Professional Documents
Culture Documents
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENYULUHAN “HIPERTENSI”
Oleh :
Pendamping :
dr. H. Sartono, MM
PUSKESMAS PEMARON
2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
penanganan Stroke.
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
8
1. Definisi Media/ Alat Peraga
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan foto dan sebagainya.
8
2. Jenis Media/ Alat Peraga
- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati.
Termasuk dalam macam alat peraga antara lain :
5
- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan
bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini karena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal
ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat
dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, palstik,
dan lain-lain.
1) Metode Ceramah
4) Metode Panel
6) Metode Demonstrasi
7) Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan
topic yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8) Metode Seminar
2.5 Stroke
maupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
9
menyebabkan kematian akibat gangguan peredaran darah atau lesi vaskular.
Penyakit-penyakit dengan lesi vaskular di otak dikenal sebagai penyakit
10
serebrovaskular atau disebut juga dengan stroke.
Secara garis besar klasifikasi stroke dapat dibagi menjadi dua kategori
14
utama yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik disebabkan oleh berbagai macam hal mulai dari kelainan
16
vaskular, kelainan jantung dan kelainan darah. Penyebab stroke iskemik pada
umumnya berkaitan dengan trombus dan embolus yang menyebabkan terjadinya
sumbatan pembuluh darah sehingga parenkim otak mengalami iskemik.
1) Perdarahan Intraserebral
2) Perdarahan Subarahnoid
Stroke dapat disebabkan oleh berbagai risiko baik yang dapat diubah
maupun tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut dapat berdiri sendiri maupun
terjadi bersamaan. Yang termasuk faktor-faktor yang tidak dapat diubah antara lain
jenis kelamin, usia, ras dan genetik. Sedangkan yang termasuk factor-fakor yang
dapat diubah antara lain riwayat stroke, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, transient ischemic attack, penyakit karotis, hiperkolesterolemia,
kontrasepsi oral, hiperurisemia, peninggian hematokrit, antibodi fosfolipid,
21
hiperhomosisteinemia dan peninggian kadar fibrinogen.
1) Jenis kelamin
setelah mencapai usia 35-45 tahun, dan pada usia diatas 85 tahun lebih banyak
diderita perempuan.
2) Usia
4) Genetik
1) Hipertensi
mmHg pada 28%, dan MAP 107 mmHg pada 38%. Dalam International
Stroke Trial, sebanyak 17.398 pasien yang diambil secara acak dalam waktu
48 jam setelah timbul stroke (waktu rata-rata 20 jam) dari 467 rumah sakit di
36 negara. Didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik 160,1 mmHg, dan 82%
pasien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi berdasarkan kriteria WHO
26
(tekanan darah sistolik >140 mm Hg).
meningkat secara spontan pada kasus stroke akut. Peningkatan tekanan darah
semakin parah pada pasien dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya.
Tekanan darah akan menurun pada beberapa hari pertama dan minggu setelah
timbul stroke tanpa intervensi farmakologis. Sepertiga pasien mengalami
penurunan tekanan darah yang signifikan dalam beberapa jam pertama
timbulnya gejala stroke. Penanganan dengan menurunkan tekanan darah pada
stroke akut dapat menghindari efek buruk dari tingginya tekanan darah, tetapi
hal ini juga dapat menyebabkan hipoperfusi serebral dan memperburuk stroke
27
iskemik.
yang buruk pada stroke tidak selalu bergantung dari tingginya tekanan darah
28
baik sistolik maupun diastolik pada saat serangan stroke.
JNC VII menyatakan bahwa setiap kenaikan sistolik dan atau diastolik 10
mmHg diatas tekanan darah 115/75, terdapat peningkatan 10% risikovaskular
untuk penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular dan penyakit
pembuluh darah perifer. Selain itu, JNC VII juga mencatat bahwa sebagian
besar kasus stroke iskemik terjadi pada individu dengan status prehipertensi
29
dan hipertensi derajat 1.
2) Diabetes mellitus
3) Hiperkolesterolemia
4) Hiperhomosisteinemia
5) Obesitas
Obesitas merupakan keadaan di mana Body Mass Index (BMI) lebih dari
atau sama dengan 30,0. Obesitas memberi risiko dua kali lipat terjadinya
stroke. Sebagian besar penderita obesitas sering disertai dengan kelainan
lainnya seperti hipertensi, intoleransi glukosa, dan serum lipid aterogenik.
Obesitas dapat menyebabkan stroke melalui salah satu atau kombinasi
22
kelainan tersebut.
14
6) Merokok
Perokok memiliki faktor risiko stroke 2-3 kali dibandingkan dengan yang
bukan perokok dan risiko tersebut baru akan hilang setelah berhenti merokok
21
5-10 tahun.
