You are on page 1of 20

Pendahuluan

Kelenjar prostat adalah kelenjar dari sistem reproduksi laki-laki, yang terdiri dari testis,
skrotum, penis dan organ seks aksesori lainnya . Kelenjar prostat , kecil licin – berukuran sebesar
kenari dan terletak di leher kandung kemih dan di depan rectum (daerah anus ) dan mengelilingi
uretra (saluran kencing. Prostat menghasilkan cairan putih seperti susu yaitu semen , yang akan
ditambahkan ke sperma selama ejakulasi. Vesikula seminalis yang terletak tepat di atas prostat
merupakan dua kelenjar kecil yang mengeluarkan sekitar 60% dari zat yang membentuk air mani.
Sedangkan pada sisi prostat terletak saraf yang mengontrol fungsi ereksi.

Kanker prostat merupakan keganasan urologi pada laki-laki yang sering terjadi dan
berpotensi mematikan selama beberapa tahun terakhir. Kanker prostat adalah keganasan yang
terjadi di dalam kelenjar prostat. Kanker prostat ini dipercayai terjadi perubahan sangat kecil
dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat. Penyebab kanker prostat belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa factor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita kanker
prostat, diantaranya adalah factor usia, Ras, diet dan gaya hidup, riwayat keluarga, mutasi genetic
dan merokok.

Gejala biasanya muncul ketika tumor penyebabkan obstruksi (penyumbatan) kemih di


leher kandung kemih atau uretra. Tanda dan gejalanya adalah sering BAK terutama pada malam
hari, kesulitan dalam memulai dan menghentikan aliran kemih, nyeri buang air kecil, lemah atau
terganggu aliran urin (retensi urin), perasaan tidak lampias ketika berkemih. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah dengam pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan kadar PSA, TRUS dan
melakukan CT scan atau MRI. Kanker prostat memiliki angka kesintasan yang baik. Angka
kesintasan keseluruhan 5-tahun , 10 tahun, dan 15 tahun secara berturut adalah 100%, 98%, dan
95%.
Pembahasan

Anatomi Kelenjar Prstat

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di depan rektum
dan membungkus uretra posterior. Dalam bentuk normal, bentuknya seperti buah kenari, letaknya
mengelilingi uretra pars prostatika dan diantara leher kandung kemih serta diafragma urogenitalis.
Apeks prostat terletak diatas sfingter uretra externa kandung kemih. Dianterior berbatasan dengan
simfisis pubis namun dipisahkan oleh lemak extraperitoneal pada rongga retropubis. Di posterior
prostat dipisahkan dari rectum oleh fassia denonvilliers. 1 Prostat memiliki kapsula fibrosa yang
padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian
superior dari prostat berhubungan dengan vesika urinaria, sedangkan bagian inferior bersandar
pada diafragma urogenital.

Secara makroskopis kelenjar prostat dibagi menjadi lima buah lobus, yaitu lobus anterior
atau istmus yang terletak didepan uretra dan menghubungkan lobus dexter dan lobus sinister.
Bagian ini tidak mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos. Lobus medius yang terletak
diantara uretra dan ductus ejaculatorius. Banyak mengandung kelenjar dan merupakan bagian
yang menyebabkan terbentuknya uvula vesicae yang menonjol kedalam vesica urinaria bila lobus
ini membesar. Sebagai akibatnya dapat terjadi bendungan aliran urin pada waktu berkemih. Lobus
posterior yang terletak dibelakang uretra dan dibawah ductus ajakulatorius. Lobus lateralis yang
2-4
terletak di sisisi kiri dan kanan uretra. Fungsi kelenjar prostat adalah menghasilkan cairan tipis
seperti susu yang mengandung asam sitrat dan asam fosfatase. Cairan ini ditambahkan pada cairan
semen pada waktu ejakulasi. Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , sekret yang
berasal dari banyak kelenjar postat diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostata
bersifat alkalis dan membantu menetralkan suasana asam didalam vagina.3

Vaskularisasi pada prostat berasal dari arteri dan vena. Arteri vesikal inferior, arteri
pudendal interna, dan arteri hemoroid menyuplai darah ke prostat. Sedangkan vena dari prostat
akan berlanjut ke pleksus periprostatik yang terhubung dengan vena dorsal dalam dari penis dan
vena iliaka interna. Persarafan pada prostat didapat dari inervasi simpatis dan parasimpatis dari
pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus menerima masukan serabut simpatis dari nervus
hipogastrikus (T10-L2) dan parasimpatis dari korda spinalis (S2-4). Stimulasi simpatis
menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke uretra posterior seperti saat ejakulasi, sedangkan
rangsangan parasimpatis meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat

Histologi Kelenjar Prostat

Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang.


Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika. Prostat mempunyai tiga zona yang berbeda.
Pertama adalah zona sentral yang meliputi 25% dari volume kelenjar. Kedua adalah zona perifer
yang meliputi 70% dari volume kelenjar dan merupakan tempat predileksi timbulnya kanker
prostat. Ketiga adalah zona transisional yang merupakan tempat asal sebagian besar hiperplasia
prostat jinak. Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau kuboid.
Stroma fibromuskular mengelilingi kelenjar-kelenjar. Prostat dikelilingi suatu simpai fibroelastis
dengan otot polos. Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan membaginya dalam lobus-lobus
yang tidak berbatas tegas pada orang dewasa.

