You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

Traumatologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang berbagai


aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh serta cedera dan luka serta
hubungannya dengan kekerasan. Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma
berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos
berarti ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan
pengobatan juga dalam kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu
penegak hukum dalam rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh
seseorang.
Trauma tumpul merupakan salah satu trauma mekanik yang dapat menyebabkan
kerusakan pada organ. Trauma tumpul dapat menimbulkan tiga macam luka, yaitu luka
memar (contusion), luka lecet (abrasion), dan luka robek (vulnus laceratum). Akibat fatal
yang disebabkan oleh benda tumpul adalah patah tulang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa memar merupakan salah satu proporsi
terbesar dari luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 49%. Kedua,
menurut data dari Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, dari tahun 2009-2010: 55% dan
tahun 2010- 2011: 60% dari seluruh kasus forensik dan insiden perlukaan, jenis memar
menempati urutan tertinggi dari jenis perlukaan
Selain luka memar, luka lecet dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya
terjadi. Misalnya suatu luka lecet akibat jatuh ke aspal jalanan atau tanah, terdapat aspal atau
debu yang menempel di luka tersebut. bila telah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata
tidak dijumpai benda asing tersebut, dapat dipikirkan bahwa penyebab luka tersebut bukan
terjadi akibat jatuh ke aspal/tanah, tetapi akibat tindak kekerasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Lecet


Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
 Bentuk luka tidak teratur
 Batas luka tidak teratur
 Tepi luka tidak rata
 Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
 Permukaan tertutup oleh krusta
 Warna coklat kemerahan
 Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih
tertutup epitel dan reaksi jaringan.
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih
dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak
bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah
dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat ditentukan
dengan pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah
arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada
luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.
2.2 Mekanisme Luka Lecet
Lecet sering dihasilkan dari pergerakan permukaan kulit ke permukaan yang lebih kasar
atau sebaliknya, contohnya pukulan tangensial dengan arah horizontal vertikal atau diseret di
atas permukaan yang kasar. Dengan demikian luka epidermis superfisial yang mengerut pada
salah satu ujung luka, dapat menunjukkan arah perjalanan permukaaan epidermis dari
permukaan lawan.
Gambar1. Mekanisme terjadinya abrasi.
Pola dari luka lecet lebih jelas daripada memar karena luka lecet sering terlihat cukup
jelas terhadap bentuk objek yang menyebabkan luka yang sekali ditimbulkan,
2.3 Jenis Luka Lecet
Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam 3 jenis:
a. Luka lecet gores (scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan permukaan
kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan
arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut (graze) /geser (friction abrasion)
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
Gambar2. Road rash
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan permukaan benda, tetapi
masih mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk khas, misal
kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.

Gambar 3.Luka lecet tekan pada sisi depan jari kaki kiri.
Ciri luka lecet :
1. Sebagian/seluruh epitel hilang
2. Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
3. Timbul reaksi radang (Sel PMN)
4. Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut

Memperkirakan umur luka lecet:


· Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan lymphe.
· Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram.
· Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
· Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
2.4 Tahap Dalam Penyembuhan Luka Lecet
Pemeriksaan histologi luka lecet untuk menentukan usia luka memungkinkan untuk
dilakukan. Robertson dan Hodge menyediakan metode pendekatan yang paling logikal.
Mereka mengungkapkan empat tahap pada penyembuhan luka lecet :
1. Pembentukan Keropeng
Serum, sel darah merah, dan fibrin didepositkan pada abrasi. Hal ini tidak
digunakan untuk menunjukkan penuaan, tetapi menunjukkan kelangsungan
hidupsetelah cedera. Infiltrasi sel polimorfonuklear pada pembentukan perivaskular
menandakan bahwa lamanya cederasekitar 4-6 jam. Waktu awal untuk setiap reaksi
seluler adalah 2 jam, tetapi biasanya tidak terlihat jelas sampai 4-6 jam. Setelah 8 jam,
dasar dari keropeng ditandai oleh zona infiltrasi sel polimorfonuklearyang mendasari
daerah epitel yang cedera. Setelah 12 jam, telah terbentuk tigalapisan: zona
permukaan terdiri dari fibrin dan sel darah merah (atau epitel hancur dalamkasus lecet
tubrukan), zona yang lebih dalam terdiri dari infiltrasi sel polimorfonuklear, dan
lapisan abnormal kolagen yang rusak. Setelah 12sampai 18 jam berikutnya, zona
terakhir ini semakin disusupi oleh sel-sel polimorfonuklear.
2. Regenerasi Epitel
Regenerasi sel epitel muncul di folikel rambut dan di tepi abrasi.Pertumbuhan
epitel dapat muncul pada 30 jam pertama pada luka lecet superficial dan terlihat jelas
setelah 72 jam pada kebanyakan luka lecet.
3. Granulasi Subepitel dan hiperplasia epitel
Hal ini menjadi lebih jelas selama 5 sampai 8 hari. Hal ini terjadi hanya
setelah penutupan epitel dari sebuah abrasi.Infiltrasi perivascular dan sel inflamasi
kronis sekarang mulai muncul.Epitel atasnya menjadi semakin hiperplastik, dengan
pembentukankeratin. Tahap ini yang paling menonjol selama 9 sampai 12 hari setelah
cedera.
4. Regresi dari epitel dan granulasi jaringan
Tahap ini dimulai sekitar 12 hari. Selama fase ini,epitel diremodelling dan
menjadi lebih tipis dan bahkan atrofik. Serat kolagen, yang mulai muncul di fase
granulasi subepidermal terlambat, sekarang mulai muncul.Mula-mula bekuan darah
mengisi luka dan anyaman fibrin terbentuk. Granulosit dan monosit fagositik mulai
proses pembersihan. Tunas kapiler dan fibroblast dengan cepat berproliferasi ke
bekuan darah. Tumas kapiler mengeluarkan enzim litik untuk memecah fibrin dan
memungkinkan pembentukan anyaman. Tunas itu kemudian mengalami kanalisasi,
membentuk lengkung vaskuler yang menghasilkan penyediaan darah yang kaya zat
gizi, oksigen, granulosit, dan monosit yang dibutuhkan untuk menghilangkan jaringan
mati dan bekuan darah. Sel polimorfonuklear yang banyak dalam jaringan intersisiel
menghasilkan perlawanan primer terhadap infeksi dan juga ikut mengeluarkan nanah
dari jaringan granulasi pada saat sel mati dibersihkan. Fibroblast yang berproliferasi
menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen.
Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi sehat berwarna merah muda membentuk dasar
untuk menyokong dan memberi makan epitelium yang meluas (atau cangkokan kulit).
Sejalan dengan waktu, fibroplasia akan terus berlangsung dan terjadi ikatan. Banyak
pembuluh darah yang atropi. Dengan adanya penyembuhan akhir, akan terbentuk jaringan
parut putih yang tertutup selapis tipis epitelium.
2.5 Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem(7,9)
Gambar 4. Luka lecet berwarna merah-coklat gelap di dagu kiri danpipi. Penampilan
kemerahan dari cedera ini menunjukkan adanya luka antemortem dengan reaksi vital yang
terjadi pada trauma jaringan.

Gambar 5. Seperti biasanya pada lecet peri-postmortem, tampak warna kuning-coklat dan
tekstur agak seperti perkamen. Tidak ada bukti adanya reaksi vital. Pada otopsi, abrasi sama
telah kering, berwarna merah-coklat.
2.6 Definisi Luka memar
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau
hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi kuning dalam
7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi.
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang normal. Oleh sebab itu, besar
kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda
penyebabnya atau keras tidaknya pukulan.
Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika diperiksa
dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya:

Memar Lebam Mayat


- Lokasi - Bisa dimana saja - Pada bagian terendah
- Pembengkakan - Positif - Negatif
- Bila ditekan - Warna tetap - Memucat / hilang
- Mikroskopik - Reaksi jaringan (+) - Reaksi jaringan (-)