7) Penyakit karotis
8) Kontrasepsi oral
9) Hiperurisemia
1) Trombus
2) Embolus
Embolus adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat
dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah dan berasal
dari suatu tempat lain pada sirkulasi darah. Embolus 95 % berasal dari trombus.
Embolus akan menimbulkan gangguan apabila diameter pembuluh darah yang
dilalui lebih kecil daripada diameter embolus tersebut sehingga terjadilah oklusi
pembuluh darah secara mendadak. Apabila embolus sudah menyumbat arteri ke
otak, maka aliran darah akan terhenti danmengakibatkan infark jaringan otak.
39
Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik.
40
Beberapa gambaran klinis akibat stroke yang sering dijumpai adalah:
1) Kelumpuhan satu sisi tubuh, yang merupakan salah satu akibat stroke yang
paling sering terjadi. Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan
dari letak lesi di otak, karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak.
Misalnya, penderita tidak bisa mengangkat tangan dan kaki.
6) Gangguan sensibilitas pada daerah yang dipersarafi oleh bagian otak yang
mengalami stroke. Penderita tidak merasakan adanya sensasi pada kulit
tubuhnya misalnya ketika penderita berjalan kemudian sandal terlepas tanpa
dirasakan.
18
9) Depresi dapat terjadi pada penderita stroke, tetapi hal ini masih menjadi
perdebatan apakah depresi yang terjadi merupakan akibat langsung dari
kerusakan otak pada stroke atau merupakan reaksi psikologis terhadap dampak
stroke yang dialaminya. Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan
dukungan dari keluarga.
11) Gangguan memori biasanya terjadi pada penderita stroke yakni kesulitan
dalam mempelajari dan mengingat hal baru atau tertentu.
13) Nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggng, mual, muntah serta
fotofobia. Gambaran klinis ini sering ditemukan pada stroke hemoragik baik
intraserebral maupun subaraknoid.
1) Gagal Nafas
Gagal nafas dapat terjadi sebagai akibat langsung dari lesi stroke pada
batang otak yang mengatur sistem respirasi, bersamaan dengan hilangnya
19
tonus otot faring baik saat batuk, menelan, maupun refleks muntah yang
sebenarnya juga memiliki peran fisiologis bagi system respirasi.
Demam merupakan kondisi yang cukup sering terjadi pada fase awal
setelah serangan stroke iskemik. Penyebab demam biasanya terjadi oleh
karena infeksi sistemik, tetapi pada beberapa pasien stroke dengan demam
penyebabnya tidak diketahui. Kondisi demam berkaitan secara signifikan
dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
4) Edema Serebri
Saat aliran darah melewati daerah jaringan otak yang infark, sel-sel mati
tersebut membengkak sehingga menyebabkan peningkatan massa dalam otak.
Edema serebi timbul dalam beberapa jam setelah onset stroke akut dan
mencapai puncak dalam 2-5 hari. Kondisi pembengkakan ini dapat merusak
dan mengubah struktur otak, meningkatkan tekanan intrakranial, dan sekitar
2%-3% dari kasus menyebabkan herniasi dan kematian.
5) GCS Rendah
Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi medis umum tetapi
merupakan komplikasi stroke yang serius dan dapat menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas selama periode penyembuhan stroke akut. Pasien
usia lanjut dengan kelumpuhan pada ekstremitas bawah, imobilitas fisik,
hiperkoagulabilitas darah, merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
perkembangan DVT.
2.5.8.1 Deteksi
1) Kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau tungkai salah satu sisi tubuh
2) Mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisi tubuh
6) Sakit kepala berat mendadak tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau
pingsan.
Pengenalan dini untuk masyarakat awam terhadap adanya tanda dan gejala
stroke dengan cepat dapat menggunakan Cincinnati Prehospital Stroke Scale
(CPSS) yang meliputi fascial droop (salah satu sisi wajah tidak dapat digerakkan
seperti sisi satunya), arm drift (salah satu lengan sulit atau tidak dapat
digerakkan), dan speech (bicara pelo, sulit atau tidak dapat berbicara,
mengguankan kata-kata yang salah), atau FAST (Face, Arm, Speech, Time). Time
yang dimaksud adalah segera menghubungi pusat layanan gawat darurat untuk
42
transportasi ke sarana kesehatan.
Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans yaitu petugas yang terlatih,
mesin EKG, peralatan dan obat-obat resusitasi dan gawat darurat, oksigen
transport, obat-obat neuroprotektor, telemedisin (alat komunikasi audiovisual),
42
pemeriksaan kadar gula darah, kadar saturasi oksigen.
