Professional Documents
Culture Documents
2, Juni 2016
ABSTRAK
Salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan peselam adalah Decompression Sickness (DCS). Tujuan pe-
nelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian DCS pada masyarakat nelayan peselam tradisional Pulau
Saponda Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan rancangan case control study. Populasi penelitian adalah seluruh nelayan tradisional di Pulau Saponda
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Kasus adalah nelayan tradisional yang mengalami DCS sesuai
diagnosa dokter, sedangkan kontrol adalah nelayan tradisional yang tidak mengalami DCS sesuai diagnosa dokter.
Jumlah sampel sebanyak 174 orang (87 kasus dan 87 kontrol). Pengambilan sampel secara purposive sampling.
Analisis data menggunakan komputer program SPSS dengan uji odds rasio dan regresi logistik berganda. Hasil
penelitian menunjukkan kejadian DCS lebih banyak pada usia <16 tahun atau >35 tahun (59,8%), frekuensi
menyelam >2 kali (62,1%), kedalaman menyelam >10 m (88,5%), lama menyelam >60 menit (69,0%), dan mem-
punyai riwayat penyakit (78,2%). Penelitian menyimpulkan usia, frekuensi menyelam, kedalaman menyelam,
lama menyelam dan riwayat penyakit merupakan faktor risiko kejadian DCS. Variabel yang paling berisiko terha-
dap DCS adalah kedalaman menyelam.
Kata kunci : DCS, riwayat penyakit, lama, kedalaman
ABSTRACT
One condition that is often associated with divers is Decompression Sickness (DCS). The objective of this
study was to determine the risk factors of DCS in traditional divers of a fishing community at Saponda Island,
Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. This study is an observational analytical study with a case control
study design. The population was the traditional fishermen in Saponda Island, Konawe Regency, Southeast Su-
lawesi Province. Cases were traditional fishermen who experienced DCS based on physician’s diagnosis, while the
control group was traditional fishermen who did not experience DCS based on physician’s diagnosis. In total, this
study involved 174 individuals (87 cases and 87 controls). Sampling used purposive sampling. Data analysis were
conducted using SPSS with the odds ratio test and multiple logistic regression. Findings of this study indicate that
DCS occured more often inindividuals aged<16 years or>35 years (59,8%), frequency of diving>2 times (62,1%),
diving depth >10 m (88,5%), length of diving time>60 minutes (69,0%), and has past medical history (78,2%). The
study concluded that age, diving frequency, diving depth, diving time, and past medical history are risk factors of
DCS. Diving depth was identified as the primary risk factor of DCS.
Keywords : DCS, past medical history, long time, depth
63
Jusmawati : Faktor Risiko Kejadian Decompression Sickness pada Masyarakat Nelayan Peselam Tradisional
64
JURNAL MKMI, Vol. 12 No. 2, Juni 2016
tradisional di Pulau Saponda Kabupaten Konawe laman menyelam risiko tinggi (>10 meter) (93,7%)
Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel terdiri dari karena ikan karang banyak berada pada kedalaman
kasus dan kontrol. Kasus adalah nelayan tradisio- lebih dari 10 meter. Dalam sekali menyelam le-
nal yang mengalami DCS sesuai dengan hasil diag- bih banyak menyelam selama ≤60 menit (79,9%).
nosa dokter, sedangkan kontrol adalah nelayan tra- Umumnya responden tidak mempunyai riwayat
disional yang tidak mengalami DCS sesuai dengan penyakit (51,7%) (Tabel 2).
