You are on page 1of 17

Anatomi dan Fisiologi

Telinga
ni
Sabtu, 23 Juni 2012
THT

DOWNLOAD - Anfis Telinga.pdf


cara download

Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa bagian


seperti: telinga luar, tengah, dan dalam.

Klik untuk perbesar


I. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga.
Terdiri dari :
1 Daun telinga / Pinna/ Aurikula
2 => merupakan daun kartilago
3 => fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke
kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar
2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).

4
5 Klik untuk perbesar
6 Membran timpani (gendang telinga)
7 => merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah.
Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi
mukosa pada permukaan internal.
8 =>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk
menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.
9 Bagian-bagiannya :
◦ Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2
lapisan :
◦ luar : lanjutan epitel telinga
◦ dalam : epitel kubus bersilia
◦ Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat
auditus ad antrum berupa lubang yang menghubungkan
telinga tengah dengan antrum mastoid.
◦ Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3
lapisan :
◦ tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin
10 Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran
timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks
cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada membran
timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada
membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks
cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.
11 Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat
adanya perforasi :
◦ atas depan
◦ atas belakang
◦ bawah depan
◦ bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi

12
II. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian
petrosus (canalis facialis) tulang temporal
Terdiri dari :
1 Tuba Eustachius
2 => menghubungkan telinga tengah dengan faring
3 => normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan,
mengunyah, dan menguap.
4 => berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani.
5 Bila tuba membuka => suara akan teredam.
6 Osikel auditori (tulang pendengaran)
7 => terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes
(sanggurdi) => MIS.
8 => berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke
fenesta vestibuli
9 Otot
10 => bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara
dengan nada tinggi (peredam bunyi).
◦ m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara
dipantulkan
◦ m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara
teredam

III. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal
Terdiri dari
1 Labirin
2 Terdiri dari:
◦ Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa
dengan cairan serebrospinal).

◦ 
Terdiri dari 3 bagian:


◦ Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang
menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular.
◦ Saluran semisirkularis
◦ S. semisirkular anterior(superior) dan posterior
mengarah pada bidang vertikal di setiap sudut
kanannya.
◦ S. semisirkular lateral => terletak horizontal
◦ Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang,
mengandung reseptor pendengaran (cabang N VIII =
vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi
berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi
3 bagian :
◦ duktus koklear (skala medial) => bagian labirin
membranosa yang terhubung ke sakulus, berisi
cairan endolimfe
◦ dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di
bawah skala media => skala vestibuli dan skala
timpani => mengandung cairan perilimfe dan terus
memanjang melalui lubang pada apeks koklea
yang disebut helikotrema.
◦ membran reissner (membran vestibuler) =>
pisahkan skala media dari skala vestibuli
yang berhubungan dengan fenestra
vestibuli
◦ membran basilar => pisahkan skala media
dengan skala timpani, berhubungan dengan
fenestra koklear
◦ skala organ korti=> terletak pada membran basilar,
terdiri dari reseptor yang disebut sel rambut dan
sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson
dan langsung bersinaps dengan ujung saraf
koklear



◦ Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong
yang terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe
(cairan yang serupa dengan cairan intraseluler). Merupakan
awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan
dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung
reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala
berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan
ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam,
berapa kecepatan serta arah gerakan).
◦ Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris
◦ Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.
3 Nervus
◦ Nervus vestibular
◦ Nervus koklear
Ekuilibrium dan aparatus vestibular
Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus,
sakulus, dan duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk
ekuilibrium dan keseimbangan.
1 Ekuilibrium Statis
2 => kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh
tidak bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon
perubahan dalam percepatan linear seperti kecepatan dan arah
pergerakan kepala dan garis tubuh dalam suatu garis lurus.
◦ Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di
dinding utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus
◦ Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan
kalsium yang disebut otolit (otokonia, statokonia).
◦ Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN
VIII) yang melilit di sekeliling dasar sel rambut.
3 Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon
gerakan angular atau rotasi
◦ Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap
saluran semisirkularis mengandung suatu bidang
pembesaran, ampula, yang berisi krista (teridiri dari sel
penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk
lapisan gelatin = disebut kupula)

Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang >
getarkan membran timpani > melewati tulang pendengaran MIS
(maleus, inkus, stapes) > energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap jorong sehingga perilimfe pada skala
vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke membrana reissner yang
mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara membran basalis
dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam
sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut
ke nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.
Anatomi dan Fungsi Telinga pada Manusia
Anatomi dan Fungsi Telinga pada Manusia - Telinga merupakan organ
penting yang membuat kita dapat mengenali dan mendeteksi berbagai jenis
suara serta berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Pada proses
mendengar tentu tak lepas dari peran organ-organ yang terdapat pada telinga.
Kali ini Gudang Biologi akan membahas tentang anatomi telinga, bagian-
bagian yang ada di telinga serta peran dari masing-masing bagian tersebut.

Anatomi dan Fungsi Telinga pada Manusia


Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Telinga
dalam :

Telinga Luar
Telinga bagian luar terdiri atas :

13 Daun Telinga (Aurikula), terbentuk oleh susunan tulang rawan yang


memiliki bentuk khas dan berfungsi untuk memusatkan gelombang
suara yang masuk ke saluran telinga.
14 Saluran Telinga Luar (Analis Auditoris Eksternal), dalam bagian ini
terdapat kelenjar sudorifera yaitu kelenjar yang dapat menghasilkan
serumen (bahan mirip lilin yang dapat mengeras). Serumen ini menjaga
telinga agar tidak banyak kotoran dari luar yang masuk ke dalam, juga
dapat menghindari masuknya serangga karena memiliki bau tidak
sedap.
15 Gendang Telinga (Membran Timpani), bagian yang berfungsi untuk
menangkap gelombang suara.

Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dan menjaga tekanan
udara tetap seimbang. Telinga bagian tengah terdiri atas 3 tulang
pendengaran utama yaitu Martil (Maleus), Landasan (Incus), dan Sanggurdi
(Stapes). Tulang–tulang ini dihubungkan oleh sendi dan saling berhubungan
satu sama lain sehingga memungkinkan tulang–tulang ini dapat bergerak.
Rangkaian 3 Tulang yang sedemikian rupa ini berfungsi untuk mengirimkan
getaran yang diterima dari Membran Timpani pada telinga luar menuju ke
Jendela Oval Telinga Dalam. Pada telinga bagian tengah terdapat Tuba
Eustachius, yaitu bagian yang menghubungkan telinga dengan rongga mulut
(faring). Tuba Eustachius Ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara
antara telinga bagian luar dengan telinga bagian tengah.

Telinga Dalam
Telinga Dalam terdiri atas bagian tulang dan bagian membran. Telinga dalam
disebut juga sebagai labirin karena bentuknya. Labirin Tulang Telinga Dalam
terbagi menjadi 3 yaitu :

11 Koklea (Rumah Siput), berbentuk seperti tabung bengkok ke belakang


lalu berlilit mengelilingi tulang dan membentuk seperti kerucut di
ujungnya. Koklea berfungsi sebagai reseptor karena memiliki sel–sel
saraf di dalamnya.
12 Vestibuli, adalah bagian yang terdiri dari sakula dan utrikula.
13 Kanalis Semisirkularis (Saluran Setengah Lingkaran), merupakan
saluran setengah lingkaran yang terdiri dari 3 saluran semisirkularis
yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berbeda.

Sekarang kalian sudah mengetahui Anatomi dan Fungsi Telinga pada


Manusia. Begitu pentingnya peran telinga dalam hidup kita. Oleh karena itu,
kita harus menjaga dan merawatnya dengan rajin membersihkan telinga kita
saat telinga kita sudah kotor. Semoga ulasan dari Gudang Biologi kali ini
dapat menambah pengetahuan serta membuat kita lebih mengenal tubuh kita
sendiri. Sekian dan smapai jumpa pada ulasan selanjutnya.
Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran
dan fungsi keseimbangan tubuh.
Anatomi telinga

Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti
diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

image.jpg
697x360 82.4 KB

Gambar Struktur anatomi telinga. Sumber: Fox S

16 Telinga Bagian Luar
 Telinga luar berfungsi menangkap


rangsang getaran bunyi atau bunyi dari luar. Telinga luar terdiri
dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga (canalis
auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan
kelenjar sebasea sampai di membran timpani.
 Daun telinga terdiri
atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun telinga
lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan antitragus.
 