Definisi Kanker Prostat

Kanker prostat merupakan keganasan urologi pada laki-laki yang sering terjadi dan
berpotensi mematikan selama beberapa tahun terakhir. Kanker prostat adalah keganasan yang
terjadi di dalam kelenjar prostat. Kanker prostat ini dipercayai terjadi perubahan sangat kecil
dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat. Kanker prostat berkembang di prostat seorang
pria,kelenjar kenari berukuran tepat di bawah kandung kemih yang menghasilkan beberapa cairan
dalam air mani. Karsinoma prostat merupakan keganasan yang terbanyak diantara keganasan
sistem urogenitalia pria. Tumor ini menyerang pasien yang berusia di atas 50 tahun, diantaranya
30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. 5 Kanker prostat
sering tumbuh sangat lambat dan tidak dapat menyebabkan kerusakan signifikan. Tetapi beberapa
jenis lebih agresif dan dapat menyebar dengan cepat tanpa pengobatan. Kasus prostat yang
bengkak umum terjadi di kalangan pria paruh baya dan lanjut usia, namun sebagian besar kasus
yang terjadi merupakan hiperplasia jinak (peningkatan jumlah sel yang tidak normal). Sel-sel
kanker dapat metastasis (menyebar) dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan
kelenjar getah bening. kanker prostat dapat menyebabkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil,
masalah selama hubungan seksual, atau disfungsi ereksi.
Epidemiologi

Kanker prostat saat ini merupakan jenis keganasan non-kulit yang terbanyak di negara
barat atau keganasan tersering ke 4 pada pria di seluruh dunia setelah kanker kulit, paru dan usus
6
besar. Di tahun 2030, diperkirakan angka kejadian dan mortalitas kanker prostat meningkat
sampai 1.700.000 dan 499.000 sebagai hasil pertumbuhan populasi global dan peningkatan angka
harapan hidup.7 Bentuk keganasan prostat yang tersering adalah Adenokarsinoma prostat, bentuk
lain yang jarang adalah: sarkoma (0,1-0,2%), karsinoma sel transisional (1-4%), limfoma dan
leukemia. Oleh karena itu bila kita membicarakan Kanker prostat berkonotasi sebagai
Adenokarsinoma prostat. Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker prostat
ditemukan pada stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival rate) 5 tahun
mendekati 100%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu, yang hanya
mencapai 69%. Barnes pada tahun 1969 menemukan angka kesintasan 10 tahun dan 15 tahun
untuk Kanker prostat stadium dini hanya sebesar 50% dan 30%.7 Rasio insidensi terhadap
mortalitas sebesar 5.3 pada tahun 2000. Angka mortalitas juga berbeda pada tiap negara, yang
tertinggi di Swedia (23 per 100.000 penduduk) dan terendah di Asia (< 5 per 100.000 penduduk).
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-tahun. Di Indonesia,
jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan (Jakarta, Surabaya dan Bandung)
selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun. Stadium penyakit
tersering saat datang berobat adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer yang
terbanyak dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1 %, obat hormonal 182 (18%), prostatektomi
radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan
kombinasi. Modalitas diagnostik yang digunakan terutama biopsi 57.9%. 8 Di RSCM dan RS
Kanker Dharmais terdapat peningkatan jumlah penderita tahun 2001-2006 sebanyak dua kali
dibandingkan tahun 1995 – 2000, dengan jumlah penderita rata-rata pertahun adalah 70- 80 kasus
baru/tahun. Insidens tersering ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun dan jarang ditemukan pada
usia kurang dari 40 tahun.7 Selama periode Januari 1995 sampai dengan Desember 2007 terdapat
610 penderita kanker prostat di kedua rumah sakit tersebut, 110 penderita mendapat pengobatan
dengan tujuan kuratif. Prostatektomi radikal dilakukan terhadap 43 penderita dengan median usia
63 tahun, dan 67 penderita lainnya dengan median usia 70 tahun menerima pengobatan External
Beam Radical Therapy (EBRT). 7 Median survival adalah 101 bulan dan 85 bulan masingmasing
untuk penderita yang mendapat tindakan Prostatektomi Radikal dan EBRT. Angka survival 5
tahun adalah 68,4% dan 69,2%, masing-masing untuk penderita dengan pengobatan Prostatektomi
Radikal dan EBRT. Di RS. Hasan Sadikin Bandung, selama periode 2004-2010 didapatkan
penderita Kanker prostat sebanyak 318. Seratus sembilan puluh tiga kasus (60,7%) adalah organ
confined/locally advanced, 125 (39,3%) kasus yang telah bermetastasis. 72 penderita menjalani
terapi prostatektomi radikal.9 Di RSUD Moewardi Solo, periode 2000- 2006 didapatkan 30 kasus,
23 kasus masih terlokalisir sedangkan sisanya (7) kasus telah bermetastasis. Sebanyak 12 kasus
dilakukan Transurethral resection of the Prostate (TURP), 11 kasus TURP diikuti obat hormonal,
7 kasus TURP dengan orkidektomi dan obat hormonal.10 Berbagai laporan menunjukkan hingga
50% pasien kanker prostat dapat berkembang menjadi CRPC dalam 5 tahun pengobatan ADT.
Data di Indonesia mencapai 10% pasien dapat berkembang menjadi CRPC.Untuk kasus CRPC,
dibutuhkan suatu penanganan yang khusus.

