You are on page 1of 5

1.

DASAR TEORI PEMUNGUTAN PAJAK


Dasar teori pemungutan pajak timbul karena adanya pertanyaan saat dilakukannya
pemungutan pajak. Tidak ada seorang pun yang rela untuk membayar pajak negara, serta
tidak adanya manfaat yang langsung dirasakan. Dasar teori pemungutan pajak, yaitu:
1) Teori Asuransi
Teori asuransi diartikan dengan suatu kepentingan masyarakat (seseorang) yang
harus dilindungi oleh negara. Masyarakat seakan mempertanggungkan keselamatan dan
keamanan jiwanya kepada negara.
2) Teori Kepentingan
Teori kepentingan diartikan sebagai Negara yang melindungi kepentingan harta
benda dan jiwa warga negara dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus
dipungut dari seluruh penduduknya. Segala biaya atau pengeluaran yang akan
dikeluarkan oleh negara dibebankan kepada seluruh warga berdasarkan kepentingan dari
warga negara yang ada.
3) Teori Gaya Pikul
Dasar teori ini adalah asas keadilan, yaitu setiap orang yang dikenakan pajak harus
sama beratnya. Pajak yang harus dibayar adalah menurut gaya pikulnya seseorang yang
ukurannya adalah besarnya penghasilan dan besarnya pengeluaran yang dilakukan.
Kekuatan untuk membayar pajak baru dilakukan setelah kebutuhan primer (yang
merupakan asas minimum) seseorang telah terpenuhi.
4) Teori Gaya Beli
Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan kepada negara
memiliki tujuan untuk memelihara masyarakat dalam negara. Pembayaran pajak yang
dilakukan kepada negara lebih ditekankan pada fungsi mengatur (regulerent) dari pajak
agar masyarakat tetap eksis.
5) Teori Bakti
Teori ini menekankan pada paham organische staatsleer yang mengajarkan bahwa
sifat negara sebagai organisasi dari individu maka timbul hak mutlak negara untuk
memungut pajak. Teori bakti ini bisa dikatakan sebagai adanya perjanjian dalam
masyarakat untuk membentuk negara, dimana negara memimpin masyarakat serta
adanya kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada negara, maka pembayaran pajak
yang dilakukan kepada negara merupakan bakti dari masyarakat. Teori ini disebut juga
teori kewajiban pajak mutlak.

1
2. YURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK
Yurisdiksi yang dimaksud adalah batas kewenangan yang dapat dilakukan oleh suatu
negara dalam memungut pajak terhadap warga negaranya, agar pemungutannya tidak
menjadi berulang-ulang yang bias memberatkan orang yang dikenakan pajak.
1) Asas Tempat Tinggal atau Asas Domisili
Asas ini merupakan suatu asas pemungutan pajak berdasarkan tempat tinggal atau
domisili seseorang. Suatu negara hanya dapat memungut pajak terhadap semua orang
yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara yang bersangkutan atas seluruh
penghasilan dimana pun diperoleh, tanpa memperhatikan apakah orang yang bertempat
tinggal tersebut warga negaranya atau warga negara asing.
2) Asas Kebangsaan
Asas ini merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada kebangsaan
suatu negara. Suatu negara akan memungut pajak kepada setiap orang yang mempunyai
kebangsaan atas negara yang bersangkutan sekalipun orang tersebut tidak bertempat
tinggal di negara yang bersangkutan. Misalnya, Negara A akan memungut pajak
terhadap semua orang yang berkebangsaan Negara A sekalipun orang tersebut tidak
bertempat tinggal di Negara A.
3) Asas Sumber
Asas ini merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber atau
tempat penghasilan berada. Apabila suatu sumber penghasilan berada disuatu negara,
maka negara tersebut berhak memungut pajak kepada setiap orang yang memperoleh
penghasilan dari tempat atau sumber penghasilan tersebut berada.

3. STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK


Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:
1) Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga
pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan akan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan riil diketahui).

2
2) Stelsel Anggapan (Ficieve Stelsel)
Pengenaan pajak pada stelsel ini didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang
terutang untuk tahun apajak berjalan. Kebaikan stelsel pada akhir tahun. Sedangkan
kelemahanya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi atau campuran antara stlesel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak yang dihitung berdasarkan suatu anggapan
kemudian pada akhir tahun, besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut,
anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya
dapat diminta kembali.

4. PENGGOLONGAN JENIS PAJAK


Jenis-jenis pajak yang dapat dikenakan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Penggolongan Menurut Sifatnya
Penggolongan pajak menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain
serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu. Contoh : pajak
penghasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penerangan jalan,
pajak kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dilimpahkan kepada
orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa tertentu saja.
Contoh : pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bea balik nama kendaraan
bermotor (BBNKB), dan lain-lain.
2) Penggolongan Menurut Sasaran atau Objek
Menurut sasarannya, jenis-jenis pajak dapt dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang dikenakan pertama-tama memperhatikan
keadaan pribadi wajib pajak (subjek), kemudian memperhatikan keadaan
objektifnya sesuai gaya pikul, apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya
pajak penghasilan (PPh).