hasil diagnosa dokter. Penarikan sampel menggu- Responden yang mempunyai usia risiko
nakan purposive sampling dengan besar sampel tinggi lebih banyak mengalami DCS (59,8%) se-
174 orang (terdiri dari : 87 kasus dan 87 kontrol). dangkan usia risiko rendah lebih banyak tidak
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mengalami DCS (48,3%). Hasil uji odds rasio
menggunakan kuesioner. Analisis data yang dilaku- (OR) menunjukkan usia merupakan faktor risiko
kan adalah univariat dengan frekuensi, bivariat kejadian DCS. Responden yang mempunyai usia
dengan chi square, Odds Rasio (OR) dan multi- berisiko berpeluang mengalami DCS sebesar 1,4
variat dengan regresi logistik berganda. Penya- kali dibandingkan usia tidak berisiko. Hasil uji
jian data dalam bentuk tabel dan disertai narasi. chi square diperoleh nilai p=0,285 (p>0,05). Hal
65
Jusmawati : Faktor Risiko Kejadian Decompression Sickness pada Masyarakat Nelayan Peselam Tradisional
Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian Hasil uji statistik dengan regresi logistik
Variabel n=174 % berganda diperoleh variabel yang berhubungan
Faktor usia dengan DCS secara simultan adalah kedalaman
Risiko tinggi (<16/> 35 tahun) 97 55,7 menyelam, lama menyelam dan riwayat penya-
Risiko rendah (16 - 35 tahun) 77 44,3 kit (p<0,05). Variabel yang paling berisiko terha-
Frekuensi menyelam dap terjadinya decompression sickness adalah
Risiko tinggi (> 2 kali ) 75 43,1 kedalaman menyelam (OR=46.3), hal ini berarti
Risiko rendah (≤ 2 kali) 99 56,9 responden yang mempunyai kedalaman menye-
Faktor kedalaman menyelam lam berisiko berpeluang 46,3 kali mengalami
Risiko tinggi (>10 meter) 163 93,7 DCS dibandingkan yang mempunyai kedalaman
Risiko rendah (≤10 meter) 11 6,3
menyelam tidak berisiko (Tabel 4).
Faktor lama menyelam
Risiko tinggi (> 60 menit) 35 20,1
Risiko rendah (≤ 60 menit) 139 79,9 PEMBAHASAN
Faktor riwayat penyakit Penelitian ini menyimpulkan umur,
Risiko tinggi 84 48,3 frekuensi, kedalaman dan lama menyelam serta
Risiko rendah 90 51,7 riwayat penyakit merupakan faktor risiko ter-
Sumber : Data Primer, 2016 jadinya DCS. Faktor yang paling berisiko terha-
dap terjadinya DCS adalah kedalaman menyelam.
lebih banyak tidak mengalami DCS (11,5%). Umur saat menyelam sangatlah berpengaruh pada
Kedalaman menyelam merupakan faktor risiko kesehatan seorang peselam karena umur merupa-
kejadian DCS. Responden yang mempunyai keda- kan gambaran kesehatan fisik yang dimiliki ma-
laman menyelam berisiko berpeluang mengalami nusia. Umur yang masih muda belum siap organ
DCS sebesar 11,2 kali dibandingkan kedalaman dan fungsi tubuhnya untuk menerima beban kerja
menyelam tidak berisiko. Hasil uji chi square di- yang berat sehingga sangat berisiko jika melaku-
peroleh nilai p=0,005 (p<0,05). Hal ini menunjuk- kan pekerjaan yang belum sesuai dengan porsinya.
kan kedalaman menyelam berhubungan dengan Makin tua umur seseorang maka proses perkem-
kejadian DCS. Responden yang mempunyai lama bangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
menyelam berisiko lebih banyak mengalami DCS pada umur tertentu, bertambahnya proses perkem-
(31,0%) sedangkan lama menyelam risiko rendah bangan mental ini tidak secepat ketika berumur
lebih banyak tidak mengalami DCS (90,8%). belasan tahun.