Etiologi

Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang
dapat meningkatkan resiko seseorang menderita kanker prostat, diantaranya adalah factor usia,
Ras, diet dan gaya hidup, riwayat keluarga, mutasi genetic dan merokok. 7

1. Usia
Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi meningkat dengan
cepat pada usia di atasnya. Dua dari tiga kasus kanker prostat ditemukan pada pria usia 65
tahun. Hal ini disebabkan karena risiko penyakit pada usia lanjut meningkat seiring
dengan proses penuaan dan menurunnya berbagai fungsi fisiologis tubuh. Semakin lanjut
usia, risiko terjadinya kanker prostat meningkat secara bermakna. Pria pada usia 50 tahun
sekitar 33% memiliki tumor prostat kecil. Sedangkan pada usia 80 tahun sekitar 70% pria
dapat dibuktikan secara histopatologi memiliki kanker prostat. Menurut American Cancer
Society, pada umumnya, kanker prostat berkembang dengan perlahan.

2. Ras
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika Amerika di
Amerika dan laki-laki Karibia . Di Amerika Serikat, ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi
dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia maupun Hispanik.
3. Diet dan gaya hidup
Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan sedikit sayuran, rendah
tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai meningkatkan resiko terkena kanker prostat.
Diet tinggi kalsium juga berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat.
Hubungan kanker prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas
berhubungan dengan tingginya grading kanker prostat.
4. Riwayat keluarga
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat meningkatkan risiko
penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau saudara laki laki yang terdiagnosa
kanker pada usia 50 tahun memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma
prostat. Resiko meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki
laki yang memiliki dua atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
5. Mutasi Genetik
Berhubungan dengan mutasi BRCA19. atau BRCA2 dan sindrom Lynch
6. Merokok
Hubungan merokok dengan karsinoma prostat belum jelas. 9

Gejala

Pria dengan kanker prostat biasanya tidak menunjukkan gejala. Bagi yang menimbulkan
gejala, gejala–gejala yang bisa diperhatikan adalah:

1. Masalah berkemih 10
Tidak mampu berkemih,sulit memulai/menghentikan kencing, aliran urin lambat,
aliran urin tersendat, rasa sakit/terbakar saat kencing
2. Sulit ereksi
3. Darah pada urin atau semen
4. Rasa sakit berkala pada punggung bawah, pinggul atau pangkal paha

Pemeriksaan Fisik

Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi dengan
colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok dubur berupa:
nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi
prostat.12 Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok
dubur saja, dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur
dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%. 6

Pemeriksaan Penunjang

1. PSA (Prostate Spesific Antigen)


Dalam penanganan penyakit keganasan, adanya penanda tumor merupakan hal
yang penting untuk pemantauan hasil diagnosis . Saat ini penanda tumor yang digunakan
11
sebgai baku emas adalah PSA. Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria
7
diagnosis dari Kanker prostat. PSA adalah serine-kalikrein protease yang hampir
seluruhnya diproduksi oleh sel epitel prostat. Pada prakteknya PSA adalah organ spesifik
namun bukan kanker spesifik. Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH,
prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal adalah variabel
yang paling bermakna dibandingkan colok dubur atau TRUS. 7 Sampai saat ini belum ada
persetujuan mengenai nilai standar secara internasional. Kadar PSA adalah parameter
berkelanjutan semakin tinggi kadarnya, semakin tinggi pula kecurigaan adanya Kanker
prostat. Nilai baku PSA di Indonesia saat ini yang dipakai adalah 4ng/ml. Semakin tinggi
nilai PSA, makin tinggi kemungkinan kanker prostat dan semakin tinggi derajat keganasan
kanker prostat.12
2. Transrectal Ultrasanography (TRUS) dan biopsy prostat
Pemeriksaan Transrectal Ultrasanography konvensional sudah rutin dilakukan
untuk memeriksa pasien dengan kelainan prostat, dan khususnya memberikan perubahan
besar dalam diagnosis dini serta penanganan kanker prostat. Selain untuk mengukur
volume prostat dan membimbing biopsy prostat, diperkirakan alat ini juga dapan
6
menentukan stadium T yaitu melihat adanya penetrasi kapsul. Namun demikian nilai
sensitifitas dan spesifisitas TRUS untuk hal ini lebih rendah dari pemeriksaan imajing lain
seperti CT SCAN atau magnetic resonance imaging(MRI) sehingga tidak dapat diandalkan
untuk penentuan stadium. Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat
tidak akan selalu terlihat. Grayscale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker
prostat secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi
area yang dicurigai. Namun biopsi daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi
informasi yang berguna.

Indikasi Biopsi

Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar PSA, kecurigaan


pada pemeriksaan colok dubur atau temuan metastasis yang diduga dari Kanker prostat.
Sangat dianjurkan bila biopsi prostat dengan guided TRUS, 6 bila tidak mempunyai TRUS
dapat dilakukan biopsi transrektal menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari.
Untuk melakukan biopsi, lokasi untuk mengambil sampel harus diarahkan ke lateral.
13-14
Jumlah Core dianjurkan sebanyak 10-12. Core tambahan dapat diambil dari daerah
yang dicurigai pada colok dubur atau TRUS. Tingkat komplikasi biopsi prostat rendah.
Komplikasi minor termasuk makrohematuria dan hematospermia. Infeksi berat setelah
prosedur dilaporkan <1% kasus.

Indikasi Ulang

 PSA yang meningkat dan atau menetap pada pemeriksaan ulang setelah 6 bulan12
 Kecurigaan dari colok dubur
 Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP)
 High Grade Prostatic intraepithelial (PIN) lebih dari satu core

Penentuan waktu yang optimal untuk biopsi ulang adalah 3-6 bulan.