2.7 Mekanisme luka memar


Adapun proses terjadinya peradangan yaitu :
1. Perubahan diameter dan arus vaskuler
Pada awalnya terjadi vasokonstriksi arteriol yang terjadi dalam waktu singkat.
Kemudian terjadi vasodilatasi sehingga arus vascular bertambah, hal ini menimbulkan
manifestasi pada kulit berupa panas dan warna kemerahan. Selain itu terjadi peningkatan
permeabilitas vaskuler yang menyebabkan edema. Dengan adanya perlambatan, terjadi
marginasi leukosit, yang merupakan awal dari peristiwa seluler.
2. Peningkatan Permeabilitas vaskuler
Pertukaran cairan yang normal ditentukan oleh adanya hukum starling dan adanya
endotel yang utuh. Hukum starling menyatakan bahwa keseimbangan cairan yang normal
diatur terutama oleh dua gaya yang berlawanan, yaitu tekanan hidrostatik yang
menyebabkan cairan keluar dari sirkulasi, dan tekanan osmotik koloid plasma yang
menyebabkan cairan bergerak kedalam kapiler. Pada reaksi inflamasi terjadi penurunan
tekanan osmotic dan permeabilitas vascular meningkat. Akibatnya terjadi kebocoran
endotel yang menghasilkan pengeluaran cairan yang banyak dan menimbulkan edema
pada lokasi luka.

Gambar 6. (A) Pembuluh darah yang normal. (B) Manifestasi utama pada radang akut
adalah vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan eritema dan hangat, ekstravasasi
cairan plasma dan protein yang menyebabkan edema,migrasi dan akumulasi leukosit di
tempat jejas.
Pada jejas yang ringan, pada tahap awal terjadi pertambahan volume aliran darah
(hiperemia) yang akan disusul oleh perlambatan aliran darah (stasis), perubahan tekanan
intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding
pembuluhnya. Mikrovaskular menjadi lebih permeabel, mengakibatkan masuknya cairan
kaya protein ke jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi
lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan viskositas darah dan
memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan oleh dilatasi
pada sejumlah pembuluh darah kecil yang berisikan banyak eritrosit.
Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari
parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan
dan bendungan tampak setelah 10-30 menit.23
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel
darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi
radang akut. Sedangkan cairan ekstravaskular yang memiliki konsentrasi protein yang
tinggi dan mengandung debris seluler disebut eksudat. Keberadaan eksudat menandakan
peningkatan permeabilitas normal dari pembuluh darah pada daerah luka yang kemudian
dilanjutkan dengan inflamasi. Selain eksudat, juga ada yang disebut transudat yaitu cairan
ekstravaskular dengan konsentrasi protein yang rendah dan sedikit atau tidak
mengandung material seluler. Transudat ini adalah filtrat dari plasma darah sebagai hasil
dari osmosis melalui dinding pembuluh darah tanpa peningkatan permeabilitas vaskular.
Edema dapat menandakan berlebihnya cairan pada jaringan interstisial atau rongga
serosa. Hal ini dapat disebabkan oleh baik eksudat maupun transudat. Pus atau eksudat
inflamasi yang kaya akan leukosit, debris sel yang mati, dan mikroba pada kebanyakan
kasus.

Gambar 7. Transudat dan eksudat (a) Tekanan hidrostatik normal (b) Transudat
terbentuk akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotik
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar
ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi (Gambar 2). Hal ini dapat
meningkatkan konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid
bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran
normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir
dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air,
garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton .

Gambar 8. Pembentukan eksudat akibat peningkatan permeabilitas vaskular sehingga


terbentuk ruang interendotelial.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),
Dengan bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskular sebagai akibat aliran darahyang
meningkat yang menyebabkan terjadinya migrasi.
Sifat pembuluh darah semipermeable ini menimbulkan tekanan osmotik
cenderung menahan cairan dalam pembuluh darah. Kejadian ini diimbangi oleh dorongan
dari tekanan hidrostatik. Pergeseran cairan yang terjadi secara bertahap pada rekasi
peradangan berlangsung sangat cepat, peristiwa penting pada peradangan akut adalah
perubahan permeabilitas pembuluh darah kecil didaerah peradangan tersebut yang
mengakibatkan kebocoran protein. Proses ini kemudian diikuti oleh pergeseran
keseimbangan osmotik dan air keluar bersama protein dan menimbulkan pembengkakan
jaringan. Dilatasi arterior yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan
menimbulkan peningkatan tekanan intravaskular lokal karena pembuluh darah
membengkak. Aksi ini juga mengakibatkan pergeseran cairan. Namun faktor utama adalah
peningkatan permeabilitas pembuluh darah terhadap protein. Sel sel endotel yang melapisi
pembuluh darah kecil mengakibatkan timbulnya sifat semipermeabel yang biasa pada
pembuluh darah dan sel sel ini yang mengubah hubungannya antara satu dengan yang lain
pada peradangan akut , menimbulkan kebocoran protein dan cairan.7
Ketika arteriol berdilatasi pada awal peradangan akut, aliran darah ke daerah yang
meradang meningkat. Akan tetapi aliran darah segera berubah. Karena cairan keluar dari
mikrosirkulasi dengan peningkatan permeabilitas, unsur-unsur darah dalam jumlah banyak
(eritrosit, leukosit, trombosit) tetap tertinggal, dan viskositas darah meningkat. Sirkulasi
didaerah yang terkena kemudian melambat dan menyebabkan beberapa akibat penting. 7
Gambar 9.Tahap dari proses migrasi leukosit didalam pembuluh darah, Leukosit
berputar lalu kemudian mengaktivasi dan melekat pada endotel dan terjadi transmigrasi
dan migrasi dari endotel.
Secara normal aliran terjadi secaralancar. Ketika viskositas darah meningkat dan
aliran lambat, leukosit mulai mengalami marginasi yaitu bergerak ke bagian perifer arus,
disepanjang lapisan pembuluh darah seiring leukosit yang bermarginasi mulai melekat
pada endotel. Marginasi dimulai dari imigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan
disekelilingnya. Leukosit bergerak secara ameboid, leukosit terlihat memiliki kemampuan
mengulurkan pseudopodia kedalam ruang yang mungkin ada diantara dua sel endotel dan
kemudian secara bertahap mendorong dan muncul disisi lain, proses ini disebut imigrasi
atau diapedesis yang memerlukan waktu beberapa menit. Akibatnya karena kejadian ini
terjadi berulang kali didalam venule dalam jumlah yang tidak terhitung dan karena
banyak leukosit yang dikirimkan ke daerah tersebut melalui sirkulasi darah, maka sel-sel
dalam jumlah yang sangat banyak masuk kedalam ke daerah peradangan dalam waktu
yang singkat berjuta sel berimigrasi ke daerah peradangan yang bahkan kecil dalam
waktu beberapa jam.
Pergerakan leukosit di interstisial pada jaringan yang meradang dipengaruhi faktor
kimia yang disebut kemotaksis. Berbagai agen dapat memberikan sinyal kemotaktik
untuk menarik leukosit meliputi ageninfeksius, jaringan rusak, dan zat yang diaktifkan
dalam fraksi plasma yang bocor dari aliran darah. Dengan demkian, kombinasiantara
peningkatan pergerakan leukosit kedaerah tersebut sebagai akibat hiperemia, perubahan
dalam aliran darah yang mengakibatkan marginasi, serta orientasi kemotaktik gerakan
leukosit menyebabkan akumulasi cepat komponen leukosit yang signifikan didalam
eksudat.

