You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari: lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar
ridge’ dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
membatasi rongga mulut.1
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis
oleh pipi, palatum keras, palatum lunak dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian
lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi
dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran
mukosa yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot
businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara
kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada
bagian bibir.1
Penisilin merupakan kelompok antibiotik yang ditandai oleh adanya cincin
β-laktam dan diproduksi oleh beberapa jamur (eukariot) yang terdiri dari genus
Penicillium dan Aspergillus, serta oleh beberapa prokariot tertentu. Sifat unik
pada masing-masing penisilin ditentukan oleh adanya rantai samping yang
berbeda-beda. Secara kimiawi penisilin tergolong dalam antibiotik β-laktam.2
Pemberian antibiotika dalam perawatan penyakit periodontal dapat
dilakukan secara sistemik maupun lokal. Secara sistemik pemberian antibiotika
menguntungkan karena melalui serum, obat didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh termasuk dalam poket. 3
Penisilin banyak dipakai baik untuk penyakit infeksi dalam rongga mulut
maupun penyakit infeksi pada bagian tubuh yang lain. Penisilin bersifat bakterisid
dengan aktifitas kerja merusak dinding sel bakteri. Penisilin dikenal sebagai first
line antibiotic karena penisilin mempunyai kemampuan melawan sebagaian besar

1
2

bakteri penyebab infeksi. Banyak bakteri yang peka terhadap penisilin, kecuali
bakteri yang memproduksi enzim β-laktamase, karena cincin β-laktam yang
terdapat pada struktur kimia penisilin dirusak oleh enzim tersebut sehingga
penisilin menjadi tidak aktif. Penisilin termasuk antibiotika berspektrum luas.
Penisilin efektif terhadap bakteri penyebab periodontitis, yaitu golongan
porphyromonas, fusobacterium maupun prevotella. Derivat penisilin yang banyak
digunakan dalam perawatan penyakit periodontal adalah amoksisilin. Amoksisilin
merupakan antibiotika semi sintetik. Spektrum antibiotikanya lebih luas dibanding
penisilin, efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Amoksisilin
bermanfaat sebagai antibiotika penunjang pada kasus refractory maupun juvenile
periodontitis. 3
Konsep pemberian antibiotika secara sistemik dalam perawatan penyakit
periodontal dilandasi teori bahwa konsentrasi obat antibiotika pada poket
periodontal mampu membunuh bakteri spesifik yang dianggap sebagai
penyebabnya. Pertimbangan lain adalah bahwa perawatan mekanis saja tidak
cukup untuk menghilangkan bakteri yang berada pada dasar poket, epitel gingiva
dan sementum.4
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rongga Mulut


2.1.1 Rongga Mulut
Mulut atau rongga mulut merupakan pintu masuk dari traktus
gastrointestinal. Rongga mulut adalah tempat permulaan bagi proses digestif
mekanis yaitu dengan cara masktikasi dan juga proses digestif kimiawi melalui
enzim yang terdapat dalam saliva. Hampir seluruh bagian dari rongga mulut
dilapisi dengan epithelial yaitu dari jenis nonkeratinized stratified squamous
epithelial yang berfungsi untuk melindungi dari aktifitas yang abrasif sewaktu
proses digestif. Lapisan ini sentiasa dilembapi dengan sekresi saliva secara terus
menerus.4