TURP Diagnostik

Penggunaan TURP diagnostik untuk biopsi adalah tidak dianjurkan. Tingkat


deteksinya tidak lebih baik dari 8% dan merupakan prosedur yang tidak adekuat untuk
mendeteksi kanker.

Antibiotik

Penggunaan antibiotik oral atau intravena pra-biopsi merupakan keharusan dengan


menggunakkan golongan Kuinolon atau Sefalosporin.

Anastesi

Pemberian anestesi sangat dianjurkan. Pemilihan jenis anestesi berupa obat oral,
supposutoria, anestesi umum ataupun anestesi blok peri-prostatik dengan guided TRUS
15
tergantung dari pilihan operator, fasilitas dan pilihan/kondisi penderita. Pemberian gel
Lidokain 2% sebelum dimasukkannya probe akan menurunkan rasa nyeri di daerah
sfingter ani penderita.

CT SCAN/MRI

CT Scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonodi (N) yaitu pada pasien
yang menunjukan skor gleason tinggi (>7) atau kadar PSA tinggi. Dibandingkan dengan
ultrasonografi transrektal, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ekstrakapsular
atau vesikula seminalis.

Patofisiologi Ca Prostat

Penyebab Ca prostat belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan
bahwa Ca prostat terjadi karena ketidakseimbangan antara hormohormoneosteron dengan
estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses differensiasi dan proliferasi sel.
Differensiasi sel yang terganggu ini akan menyebabkan sel kanker. Penyebab lain yaitu adanya
factor pertumbuhan stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena
berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya Ca prostat.

Kanker akan menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan penekanan pada intravesikel untuk dapat
mengeluarkan urin pada buli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomic dari buli-buli berupa hipertrofi
detrusor , trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot
detrusor ini dinamakan fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien
sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower urinary tract symtomp (LUTS)
yang dahulu dikenal sebagai gejala prostatismus, dengan meningkatnya retensi uretra, otot
detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikel yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh
bagian buli-buli ureter atau terjadi refluk vesikoureter. Keadaan ini jika terjadi terus akan
menyebabkan hidroureter, hidronefrosis hingga terjadi batu ginjal.

Berkembangnya tumor secara terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra,
leher kandung kemih dan vesika seminalis. Ca prostat dapat juga menyebar meelalui jalur
hematogen yaitu tulang-tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan costa. Metastasis organ adalah
pada hati dan paru. Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin
diantara otot-otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain itu terdapat degenerasi
sel saraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat terjadi peningkatan sensitivitas pasca
fungsional, ketidakseimbangan neurotransmitter dan penurunan input sensorik, sehingga otot
detrusor tidak stabil.Karena fungsi ootot vesika tidak normal maka terjadi peningkatan residu urin
yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih bagian atas.
Penentuan Stadium

Setelah mendapatkan kepastian adanya kanker prostat dari pemeriksaan histopatologik


maka dilakukan penentuan stadium TNM(21) sebagai dasar untuk mempertimbangkan jenis
pengobatan dan prognosa penderita bersama dengan grade tumor dan nilai PSA. Penentuan
diagnosis utama dari Kanker prostat dengan colok dubur, pengukuran PSA, biopsi prostat dan
sidik tulang, ditambah dengan CT atau MRI dan foto foto thorak. Derajat Adenokarsinoma prostat
dengan sistem skor Gleason (modifikasi). Skor Gleason adalah salah satu parameter yang
memperkirakan adanya risiko rekurensi setelah prostatektomi. Skor Gleason adalah penjumlahan
dari derajat Gleason (Gleason grade) yang paling dominan dan kedua yang paling dominan.
Pengelompokan skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik ≤ 6, sedang/moderat 7 dan buruk (8-
10). 16

Stadium Tumor (T)

Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur. Bila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan CT/MRI.

Stadium tumor

 TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0


 T0 Tumor primer tak dapat ditemukan
 T1 Tumor yang tak dapat dipalpasi atau dilihat pada pemeriksaan pencitraan (tidak
terdeteksi secara klinis)
o T1a Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), < 5 % dar jaringan yang
direseksi
o T1b Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), > 5 % dari jaringan yang
direseksi
o T1c Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
 T2 Tumor terbatas di prostat
 T2a Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
 T2b Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak mengenai
kedua lobus
 T2c Tumor mengenai kedua lobus
 T3 Tumor menembus kapsul
 T3a Ekstensi ekstrakapsuler (unilateral atau bilateral)
 T3b Tumor mengenai vesicula seminalis Tumor terfiksasi atau mengenai
struktur yang berdekatan,
 T4 vesicula seminalis, seperti: kandung kemih, mm. levator dan/atau dinding
pelvis

Stadium kelenjar getah bening (N)

Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap keputusan terapi.
Cara terbaik untuk menentukan stadium N adalah dengan limfadenektomi, dengan operasi terbuka
ataupun laparoskopik.

Klinis

 Nx KGB regional tak dapat dinilai


 N0 Tak ada penyebaran KGB regional
 N1 Terdapat penyebaran KGB regional

Patologik

 pNx KGB regional tidak dapat dinilai


 pN0 Tidak ada penyebaran KGB negatif

Stadium Metastasis

Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosis metastasis tulang, bila tidak ada
fasilitas pemerikaan tsb dapat dicari dengan penilaian klinis, CT Scan, alkali fosfatase serum dan
bone survey. Pengukuran alkali fosfatase dan PSA secara bersamaan akan meningkatkan
efektivitas penilaian klinis sebesar 98%. Selain ke tulang, Kanker prostat dapat bermetastasis ke
organ lain umumnya ke KGB jauh, paru-paru, hepar, otak dan kulit. Pemeriksaan fisik, foto
thoraks, ultrasonografi, CT dan MRI adalah metode yang digunakan, terutama bila gejala
menunjukkan adanya kemungkinan metastasis ke jaringan lunak.

 Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai


 M0 Tak ada metastasis jauh
 M1 Terdapat Metastasis jauh
o M1a Metastasis KGB Non Regional
o M1b Metastasis ke tulang
o M1c Metastasis ke organ lain dengan/atau tanpa keterlibatan tulang

Staging tumor

 Stage 1 T1a-T2a N0 M0
 Stage 2 T2b-c N0 M0
 Stage 3 T3 N0 M0
 Stage 4 T4 N0 M0
Any T N1 M0
Any T Any N M1

Penatalaksanaan

Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu diperhatikan faktor – faktor
yang berhubungan dengan prognosis kanker prostat yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu
faktor – faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor prognostik klinis adalah
faktor – faktor yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan radiologi dan
biopsi prostat. Faktor klinis ini sangat penting karena akan menjadi acuan untuk mengidentifikasi
karakteristik kanker sebelum dilakukan pengobatan yang sesuai. Sedangkan faktor patologis
adalah faktor – faktor yang yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan evaluasi kesuruhan
prostat. Faktor – prognostik antara lain :

1. Usia pasien
2. Volume tumor
3. Grading atau Gleason score
4. Ekstrakapsular ekstensi
5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis
6. Zona asal kanker prostat
7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor dan lain – lain.
1. Active Monitoring

Penangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan penyakitnya apakah kanker


prostat tersebut terlokalisasi, penyakit kekambuhan atau sudah mengalami metastase. Selain
itu juga perlu diperhatikan faktor – faktor prognostik diatas yang sangat penting untuk
melakukan terapi kanker prostat. Untuk penyakit yang masih terlokalisasi langkah pertama
yang dilakukan adalah melakukan watchfull waiting atau memantau perkembangan penyakit. 7
Watchfull waiting merupakan pilihan yang tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup
kurang dari 10 tahun atau memiliki skor Gleason 3 + 3 dengan volume tumor yang kecil yang
memiliki kemungkinan metastase dalam kurun waktu 10 tahun apabila tidak diobati Sumber
lain menuliskan bahwa watchfull waiting dilakukan bila pasien memiliki skor Gleason 2 – 6
dengan tidak adanya nilai 4 dan 5 pada nilai primer dan sekunder karena memiliki resiko yang
rendah untuk berkembang. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat
diagnosis belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu parameter
untuk menentukan pilihan terapi.

Resiko Usia
>80 tahun 71-80 <70 tahun
Renda  Monitoring  Monitoring  Prostatektomi
h : T1a atau T1c dan aktif aktif radikal
gleason 2-5 dan  EBRT atau  EBRT atau

PSA<10 dan temuan Brakhite rapi Brakhiterapi

biopsy : unilateral perman en permanen


 Terapi  Monitoring
<50%
investigasiona aktif
 Terapi
l
investigasiona
l
Sedang: T: 1b, 2a  Monitoring  EBRT,  Prostatektomi
atau Gleason: 6, atau aktif Brakhiterapi radikal
3+4 atau PSA: < 10  EBRT,  EBRT,
permanen atau
atau Temuan biopsi: Brakhiterapi Brakhiterapi
kombinasi
Bilateral, <50% permanen atau  Prostatektomi permanen atau
kombinasi radikal kombinasi
 Terapi  Terapi  Terapi
investigasiona investigasiona investigasiona
l l l
Tinggi: T: 2b, 3a, 3b  Terapi  EBRT+terapi  EBRT+ terapi
atau Gleason: ≥ 4+3 hormonal hormonal (2-3 hormonal (2-3
atau PSA: 10-20 atau  EBRT+ter api thn) thn)
Temuan biopsi: > hormonal  Terapi  Prostatektomi
 Terapi
50% perineural, hormonal radikal +
investigasiona  Prostatektomi
ductal diseksi KGB
l radikal + pelvis
diseksi KGB  Terapi
pelvis investigasiona
 Terapi l
investigasiona  Terapi
l hormonal
Sangat tinggi: T: 4  Terapi  Terapi  EBRT+ terapi
atau Gleason: ≥ 8, hormonal hormonal hormonal
atau PSA: > 20, atau  EBRT+ terapi  EBRT+ terapi  Terapi

Temuan biopsi: hormonal hormonal hormonal


 Terapi  Prostatektomi  Prostatektomi
limfovaskuler ,
investigasiona radikal + radikal +
neuroendokri n
l diseksi KGB diseksi KGB
pelvis pelvis
 Sistemik  Terapi
terapi non sistemik+tera
hormonal pi hormonal
 Terapi
(kemoterapi)
multimodal
investigasi
onal

