You are on page 1of 10

Jurnal InFestasi

Vol. 13 No. 1 Juni 2017


Hal. 275 – 284

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap


Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Dengan Penagihan
Pajak Sebagai Variabel Moderating
(Pada KPP Pratama Cilandak Jakarta Selatan)
Diera Darmayani1 ,Eva Herianti2
1,2,Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Limau II Street, Kebayoran Baru, Jakarta, Indonesia

Key words: ABSTRACT


the level of institution of the tax
compliance This study examined the influence of the level of institution of the tax compliance to
increase of the tax revenue with tax collection as moderating variable. The population
tax collection to increase of the tax in this study were of the intitutions the tax that listened in the Tax Jakarta Cilandak.
revenue Samples in this study are taken from 2012- 2014. The method of determining the
sample was judgement sampling method, while the data processing methods used by
researcher was multiple linear regresion analysis. The result shows that the level of
institutian of the tax compliance significantly influence the increase of the tax revenue
because the statistical t-test results showed that tcount > ttabel(2,441 > 2,028) and the
significant value show that the probability less than 0,05. Variable does not affect the
ability of tax collection is in the disbursement of increase of the tax revenue, because
the statistical t-test results showed that tcount < ttabel (-1,026 < 2,028) and the
significant value show that the probability smaller from 0,05.Tax collection can not be
a moderating variable for level of institution of the tax compliance

ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh tingkat ketaatan pajak oleh institusi terhadap
peningkatan penerimaan pajak, dengan pemungutan pajak sebagai variabel
moderasi. Populasi penelitian adalah institusi pajak yang terdaftar di KPP Cilandak
Jakarta. Sampel penelitian diambil pada periode 2012-2014. Metode penentuan
sampel adalah dengan pertimbangan, sedangkan metode pemrosesan data dengan
menggunakan analisis linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat
ketaatan pajak dari institusi berpengaruh signifikan terjadap peningkatan
penerimaan pajak yang ditunjukkan dengan t-hitung yang lebih besar dari pada t-
tabel (2,441>2,208) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Variabel yang tidak
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak adalah penagihan pajak
sebagaimana nilai t-hitung yang lebih kecil dari pada t-tabel (-1,026<2,208).
Selanjutnya, penagihan pajak tidak dapat memoderasi hubungan antara level
institusi dan ketaatan pajak.

PENDAHULUAN sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong


Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan pereko-nomian. (Suhendra, 2010)
negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah Pengetahuan yang dimiliki masyarakat
untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan tentang perpajakan juga sering dituding
sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar sebagai penyebab Wajib Pajak tidak
jumlahnya meningkat sesuai dengan kebutuhan memenuhi kewajibannya. Pelaksanaan self
pembangunan. Pertumbuhan populasi dunia usaha assessment system dalam sistem pemungutan
di Indonesia yang pesat merupakan indikator pajak di Indonesia memberi kepercayaan
peningkatan potensi penerimaan pemerintah dari kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
sektor pajak meskipun belum mencerminkan dan kewajiban pajak dalam menghitung,
kondisi yang diinginkan, karena itu kebijaksanaan membayar, dan melaporkan kewajiban