Lama menyelam merupakan faktor risiko kejadian Penelitian ini sesuai dengan penelitian
DCS. Responden yang mempunyai lama menye- yang menyatakan faktor risiko DCS adalah usia
lam berisiko berpeluang mengalami DCS sebesar tua, obesitas konsumsi alkohol, dehidrasi, sebe-
4,4 kali dibandingkan lama menyelam tidak be- lumnya menderita DCS, dan olahraga berat.1 Fak-
risiko. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,000 tor yang terkait dengan DCS pada peselam antara
(p<0,05). Hal ini menunjukkan lama menyelam lain umur peselam. Batas umur yang ideal untuk
berhubungan dengan kejadian DCS. Responden melakukan kegiatan penyelaman adalah 16-35
yang mempunyai riwayat penyakit berisiko le- tahun, kurang dari 16 tahun dan lebih dari 35 ta-
bih banyak mengalami DCS (78,2%) sedangkan hun memiliki risiko penyelaman lebih tinggi. Se-
yang tidak mempunyai riwayat penyakit berisiko makin dalam lokasi penyelaman dari permukaan
lebih banyak tidak mengalami DCS (81,6%). Ri- air, maka semakin besar pula tekanan yang akan
wayat penyakit merupakan faktor risiko kejadian diterima.12,13 Penelitian lain menyatakan umur ti-
DCS. Responden yang mempunyai riwayat pe- dak berhubungan dengan gangguan pendengaran
nyakit berisiko mengalami DCS sebesar 15,9 kali pada nelayan peselam.14
dibandingkan responden yang tidak mempunyai Frekuensi menyelam mempengaruhi keja-
riwayat penyakit. Hasil uji chi square diperoleh dian dekompresi pada peselam. Hal ini disebab-
nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan ri- kan kadar nitrogen yang terkandung dalam darah
wayat penyakit berhubungan dengan kejadian belum normal, tetapi harus kembali terpapar ni-
DCS (Tabel 3). trogen. Secara teoritis, nitrogen yang terkandung
66
JURNAL MKMI, Vol. 12 No. 2, Juni 2016
Tabel 3. Besar Risiko Variabel Penelitian terhadap Kejadian DCS di Pulau Saponda
Decompression sickness (DCS) OR
Total
Variabel Kasus Kontrol p (95%CI)
n % n % n %
Faktor Usia
Risiko tinggi 52 59,8 45 51,7 97 55,7 0,285 1,4
Risiko rendah 35 40,2 42 48,3 77 44,3 (0,8-2,5)
Frekuensi Menyelam
Risiko tinggi 54 62,1 21 24,1 75 43,1 0,000 5,7
Risiko rendah 33 37,9 66 75,9 99 56,9 (2,7-9,9)
Kedalaman Menyelam
Risiko tinggi 86 98,9 77 88,5 163 93,7 0,005 11,17
Risiko rendah 1 1,1 10 11,5 11 6,3 (1,40-89,27)
Lama Menyelam
Risiko tinggi 27 31,0 8 9,2 35 20,1 0,000 4,4
Risiko rendah 60 69,0 79 90,8 139 79,9 (1,9-10,5)
Riwayat Penyakit
Risiko tinggi 68 78,2 16 18,4 84 48,3 0,000 15,9
Risiko rendah 19 21,8 71 81,6 90 51,7 7,6-33,4
Sumber : Data Primer, 2016
dalam darah akibat penyelaman akan kembali nor- berhubungan dengan kejadian dekompresi pada
mal setelah 24 jam setelah menyelam. Bila nitro- peselam.1,7-10,14
gen belum normal dalam tubuh dan harus terpapar Makin dalam menyelam, akan mendapat-
lagi maka akan menimbulkan chokes atau bends kan tekanan makin besar, berarti makin besar pen-
yang akan berakibat parah. Semakin sering sese- garuhnya pada kesehatan peselam. Tubuh manu-
orang menyelam maka kondisi tubuh juga akan se- sia yang mendapat tekanan air di kedalaman akan
makin berkurang diakibatkan tubuh manusia tidak menyesuaikan dengan tekanan ini. Bila tubuh ti-
bisa berada terus-menerus di dalam air. dak dapat menyesuaikan dengan tekanan tersebut