Prostektomi Radikal

Prostektomi radikal adalah mengangkat seluruh kelenjar prostat antara uretra dan buli-buli
termasuk juga reseksi kedua vesica semilunaris. Operasi ini dapat dilakukan secara terbuka
dengan pendekatan perineal, yang sudah diperkenalkan tahun 1905 atau pendekatan retropubik. 7
Belakangan ini juga sudah dilakukan secara laparoskopi bahkan dengan bantuan robot. Indikasi
utma prostektomi radikal adalah penderita dengan tumor yang masih terlokalisir (T1-2) dengan
resiko rendah atau menengah dengan harapan hidup saat didiagnosis >10 tahun; umumnya usia
maksimal adalah sekitar 75 tahun atau harapan hidup saat diagnosis <5 tahun . Modalitas ini
masih dapat dijadikan pilihan kedua setelah radioteratif definitive dengan penderita resiko tinggi
dan harapan hidup > 10 tahun. Pada penderita dengan harapan hidup saat diagnosis antara 5-10
tahun yang beresiko tinggi, pengobatan ini menjadi pilihan ketiga setelah radioterapi definitive
dan terapi hormonal

Radioterapi definitive
Dengan kemajuan teknologi peralatan radiasi antara lain three-dimentional conformal
radioteraphy (3D-CRT) dan bahkan akhir-akhir ini dengan tehnik intensity modulated
radiotheraphy (IMRT), maka modulitas radiasi eksterna ini menjadi sangat popular karena dapat
memberikan dosis radiasi lebih besar tanpa menambah efek samping. 7 Indikasi utamanya adalah
pada penderita dengan resiko menengah dan dengan harapan hidup saat diagnosis antara 5-10
tahun. Selain itu juga sebagai indikasi utama pada penderita dengan resiko tinggi dan harapan
hidup saat didiagnosis >5 tahun atau pada penderita dengan resiko tinggi dengan angka harapan
hidup saat didiagnosis >10 tahun, namun pada kedua kelompok ini perlu diberikan terapi
hormonal adjuvant selama 2-3 tahun. 7 Khusus pada penderita dengan stadium T3 terapi definitive
dengan 3D-CRT memberikan cause spesifik survival 5-10 tahun yang tidak berbeda makna
dengan modalitas prostatektomi radikal. Selain dengan pemberian radiasi eksterna dikenal juga
cara pemberian radiasi dengan implant permanen yaitu brakhiterapi. Pada modalitas ini jarum-
jarum radioterapi di tanam di dalam prostat secara percutan melalui perineum dengan bimbingan
TRUS dan tetntunya memerlukan pembiusan. Brakhiterapi umumnya hanya diperikan pada
penderita dengan stadium T2a atau kurang, Gleason score <7, PSA<10 ng/ml, bolume prostat <
50ml, tanpa riwayat TURP sebelumnya.

Terapi Lokal

Selain pembedahan dan radioterapi definitive,belakangan ini dikembangkan beberapa modalitas


baru untuk alternative yang kuang invasive. Salah satuny adalah cryosurgery of the
prostate(CSAP) yang dilakukan dengan pemasangan 12-15 jarum cryoneedle ke dalam kelenjar
prostat dengan bimbingan TRUS dan dihubungkan dengan alat khsusus. Madalitas lain adalah
high intensity focused ultrasound (HIFU) yang dilakukan melalui rectum dan radiofrequency
interstitial tumor ablation (RITA) yang dimasukan ke dalam jarum electrode ke dalam prostat.
Kedua cara ini akan memanaskan kelenjar prostat 65-100 C dengan tujuan menghancurkan
jaringan tumor. Walaupun telah menunjukan hasil yang cukup baik namun belum ada hasil jangka
panjang sehingga ketiga tehnik ini masih dianggap sebagai penelitian atau eksperimental.

Penatalaksanaan pada kanker yang mengalami metastasis dengan terapi hormon

Pada terapi ini telah diperkenalkan sejak lebih dari 60 tahun yang lalu oleh hugins dan
hodges untuk mengobati kanker prostat stadium lanjut dan sejak itu digunakan sebagai baku
emas. Androgen Deprivation Therapy(ADT) merupakan baku emas terapi. Terapi ini dapat berupa
kastrasi dengan obat atau pembedahan (orkhidektomi). Tingkat kastrasi yang diinginkan adalah
kadar testosteron < 20 ng/dL. Pemberian Lutenising Hormone Releasing-Hormone (LHRH)
agonis seharusnya disertai pemberian anti-androgen untuk mencegah flare-up sedikitnya 14 hari.
Bermacam-macam strategi yang digunakan dalam penggunaan ADT ini, menurut jenis
blokadenya dapat komplit (Complete Androgen Blokade/CAB) LHRH agonis ditambah anti-
androgen ataupun tunggal (hanya LHRH agonis saja). Menurut lama waktu pemberian terbagi
atas: kontinyu dan intermiten. Menurut awal waktu pemberian: segera (immediate) atau ditunda
(deferred). Berdasarkan hasil studi review maupun meta-analisis keuntungan blokade komplit
(CAB) terhadap terapi tunggal hanya < 5%. Pemberian CAB jangka panjang akan menginduksi
terjadinya sel independen androgen, dalam jangka waktu rata-rata 2 tahun. Oleh karena itu
disarankan penghentian pemberian obat secara berkala (intermiten) yang dibuktikan dari beberapa
penelitian penting bahwa hasilnya tidak berbeda. Pemberian ADT segera akan menurunkan
progresi penyakit dan komplikasi secara bermakna dibandingkan ditunda. Tetapi hal ini tidak
meningkatkan cancer-specific survival.