 Liang telinga
atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti
huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan
2/3 distal memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga
mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin. Rambut-
rambut alus berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran,
debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar
sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan
partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga.
17 Telinga Bagian Tengah
 Telinga tengah atau cavum tympani.
Telinga bagian tengah berfungsi menghantarkan bunyi atau bunyi
dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan ruang telinga
dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi
oleh foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang tengah
telinga terdapat bagian-bagian sebagai berikut :
◦ Membran timpani
 Membran timpani berfungsi sebagai
penerima gelombang bunyi. Setiap ada gelombang bunyi
yang memasuki lorong telinga akan mengenai membran
timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung
ke arah dalam menuju ke telinga tengah dan akan
menyentuh tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus
dan stapes. Tulang-tulang pendengaran akan meneruskan
gelombang bunyi tersebut ke telinga bagian dalam.
◦ Tulang-tulang pendengaran
 Tulang-tulang pendengaran yang
terdiri atas maleus (tulang martil), incus (tulang landasan)
dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga
tengah dan menyatu dengan membran timpani. Susunan
tulang telinga ditampilkan pada gambar dibawah ini.

18 
 Gambar
Susunan tulang-tulang pendengaran Sumber: Fox S.9
◦ Tuba auditiva eustachius
 Tuba auditiva eustachius atau
saluran eustachius adalah saluran penghubung antara ruang
telinga tengah dengan rongga faring. Adanya saluran
eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara
rongga telinga telinga tengah dengan udara luar.
19 Telinga bagian dalam
 Telinga dalam berfungsi menerima
getaran bunyi yang dihantarkan oleh telinga tengah. Telinga dalam
atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin
selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ
Corti yang berfungsi untuk mengubah getaran mekanik gelombang
bunyi menjadi impuls listrik yang akan dihantarkan ke pusat
pendengaran.
 Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput)
yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri
dari 3 buah kanalis semi-sirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan skala timpani dengan skala
vestibuli.
 Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Koklea
atau rumah siput merupakan saluran spiral dua setengah lingkaran
yang menyerupai rumah siput.
 Koklea terbagi atas tiga bagian
yaitu:
◦ Skala vestibuli terletak di bagian dorsal
◦ Skala media terletak di bagian tengah
◦ Skala timpani terletak di bagian ventral
20 Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala
media berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe
berbeda dengan endolimfe. Hal ini penting untuk proses
pendengaran.
 Antara skala satu dengan skala yang lain
dipisahkan oleh suatu membran.
 Ada tiga membran yaitu:
◦ Membran vestibuli, memisahkan skala vestibuli dan skala media.
◦ Membran tektoria, memisahkan skala media dan skala timpani.
◦ Membran basilaris, memisahkan skala timpani dan skala
vestibuli.
21 Pada membran membran basalis ini terletak organ Corti dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.9 Struktur organ Corti ditampilkan pada gambar dibawah

ini.
 
 Gambar
Penampang koklea (gambar a) dan susunan organ Corti (gambar
b).Sumber: Fox S.
Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran
yang akan memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale.
Energi getar yang teiah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada skala
vestibuli bergerak.
Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner
yang akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-
sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus
temporalis.
Mekanisme Pendengaran