2.8 Penentuan umur Luka Memar


Dalam kasus memar diperlukan waktu beberapa jam, bahkan dapat lebih dari 24 jam,
sebelum darah melakukan ekstravasasi ke permukaan, dan terlihat sebagai memar. Hal ini
untuk mengetahui mengapa memar menjadi lebih jelas terlihat dengan berlalunya jam atau
hari. Dikarenakan oleh keluarnya sel darah merah dari jaringan yang lebih dalam kemudian
menyebar ke bagian atas epidermis. Beberapa orang menyebutkan bahwa fenomena ini
merupakan hasil dari hemolisis sel darah merah, sehingga dapat memproduksi hemoglobin
bebas, yang pada akhirnya dapat menyebar pada jaringan.
(a) (b)
Gambar 10. (a) Kulit normal (b) Memar (kontusio) terjadi ketika pembuluh darah di
bawah kulit pecah, Kebocoran pembuluh akan menyebabkan warna biru kehitaman pada
kulit yang sering berubah menjadi warna ungu, merah, kuning, dan hijau yang ditandai
sebagai proses penyembuhan.
Tidak hanya fenomena postmortem memar menjadi lebih jelas terlihat setelah
kematian, Dalam memar ringan sulit untuk melihat sel darah merah bebas setelah 5
sampai 7 hari. Jika perdarahan terlalu berlebihan, membentuk hematoma, sel darah merah
dapat dilihat selama berminggu-minggu. Produk awal yang dibebaskan dari disintegrasi
sel darah merah adalah hemoglobin. Namun, dalam beberapa jam hemoglobin yang
mengalami fagositosis akan memproduksi hemosiderin, dan akan menimbulkan warna
kuning-coklat. Perubahan warna dan memudarnya memar adalah waktu yang saling
berkaitan. Namun, perubahan warna tersebut tidak konstan. Urutan warna biasanya
adalah dari merah gelap, kemudian biru, biru tua-ungu, coklat, kuning dan hijau
kekuningan. Keseluruhan perubahan warna dapat terjadi sempurna dalam waktu
seminggu atau penyerapan mungkin terjadi begitu cepat sehingga semua warna terlihat
telah menghilang dalam beberapa hari. Pada memar dengan warna kuning-hijau
menandakan bahwa usianya lebih tua dibandingkan warna biru-ungu. Warna kuning atau
kuning-hijau biasanya berarti bahwa memar telah terjadi dalam beberapa hari yang lalu
setelah cedera. Jika warna memar adalah warna hijau maka luka tersebut terjadi selambat-
lambatnya 18 jam sebelum kematian.
Dari berbagai macam luka pada kulit, memar adalah luka yang bergantung dengan
usia. Hemoglobin akan didegradasi oleh makrofag, kemudian memar akan menjalani
serangkaian perubahan warna, efek ini telah digunakan untuk menentukan umur luka
memar. Persepsi mengenai luka memar dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu
pigmentasi kulit, salah satunya warna cahaya berpengaruh terhadap pengamatan. Warna
memar dapat diperkiraan dari waktu sejak cedera, karena banyak variabel yang terlibat.
Hemoglobin bebas tampak berwarna merah. Biliverdin dan bilirubin memberikan warna
hijau dan kuning. Warna gelap, seperti biru dan ungu, mengindikasikan darah yang
memantulkan cahaya pada berbagai kedalaman kulit, warna hijau bisa menjadi kombinasi
warna biru dan kuning. Umumnya, merah, ungu, atau hitam merupakan perubahan warna
yang terjadi secara langsung yaitu dalam waktu periode-24 jam setelah cedera. Dalam
waktu 24 sampai 72 jam menyebabkan luka memar menjadi biru, ungu tua, atau coklat.
Adanya luka berwarna kuning dapat dilihat pada tahap ini, dan berlangsung selama
berhari-hari. Dalam satu studi, memar yang berwarna kuning dikaitkan dengan cedera
lebih dari 18 jam. Warna hijau pada minggu pertama berlangsung sampai hari ke-10
setelah trauma. Setelah 7 sampai 10 hari, memar berubah menjadi kuning. Hilangnya
warna dimulai pada 2 minggu atau lebih.

Gambar 11. Mekanisme sitoproteksi pada kerusakan seluler. Hemoglobin mengalami


degradasi, terjadi katalisis mikrosomal yang menghasilkan CO, besi bebas (Fe 2 +), dan
biliverdin.
Memar timbul pada waktu yang sama di lokasi tubuh yang berbeda dan dapat muncul
secara berbeda tergantung pada kedalaman perdarahan, sifat agen yang merugikan, dan
respon individu untuk cedera. Tahap penyembuhan dimulai dari pinggiran luka memar,
reabsorpsi darah meningkat jika memar terjadi di lokasi cedera sebelumnya.
Penyembuhan luka memar lebih cepat diamati pada orang muda. Munculnya luka dengan
warna “fresh” (merah, biru, ungu) bisa bertahan selama beberapa hari. Patolog tidak bisa
mengungkapkan pendapat tentang usia tertentu pada luka memar tetapi dapat menyatakan
bahwa berdasarkan warna tertentu yaitu (kuning, hijau, coklat) diamati sebagai luka yang
sudah berlangsung dalam waktu lama.
Tabel 1. Perubahan Warna Luka Memar Berdasarkan Waktu.
0–24 jam 1–3 hari 4–7 hari 1–2 minggu lebih 2
minggu
Camps merah, ungu, Hijau Kuning Resolusi
(1976) hitam
Glaister Biru tua Biru tua Hijau Kuning Resolusi
(1962)
Polson et Merah, hitam hijau (hari ke- Kuning Resolusi
al (1985) atau merah 7)
Smith & Merah, ungu/ kuning Kuning kuning/
Fiddes hitam (mulai) resolusi
Spitz and Biru Ungu tua Ungu Coklat Resolusi
Fisher terang/merah tua,hijau/kuning
(1974)
Adelson merah/biru,ungu Biru/coklat kuning/hijau Resolusi Resolusi
(1974)