Setelah memberikan terapi hormonal kita perlu memantaunya dengan tujuan pemantauan
pasca terapi hormonal adalah untuk memantau respons terapi, menjamin compliance terapi,
mendeteksi komplikasi terapi hormonal, menentukan modalitas terapi paliatif sesuai pasca gagal
terapi hormonal. Waktu pemantauan minimal 3-6 bulan sekali. Hal-hal yang perlu dipantau
selama terapi hormonal adalah pemantauan kadar kreatinin, hemoglobin, dan fungsi hati, kadar
testosteron serum, pemantauan komplikasi metabolik, sidik tulang, ultrasonografi, dan foto
thoraks, Bone Mass Density, dan kesehatan Tulang Selama Pemberian ADT Dalam pemberian
ADT yang berkaitan dengan risiko tinggi (sekitar 21%- 54% peningkatan relatif) terjadi fraktur
klinis yang semakin besar risikonya dalam pemberian jangka panjang. Selain faktor usia dan
komorbiditas, ADT dapat meningkatkan turnover tulang dan menurunkan densitas mineral tulang,
serta menurunkan massa otot secara bermakna yang berpotensi meningkatkan risiko jatuh dan
fraktur pada pria usia lebih tua. Panel National Comprehensive Cancer Network (NCCN),
berdasarkan National Osteoporosis Foundation Guideline, merekomendasikan suplemen kalsium
(1.200mg/hari) dan vitamin D3 (800-1.000 IU/ hari) bagi pria di atas 50 tahun dan tambahan
terapi bagi pria bila ada kemungkinan dalam 10 tahun mendatang mengalami risiko fraktur
panggul >3% atau terjadinya risiko fraktur related osteoporosis sebesar >20% (dinilai dengan
algoritma FRAX) . Berdasarkan uji klinis acak, bisphosphonate meningkatkan densitas mineral
tulang dan mengurangi risiko fraktur selama dalam terapi ADT. Saat ini, pemberian denosumab
(60mg tiap 6 bulan), zoledronic acid (5mg IV satu kali setahun), atau alendronate (70mg PO
mingguan) direkomendasikan bilamana risiko fraktur dapat terjadi selama terapi. DEXA scan
(dual energy x- ray absorptiometry)/BMD direkomendasikan sebelum dimulai terapi ADT dan
dimonitor 1 tahun sesudah terapi ADT.

Penatalaksanaan Radioterapi pada Kanker Prostat

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker prostat.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker prostat dapat diberikan sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif ajuvan, salvage dan paliatif.

1. Radioterapi Definitif
Indikasi/Tujuan

Radioterapi definitif pada kanker prostat, dapat diberikan pada kanker prostat
dengan stratifikasi rendah (NCCN kategori 2A), intermedia (NCCN kategori 2A) dan
tinggi dan stadium lokal lanjut (NCCN kategori 1). Radioterapi pada kelompok stratifikasi
rendah, merupakan salah pilihan pengobatan selain observasi dan prostatektomi radikal.

Target radiasi
Radiasi eksterna definitif pada kanker prostat dapat diberikan dengan radioterapi
lokal prostat dan vesika seminalis pada stratifikasi resiko ringan dan intermedia; dan
radioterapi seluruh pelvis dan di booster prostat dan vesika seminalis pada kanker prostat
stratifikasi resiko tinggi dan stadium lokal lanjut yang tidak dilakukan limfadenektomi
pelvis. Untuk menilai kemungkinan keterlibatan kelenjar getah benik (KGB) pelvik dapat
dilakukan dengan formula Roach atau normogram Partin
Proses simulator dengan CT-Scan, pasien diposisikan dalam posisi supine, kontras
uretrogram dapat digunakan untuk membantu deliniasi apeks prostat dan diafragma pelvis.
Pasien sebaiknya di simulasi dalam posisi buli penuh dan rektum kosong. Apabila rektum
berisi, sebaiknya dilakukan simulasi denga CTScan ulang,
2. Radioterapi Ajuvan dan Radioterapi Salvage
Indikasi/Tujuan
Berdasarkan tujuan, radioterapi pasca prostatektomi radikal dapat diberikan sebagai
radioterapi ajuvan dengan indikasi tertentu atau radioterapi salvage bila dinyatakan
kambuh. Radioterapi ajuvan pasca prostatektomi radikal (NCCN kategori 2A, EAU grade
A, level 1b) diberikan pada salah satu dari indikasi berikut:
1. Ekstensi ekstra prostat (pT3a)
2. Keterlibatan vesika seminalis (pT3b)
3. Batas sayatan positif
Radioterapi salvage diberikan pada indikasi pada PSA > 0.2 ng/mL dengan
pengukuran konfirmasi ke-2.
3. Radioterapi paliatif
Radioterapi paliatif diberikan pada kanker prostat yang sudah bermetastases ke tulang dan
menimbulkan rasa nyeri. Tujuan paliatif diberikan untuk meredakan gejala sehingga
meningkatkan kualitas hidup pasien. Radioterapi pada tatalaksana metastases tulang
merupakan salah satu modalitas terapi selain imobilisasi dengan korset atau tindakan bedah,
bisfosfonat, terapi hormonal, terapi target donosumumab, terapi radionuklir dan kemoterapi.
Indikasi/Tujuan Radioterapi pada metastases tulang dapat diberikan atas indikasi: 1)
Nyeri. 2) Ancaman fraktur kompresi yang sudah distabilisasi. 3) Menghambat kekambuhan
pasca operasi reseksi. Target radiasi Target radiasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu, radioterapi
konvensional 2 dan radioterapi konformal 3 dimensi Radioterapi konvesional mendefinisikan
target radiasi dari lesi yang menyerap radiofarmaka disertai nyeri kemudian memberikan
jarak 1 ruas vertebrae ke atas dan ke bawah. Untuk batas lateral, diberikan jarak 0.5 cm dari
pedikel vertebrae.