Frekuensi menyelam berhubungan de-ngan maka dapat terjadi squeese/trauma. Squeese/trau-
kondisi tubuh peselam, jika kondisi tubuh baik ma umumnya dapat terjadi pada penyelaman 10
memungkinkan untuk menyelam dengan frekuen- meter dan dekompresi dapat terjadi pada penye-
si lebih banyak, tetapi jika kondisi tubuh tidak baik laman 12.5 meter. Makin dalam menyelam, makin
maka jangan memaksakan untuk menyelam. Na- tinggi tekanan, makin banyak pula gas N2 yang
mun, pada kenyataan lebih banyak peselam yang larut dalam jaringan tubuh. Sewaktu peselam naik,
mengalami gangguan kesehatan bila menyelam tekanan akan berkurang dan terjadi pengeluaran
>2 kali dalam sehari. Oleh sebab itu, sebaikn- gas N2. Bila peselam naik perlahan, pengeluaran
ya peselam tidak melakukan penyelaman >2 kali gas N2 akan melalui paru. Bila peselam naik ter-
dalam sehari. Penelitian ini sesuai dengan pe- lalu cepat, disamping pengeluaran gas N2 melalui
nelitian yang menyatakan frekuensi menyelam paru, gas N2 juga keluar di dalam jaringan atau
Tabel 4. Analisis Regresi Logistik Berganda Faktor Risiko DCS di Pulau Saponda
95,0% CI for Exp (B)
Variabel B Wald p Exp(B)/OR
Lower Upper
Frekuensi 0,867 3,615 0,057 2,381 0,974 5,822
Kedalaman 3,835 7,538 0,006 46,311 2,997 715,717
Lama 2,978 12,370 0,000 19,642 3,737 103,238
Riwayat 3,010 45,181 0,000 20,284 8,433 48,786
Constant -15,479 30,345 0,000 0,000
Sumber : Data Primer, 2016
67
Jusmawati : Faktor Risiko Kejadian Decompression Sickness pada Masyarakat Nelayan Peselam Tradisional
cairan darah dalam bentuk gelembung, maka ter- kinan peselam terkena DCS yang akan membuat
jadilah dekompresi.15 peselam berhalunisasi dan seperti merasa mabuk
Ketika menyelam pada kedalaman yang le- kemudian tahap berikutnya akan membuat tidak
bih semakin besar tekanan parsial gas, yang me- sadarkan diri. N2 yang terlalu banyak terakumula-
ngarah pada peningkatan pembentukan gelem- si di tubuh akan mengganggu pasokan O2 ke jari-
bung/ekstraksi ke dalam jaringan. Jika tetap di ngan otak yang akan menyebabkan peselam seper-
kedalaman, maka gelembung gas yang dikeluar- ti orang mabuk dan berhalunisasi.
kan juga akan berlebih.16 Meningkatnya kedala- Selama ini waktu acuan para peselam kom-
man dapat memperburuk gejala dekompresi yang presor adalah lebih cenderung mengukur pada tar-
disertai kebingungan, koordinasi terganggu, ku- get hasil tangkapan. Waktu penyelaman bukanlah
rangnya konsentrasi, halusinasi dan ketidaksada- ukuran nelayan, asal dirasa tubuhnya masih mam-
ran. Nitrogen telah terbukti memberikan kontri- pu memburu ikan, maka nelayan akan terus beker-
busi langsung hingga 6% kematian pada peselam ja sampai target hasil tangkapan terpenuhi. Apa-
dan langsung berhubungan dengan insiden akibat bila peselam merasa udara yang dihirup semakin
kedalaman menyelam.5 tipis atau tidak ada sama sekali karena selang ter-
Tingginya tingkat kedalaman menyelam lipat, macet atau matinya mesin pemompa, maka
para peselam tradisional mengingat tangkapan dalam situasi ini, nelayan akan naik ke permukaan
mereka yang hidup di dasar laut yaitu ikan, teri- dengan cepat tanpa mengindahkan safety stop, dan
pang. dan lobster, hasil tangkapan nelayan pese- tentu akan membahayakan keselamatan. Kondisi
lam tersebut diperoleh sebelumnya dengan pe- ini akan menyebabkan terjadinya DCS.
