Maj Ked Gi, Juni 2009; 16(1):81-56 ISSN: 1978-0208
PENATALAKSANAAN CEMENTO OSSIFYING FIBROMA
MANDIBULA DENGAN ENUKLEASI DAN
PEMASANGAN BRIDGING PLATE
Eka Widiyanta * Prihartiningsih *
* Program Studi Bedah Mulul, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjan Mada
“* Bagian Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
CCemento Ossitying Fibroma merupakan suatu neoplasma fibre-asseous benigna yang tumibuh lambat mengenai tulang
rahang, bersifat asimpomatik tanpa disertal rasa sakit dan sering ditemukan pada dekade ke-dua dan ke-empal, biasanya terjadi
pada penderita usia muda. Kebanyakan les ii berlokasi di mancibula dibandingkan maksila, wanita lebih dominan daripada pria.
Pada gambaran radiolog),lesi ini cenderung radiolusen, radiopaque maupun campuran keduanya, tergantung petkembangan
lesi, bersifat solter dan berbatas tegas. COF memilki kapsul fibrous sehingga terpisah dengan sekuernya, Les! ii terdri dari
komponen-komponen Kalsifiasi dan non-kalsilikasi. Perawatan COF dapat cllakukan secara eksticpasi, enukleasi, dan resoksi
tergantung besar les. Tyluan perulisan ini adalah untuk melaporkan keberhasilan enukleasi dan pemasangan bridging plate pada
‘seorang pasien Gemento Ossifying Fibroma
Dilagorkan seorang pasien perempuan berusia 18 tahun datang ke polilinik Bedah Mulut RSUP Dr. Sardjto Yogyakarta
{dengan keluhan tama benjolan pada rahang bawah depan sebelah bukal regio 321 12345, tidak terasa sakit, konsistensi keras,
warna sesuai dengan jaringan sekitar{ukuran 4%2x3 cm, muncul kurang lebih 3 tahun yang lalu, mula-mula kecil kemudian memb-
cesar. Gigi-gig) tidak perah merasa sakit tetapi terdesak ke tempat lain, Penatalaksanaan kasus ini adalah enukleas| dan pe-
_masangan bridging plate di bawah anestesi umum. Prognosis baik dan tidak kambuh. Ma Ked Gi Juni 2009; 16(1):51-56
Kata kunci: Comento Ossifying Fibroma, Mandibula, Enukleasi, Bridging plate
ABSTRACT
Cemento Ossitying Fibroma is a neoplasm fibre-osseous benigna is growing is slow about jawbone, haves the character of
asimpomatic without accompanied by il taste and often found ait lacade ke-dua and four, usually happened al young age patient.
‘Most this lesion location in mandibular compared to maxila, woman is more dominantly than mans. At mage of radiology, this le=
sion tends to radiolusen, radiopaque and also mixture both, depends on development of lesion, haves the character of softer and
having boundary assertive. COF have a capsule fibrous £0 that separate with its the sekuer. This lesion consisted of calcification
‘components and non-components. Treatment of COF can be done in ekstirpesi, enucleation, and resaction depends on big of l=
sion. Purpose of this writing is to report success of enucleation and instalation of bridging plate at a patient Cemanto Ossiiving
Fibromea.
‘Reported a woman patient is having age 18 years to come to Oral Maxillofacial surgery polycinic Dr. Sardto Hospital Yoo:
Yyakarta with main sigh of bump at jaw under front side buccal regio 321 12345, losts to pain, firm consistency colour as accorcing
{fo network, 4x3x3 cm, emerged approximately 3 year ago, originally small then big. Tooths have never suffered decease but going
{0 the wall to other place. Management this caso Is enucleation and installation of bridging plate below under general anaesthesia,
good Prognosis and not recurrance. Maj Ked Gi; Juni 2008; 16(1): 51-56
Key words: Cemento Ossitying Fibroma, Manalbular, Enucleation, Bridging plate
PENDAHULUAN
Gemento Ossifying Fibroma (COF) pada
tulang rahang, pertama kali dilaporkan pada tahun
1865 di Inggris. COF merupakan lesi tulang yang
bersifat jinak dengan pertumbuhan lambat. Secara
umum terdiri dari jaringan fibrous yang memiliki
‘campuran dari trabekula tulang dan atau sementum,
Para ahli menyatakan bahwa COF adalah suatu
proses neoplastik yang jarang ditamukan dan berasal
dari elemen-elemen yang terdapat di dalam jaringan
periodontal. Sebagai jawaban terhadap berbagai
rangsangan yang}erjadipadaseljaringanperiodontal,
maka jaringan periodontal akan memproduksi lesi
yang terdiri dari atas cementum, lamelar tulang,
Jaringan fibrous atau kombinasi ketiganya."
