You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis-Viral
(Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian tenggorokan antara
amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus. Selain virus,
bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan. Namun yang paling umum
penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri
penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini
mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian dari
infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang
ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-
anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi,
tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
B. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar faringitis pada anak-anak
2. Mengetahui penanganan, pentalaksanaan faringitis yang terjadi pada anak-anak
3. Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa;
4. Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan yang baik.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Umum
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan kita
terhadap faringitis ini khususnya bagi kita yang terjun langsung sebagai tenaga
kesehatan sehingga menjadi perawat profesional pun bisa kita capai dengan
bertambahnya lagi pengetahuan tentang faringitis ini.
2. Khusus
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan faringitis pada anak-anak.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu terdiri dari:

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah,
B. Tujuan Penulisan,
C. Manfaat Penulisan
D. Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang terdiri dari:
A. Konsep Medik
B. Konsep Keperawatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis
(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak,
berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan
makanan.
B. KLASIFIKASI
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.
Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai
dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi
ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk
faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut
seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa
seperti manifestasi herpesdan sariawan.
2. Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior.
Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di
belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak mukosa
dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi.Pada rinitis atrofi
udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi faring.
c. Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
a) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding
faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.
b) Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang
menjalar ke arah laring.
c) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi
untuk tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.
2) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum
durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan
proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan
asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.
C. GEJALA
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami
peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan
atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1. Rasa pedih atau gatal dan kering.
2. Batuk dan bersin.
3. Sedikit demam atau tanpa demam.
4. Suara serak atau parau.
5. Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
D. ETIOLOGI
1. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan
disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus,
mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah
streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae
atau Chlamydia pneumoniae.
2. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan
demam .
3. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat
tenggorokan teriritasi.
4. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
5. Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat
kronis (menetap).
6. Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini
umumnya dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien.
Dapat ditemukan gejala klasik dari uman streptokokus seperti nyeri hebat saat
menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada kelenjar
amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.
E. PATOFISIOLOGI
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai
yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan
faringitis.Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring
dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.
Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja
mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.
F. KOMPLIKASI
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
G. PETALAKSANAAN
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-
250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia
0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Pemberian cairan yang adekuat
3. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat).
Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28
g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin
dan pelega tenggorokan bila perlu.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan
membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada
anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk
yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek,
demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi,
dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.
d. Observasi
1. Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2. Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3. Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4. Perilaku: gelisah, takut
5. Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,
kesulitan menelan.
6. Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan menelan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Intervensi Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Monitor temperature tubuh pasien
2. Mengetahui perkembangan
DX-1 secara teratur
suhu tubuh.
3. Identifikasi adanya dehidrasi,
3. Mengetahui adanya
peradangan
dehidrasi dan tingkat
4. Kolaborasi pemberian4. Membantu dalam proses
antibiotik, antipiretik penyembuhan

1. Kaji ulang tingkat nyeri 1. Agar tepat dalam memilih

DX-2 2. Ajarkan teknik relaksasi tindakan untuk mengatasi


nyeri
3. Kaji TTV
2. Meningkatkan relaksasi dan
4. Kolaborasi dalam pemberian
mengurangi nyeri
analgetik
3. Untuk mengetahui keaadaan
umum pasien

4. Untukmenguranginyeri
1. Kaji intake makanan pasien 1. Untuk mengetahui adanya

DX-3 2. Anjurkan pasien untuk makan peningkatan nafsu makan

makanan yang tinggi kalori dan2. Untuk memenuhi kebutuhan


serat nutrisi pasien

1. Identifikasi kualitas atau1. Untuk mengetahui keadaan


DX-4
kedalaman nafas pasien. nafas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air2. Untuk mencairkan secret
hangat. agar mudah keluar.
3. Ajari pasien untuk batuk3. Untuk melegakan saluran
efektif. nafas.
4. Kolaborasi untuk pemberian4. Untuk mengencerkan dahak.
terapi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
FARINGITIS
DI RUANG PUSPA RST CIREMAI