Prognosis

Kanker prostat memiliki angka harapan hidup yang baik. Angka harapan hidup tersebut
adalah keseluruhan 5-tahun , 10 tahun, dan 15 tahun secara berturut adalah 100%, 98%, dan 95%.

Kesimpulan

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di depan rektum
dan membungkus uretra posterior. Kelenjar prostat adalah kelenjar dari sistem reproduksi laki-
laki, yang terdiri dari testis, skrotum, penis dan organ seks aksesori lainnya . Kelenjar prostat ,
kecil licin – berukuran sebesar kenari. Kanker prostat merupakan keganasan urologi pada laki-laki
yang sering terjadi dan berpotensi mematikan selama beberapa tahun terakhir. Penyebab kanker
prostat belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang dapat meningkatkan resiko
seseorang menderita kanker prostat, diantaranya adalah factor usia, Ras, diet dan gaya hidup,
riwayat keluarga, mutasi genetic dan merokok. Gejala yang sering timbul pada kanker prostat ini
biasanya berhubungan dengan masalah berkemih seperti tidak mampu berkemih, sulit memulai
atau menghentikan kencing, alirannya melambat, selain itu pasien juga datang dengan keluhan
sulit ereksi, adanya darah pada urin,dan rasa sakit berkala pada punggung bawah, pinggul atau
pangkal paha. Untuk mendiagnosis penyakit ini selain kita melihat gejalanya kita dapat
melakukan pemeriksaan colok dubur, PSA, TRUS, TURP diagnostic, dan bisa dengan melakukan
CT SCAN. Sebagian besar pasien yang telah mengalami terapi ini hasilnya adalah dengan
prognosis yang baik.

Daftar Pustaka

1. Faiz O, Moffat D. At aglance anatomy. Erlangga:Jakarta;2004. h 56


2. Daniel SW, Widjaya P, Buku anatomi tubuh manusia, Penerbit Elsevier (Singapore) Pte
Ltd under special arrangement with Graha Ilmu Publishing. 2007: 439-441 5.
3. Snell RS, Buku anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Edisi 6. Jakarta; 2006:350-355 6.
4. Harjadi W, Anatomi pelvis, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2011
5. Yudha Ak. Managemen of prostate cancer. Medula:Volume : Nomor 3; 2014
6. Umbas R, Sihombing AT, Safriadi S, dkk. Panduan penatalaksanaan kanker prostat. Ikatan
Ahli Urologi Indonesia. 2011. h 1-17
7. Stephenson AJ, Klein EA. Epidemiology, etiology, and prevention of prostate cancer. In:
Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA, editors. Campbell-Walsh Urology (11th
ed). Philadelphia: Elsevier; 2016; p. 2543- 64
8. Umbas R, Hardjowijoo S, Mochtas AC, dkk. Pedoman nasional pelayanan keokteran
kanker prostat. 2011; h 1-106
9. Cavanagh H, Rogers KMA. The role of BRCA1 and BRCA2 mutations in prostate,
pancreatic and stomach cancers. Hered Cancer Clin Pract 2015; 13: 16
10. Valdo VR, Monoarfa A, Tjandra F. Profil penderita kankerprostat di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode tahun 2013–2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4:Nomor 2;2016
11. Umbas R. Penanganan kanker prosta saat ini dan beberapa perkembangan baru.Indonesia
journal of cancer3. 2008
12. Ariani DT, Umbas R. Peran volume prostat dan PSA serum untuk deteksi kanker prostat
pada penderita LUTS dengan colok dubur normal. Indonesian Journal of Cancer Vol. 5,
No. 2. 2011
13. Umbas R, Muchtar C, Hamid R. Terapi radikal pada penderita kanker prostat: tindak lanjut
jangka panjang dan faktor prediksi survival. Indones J Cancer 2010; 4: 55–60
14. Mahadi E, Widjanarko S. Penanganan karsinoma prostat di RSUD dr. Moewardi
Surakarta selama Januari 2000-Desember 2006. J Urol Indones 2009; 16: 25–28.
15. Haswir H, Umbas R. Comparison of Efficacy between oral morphine sulphate and
diclofenac suppository for analgesia during Transrecrtal Ultrasound-guided Prostate
biopsy. Indones J Intern Med 2008; 40: 124–127
16. Epstein J. An update of the Gleason grading system. J Urol 2010; 183: 433–440

PR

Kenapa Ca Prostat dapat menyebabkan gangguan ereksi?

Karena ca prostat dapat menyebabkan aliran darah ke penis terhalang sehingga


menyebabkan sulit ereksi. Untuk dapat melakukan ereksi sendiri dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain, vascular, saraf dan hormone. Proses ereksi tergantung pada keseimbangan antara
aliran darah yang masuk dan keluar dari corpus cavernosus. Bila terjadi ketidak seimbangan
antara aliran darah yang masuk dan keluar maka penis menjadi flaccid (lemas). Bila aliran masuk
ke arteri corpus cavernosus meningkat penis mengalami tumescence (membesar dan memanjang).
Aliran darah yang terhambat ke penis mengakibatkan iskemia dan oksigenasi corpus cavernosus
terganggu, keadaan ini mengakibatkan disfungsi otot polos yang menimbulkan disfungsi vena
oklusif.

You might also like