KEGIATAN
3.1 Intervensi
3.2 Monitoring
3.3 Evaluasi
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke
diklasifikasikan dalam 2 macam yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terkena stroke terdiri dari 2
yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
4.2 Saran
27
28
9. Ralph LS, Scott EK, Joseph PB, Louis RC, Mary GG, Allen DH, et al.
American Heart Association/American Stroke Association. An Updated
Definition of Stroke for the 21st Century: A statement for Healhtcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. AHA Journal Stroke. 2013; 44: 2064-2089.
10. Mardjono, M, Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2004.
BAB 9, Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf; hal. 269.
17. Batticaca, FB. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. BAB 4, Asuhan Keperawatan
Klien dengan Stroke; hal. 58.
18. Mardjono, M, Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2004.
BAB 9, Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf; hal. 291.
29
19. Qodriani, TK. Hubungan Antara Rasio Kadar LDL/HDL kolesterol dengan
Kejadian Stroke Iskemik Ulang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. 2010.
20. Bhalla A, Wang Y, Rudy A, Wolfe CD. Differences in Outcome and Predictors
Between Ischemic and Intracerebral Hemorrhage. American Heart
Association/American Stroke Association. AHA Journal Stroke. 2013; 44:
2174-2181.
22. Junaidi, I . Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
2000.
24. Kiely DK, Wolf PA, Cupples LA, Beiser AS, Myers RH. Familial Aggregation
of Stroke: The Framingham Study. Stroke. 1993; 24: 1366-1371.
28. Leonardi JB, Phillips SJ, Bath PM, Sandercock PA. Blood Pressure and
Clinical Outcomes in the International Stroke Trial. American Heart
Association/American Stroke Association. AHA Journal Stroke. 2002; 33:
1315-1320.
30
29. National Institute of Health. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, USA. US Departement of Health and Human Services,
August 2004.
30. Lukovits TG, Mazzone TM, Gorelick TM. Diabetes Mellitus and
Cerebrovascular Disease. Pub Med. Neuroepidemiology. 1999; 18(1): 1-14.
34. Newman, MF, Fleisher, LA, Fink, MP. Perioperative Medicine: Managing for
35. Aminoff, MJ. Neurology and General Medicine. New York: Churchill
Livingstone; 2008. Chapter 61, Stroke is a complication of general medical
disorder; hal. 1172.
36. Misnadiarly. Rematik: Asam Urat - Hiperurisemia, Arthritis Gout.
37. Kim SY, Guevara JP, Ki KM, Choi HK, Heitjan DF, Albert DA, et al.
Hyperuricemia and risk of stroke: A systematic review and meta-analysis.
American College of Rheumatology. 2009; 61(7): 885–892.
38. Danesh J, Lewington S, Thompson SG, Lowe GD, Collins R, Kostis JB, et al.
Plasma fibrinogen level and the risk of major cardiovascular diseases and
nonvascular mortality: an individual participant meta-analysis. In JAMA: the
journal of the American Medical Association. 2005; 294(14): 1799-1809.
31
39. Maas MB, Safdieh JE. Ischemic Stroke: Pathophysiology and Principles of
Localization. Neurology Board Review Manual. Neurology. 2009; 13(1): 2-16
42. Antara A. Tatalaksana Stroke Pra Rumah Sakit: “Time Is Brain”. 2006. [cited
:/http://rsud.karangasemkab.go.id/artikel/Tatalaksana_Stroke_Iskemik_Pre_H
ospital.pdf
Pemaro menderita kelumpuhan atau
n
kematian.
PENYULUHAN
Stroke adalah suatu
STROKE
gangguan peredaran
darah
di otak yang
menyebabkan
terjadinya kematian
Oleh : jaringan
dr. Candra CG
otak sehingga
mengakibatkan
seseorang
Puskesm
as
- Merokok
Faktor Risiko Yang Tidak
Dapat Diubah - KB pil
- Jenis kelamin
- Usia
- Ras
Stroke terdiri dari 2 macam :
- Genetik
- Stroke Iskemik
Faktor Risiko Yang Dapat
disebabkan oleh sumbatan Diubah
pada pembuluh darah otak
- Hipertensi
- Stroke Hemoragik
- Diabetes mellitus
disebabkan karena
- Kolesterol tinggi
pembuluh darah di otak
- Obesitas
pecah
Gambaran Klinis Stroke : 1. Gagal nafas
pingsan.
Komplikasi Stroke :
- Catat waktu serangan
2. segera panggil
ambulans gawat darurat
2. Mengonsumsi makanan
1. T
yang bergizi
e
r
3. Hindari makanan yang banyak
a
mengandung garam, yang
p diawetkan, dibakar,bahan
k makanan yang mangandung
a bahan pengawet
5. Hindari stress