Gambar 2.1 Rongga Mulut Manusia4


4

Rongga mulut dibatasi secara anterior oleh gigi dan lidah sementara secara
posterior oleh oropharynx. Batas superior dibentuk oleh soft palate dan hard
palate. Lantai atau permukaan bawah rongga mulut dibentuk oleh mylohyoid
muscle yang dilapisi dengan membran mukosa. Lidah hanya melekat pada
mylohyoid muscle dan bukanlah batas dari permukaan bawah rongga mulut.4
2.1.2 Pipi, Bibir dan Palatum
Dinding lateral dari rongga mulut dibentuk oleh pipi dan dilapisi secara
keseluruhan oleh kulit dan mengandungi buccinator muscles. Buccinator muscles
akan menekan pipi terhadap gigi supaya makanan solid tetap berada pada
tempatnya sewaktu proses mengunyah. Selain itu, pada permukaan luar juga
mengandungi kelenjar rambut dan kelenjar keringat.4
Permukaan pipi sebelah dalam juga dilapisi mukosa yang melekat erat
dengan struktur otot di bawahnya. Permukaan pipi dekat area gigi molar 2 rahang
atas terdapat duktus (pintu keluar kelenjar air liur besar parotis). Hal ini dapat
menyebabkan banyaknya karang gigi di daerah tersebut. Daerah ini juga sering
ditemui sisi makanan terselip sehingga tertinggal antara pipi dan gigi. Hal inilah
yang dapat menyebabkan karies gigi. Apalagi, posisi gigi belakang yang tidak
harmonis dapat mengakibatkan terjadinya gigitan berulang pada permukaan dalam
pipi. Secara klinis hal ini dapat dilihat dengan adanya garis horizontal berwarna
keputihan. Pipi terminasi pada bibir atau labia yang membentuk bagian anterior
dari rongga mulut.4
Bibir dibentuk oleh orbicularis oris muscle dan dilapisi oleh keratinized
stratified squamous epithelium. Bibir memberikan warna kemerahan karena suplai
darah yang banyak oleh pembuluh darah superfisial dan juga kurangnya jumlah
keratin pada lapisan epithelial luar. Permukaan bagian dalam bibir memiliki
lapisan epitel tipis dan agak cembung karena mengandung beberapa kelenjar air
liur kecil.4
5

Profil bibir atas dan bawah dapat menjelaskan kelainan gigi yang terjadi.
Misalnya, pada maloklusi kelas II atau disebut juga profil wajah burung
dengankondisi gigi atas lebih maju daripada gigi bawah (lebih dari empat
milimeter). Hal ini dapat menyebabkan terjepitnya bibir bawah di antara gigi atas
dan bawah. Namun dapat diatasi dengan perawatan ortodontik atau bedah rahang.4
Palatum membentuk bagian atas dari rongga mulut dan berfungsi sebagai
pelindung untuk memisahkan ia dari rongga hidung. Dua per tiga dari bagian
anterior palatum adalah keras dan bertulang yang dikenal sebagai hard palate
manakala satu per tiga dari bagian posterior adalah lunak dan berotot yang dikenal
sebagai soft palate. Hard palate dibentuk oleh palatum processes of maxillae dan
horizontal plate of palatine bones. Hard palate dilapisi oleh jaringan ikat padat
dan nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lengkung pada soft palate
terdiri dari otot skeletal dan dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous
epithelium.
Palatum durum atau hard palate menutupi sebagian besar langit-langit
mulut kita dan berperan penting dalam sistem pengunyahan. Fungsinya selain
memperjelas ucapan kita juga memperkuat melekatnya gigi tiruan. Torus
palatinus yaitu tonjolan di tengah-tengah palatum dengan ukuran yang bervariasi
sering terjadi. Hal ini selain menimbulkan rasa tidak nyaman saat pemakaian gigi
tiruan juga menyulitkan saat pemasangannya. Palatum molle atau soft palate
membagi dua daerah faring. Faring mengatur aliran udara melalui mulut dan
hidung saat bernafas dan berbicara.4
Terdapat tonjolan berbentuk kon di medial dan mengarah ke inferior yang
dikenal sebagai uvula. Sewaktu proses menelan makanan, soft palate dan uvula
akan terangkat ke atas untuk menutup pintu posterior dari nasopharynx supaya
mengelakkan dari bahan yang ingin ditelan masuk ke dalam ruangan nasal.4
6