275
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
pajaknya sendiri. Hal ini menimbulkan Dalam Hasan (2008) dikatakan bahwa
pembenaran bahwa dalam melaporkan masalah kepatuhan dalam perpajakan terutama
kewajiban pajak, pembayaran pajak dalam sistem self assessment ini sangatlah
tergantung pada kejujuran dan kepatuhan penting. Hal ini dikarenakan sistem tersebut
Wajib Pajak itu sendiri. Kepatuhan perpajakan juga membuka peluang dilakukannya
merupakan suatu bentuk kesediaan kecurangan-kecurangan oleh para wajib pajak
pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak sesuai dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya.
dengan aturan yang berlaku. Adanya Kecurangan tersebut dapat dikategorikan
peningkatan pelayanan yang memuaskan bagi menjadi dua yaitu perlawanan aktif dan
para Wajib Pajak diharapkan dapat perlawanan pasif. Perlawanan tersebut timbul
menciptakan kenyamanan dan kemudahan karena pada dasarnya tidak ada orang yang
dalam memenuhi kewajiban pajak. Gunadi rela membayar pajak. Bahkan dalam suatu
(2009) menyatakan kepatuhan Wajib Pajak artikel dikatakan bahwa pajak di Indonesia
adalah kesediaan pemenuhan kewajiban wajib masih dianggap momok meskipun telah
pajak sesuai aturan tanpa suatu paksaan baik dilakukannya reformasi perpajakan sejak tahun
secara hukum maupun administrasi. (Dewi 1983. Padahal dengan adanya sistem yang
dan Supadmi, 2014). baru, kesadaran untuk memenuhi kewajiban
Sistem self assessment tersebut perpajakannya seharusnya sudah
membutuhkan kepatuhan sukarela dari Wajib menginternalize dalam diri wajib pajak.
Pajak yang diwujudkan jika terpenuhinya Dalam kondisi tersebut keberadaan self
unsur kesadaran perpajakan dan unsur assessment system memungkinkan Wajib Pajak
tindakan penegakan hukum. Namun melihat untuk melakukan kecurangan pajak. Tanpa
kurangnya kesadaran bahwa dalam memenuhi adanya penelitian dan pemeriksaan pajak serta
kewajiban perpajakannya, terkadang Wajib tidak adanya ketegasan dari instansi pajak,
Pajak memiliki suatu utang pajak yang belum maka ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut
dibayar. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat berkembang sedemikian rupa sehingga
Direktorat Jenderal Pajak melakukan upaya bisa mencapai suatu tingkat dimana sistem
penagihan pajak. (Rohman : 2010) perpajakan akan menjadi lumpuh (Agusti, dkk
Dalam sistem yang menekankan keaktifan 2009).
wajib pajak ini memerlukan tax compliance Penerimaan negara disektor pajak terus
(kepatuhan perpajakan). Tax compliance meningkat dari tahun ke tahun, sebagai upaya
tersebut sangat dibutuhkan untuk bangsa kita untuk melepaskan diri dari
mengoptimalkan penerimaan pajak di ketergantungan kepada bantuan luar,
Indonesia. Namun, lebih dari itu tax sebagaimana yang diharapkan dalam Pokok-
compliance dapat dikatakan sebagai tulang Pokok Pikiran Dan Pokok-Pokok Perubahan
punggung self assessment system dimana Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang
dibutuhkan suatu kerelaan dari wajib pajak itu Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan,
sendiri untuk melaksanakan kewajibannya bahwa kebijakan pokok di bidang pajak
sehingga sistem tersebut dapat dilaksanakan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan
dengan sebaik-baiknya (Hasan, 2008). pajak menuju kemandirian bangsa dalam
Menurut Direktorat Jenderal Pajak pembiayaan negara dan pembiayaan
Kementerian Keuangan, rasio kepatuhan wajib pembangunan. Pajak merupakan bagian yang
pajak dalam menyampaikan Surat cukup potensial sebagai penerimaan negara
Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga April maupun daerah. Dalam rangka mendukung
2010 telah mencapai 54,84 persen atau 7,73 juta. kebijakan pembangunan nasional khususnya
Jumlah SPT diterima mencapai 7.733.271 dari dibidang ekonomi serta sejalan dengan
total wajib pajak terdaftar wajib dinamika perkembangan kehidupan dunia
menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar usaha., pemerintah telah melakukan reformasi
14.101.933. Pada 2009 rasio kepatuhan wajib Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
pajak 5.413.114 atau sebesar 52,61 persen tentang Perubahan Keempat atas Undang-
dengan jumlah wajib pajak terdaftar sebanyak Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak
10.289.590. Penghasilan. Sebagai upaya untuk memberikan