RUANG RAWAT : Ruang Puspa


TANGGAL MASUK RS : 22 Juni 2018
NO. MEDRECT : 000063765
TANGGAL PENGKAJIAN : 24 Juni 2018

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. T
Jenis Kelamin :P
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : bawah umur
Pendidikan : SD
Alamat : Jln cendana Raya No. 61 Rt 004/009 Kec Talun
Diagnosa Medis : Faringitis

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh panas
b. Kronologis keluhan
Klien datang ke UGD RST Ciremai pada tanggal 14 Januari 2013 dengan keluhan
panas, sakit tenggorokan dan filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu,
sebelumnya klien di bawa berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien
tidak kunjung membaik akhirnya klien di bawa ke RST Ciremai dan harus dirawat
di ruang Puspa Kelas 2A. dengan diagnosa faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 januari 2013 pukul 21.00 WIB,
keadaan klien tampak lemah, klien mengeluh masih panas sakit tenggorokan,dan
pilek. Adapun hasil dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit dengan
penyakit yang sama seperti sekarang, klien tidak pernah menderita penyakit lain,
klien juga tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien, dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, dan klien pun tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
keluarga klien mengatakan sosialisasi klien dengan keluarga dan orang lain sangat
baik, klien terlihat cemas dengan keadaan yang di alaminya sekarang. Keluarga
selalu berharap dan berdoa agar klien cepat sembuh.
5. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
No Jenisaktivitas Saatsehat / di rumah Saatsakit / di RS
1. Nutrisi
 makan
a. Frekuensi
3x sehari 3x sehari
b. Jenismakanan
Nasi,lauk Bubur +lauk
pauk,makanan pauk
c. Porsi makan
d. Nafsu makan ringan,
e. Kesulitan/ gangguan
1 porsi habis Tidak habis
 Minum Baik Kurang Baik
a. Jenis air minum
Tidak ada Kesulitan
b. Jumlah
c. Kesulitan / gangguan menelan
Eliminasi
Susu, Es, air putih Air putih
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi 4 gelas/hari 4-5 gelas/ hari
2) Warna
- Kesulitan
3) Konsistansi
4) Kesulitan / gangguan menelan
b. Eliminasi urine
2.
1) Frekuensi
2) Warna, bau urine
3) Apakah terpasang kateter
1-2x/hari 1x/hari
Kuning khas Tidak terkaji
Personal hygiene
Lembek Tidak terkaji
a. Mandi
b. Oral hygiene Tidak ada Tidak ada
c. Cuci rambut
d. Potong kuku
3-4x/hari 1x
Istirahat / tidur
Kuning jernih, khas Kuning, khas
a. Waktu tidur
b. Durasi tidur Tidak Tidak
c. Bangun malam hari
d. Gangguan dalam tidur

3.
2x sehari Di seka
1-2x sehari 1x/hari
2x sehari 1x/hari
1x dalam seminggu 1x/minggu
4.
Malam hari Malam hari
8 jam 6 jam
Tidak Ya
Tidak ada ↑↓ Panas