2.1.3 Lidah
Lidah merupakan organ aksesori dari sistem digestif yang dibentuk oleh otot
skeletal dan dilapisi oleh stratified squamous epithelium. Pada permukaan
superior lidah terdapat papila yang mengandung banyak reseptor untuk perasa.
Hanya filiform papillae yang dilapisi oleh keratinized stratified squamous
epithelium manakala bagian lain dari lidah dilapisi seluruhnya oleh
nonkeratinizedstratified squamous epithelium. Selain untuk perasa, lidah juga
berperan dalam pembentukan suara dan membantu dalam proses mengunyah.
Lidah akan mencampurkan bahan yang telah dimakan dan kemudian akan
menekannya pada palatum supaya menjadi bolus agar mudah untuk ditelan.4
Warna lidah yang sehat adalah merah terang, dengan permukaan yang tidak
rata karena keberadaan papilla. Didalam papilla pengecapan ditemukan satu atau
lebih tunas pengecapan, mempunyai diameter 50 µm dan dibangun dari 50 sel
berbentuk panjang, yang berakhir dengan mikrovili di dalam pori pengecapan.
Ada 4 jenis papilla pada lidah yaitu:5,6
1. Filiform
2. Fungiform
3. Foliate
4. Vallatae: papilla terbesar, ada di cekungan berbentuk Vdi 1/3 lidah bagian
belakang.
Semua papilla tersebut memiliki kuncup pengecap, kecuali papilla vallatae
yang hanya berfungsi untuk membantu “memegang” makanan. Selain berfungsi
sebagai kuncup pengecap, papilla juga membantu untuk “memegang” makanan.
Manusia terlahir dengan kurang lebih 10.000 kuncup pengecap. Namun seiring
dengan beratambahnya usia, sebagai kuncup pengecapnya mengalami atrofi atau
mati. Kuncup pengecap dapat membuat kita dapat menentukan apakah suatu
makanan berasa manis, asam, pahit atau asin. Adapun bagian-bagian lidah dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:5
7

Gambar 2.2 Bagian-bagian Lidah5

Lidah dapat dibagi menjadi dua area. Area dua per tiga yang berbentuk V
terdiri dari tonjolan-tonjolan kecil yang disebut papilla. Papilla-papilla ini
mengandung saraf dan organ pengecap (taste bud). Daerah ini memerlukan
pembersihan dengan cara penyikatan dan berkumur untuk membersihkan sisa
makanan yang tidak terlihat. Bila dibiarkan maka dapat terbentuk lapisan jamur
atau plak yang tebal. Cekungan berupa garis terkadang muncul di tengah
permukaan lidah. Bagian satu per tiga belakang lidah biasanya berwarna lebih
pucat, mengandung jaringan limfoid menghadap faring.5,6
Jika lidah diangkat, pada bagian bawah lidah akan terlihat lapisan tipis yang
disebut frenulum yang menyambungkan lidah dengan dasar mulut tepat di
tengahnya. Kadang terjadi di mana frenulum terlalu pendek dan ketat sehingga
tidak dapat mengangkat lidah, termasuk pembersihan gigi bawah juga menjadi
sulit. Hal ini biasanya diatasi dengan pengguntingan melalui pembedahan.5,6
Mekanisme kerja lidah yaitu tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel
yang memiliki rambut berukuran mikro yang sensitive, disebut mikrovilli.
Rambut-rambut super mini ini pada saat berkontak dengan makanan akan
mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan
tersebut dan menentukan rasa dari makanan yang kita makan.5,6
8

2.1.4 Gigi
Gigi berperan dalam mastikasi atau mengunyah makanan yang merupakan
bagian dari proses digestif mekanis. Menurut bentuknya, gigi terbagi menjadi dua
jenis yaitu homodontal dan heterodontal. Homodontal merupakan bentuk gigi
geligi yang sama dalam satu rongga mulut. Bentuk tersebut terdapat pada
makhluk hidup seperti ikan dan burung. Sedangkan gigi geligi manusia termasuk
jenis heterodontal karena memiliki gigi geligi dengan berbagai bentuk dan
fungsi.4