masangan alat penangkap ikan yang dikenal oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat dengan sebutan “bubu”. Kebanyakan responden lebih banyak mempunyai riwayat
peselam melakukan penyelaman untuk memasang penyakit kurangnya kebugaran fisik dan ISPA
alat penangkap ikan menggunakan kompressor dan lainnya adalah sakit kepala. Riwayat pe-
sampai dengan kedalaman hampir mencapai 50 nyakit merupakan faktor risiko terjadinya DCS.
meter. Responden yang mempunyai riwayat penyakit
Penelitian yang sejalan adalah peneli- berisiko berpeluang mengalami DCS sebesar 15,9
tian yang menyatakan faktor risiko terjadinya kali dibandingkan responden yang tidak mempu-
DCS adalah kedalaman menyelam.1 Semakin da- nyai riwayat penyakit. Kejadian tak terduga saat
lam lokasi penyelaman dari permukaan air, maka menyelam, cadangan fungsional berkurang, dan
semakin besar pula tekanan yang akan diterima.7 yang sudah ada penyakit medis meningkatkan
Semakin lama seseorang bekerja sebagai peselam risiko kecelakaan menyelam.17 Dampak yang pa-
maka semakin besar kemungkinan terpapar oleh ling fatal dari penyakit DCS adalah kelumpuhan
lingkungan hiperbarik yang dapat menimbulkan pada peselam hingga mengakibatkan penurunan
gangguan kesehatan hingga kelumpuhan (para- produktifitas secara massal dan tak jarang ber-
lysis). Masa kerja dapat menentukan lamanya pa- lanjut pada kematian.18 DCS dapat menyebabkan
paran seseorang terhadap faktor risiko, semakin morbiditas berat, cacat seumur hidup, dan bahkan
lama paparan berdasarkan masa kerja akan sema- kematian.5 Untuk menghindari penyakit dekom-
kin besar kemungkinan seseorang mendapatkan presi saat seorang peselam pada kedalaman yang
faktor risiko tersebut.4 sangat dalam sebaiknya untuk naik ke permukaan
Nelayan peselam tradisional di Pulau harus dilakukan secara perlahan-lahan. Apabila
Saponda menggunakan kompressor untuk mem- naik dengan cepat dan tergesa-gesa dapat mem-
bantu pernapasan peselam dalam air. Penyelaman berikan tekanan udara yang sangat besar terhadap
dengan menggunakan kompresor, akan sangat pembuluh darah sehingga menimbulkan penyakit
membahayakan keselamatan nyawa peselam, uda- dekompresi. Selain itu frekuensi menyelam mak-
ra yang dihirup oleh peselam tergantung kepada simal dua kali saja sehari.
kestabilan mesin kompresor yang di atas kapal.
Lama penyelaman menggunakan kompresor ban KESIMPULAN DAN SARAN
yang tidak terukur, akan memperbesar kemung- Penelitian ini menyimpulkan usia (OR=1,4),
68
JURNAL MKMI, Vol. 12 No. 2, Juni 2016
frekuensi (OR=5,7), kedalaman (OR=11,2) dan yanti E. Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan
lama menyelam (OR=4,4) serta riwayat penya- Penyelam Tradisional dan Faktor-faktor yang
kit (OR=15,9) merupakan faktor risiko terjad- mempengaruhi di Kabupaten Seram, Maluku.