276
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
keadilan, kemudahan / efisiensi administrasi, Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat
dan produktivitas bagi penerimaan negara, Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib
disamping penerapan sistem self assesment Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
yang lebih baik. (Bramanto, 2012). dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
Berdasarkan isi penelitian di atas maka bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
berikut: undangan perpajakan. Fungsi Surat Pemberitahuan
1. Apakah tingkat kepatuhan Wajib Pajak bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai
Badan berpengaruh signifikan terhadap sarana untuk melaporkan dan
peningkatan penerimaan pajak mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
penghasilan? pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
2. Apakah penagihan pajak berpengaruh melaporkan tentang: (a) Pembayaran atau
signifikan terhadap peningkatan pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
penerimaan pajak penghasilan? dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan
3. Apakah tingkat kepatuhan wajib pajak pihaklain dalam satu tahun pajak atau bagian
berpengaruh signifikan terhadap tahun pajak. (b) Penghasilan yang merupakan
peningkatan penerimaan pajak objek pajak dan/atau bukanobjek pajak. (c) Harta
penghasilan dengan penagihan pajak dan Kewajiban. (d) Pembayaran dari pemotong
sebagai varibel moderating? atau pemungut tentang pemotongan atau
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: pemungutan pajak orang pribadi atau badanlain
1. Untuk mengetahui apakah tingkat dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan
kepatuhan Wajib Pajak Badan berpengaruh peraturan perundang-undangan perpajakan.
signifikan terhadap peningkatan Penagihan Pajak
penerimaan pajak penghasilan. Penagihan pajak adalah suatu tindakan
2. Untuk mengetahui apakah penagihan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau juru
pajak berpengaruh signifikan terhadap sita pajak kepada penanggung pajak agar dapat
peningkatan penerimaan pajak melunasi utang pajak tanpa menunggu jatuh tempo
penghasilan. pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak
Untuk mengetahui apakah tingkat kepatuhan wajib dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak
pajak berpengaruh signifikan terhadap (Rahayu: 2010)
peningkatan penerimaan pajak penghasilan dengan Dalam penagihan pajak perlu diketahui
penagihan pajak sebagai varibel moderating. terlebih dahulu dasar yang digunakan dalam
penagihan pajak. Sesuai dengan pasal 18 Undang-
RERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS Undang KUP bahwa dasar penagihan pajak yang
Kepatuhan Wajib Pajak digunakan yaitu (Waluyo, 2009:57): (1) Surat
Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) (2) Surat
dimana Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (SKPKBT) (3) Surat Keputusan Pembetulan (4)
sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu Surat Keputusan Keberatan, Putusan Peninjauan
diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi masih harus dibayar bertambah. Dasar hukum
hukum maupun administrasi (Rahayu 2010:138). yang digunakan dalam penagihan pajak yaitu
Wajib Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor Undang-Undang no.19 Tahun 2000 tentang
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Sebagai
Cara Perpajakanadalah: “Wajib Pajak Adalah orang pelaksana eksekusi dari putusan yang sama
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, kedudukanya dengan putusan pengadilan yang
pemotong pajak dan pemungut pajak, yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dilaksanakan oleh juru sita.
dengan ketentuan peraturan perundang- Menurut Suandy (2011:170) terdapat empat
undangan”. prosedur penagihan pajak yaitu dengan diterbitkan
Berdasarkan Undang-undang Republik surat teguran, surat paksa, surat sita dan
Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan pelaksanaan lelang. Surat teguran diterbitkan