Dalam beberapa jam memar akan berubah menjadi warna biru atau ungu tua setelah
cedera. Perubahan warna ini disebabkan oleh kerusakan hemoglobin yang ditemukan
dalam darah, karena rusaknya komponen darah ini menyebabkan perubahan warna yang
berbeda-beda pada luka memar. Dibawah ini dapat menunjukkan perubahan warna luka
memar berdasarkan urutan waktu. Memar berwarna kuning mulai dapat terlihat setelah 38
jam setelah cedera. Selain itu, memar dengan warna merah biru hampir ada di seluruh
gambar.

Gambar 12. Memar terjadi 15 jam setelah cedera (15/10/98 pukul 09:30)
Gambar 13. Memar terjadi 20 jam setelah cedera (15/10/98 pukul 15:00)

Gambar 14. Memar terjadi 38 jam setelah cedera (16/10/98 pukul 09:15)

Gambar 15. Memar terjadi 73 jam setelah cedera (17/10/98 pukul 20:00)

Gambar 16. Memar terjadi 87 jam setelah cedera (18/10/98 pukul 10:45)
Gambar 17. Memar terjadi 92 jam atau 3 hari setelah cedera (18/10/98 pukul 03:45)

Gambar 18. Memar terjadi 111 jam atau 4 hari setelah cedera (19/10/98 pukul 11:00)28

Gambar 19. Memar terjadi 137 jam atau 5 hari setelah cedera (20/10/98 pukul 01:15)

Gambar 20. Memar terjadi 6 hari setelah cedera (21/10/98 pukul 11:00)
Gambar 21. Memar terjadi 7 hari setelah cedera (22/10/98 pukul 16:00)

Gambar 22. Memar terjadi 8 hari setelah cedera (23/10/98 pukul 09:00)

Gambar 23. Setelah 12 hari memar di mata kanan hilang. Pada mata kiri masih terlihat
sedikit memar berwarna kuning (27/10/98 pukul 05:00)

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena
kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis.
Ekstravasasi darah dengan diameter lebih dari beberapa millimeter disebut memar atau
kontusio, ukuran yang lebih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung
peniti disebut ptekie. Baik ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab
trauma mekanis. Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil.
Perdarahan kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan ptekie berasal dari
pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler. Kata memar mengacu pada lesi yang dapat
dilihat pada kulit atau yang terjadi pada subkutanea, sementara kontusio dapat terjadi
pada bagian tubuh mana saja seperti limpa, mesenterium atau otot.

2.9 Perbedaan Luka Memar dengan Livor Mortis


LUKA MEMAR (Contusion,Bruise) 2,3 LEBAM MAYAT (Livor Mortis) 2
Intravital Post Mortem
Terjadi ekstravasasi darah maka dalam jangka Letaknya intravaskuler maka dalam jangka
waktu kurang 7 jam, warna memar tidak hilang waktu kurang 7 jam, warna memar akan
dengan penekanan hilang. Batas tidak tegas karena
hemoglobin yang berpindah ke jaringan.

Jika lebih 7 jam darah sudah berpindah ke


jaringan sehingga batasnya menjadi jelas
Daerah sekitarnya membentuk edema Daerah sekitarnya tidak terbentuk edema
Tidak menghilang jika irisannya dibersihkan Menghilang jika dicuci
Lokasinya tidak menentu Lokasinya pada bagian tubuh

You might also like