Gelombang bunyi merupakan suatu gelombang getaran udara yang


timbul akibat getaran suatu obyek. Bunyi yang didengar oleh setiap
orang muda antara 20 dan 20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batasan
bunyi sangat tergantung pada intensitas. Bila intesitas kekerasan 60
desibel di bawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan bunyi, rentang bunyi
menjadi 500 sampai 5000 siklus per detik. Pada orang yang lebih tua
rentang frekuensi yang bisa didengarnya akan menurun dari pada saat
seseorang berusia muda, frekuensi pada orang yang lebih tua menjadi
50 sampai 8000 siklus perdetik atau kurang.
Kekerasan bunyi ditentukan oleh sistem pendengaran yang melalui tiga
cara.
14 Pertama di mana ketika bunyi menjadi keras, amplitudo getaran
membran basiler dan sel-sel rambut menjadi meningkat sehingga
akan mengeksitasi ujung saraf dengan lebih cepat.
15 Kedua, ketika amplitudo getaran meningkat akan menyebabkan
sel-sel rambut yang terletak di pinggir bagian membran basilar
yang beresonansi menjadi terangsang sehinga menyebabkan
penjumlahan spasial implus menjadi transmisi yang melalui
banyak serabut saraf.
16 Ketiga, sel-sel rambut luar tidak akan terangsang secara
bermakna sampai dengan getaran membran basiler mencapai
intensitas yang tinggi dan perangsangan sel-sel ini tampaknya
yang menggambarkan pada sistem saraf bahwa tersebut sangat
keras.
Jaras persarafan pendengaran utama menunjukan bahwa serabut saraf
dari ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan
ventralis yang terletak pada bagian atas medulla. Serabut sinaps akan
berjalan ke nukleus olivarius superior kemudian akan berjalan ke atas
melalui lemnikus lateralis.
Dari lemnikus lateralis ada beberapa serabut yang berakhir di lemnikus
lateralis dan sebagian besar lagi berjalan ke kolikus inferior di mana
tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps.
Jaras berjalan dari kolikus inferior ke nukleus genikulum medial,
kemudian jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik
yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Jaras saraf
pendengaran ditampilkan pada gambar dibawah ini.

Gambar Jaras saraf pendengaran. Sumber: Guyton


Pada batang otak terjadi persilangan antara kedua jaras di dalam korpus
trapezoid dalam komisura di antara dua inti lemniskus lateralis dan
dalam komnisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior. Adanya
serabut kolateral dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam
sistem aktivasi retikuler di batang otak. Pada sistem ini akan
mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberikan respon terhadap
bunyi yang keras. Kolateral lain yang menuju ke vermis serebelum juga
akan di aktivasikan seketika jika ada bunyi keras yang timbul mendadak.
Orientasi spasial dengan derajat tinggi akan dipertahankan oleh traktus
serabut yang berasal dari koklea sampai ke korteks.
Lokalisasi bunyi

Penentuan keras bunyi di tentukan oleh amplitudo suatu getaran suatu


membran basilaris dan sel-sel rambut. Peningkatan amplitudo getaran
merangsang ujung saraf lebih cepat dan dapat menyebabkan sel-sel
rambut pada mambrana basiler yang bergetar mulai terangsang
akibatnya menyebabkan sumasi ruang bagi implus. Pada tiap telinga
memiliki keseragaman sensitivitas keseragaman pada rentan
pendengaran yang berbeda-beda. Sensitivitas terbaiknya berfrekuensi 2
sampai 5 kHz. Pada telinga yang baik membutuhkan intesitas lebih dari
0 dB unuk mendeteksi bunyi berfrekuensi 100 dari pada bunyi
berfrekuensi 1000 siklus per detik (Hertz /Hz).
Lokalisasi bunyi membutuhkan kerjasama kedua telinga. Seseorang
dapat menentukan bunyi pada arah horizontal melalui perbedaan waktu
antara masuknya bunyi ke dalam suatu telinga dengan frekuensi di
bawah 2000 Hz dan masuk ke dalam telinga yang lain.
Perbedaan antara intensitas bunyi dalam pada kedua telinga bekerja
paling baik bila frekuensi bunyi yang lebih tinggi, karena kepala
bertindak sebagai sawar bunyi yang lebih baik terhadap frekuensi
lainnya. Mekanisme perbedaan waktu dalam membedakan arah jauh
lebih baik dari pada mekanisme intesitas, karena mekanisme ini tidak
bergantung pada faktor-faktor luar, melainkan bergantung pada interval
waktu yang tepat antara dua sinyal akustik.
Perbedaan waktu datangnya gelombang bunyi pada telinga kanan
telinga kiri digunakan untuk mendeteksi sumber bunyi pada bidang
datar. Pada bunyi dengan frekuensi kurang dari 2000 Hz struktur bunyi
dapat diketahui dengan proses Interaural Time Differences (ITD).
Pada frekuensi yang lebih besar dari 2000 Hz, efek dari “bayangan
kepala” meningkatkan perbedaan intensitas bunyi antara telinga kanan
dan telinga kiri. Perbedaan ini digunakan untuk melokalisasi sumber
bunyi.
Gambar Lokalisasi sumber bunyi oleh 2 telinga. Panel A: Interaural
Time Differences (ITD) Panel B: Interaural Level of Differences Sumber:
Grothe B
Apabila seseorang melihat lurus ke arah sumber bunyi maka bunyi akan
mencapai kedua telinga dengan jarak waktu yang bersamaan.
Sedangkan jika telinga kanan lebih dekat dengan bunyi dari pada telinga
kiri maka sinyal bunyi yang berasal dari telinga sebelah kanan akan
memasuki otak lebih dahulu dari pada telinga sebelah kiri.