Gambar 2.3 Jenis-jenis Gigi Manusia2

Terdapat empat jenis gigi manusia yaitu gigi insisif, gigi kaninus, gigi
premolar dan gigi molar. Fungsi gigi insisif adalah memotong atau mengiris
makanan, gigi kaninus adalah untuk merobek makanan, gigi premolar berfungsi
untu merobek dan menggiling makanan dan yang terakhir yaitu gigi molar
berfungsi untuk mengunyah dan menggiling makanan.4
Gigi seri dan gigi taring memiliki empat permukaan sementara gigi geraham
besar dan kecil memiliki lima permukaan. Masing-masing permukaan gigi
berbeda, maka berbeda pula bentuk anatomisnya. Sehingga hal ini menjadi ciri
khas masing-masing gigi.4
9

Gambar 2.4 Struktur Gigi Manusia4

Gigi terdiri dari dua bagian besar yaitu akar dan mahkota. Mahkota gigi
diselubungi lapisan sementum. Kedua lapisan ini bertemu pada cemento-enamel
junction berupa garis pada leher gigi. Pada gigi orang dewasa yang sehat, garis ini
berada di bawah atau tertutup oleh area perlekatan gusi. Jadi secara klinis atau
yang tampak oleh mata, mahkota gigi adalah bagian gigi yang berada di atas area
perlekatan gusi. Sementara secara anatomis, atau sesungguhnya batas mahkota
gigi masih diteruskan berada di bawah area perlekatan gusi.4
Panjang mahkota gigi yang tampak oleh mata sangat bervariasi, tergantung
letak area perlekatan gusi. Penyikatan gigi yang berlebihan dapat mengakibatkan
turunnya area perlekatan gusi, sehingga gigi tampak lebih panjang. Sedangkan
mahkota gigi akan tampak lebih pendek pada pemakaian gigi yang berlebihan.4
10

2.1.5 Gingiva
Gingivae atau gusi terdiri dari dense irregular connective tissue yang
dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium yang menutupi
alveolar processes pada rahang atas dan bawah serta meliputi leher bagian gigi.
Permukaan internal bibir atas dan bawah kedua-duanya melekat pada gusi pada
lipatan tipis di bagian garis tengah yang dikenal sebagai labia frenulum.4
Gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi.
Gingiva yang mengelilingi leher gigi direkatkan oleh cincin yang disebut
junctional epithelium. Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda,
tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna
merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di
bawahnya.4
Gingiva dibagi menjadi tiga area yaitu area paling atas disebut free
marginalgingiva yaitu gingiva yang tidak melekat pada tulang alveolar. Di
bawahnya adalah attached gingiva, yaitu area gingiva yang melekat pada tulang
alveolar dengan lebar yang bervariasi. Interdental gingiva adalah bagian gingiva
yang berada di antara gigi. Sulkus gingiva pula adalah kantung yang berjalan dari
marginal gingiva sampai junctional epithelium.4
Serat periodontal adalah penyambung akar gigi dengan tulang alveolar yang
mengandung serat kolagen, sel saraf, dan pembuluh darah. Serat ini berfungsi
untuk memegang gigi dan tempat perlekatannya tersebar merata di sepanjang
sementum akar gigi.4
2.1.6 Air Liur
Air liur atau saliva merupakan campuran berbagai cairan yang terdapat
dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor.
Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam mulut, sehingga diperlukan
dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah
plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya
lubang gigi atau karies. Semakin asam, semakin mudah terjadinya karies gigi.1,4
11