inya DCS. Faktor yang paling berisiko terhadap 2010
terjadinya DCS adalah kedalaman menyelam 9. Amir DP. Wahyu A. Wahyuni A. Faktor yang
(OR=46,3). Saran kepada peselam yang sudah ber- Berhubungan dengan Penyakit Dekompresi
usia lebih dari 35 tahun agar mengurangi frekuen- pada Penyelam Tradisional di Pulau Lae-Lae
si dan lama menyelamnya, yang sering menyelam [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin;
(>2 kali/hari) sebaiknya mengurangi frekuensi 2013
menyelam, peselam sebaiknya menyelam ≥10 10. Alaydrus MA, Usbud M, Yulianto A, Julianto
meter disesuaikan dengan lama menyelam sesuai GE. Study Of General Paralysis In Fishermen
dengan prosedur penyelaman yang benar, pese- Divers Barrang Lompo Island Land Districts
lam yang mempunyai riwayat penyakit harus rajin Of Ujung Tanah Makassar City. International
memeriksakan kesehatannya dan memperhatikan Journal Of Technology Enhancements And
frekuensi menyelam dan petugas kesehatan harus Emerging Engineering Research, 2011;2(9):1.
lebih aktif lagi menanggulangi kejadian kelumpuh- 11. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
an dan memberi lebih banyak penyuluhan kepada Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta:2013
nelayan peselam. 12. Alaydrus A. Study of General Paralysis in
Fishermen Divers Barrang Lompo Island
DAFTAR PUSTAKA Land Districts of Ujung Tanah Makassar City.
1. Young II. & Byeong JY. Underwater and Hy- International Journal of Research, 2014;1(8),
perbaric Medicine as a Branch of Occupation- 15-24.
al and Environmental Medicine. Lee and Ye 13. Ruslam RD. Rumampuk JF. & Danes VR.
Annals of Occupational and Environmental Analisis Gangguan Pendengaran pada Penye-
Medicine. 2013; 25:39 Page 2 of 9. lam di Danau Tondano Desa Watumea Ke-
2. Amir H, et.al. Delayed Recompression camatan Eris Kabupaten Minahasa Provinsi
for DCS: Retrospective Analysis. Insti- Sulawesi Utara 2014. Jurnal e-Biomedik.
tute of Hyperbaric Medicine. Israel. PloS 2015;3(1).
ONE.2015;10(4): e0124919. 14. Richard WS. The Relationship of Deconges-
3. Dharmawirawan DA. & Moedjo R. Identifika- tant Use and Risk of DCS ; A Case-Control
si Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Study of Hawaiian Scuba Divers. Hawaii J
pada Penangkapan Ikan Nelayan Muroami. Med Public Health. 2014; Feb; 73(2): 61–65
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2012; 15. Siswanto A. Lingkungan Hiperbarik. Balai
6(4). Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jawa Timur:
4. Prasetyo AT. Soemantri JB. & Lukmantya L. 2008
Pengaruh Kedalaman Dan Lama Menyelam 16. Jennifer H. The Risks of Scuba Diving: A
Terhadap Ambang-Dengar Penyelam Tra- Focus on Decompression Illness. Hawai‘I
disional Dengan Barotrauma Telinga. Oto Rhi- Journal of Medicine & Public Health. 2014;
no Laryngologica Indonesiana. 2012; 42(2). 73(11):2.
5. James EC. Moving in extreme environments: 17. Lars E, & Dieter L. Diving Medicine in Clin-
inert gas narcosis and underwater activities. ical Practice. Department of Anesthesiology
BioMed Central.2015; London. and Intensive Care Medicine, University of
6. Dinas Kesehatan Propinsi Sultra. Profil Kese- Bonn: Dr. med. Eichhorn. Deutsches Ärzteb-
hatan Profinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014. latt International | Dtsch Arztebl Int. 2015;
Kendari. 2015 112: 147-58
7. Virgiawan D. Fungsi Pendengaran Para Penye- 18. Aditya B. Keselamatan Penyelaman. Sorowa-
lam Tradisional di Desa Bolung Kecamatan ko Diving Club: 2008
Wori Kabupaten Minahasa Utara. 2010.
8. Paskarini I, Tualeka AR, Ardianto DY. Dwi-
69