Gambar Bayangan bunyi. Sumber: Bess FH


Bayangan kepala atau bayangan akustik adalah area di mana terjadi
perlemahan amplitudo bunyi akibat terhalang oleh kepala. Bunyi
berjalan menembus dan mengelilingi kepala untuk mencapai telinga.
Adanya halangan oleh kepala menyebabkan terjadinya perlemahan
amplitudo yang merupakan filter bunyi yang menuju ke telinga. Efek filter
ini sangat penting dalam menentukan lokasi sumber bunyi. Telinga yang
tertutup bayangan kepala menerima bunyi 0,7 mili detik lebih lambat
dibanding telinga yang tidak tertutup bayangan kepala.10
Mekanisme Saraf untuk Deteksi Arah Bunyi

Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak, baik yang terjadi
pada manusia atau pada mamalia yang lebih rendah menyebabkan
kehilangan sebagian besar kemampuan mendeteksi asal bunyi. Jaras
pendengaran yang berperan dalam lokalisasi bunyi ditampilkan pada
gambar dibawah ini.
image.jpg
723x447 65.9 KB

Gambar Jaras pendengaran yang berperan dalam lokalisasi bunyi.


Sumber: Grothe B

Mekanisme saraf bunyi berlangsung mulai pada nukleus olivarius


superior di dalam batang otak. Nucleus olivarius dibagi menjadi nucleus
olivarius superior medial dan nucleus superior lateral. Nucleus superior
lateral untuk mendeteksi arah sumber bunyi dan nukeus superior medial
untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang
memasuki kedua telinga.
Bila bunyi masuk pada satu telinga maka telinga pertama akan
menghambat neuron-neuron pada nukleus olivarius superior lateral dan
penghambatan berlangsung selama kurang lebih satu mili detik. Nukleus
terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama,
satu yang menonjol ke kanan dan satu yang menonjol ke kiri. Sinyal
pada akustik dari telinga kanan mengenai dendrit kanan, dan sinyal dari
telinga kiri mengenai dendrit kiri. Intensitas eksitasi setiap neuron sangat
sensitiv terhadap perbedaan waktu spesifik antara dua sinyal akustik
yang berasal dari kedua telinga.
Neuron yang di dekat dengan perbatasan nukleus berespon secara
maksimal terhadap perbedaan waktu yang singkat, sedangkan neuron di
dekat perbatasan yang berlawan berespon terhadap perbedaan waktu
yang sangat panjang dan di antara perbedaan waktu yang sangat
singkat dan panjang terdapat perbedaan waktu yang sedang, sehingga
pola spasial stimulasi neuron berkembang dalam nukleus superior
medial.
Bunyi yang datang langsung dari arah depan kepala menstimulasi satu
perangkat neuron olivarius secara maksimal dan bunyi yang sudut
berbeda menstimulasi perangkat neuron pada sisi yang berlawanan di
depan neuron. Orientasi spasial dijalarkan pada seluruh jalur ke korteks
auditorius, di mana arah bunyi ditentukan oleh lokus neuron yang
dirangsang secara maksimal. Sinyal pada penentuan arah bunyi
dijalarkan melalui jaras yang merangsang lokus dalam korteks serebral.
Mekanisme untuk mendeteksi arah datangnya bunyi kembali
menunjukan bagaimana informasi dalam sinyal sensorik diputuskan
ketika sinyal melalui tingkat aktivitas neuron yang berbeda dalam
kualitas arah sumber dipisahkan dari kualitas gaya bunyi pada tingkat
nukleus olivarius superior.

You might also like