2.2 Penisilin
Penisilin merupakan kelompok antibiotik yang ditandai oleh adanya cincin
β-laktam dan diproduksi oleh beberapa jamur (eukariot) yang terdiri dari genus
Penicillium dan Aspergillus, serta oleh beberapa prokariot tertentu (Madigan dkk.,
2000). Sifat unik pada masing-masing penisilin ditentukan oleh adanya rantai
samping yang berbeda-beda. Secara kimiawi penisilin tergolong dalam antibiotik
β-laktam. Penisilin diproduksi oleh berapa jenis jamur, seperti jamur Penicillium
notatum, Penicillium chrysogenum, serta beberapa jenis jamur yang tergolong di
dalam genus Streptomyces. Penicillium chrysogenum merupakan salah satu
mikroorganisme yang penting di bidang industri, khususnya untuk menghasilkan
penisilin yang merupakan salah satu antibiotik komersial.2
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penisilin adalah sebagai berikut:
- Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host).
- Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
- Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
- Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-
positif dan bakteri Gram-negatif.
- Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan
dalam jangka waktu yang lama.
- Tetap aktif di dalam plasma, cairan badan, atau eksudat.
- Larut di dalam air dan bersifat stabil.
- Bacteriosidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama.2

Penisilin dapat dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu: 2


- Penisilin alami, seperti Penisilin G (Benzylpenicillin) dan Penisilin V
(Phenoxymethylpenicillin) yang diproduksi melalui fermentasi Penicillium
chrysogenum, yang efektif melawan Streptococcus, Gonococcus, dan
Staphylococcus. Penisilin G dan Penisilin V termasuk ke dalam spektrum
sempit (narrow spectrum) karena tidak efektif melawan bakteri Gram-
negatif.
12

- Penisilin biosintetik, diproduksi dengan cara melakukan rekayasa pada


penisilin untuk menghasilkan penisilin yang mampu melawan aktivitas
bakteri Gram-negatif.
- Penisilin semisintetik, banyak dari campuran ini telah dikembangkan
untuk mempunyai keuntungan atau manfaat yang berbeda dari Penisilin G,
seperti spektrum aktivitas ditingkatkan (efektivitas melawan bakteri Gram-
negatif).

2.3 Hubungan Antara Bakteri Penyebab Infeksi Gigi dan Penisilin


Secara umum bakteri dikategorikan dalam dua kelompok besar, yaitu
bakteri Gram positif, dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif dan negatif
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu aerob dan anaerob. Kuman Gram positif
aerob yang sering dihadapi di praktik adalah kuman Staphylococcus dan
Streptococcus. Kuman Gram positif aerob ini sensitif terhadap antibiotik golongan
penisilin, sefalosporin, dan eritromisin. Kuman Gram positif anaerob seperti
Clostridium tetani dan Clostridium botulinum peka terhadap antibiotik golongan
penisilin dan metronidazol. Kuman Gram negatif aerob seperti Neisseria
gonorrhoeae, Neisseria meningitidis, Klebsiella, Enterobacter, Escherichia coli,
Pseudomonas, Salmonella, dan lainnya, dapat dilawan dengan antibiotik seperti
penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan sefalosporin. Sedangkan kuman Gram
negatif anaerob seperti Bacterioides dan Fusobacterium dapat diberikan
linkomisin dan klindamisin, metronidazol, serta kombinasi amoksisilin-asam
klavulanat adalah antibiotik yang masih sensitif terhadap kuman-kuman ini.7
Infeksi odontogenik akut adalah salah satu infeksi yang dapat ditatalaksana
dengan penisilin. Abses odontogenik adalah infeksi yang melibatkan banyak
bakteri meliputi berbagai bakteri fakultatif anaerob seperti Streptococcus viridans
dan Streptococcus anginosus, serta bakteri obligat anaerob seperti spesies
Prevotella dan Fusobacterium. Secara umum, organisme yang ditemukan pada
abses alveolar, abses periodontal dan pulpa nekrotik adalah bakteri Gram positif
aerob dan bakteri anaerob. Penisilin merupakan antibiotik yang sensitif terhadap
golongan kuman tersebut.7
13

You might also like