3
b. Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama
memerhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah itu, dicari
subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui,
misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
3) Penggolongan Menurut Lembaga Pemungutannya
Menurut lembaga pemungutnya, jenis pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Pusat dalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan. Contoh : Direktorat
Jendral Pajak. Besaran pajak pusat ditetapkan melalui undang-undang dan
PP/perpu. Jenis-jenis Pajak Pusat yang dikelola oleh Departemen
Keuangan yaitu : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Bea
Materai.
b. Pajak Daerah adalah Pajak yang di pungut oleh pemerintah daerah yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda). Hasih
pemungutan pajak daerah dikumpulkan sebagai bagian dari penerimaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Jenis-jenis pajak daerah yang dikelola provinsi, yaitu pajak kendaraan bermotor,
bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
pajak air permukaan, pajak rokok. Jenis-jenis pajak yang dikelola oleh
kabupaten/kota, yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
penerangan jalan, dan masih banyak lagi.
Selain itu, pemerintah daerah juga akan melakukan pemungutan dengan nama
retribusi, yaitu:
 Retribusi jasa umum, merupakan jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan tujuan kepentingan umum dan dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan. Contoh, retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
pelayanan pendidikan, dan masih banyak lagi.
 Retribusi jasa usaha, merupakan jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya

4
dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Contoh, retribusi terminal,
retribusi tempat pelelangan, dan masih banyak lagi.
 Perizinan tertentu, merupakan kegiatan tertentu pemerintah adalah
kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi. Contoh, retribusi izin trayek, retribusi izin mendirikan
bangunan, dan masih banyak lagi.

5. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK


Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Official Assessment System
Official assessment system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemungut pajak atau fiskus untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar oleh seseorang. Masyarakat wajib pajak memiliki sifat yang pasif
di dalam system ini dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus.
2) Semiself Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada
fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.
Setiap awal tahun, Wajib Pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang
untuk tahun berjalan yang merupakan angsuran bagi Wajib Pajak yang harus disetor.
Pada akhir tahun, fiskus akan menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya
berdasarkan data yang dilaporkan Wajib Pajak.
3) Self Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang penuh
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri besar utang pajak. Wajib Pajak bersifat aktif sedangkan fiskus
tidak turut campur, kecuali terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
4) Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah
ditentukan akan melapor kepada fiskus. Pada system ini fiskus dan Wajib Pajak
bersifat tidak aktif. Fiskus hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemungutan yang
dilakukan oleh pihak ketiga.

You might also like

  • RMK 7
    RMK 7
    Document11 pages
    RMK 7
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Wa0011
    Wa0011
    Document12 pages
    Wa0011
    Umul fatdillah
    No ratings yet
  • RMK 2
    RMK 2
    Document10 pages
    RMK 2
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Akuisisi Dan Disposisi
    Akuisisi Dan Disposisi
    Document12 pages
    Akuisisi Dan Disposisi
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • KLP 4
    KLP 4
    Document45 pages
    KLP 4
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Document63 pages
    AKL - Perusahaan Dalam Kesulitan Keuangan
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 9
    CG Sap 9
    Document6 pages
    CG Sap 9
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • RMK LPD KLP 3
    RMK LPD KLP 3
    Document10 pages
    RMK LPD KLP 3
    Intan Puspita
    No ratings yet
  • RMK 2
    RMK 2
    Document10 pages
    RMK 2
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 12
    CG Sap 12
    Document6 pages
    CG Sap 12
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 11
    CG Sap 11
    Document5 pages
    CG Sap 11
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Paper Perekonomian 5
    Paper Perekonomian 5
    Document32 pages
    Paper Perekonomian 5
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • RMK 4
    RMK 4
    Document13 pages
    RMK 4
    Intan Puspita
    No ratings yet
  • CG Sap 8
    CG Sap 8
    Document7 pages
    CG Sap 8
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 21
    Bab 21
    Document12 pages
    Bab 21
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 14
    CG Sap 14
    Document6 pages
    CG Sap 14
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 10
    CG Sap 10
    Document12 pages
    CG Sap 10
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 15
    Bab 15
    Document12 pages
    Bab 15
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 13
    Bab 13
    Document15 pages
    Bab 13
    Pradnyadevi
    No ratings yet
  • CG Sap 13
    CG Sap 13
    Document7 pages
    CG Sap 13
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 19
    Bab 19
    Document8 pages
    Bab 19
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Bab 17
    Bab 17
    Document15 pages
    Bab 17
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Akpri
    Akpri
    Document10 pages
    Akpri
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • CG Sap 6
    CG Sap 6
    Document8 pages
    CG Sap 6
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • RMK Bab 12
    RMK Bab 12
    Document14 pages
    RMK Bab 12
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • RMK Perekonomian Indonesia 7
    RMK Perekonomian Indonesia 7
    Document25 pages
    RMK Perekonomian Indonesia 7
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Pi
    Pi
    Document47 pages
    Pi
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • Sia
    Sia
    Document25 pages
    Sia
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • PI KLP 6
    PI KLP 6
    Document32 pages
    PI KLP 6
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet
  • PI Materi KLP 4 FIX!
    PI Materi KLP 4 FIX!
    Document32 pages
    PI Materi KLP 4 FIX!
    Pradnyadevi Utami
    No ratings yet