) yang berpusat di
propinsi lain, yang terlihat hanyalah New York, dimana saat Aceh ada konflik
37

You might also like