Jika lesi hanya mengandung spikula tulang
dan jaringan fibrous maka dikenal sebagai ossitying
fibroma, jka lesi hanya mengandung cementum dan
jaringan fibrous maka dikenal sebagai cementifying
51Eka W. & Prihartiningsih: Penatalaksanaan Cemento Ossitying
fibroma, sedangkan jika lesi mengandung campuran
dari cementum dan tulang dalam stroma jaringan
fibrous dikenal sebagai cemento-osssifying fibroma.
COF ‘elatif jarang dijumpai, secara klinis dan
rmikroskopis mirip dengan fibrous displasia dan
tergolong fibro osseous. COF paling sering mengenai
dekade ke-dua dan ke-empat dan lebih banyak terjadi
pada wanita bila dibandingkan pria, juga lebih sering
terjadi pada rahang bawah dibandingkan rahang atas,
dengan letak regio yang terkena premolar dan molar
atau antrum pada maxila?
Epidemiologi COF belum jelas, hel ini
disebabkan lesi keciljarang menyebabkan gejala dan
hanya dapat dideteksi dengan pengujian radigratis,
sedangkan pada lesi yang besar_mengakibatkan
suatu benjolan tanpa rasa sakit di daerah tulang
yang terkena.’ Lesi tersebut dapat menyebabkan
wajah asimotris.
LAPORAN KASUS
Seorang perempuan usia_ 18 tahun,
datang ke poli Bedah Mulut RSUP Dr. Sardiito
Yogyakarta dengan keluhan benjolan pada dagu,
yang menyebabkan wajah menjadi asimetris. Dari
‘anamnesa, benjolan tersebut telah lama ada sejak 3
tahun yang lalu, mengganggu fungsi pengunyahan,
makin ama makin membesar sehingga mengganggu
penampilan walaupun tidak dirasakan adanya
kelunan sakit
Pemeriksaan fisik penderita dan laboratorium
rutin serta foto thorax dalam batas normal.
Pemeriksaan extra oral tampak wajah asimetris,
benjolan pada regio mandibula depan sebesar 4x3x3
cm (Gambar 1). Pemeriksaan intra oral didapatkan
benjolan pada regio vestibulum 321 12845 dengan
uukuran 3x2x2 cm, warna sama dengan jaringan
sekitar, konsisiensi keras, tidak ada krepitasi ataupun
fluktuasi, nyeri tekan negaiif, gigi 21 12 tampak tiping
kearah mesial (Gambar 2 & 3)
Pemeriksaan Subjektif: Pasien perempuan
berumur 18 tahun datang ke poli Bedah Mulut RSUP-
Dr. Sardito Yogyakarta pada tanggal 10 Juni 2009
dengan kelunan ulama terdapat benjolan pada
rahang bawah regio anterior sebelah bukal, tidak
terasa sakit telapi dirasakan mengganggu karena
makin lama makin besar. Benjolan sudah mulai
girasakan oleh pasien kurang lebih 3 tahun yang
lalu dan semakin hari semakin membesar. Tiga
bulan sebelumnya pasien pernah_memerksakan
ke Puskesmas dan di rujuk ke RSUD Wonosari dan
disarankan untuk berobat ke RSUP Dr. Sarit.
Pomeriksaan Objekt: 1. Status Generalis:
Kesadaran umum balk, gizi cukup, berat badan 52
kg, tinggi badan 155 cm, kesadaran compos ments.
Vital signs T: 120/80 mmHg, N : 84 ximenit, R= 20x/
menit, afebris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
52
ISSN: 1978-0206
anemis, ekstremitas tidak ada kelainan; 2, Status
Lokalis: a. Ekstra Oral: Muka asimetris, benjolan di
dagu ukuran 4x3x3 om, Limponi teraba, pipi dalam
batas normal, bibir dalam batas normal, hidung
dalam batas normal; b. Intra Oral: Terdapat benjoian
sebelah bukal dan lingual pada mandibula depan
dengan ukuran 3x2x2 om, Palpasi keras, tidak nyeri
tekan, warna menyerupai jaringan sekitar,fluktuasi
negatit, OHIS jelek (Gambar 2)
Pemeriksaan Penunjang. Hasil rongent OPG:
terithat area radiolusen batas tegas pada mandibula
depan yang memberi kesan sebagai gambaran
suatu tumor (Gambar 8). Gambaran CT-Scan MSI
terlinat tulang mancibula teresobrsi bagian anterior
(Gambar 4), Hasil rongent thorax: pulmo normal
dengan cardiomegali. Pada punksi tampak cairan
warna kuning keruh, Kristal kolesterol negatif. Hasil
Biopsi: COF.