277
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat peningkatan jumlah Wajib Pajak. Intensifikasi
Tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang dilakukan dengan upaya meningkatkan
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar terhimpunnya pajak dari subyek pajak dan obyek
Tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 pajak yang telah ada. Indikatornya adalah
(tujuh) hari dari batas waktu tempo (satu bulan peningkatan nominal rupiah penerimaan pajak
sejak tanggal diterbitkannya). tanpa selalu diikuti penambahan jumlah subyek
Selanjutnya diterbitkan surat paksa apabila atau obyek pajak.
utang pajak pajak tidak dilunasi setelah 21 (dua Terkait dengan Pengaruh Penagihan Pajak dan
puluh satu) hari dari tanggal surat teguran, maka Surat Paksa Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
akan diterbitkan surat paksa yang akan Penghasilan Badan di KPP di lingkungan Kanwil
disampaikan oleh juru sita pajak negara dan utang Jakarta Pusat penelitian Syahab dan Gisijanto
pajak harus dilunasi dalam waktu 2x24 jam. (2008) menemukan bahwa Penagihan Pajak dan
Kemudian diterbitkan surat sita apabila utang surat paksa pajak berpengaruh secara signifikan
pajak belum juga dilunasi atau telah lewat dalam terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa Badan di KPP Pratama Kanwil DJP Jakarta Pusat.
diberitahukan atau diterbitkan maka dapat Dari ketiga variabel independen yang diamati
dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang ternyata kedua variabel tersebut berpengaruh
wajib pajak. Yang terakhir dilaksanakan lelang jika secara signifikan terhadap penerimaan PPh Badan.
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah tindakan Terkait dengan Pengaruh Tingkat Kepatuhan
penyitaan. Utang pajak belum dilunai maka akan Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak
dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak
kantor lelang Negara. penelitian Agusti dan Herawati (2009) menemukan
Penerimaan Pajak bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat
Realisasi penerimaan pajak adalah penerimaan kepatuhan Wajib Pajak terhadap peningkatan
pajak yang berasaldari Wajib Pajak yang berhasil penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
dihimpun oleh KPP. Pemungutan pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Jadi semakin
merupakan perwujudan dari pengabdian patuh Wajib Pajak Badan melaporkan dan
kewajiban dan peran serta wajib pajak yang secara melunasi kewajiban perpajakannya maka
langsung dan bersama-sama melaksanakan penerimaan pajak pada KPP akan meningkat.
kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk Hubungan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. terhadap peningkatan penerimaan pajak pada
Menurut Waluyo dan Wirawan (2002:5) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol
sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Petamburan akan diperlemah dengan adanya
penerimaan negara yang digunakan untuk pemeriksaan pajak sebaga ivariabel moderating.
mengarahkan kehidupan masyarakat menuju Sehingga pemeriksaan pajak tidak dapat membuat
kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak hubungan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak
kehidupan ekonomi masyarakat. Badan dan peningkatan penerimaan pajak semakin
Sedangkan dari sudut pandang keuangan, baik.
pajak juga dipandangsebagai bagian yang sangat Terkait dengan Pengaruh Tingkat Kepatuhan
penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari Wajib Pajak Badan Terhadap Tingkat Penerimaan
penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak Pajak Penghasilan Badan penelitian Suhendra
lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa (2010) menemukan bahwa secara simultan tingkat
minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk kepatuhan wajib pajak badan, pemeriksaan pajak,
menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan dan pajak penghasilan terutang berpengaruh
negara. signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak
Upaya memaksimalkan penghimpunan pajak peng-hasilan badan pada kantor pelayanan pajak
negara dapat dilakukan melalui program wilayah Jakarta. Secara parsial antara tingkat
ekstensifikasi dan intensifikasi di bidang kepatuhan wajib pajak badan terdapat pengaruh
perpajakan. Ekstensifikasi merupakan upaya untuk positif terhadap peningkatan penerimaan pajak
menambah atau memperluas subyek pajak penghasilan badan pada kantor pelayanan pajak.
maupun obyek pajak. Indikatornya adalah ketika Jadi semakin semakin patuh wajib pajak badan
nominal rupiah pajak yang terhimpun diikuti oleh dalam melaporkan dan melunasi kewajiban

278
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
perpajakannya maka akan semakin meningkatkan kepatuhan
36 ,020 ,031 ,0277 ,002
penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak. _X
Hipotesis penelitian ini sebagai berikut: penerimaa
36 ,017 ,048 ,0278 ,008
H1:Tingkat kepatuhan wajib pajak badan npajak_Y
berpengaruh signifikan terhadap Valid N
penerimaan pajak penghasilan. 36
(listwise)
H2: Penagihan pajak berpengaruh signifikan Sumber: Data Diolah
terhadap penerimaan pajak penghasilan
H3: Interaksi antara kepatuhan wajib pajak Variabel penerimaan pajak penghasilan
badan dengan penagihan pajak menunjukkan nilai minimum 0,017 dan maksimum
berpengaruh signifikan terhadap 0,048. hal ini berarti dalam jumlah penerimaan
peningkatan penerimaan pajak. pajak yang diterma oleh kantor pelayanan pajak
paling sedikit berjumlah 0,017 dan paling banyak
METODE PENELITIAN berjumlah 0,048. Rata-rata (mean) variabel
Sumber Data penerimaan pajak penghasilan pada kantor
Sehubung dengan permasalahan penelitian, pelayanan pajak berjumlah 0,02781. Hal tersebut
maka data yang diperlukan dalam penelitian ini berarti rata-rata jumlah penerimaan pajak pada
adalah data sekunder berupa: (1) jumlah SPT masa kantor pelayanan pajak berjumlah 0,02781.
PPh yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan dari Variabel tingkat kepatuhan wajib pajak badan
tahun 2012-2014 (2) jumlah Surat Paksa yang menunjukkan nilai minimum dan maksimum
diterbitkan setiap bulannya dari tahun 2012-2014 sebesar 0,020 dan 0,031. Hal ini berarti tingkat
(3) jumlah realisasi penerimaan PPh yang diterima kepatuhan wajib pajak badan dalam melaporkan
setiap bulannya dari tahun 2012-2014. Surat Pemberitahuan paling sedikit berjumlah 0,020
Teknik Pengambilan Sampel dan yang dilaporkan paling banyak berjumlah
Sampel dalam penelitian ini adalah wajib 0,031. Rata-rata (mean) variabel tingkat kepatuhan
pajak badan (perusahaan) yang terdaftar pada KPP sebesar 0,02775. Hal tersebut berarti rata-rata
Pratama Cilandak. Metode yang digunakan peneliti jumlah SPT masa yang dilaporkan oleh wajib pajak
dalam pemilihan sampel penelitian adalah badan berjumlah 0.02775
pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling),
dengan teknik berdasarkan pertimbangan Uji Asumsi Klasik
(judgement sampling) yang merupakan tipe Uji Normalitas
pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro
dan Supomo, 2002:131). Berdasarkan metode
judgement sampling tersebut, maka sampel yanng
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Teknik analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah
metode regresi berganda. Dalam melakukan regresi
berganda, terlebih dahulu pengujian asumsi klasik
(uji normalitas, uji multikoleniaritas, uji Sumber: Data Diolah
autokorelasi, uji hetero kedastisitas). Gambar diatas memperlihatkan hasil dari uji
normalitas dengan menggunakan normality
ANALISIS DAN PEMBAHASAN probability plot bahwa distribusi dari titik-titik data
Tabe l 1. Statistik Deskriptif variabel penelitian menyebar disekitar garis
N Min Max Mean Std. diagonal. Jadi data pada keseluruhan variabel
Dev dapat dikatakan berdistribusi normal atau sudah
penagihan memenuhi asumsi normalitas.
36 ,001 ,294 ,0276 ,050
_Z

