Professional Documents
Culture Documents
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan kesehatan dan penyakit suatu
kelompokmasyarakat (populasi), bukan pada individu. Ahli epidemiologi menyatakan frekuensi
dan keparahanmasalah kesehatan dengan menghubungkannya pada faktor umum, jenis kelamin,
geografi, sukubangsa, keadaan ekonomi, nutrisi dan dietnya. Masalahnya dilihat secara
menyeluruh yang akanmenjabarkan besarnya persoalan tersebut, mempelajari penyebabnya, dan
memperhitungkanketepatan strategi pencegahan dan penatalaksanaannya.
Jumlah gigi yang ditambalPengukuran ini dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan
indeks aritmetika penyebaran kariesyang kumulatif pada suatu kelompok masyarakat. DMF (T)
digunakan untuk mengemukakan gigikaries, hilang, dan ditambal ; sementara DMF (S)
menyatakan gigi karies hilang dan permukaangigi yang ditambal pada gigi permanen, sehingga
jumlah permukaan gigi yang terserang kariesharus diperhitungkan. Indeks yang sama bagi gigi
sulung adalah def (t) dan def (s) dimana emenunjukkan jumlah gigi yang dicabut ( bukan hilang
karena tanggal secara alamiah) dan f menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang ditambal.B.
Masalah praktis dalam indeks DMF dan def Ada masalah cukup serius dalam
penggunaan indeks ini. Pada anak-anak muda, hilangnya gigi-gigi sulung bisa jadi disebabkan
oleh karena tanggal secara alamiah yang harus dibedakandengan yang hilang karena karies.
Selain karena karies, gigi bisa tetap hilang karena trauma,pencabutan untuk perawatan ortodonti
atau demi kepentingan pembuatan gigi palsu, dankarena penyakit periodontium. Sementara
molar tiga sering dicabut karena tidak cukupnyaruangan pada lengkung rahang. Dalam hal
seperti di atas, gigi hilang bisa diabaikan dariperhitungan indeks dan hanya gigi karies serta yang
ditambal saja yang diperhitungkan.
Karies gigi menyerang semuatingkatan usia dan semua ras dari seluruh tempat di dunia.
Sehingga karies gigi telah menjadimasalah umum masyarakat, universal dan perlu mendapat
perhatian yang serius karenaprevalensinya yang cepat meningkat di banyak negara. Penelitian
Greene dan Suomi (1997)menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang, lebih dari
95% penduduknya terkenakaries. Menurut penelitian Natamiharja tahun 1998 yang dikutip oleh
Rusiawati (2002) padaanak usia 6-13 tahun di 2 SD di Medan terdapat anak dengan karies pada
molar pertama 49,69%dan molar kedua 42,92% sedangkan murid bebas karies 7,39%.Hasil
penelitian Nurmala Situmorang (2004) di 2 Kecamatan Kota Medan menyatakan bahwa
statuskesehatan gigi dan mulut penduduk masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
prevalensi karies gigi dengan DMF-T; 80,83% responden mempunyai gigi dengan lesi karies;
50,83% responden gigidicabut dan hanya 21,11% gigi ditambal. Berdasarkan penelitian Al-
Malik (2006) di Saudi Arabia, dari300 sampel anak-anak dengan usia 6-7 tahun terdapat 288
anak (96%) terkena karies gigi, dan hanya 12orang (4%) yang tidak terkena karies gigi. Dari 288
sampel yang terkena karies tersebut terdapat 146(50,7%) laki-laki dan 142 (49,3%)
perempuan.Penyakit gigi dan mulut di mana karies gigi termasuk didalamnya menempati
peringkat ke empat penyakit termahal dalam hal pengobatan.
b. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa
persentasekaries gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria. Selama masa kanak-kanak
dan remaja, wanitamenunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian,
umumnya oral higienewanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih
sedikit.
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal
ini dikaitkandengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi
Menurut Tirthankar(2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.
Pendidikan adalah faktor keduaterbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggiakan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan sehingga akan mempengaruhiperilakunya untuk hidup sehat. Dalam penelitiannya,
Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut
pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggisedangkan pada pendidikan rendah
sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T rata-rata sebesar
7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga dengantingkat pendidikan
tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan tingkatpendidikan rendah
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat
efektif untukmenurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan
satusatunya caramencegah gigi berlubang. Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr.
Trendly Dean dilaporkanbahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air
minum dengan prevalensi karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan
terhadap karies secara optimum danterjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik
putih, kuning, atau coklat akibatkelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor
kurang dari 1 ppm. Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat
hasil bahwa persentasekaries gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria. Selama masa
kanak-kanak dan remaja, wanitamenunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria.
Walaupun demikian, umumnya oral higienewanita lebih baik sehingga komponen gigi yang
hilang (M=Missing) lebih sedikit.
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal
ini dikaitkandengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi
Menurut Tirthankar(2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.
Pendidikan adalah faktor keduaterbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggiakan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan sehingga akan mempengaruhiperilakunya untuk hidup sehat. Dalam penelitiannya,
Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut
pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggisedangkan pada pendidikan rendah
sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T rata-rata sebesar
7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga dengantingkat pendidikan
tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan tingkatpendidikan rendah.
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat
efektif untukmenurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan
satusatunya caramencegah gigi berlubang. Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr.
Trendly Dean dilaporkanbahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air
minum dengan prevalensi karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan
terhadap karies secara optimum danterjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik
putih, kuning, atau coklat akibatkelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor
kurang dari 1 ppm.
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, makabeberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi
asam sehingga pH salivamenurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30
menit setelah makan. Di antaraperiode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan
membantu proses remineralisasi. Namun,apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi,
maka email gigi tidak akan mempunyaikesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies. Misalnya, derajatpenderita karies gigi di Palembang relatif
tinggi. Salah satu penyebabnya adalah makanan yangberpotensi menimbulkan kerusakan gigi,
yaitu empek- empek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan zat
gula. Karbohidrat yangtinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan cuka dalam
cairan yang ditambahkan padaempek-empek juga tidak bagus untuk gigi, khususnya juga untuk
anak di bawah usia delapan tahun.Kandungan fluor dalam gigi anak usia di bawah delapan tahun
belum kuat menahan cuka.35
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang
menyebabkanaktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada
perokok dibandingkandengan bukan perokok.