Diagnosis: COF. DD: 1. Fibrous Displasia; 2.
CEOT (Cakcifying Ephithelial Odontogenic Tumor);
3. AOT (Adenomatoid Odontogenic Tumo).** Tx:
Enukleasi dah pemasangan Bridging Plate dengan
Anestesi Umum,
PENATALAKSANAAN KASUS
Dari semua pengamatan dan pemeriksaan
penderita direncanakan untuk dilakukan enukleasi
danpemasanganbridging plate denganpertimbangan
lesi cukup besar.
Jalannya Perawatan. Pre Operasi: Satu
hari menjelang operasi, pasien dipondokkan guna
persiapan operasi. Dilakukan konsultasi ke Bagian’
‘Anesthesia dengan instruksi: puasa 8 jam sebelum
operasi. Profilaksis 1 jam menjelang operasi dengan
pemberian antibiotika per injeksi
Jalannya Operasi. Dalam stadium teranestesi
ilakukan tindakan aseptik dan antiseptik ekstra
ral maupun intra oral dengan larutan povidon
iodine 10%, Pemasangan duk ster, pemasangan
oropharing pack dan mouth gauge. Dilakukan insisi
Ekira Oral 2 mm di bawah margo inferior mandibula
menelusuri tulang, incisi dilakukan lapis demi lapis
sampai tulang, semua jaringan di pisahkan (Gambar
5.a). Incisi Intra Oral pada mukosa gingiva sebelah
bukal dan lingual pada regio 654921 1123456.
Jaringan tulang dibuka dari ara bukal dengan
fissure burdan kemudian diperbesar dengan rongeur
forceps, tulang yang sudah tipis pada sebelah bukal
diambil sampai terlinat jaringan massa dengan jelas.
Enukleasi dengan menggunakan rasparatorium dari
pinggir tumor yaitu kapsul dipisahkan dari tulang,
Seluruh kapsul diambil, ruang bekas tumor diperiksa
dan pastikan jaringan tumor sudah terangkat semua
(Gambar 5.b). Gigi yang terinfeksi dan terlibat di
cabut dan tulang di potong dengan menyisakan
agian margo inferior mandibula (Gambar 5.0).‘Maj Ked Gi, Juni 2009; 16(1): 51-56
Dilakukan penghalusan tulang yang tajam dengan
knabel, bone file dan bur Frasser. Pemasangan
bridging plate mandible tipe Straigh 16 hole dan
Screw 4 buah antara regio 654321 1123456 untuk
‘menjaga kontinuitas tulang (Gambar 6.4). Dilakukan
pembersihan daerah operasi. Luka bekas insisi di
jahit lapis demi lapis, dengan mengembalikan flap
‘mukosa pada keadaan semula. Pemasangan drain
kassa Ektra Oral sepanjang luka incisi dari Intra Oral,
periksa perdarahan, oropharing pack diambil dan
jaringan tumor dikirim ke bagian patologi anatomi
Untuk dilakukan Biopsi.
Perawatan Pasca Operasi. Setelan pasien
sadar penuh dipindahkan ke bangsal, diinstrusikan
untuk pemeriksaan vital signs tiap 2 jam, perdarahan
dan kesadaran. Diberikan obat-obatan meliputi
antibiotik, anaigetik, anti inflamasi, roburantia dan
‘bat kumur. Diinstruksikan diet cair selama dua
hari, jika memungkinkan pada hari ketiga diberikan
diet lunak dan obat injeksi diganti obat oral. Pada
hari keempat drain diambil seluruhnya. Pasien
dipondokkan selama lima hari dan dianjurkan hari
berikutnya untuk rawat jalan. Pada hari ketujuh
pasca operasi dilakukan pengangkatan jahitan. Pada
tiga puluh hari pasca operasi, Iuka operasi sudan