279
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Uji Hipotesis
Model Collinearity Statistics Tabel 4. Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Tolerance VIF Model Unstandardized Stand t Sig.
(Constant) Coefficients ardize
1 Kepatuhan_X ,975 1,025 d
Penagihan_Z ,975 1,025 Coeffi
Sumber: Data diolah cients
Berdasarkan tabel diatas, maka model yang B Std. Beta
dihasilkan terbebas dari multikolinieritas, karena Error
memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance C ,075 ,020 3,800 ,001
lebih dari 0,1. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada X 1,721 ,703 ,571 2,447 ,020
1
multikolinieritas antar variabel independen dalam Z -,408 ,460 -2,564 -,885 ,383
model regresi XZ ,416 ,450 2,657 ,924 ,362
a. Dependent Variable: penerimaanpajak_Y
Tabel 3. Uji Autokorelasi Sumber: Data Sekunder Diolah
Model Durbin-Watson
1 ,794 Berdasarkan hasil perhitungan diatas,
maka diperoleh persamaan regresi linier berganda
a. Predictors: (Constant),
adalah:
MODERATE, Kepatuhan_WP
Y = 0,075 + 1,721X1 - 0,408Z1 + 0,416X1Z1
b. Dependent Variable:
penerimaan_PPh
Angka-angka yang dihasilkan dari model
Sumbe: Data Diolah
diatas dapat dijelaskann sebagai berikut: Nilai
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai konstanta sebesar 0,075 artinya tanpa adanya
Durbin Watson (DW) sebesar 0,794 atau DB berada variabel kepatuhan wajib pajak badan dan
antara -2 dan +2 atau 2≤DW≤+2 yang artinya penagihan pajak yang diharapkan maka nilai
adanya autokorelasi antar variabel. penerimaan pajak penghasilan telah mencapai
0,075 kali. Nilai koefisien kepatuhan wajib pajak
Uji Heterokedastisitas badan bernilai positif sebesar 1,7121 menunjukkan
setiap penurunan sebesar 1% maka akan menurun
nilai penerimaan pajak penghasilan sebesar 1,721.
Nilai koefisien penagihan pajak bernilai negatif
sebesar -0,408 menunjukkan setiap penurunan
sebesar 1% maka akan menurun nilai penerimaan
pajak penghasilan sebesar -0,408. Nilai koefisien
interaksi antara kepatuhan wajib pajak badan dan
penagihan pajak bernilai positif sebesar 0,416
menunjukkan setiap peningkatan interaksi antara
Sumber: Data Diolah
kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak
Dari grafik Scatterplot yang ada pada gambar
sebesar 1% maka akan meningkat nilai penerimaan
diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
pajak penghasilan sebesar 0,416.
secara acak, serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. hal ini dapat
Hasil Uji Determinasi (R2)
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
Koefisien determinasi (R2) digunakan
pada regresi (Ghozali, 2011:139).
untuk mengukur seberapa besar peranan variabel
bebas (independen) yaitu penagihan aktif,
kemampuan professional dan pengalaman fiskus
secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang
terjadi pada variabel terikat (dependen). Hasil
pengujian diperoleh sebagai berikut:

280
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
Tabel 5. Hasil Uji Determinasi penerimaan pajak penghasilan.
Model R R Adjusted Std. Error of Berdasarkan variabel interaksi antara
Square R Square the Estimate kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak,
1 ,466a ,217 ,144 ,007464 maka uji t atau uji secara individu atau parsial
a. Predictors: (Constant), XZ, X, Z dengan melihat nilai signifikan sebesar 0,362. Hal
b. Dependent Variable: Y ini berarti Ho diterima karena nilai signifikan lebih
Sumber: Data Sekunder Diolah besar dari 0,05 ( > 0,05) dan thitung lebih kecil dari
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui ttabel ( < 2,028) sehingga Ho diterima Ha ditolak,
bahwa nilai Adjusted (R2) yang diperoleh sebesar maka dapat disimpulkan bahwa dengan uji t tidak
0,217. Ini berarti bahwa peningkatan penerimaan berpengaruh yang signifikan antara interaksi
pajak penghasilan pada KPP Pratama Jakarta kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak
Cilandak dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya secara parsial dalam peningkatan penerimaan
yaitu kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak penghasilan.
pajak yang diharapkan sebesar 21,4%. Sisanya Penelitian mengenai peningkatan penerimaan
78,3% ditentukan oleh variabel lain yang tidak pajak penghasilan sebagai variabel dependen,
dianalisis dalam penelitian ini kepatuhan wajib paak badan sebagai variabel
independen dan penagihan pajak sebagai variabel
Tabel 6. Hasil Uji statistik (T-test) moderating ini memiliki objek pengamatan yaitu
Model Unstandardi Standardized t Sig. data yang terkumpul dari tahun 2012 – 2014 di KPP
zed Coefficients Pratama Jakarta Cilandak. Pengaruh dari variabel
Coefficients independen dan moderating terhadap variabel
B Std. Beta dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:
Erro Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
r Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Pengasilan
C ,075 ,020 3,800 ,001
Dari hasil analisis data yang telah
1X 1,721 ,703 571 2447 ,020 dilakukan dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib
Z -,408 ,460 -2,546 -,885 ,383 pajak badan yang dilihat dari nilai signifikan uji t
XZ ,416 ,450 2,657 ,924 ,362 (melihat tabel coefficients) menunjukan bahwa
a. Dependent Variable: Penerimaan_PPh secara parsial kepatuhan wajib pajak badan
Sumber: Data Sekunder Diolah berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasila. Terlihat
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada nilai signifikan sebesar 0,020 lebih kecil dari
variabel kepatuhan wajib pajak badan, maka uji t 0,05 (0,020 < 0,05) dan thitung lebih besar dari ttabel
atau uji secara individu atau parsial dengan (2,447 > 2,028) yang berarti Ha diterima sehingga
melihat nilai signifikan sebesar 0,020. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak
Ho ditolak karena nilai signifikan lebih kecil dari badan berpengaruh secara signifikan terhadap tax
0,05 ( < 0,05) dan thitung lebih besar dari ttabel (2,447 avoidance. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
> 2,028) sehingga Ho ditolak Ha diterima, maka
badan melaporkan dan melunasi kewajiban
dapat disimpulkan bahwa dengan uji t
perpajakannya maka penerimaan pajak pada KPP
berpengaruh yang signifikan antara kepatuhan
akan meningkat.
wajib pajak badan secara parsial dalam
Penelitian ini mendukung penelitian
peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
Suhendra (2010) Agusti dan Herawati (2009), serta
Berdasarkan variabel penagihan pajak,
Suryadi (2006) yang menyatakan bahwa tingkat
maka uji t atau uji secara individu atau parsial
kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh positif
dengan melihat nilai signifikan sebesar 0,383. Hal
dan signifikan terhadap peningkatan penerimaan
ini berarti Ho diterima karena nilai signifikan lebih
pajak pada kantor pelayanan pajak.
besar dari 0,05 ( > 0,05) dan thitung lebih kecil dari
Pengaruh Penagihan Pajak Terhadap Peningkatan
ttabel (- 0,885 < 2,028) sehingga Ho diterima Ha Penerimaan Pajak Penghasilan
ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa dengan uji Dari hasil analisis data yang telah
t tidak berpengaruh yang signifikan antara dilakukan dapat diketahui bahwa penagihan pajak
penagihan pajak secara parsial dalam peningkatan

281
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
yang dilihat dari nilai signifikan uji t (melihat tabel wajib pajak badan berpengaruh dan signifikan
coefficients) menunjukan bahwa secara parsial dalam peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
penagihan pajak tidak berpengaruh secara Karena hasil perhitungan variabel kepatuhan wajib
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak pajak badan menunjukkan thitung lebih besar dari
penghasilan. Terlihat pada nilai signifikan sebesar ttabel (2,447 > 2,028) dan taraf signifikan variabel
0,383 lebih besar dari 0,05 (0,383 > 0,05) dan thitung penagihan aktif lebih kecil dari tarif nyata (0,020 <
lebih kecil dari ttabel (-0,885 < 2,028) yang berarti Ho 0,05), dimana Ho ditolak Ha diterima, maka dapat
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa dengan uji t berpengaruh dan
penagihan pajak tidak berpengaruh secara signifikan antara kepatuhan wajib pajak badan
signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak secara parsial dalam peningkatan penerimaan
penghasilan. Dapat disimpulkan bahwa semakin pajak penghasilan.
besar atau semakin kecilnya penagihan pajak yang Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang
dilaksanakan, maka tidak ada pengaruhnya telah dilakukan membuktikan bahwa penagihan
terhadap peningkatan penerimaan pajak. pajak tidak berpengaruh dan signifikan dalam
Hasil penelitian ini mendukung penelitian peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
yang dilakuka oleh Pratami (2010) yang Karena hasil perhitungan variabel penagihan pajak
menyatakan bahwa penagihan pajak menggunakan menunjukkan thitung lebih kecil dari ttabel (-0,885 <
surat paksa tidak berpengaruh terhadap 2,028) dan taraf signifikan variabel penagihan pajak
penerimaan pajak. lebih besar dari tarif nyata (0,383 > 0,05), dimana
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Ho diterima Ha ditolak, maka dapat disimpulkan
terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak bahwa dengan uji t tidak berpengaruh dan
Penghasilan dengan Penagihan Pajak sebagai signifikan antara penagihan pajak secara parsial
Variabel Moderating dalam peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
Dari hasil analisis data yang telah Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan dapat diketahui bahwa interaksi antara telah dilakukan membuktikan bahwa penagihan
tingkat kepatuhan wajib pajak badan dengan pajak tidak bisa menjadi variabel moderating
penagihan pajak yang dilihat dari nilai signifikan kepatuhan wajib pajak badan dan peningkatan
uji t (melihat tabel coefficients) menunjukan bahwa penerimaan pajak penghasilan. Karena hasil
secara parsial penagihan pajak tidak berpengaruh perhitungan variabel interaksi antara kepatuhan
secara signifikan terhadap peningkatan wajib pajak badan dan penagihan pajak
penerimaan pajak penghasilan. Terlihat pada nilai menunjukkan thitung lebih kecil dari ttabel (0,924 <
signifikan sebesar 0,362 lebih besar dari 0,05 (0,362 2,028) dan taraf signifikan variabel interaksi antara
> 0,05) dan thitung lebih kecil dari ttabel (0,924 < 2,028) kepatuhan wajib pajak badan dan penagihan pajak
yang berarti Ho diterima sehingga dapat lebih besar dari tarif nyata (0,362 > 0,05), dimana
disimpulkan bahwa kualitas audit tidak Ho diterima Ha ditolak, maka dapat disimpulkan
berpengaruh secara signifikan terhadap bahwa dengan uji t tidak berpengaruh dan
peningkatan penerimaan pajak penghasilan. Hal ini signifikan antara kepatuhan wajib pajak badan
menandakan bahwa penagihan pajak tidak dapat secara parsial dalam peningkatan penerimaan
menjadi variabel moderating antara tingkat pajak penghasilan.
kepatuhan wajib pajak badan dan peneningkaan Saran dari penelitian ini adalah:
penerimaan pajak penghasilan. Hal ini dikarenakan 1. Diharapkan fiskus melakukan tindakan
sistem administrasi penagihan pajak yang rumit penagihan yang lebih tegas terhadap wajib
dan memerlukan waktu cukup lama, sehingga pajak yang tidak kooperatif sesuai dengan
akan menghambat peningkatan penerimaan pajak ketentuan perpajakan berlaku sehingga
ke dalam kas negara. Hasil penelitian ini tidak peningkatan penerimaan pajak dapat terus
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Syahab meningkat.
dan Gisijanto (2008) yang menyatakan bahwa 2. Mengingat tingkat kepatuhan wajib pajak
penagihan pajak berpengaruh terhadap terutama pada Kantor Pekayanan Pajak
penerimaan pajak penghasilan badan. Jakarta Cilandak berpengaruh pada
peningkatan penerimaan pajak maka
SIMPULAN pengawasan terhadap kepatuhan wajib
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang pajak harus lebih ditingkatkan lagi baik itu
telah dilakukan membuktikan bahwa kepatuhan

282
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
dari segi pelaporan maupun penyetoran . 2009 Metodologi Penelitian
pajaknya. Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.
3. Untuk lebih memberikan pemahaman yang Yogyakarta: BPFE.
luas kepada wajib pajak tentang
pentingnya membayar pajak hendaknya Rizal Fakhtur Rohman. Kontroversi Penunggak Pajak
Direktorat Jenderal Pajak lebih intensif Terbesar Februari 10, 2010, Diakses melalui http:
dalam mengadakan pendekatan terhadap //hitungpajak. wordpress. com/2010/02/10/
wajib pajak. kontroversi- penunggak -pajak,“terbesar/,
Peneliti selanjutnya disarankan untuk pada Januari 2015.
menambah atau mengganti variabel
moderating penagihan pajak dengan Singgih Santoso. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik
variabel lain yang lebih berpengaruh Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo
terhadap interaksi variabel kepatuhan
pajak terhadap penerimaan pajak. Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia
Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha
DAFTAR PUSTAKA Ilmu.
Agusti, Asri Fika dan Herawaty. 2009. Pengaruh
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Siti Resmi. 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi
Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi Ke-4 Jakarta: Salemba Empat
Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama,
Simposium Nasional Akuntansi 12. Siti Resmi.2013, Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Cahaya Shinta Dewi dan Ni Luh Supadmi. 2014.
Pengaruh Pemeriksaan Pajak, kesadaran, Kualitas Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis Cetakan ke
Pelayanan Pajak Pada Tingkat Kepatuhan Wajib 13. CV Alfabeta: Bandung
Pajak Badan, E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 9.2 .2010. Metode Penelitian Bisnis. CV
Alfabeta: Bandung
Dahliana Hasan. 2008. Pelaksanaan Tax Compliance
dalam Upaya Optimalisasi Penerimaan Pajak di Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Kota Yogyakarta, Mimbar Hukum Volume 20 Penghasilan sebagaimana telah dirubah
Nomor 2. terakhir dengan Undang-Undang No.36
Tahun 2008
Early Suandy. 2008. Hukum Pajak, Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan
Euphrasia Susy Suhendra. 2010. Pengaruh Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Waluyo. 2002. Perpajakan Indonesia. SalembaEmpat:
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Jakarta
Badan, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume
15. . 2009. Perpajakan Indonesia. SalembaEmpat:
Jakarta
Imam Ghozali. 2009. Analisis Multivariate dengan
Program SPSS, Edisi ke-4 ________ .2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta:
Semarang:Universitas Diponegoro. SalembaEmpat.

Ghozali. 2011. Analisis Multivariate dengan Program Yeni Mangoting dan Sadjiarto. 2013. Pengaruh
SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro Postur Motivasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan No.2,
Nur Indriantoro dan Supomo. 2002 Metodologi Volume 15
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Zakiah M. Syahab dan Hantoro Arief Gisijanto.
2006. Pengaruh Penagihan Pajak dan Surat Paksa

283
Darmayani dan Herianti Jurnal InFestasi Vol.13 No.1 Juni 2017
Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan”, Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 13
Nomor 1

Zuraida dan Advianto. 2011. Penagihan Pajak. Pajak


Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia
Indonesia.

284

You might also like