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan Darah : Tidak Terkaji
3. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva an anemis, seklerea an
ikhterik, pupil isokor, kornea normal, otot-otot mata baik, lapang pandang baik,
fungsi penglihatan baik (klien bisa melihat dan membaca papan nama perawat)
4. Sistem pendengaran
Posisi telinga normal, aurikel baik tidak nyeri tekan, kondisi telingan terdapat
serumen, fungsi pendengaran baik dengan klien selalu menjawab pertanyaan yang
di berikan perawat.
5. Sistem pernafasan
Frekuensi: 22 x/menit, posisi hidung simetris, pernafasan normal, terdapat
sumbatan sekret, ada batuk, suara nafas tidak baik (ronchi (+), wheezing -/-),
fungsi penciuman baik klien bisa mencium bau dari aroma kayu putih.
6. Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, temperatur kulit
hangat.
7. Sistem pencernaan
Gigi lengkap, keadaan sedikit kotor, nafas sedikit berbau, nafsu makan baik, bab
1x/hari, bising usus 8x/menit, abdomen tidak kembung, flatus baik, tidak ada
gejala susah BAB.
8. Sistem genetalia
Klien tidak bersedia untuk di periksa pada daerah genitaliany
9. Sistem saraf pusat
a. Tingkat kesadaran : compos mentis
b. GCS: - Respon membuka mata : 4 (membuka secara spontan)
- Respon verbal : 5 (orientasi baik)
- Respon motorik : 6 (melakukan perintah baik)
- 4 + 5 + 6 = 15 compos mentis
c. NI(olfaktorius) :klien dapat mencium bau kayu putih
d. NII(optikus) :klien dapat membaca papan nama perawat
e. NIII(okulomotorius) : reflek pupil bereaksi terhadap cahaya
f. NIV(troclearis) : otot otot mata klien dapat mengikuti pergerakan yg
di perintahkan perawat.
g. NV(trigeminus) : klien mampu menggigit
h. NVI(abducen) : mata klien dapat bergerak
i. NVII(facial) : fungsi pengacap klien baik
j. NVIII(auditorius) : fungsi pendengaran klien baik(klien menjawab
pertanyaan)
k. NIX(glosofaringeus) : klien dapat berbicara
l. NX(vagus) : klien tidak menelan dengan baik
m. NX1(asesorius) : klien dapat menggerakan bahu dengan baik
n. NXII(hipoglosus) : klien mampu menggerakan lidah.
10. Sistem Muskuloskletal
Terpasang infus di tangan kanan, ,kekuatan tonus otot :
11. Sistem integumen
Turgor kulit baik, warna kulit coklat gelap.

D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 januari 2013
Jenispemeriksaan Hasil Rujukan
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12,2 gr% W 12-16 gr%
Leukosit 11,5ribu / mm³ 4.0-10.0 ribu / mm³
Erytrosit 5,16 juta / mm³ W 4-4,5 juta/mm³
Haematokrit 36 % W 37-43 %
Trombosit 158ribu / mm³ 150-390 ribu / mm³
II. SEROLOGI
WIDAL
S.TY.H + 1 / 160
S.PA.H -- / NEG
S.PB.H + 1 / 160
S.PC.H -- / NEG
S.TY.O + 1 / 160
S.PA.O + 1 / 160
S.PB.O + 1 / 160
S.PC.O + 1 / 160

2. Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 januari 2013


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 11,6 gram % 10,12-16 gram %
- Leukosit 8,1 ribu/mm³ 4,0-10,0 ribu/mm³
- Erytrosit 5,18 juta 4-4,5 juta
- Haematokrit 35,8 % 37-43 %
- Trombosit 150 ribu/mm³ 150-390 ribu/mm³

URINE LENGKAP
- Warna
- BD 1,020 KUNING
- PH 6,5 KUNING
- Keton --/NEG NEGATIF
- Nitrit --/NEG NEGATIF
- Albumin +/POSI NEGATIF
- Reduksi --/NEG NEGATIF
- Urobilin --/NEG NEGATIF
- Bilirubin --/NEG NEGATIF

SEDIMEN
- Leukosit 3 0-4/LPB
- Erytrosit
2--3 0-4LPB
- Silinder
- Epitel cel 0- -1 NEGATIF
- Kristal
+/POSI POSITIF
--/NEG NEGATIF

3. Pemeriksaan Hasil Laboratorium tanggal 16 Januari 2013


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 11,5 gram 10,12-16 gram %
- Leukosit 5,0 ribu / mm³ 4,0-10,0 ribu/mm³
- Haematokrit 36,1 % 37-43 %
- Trombosit 145 ribu / mm³ 150-390 ribu/mm³

E. PENATALAKSANAAN / THERAPY
- Infus RL 20 tts/ menit
- Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
- Antrain 2x1 250 mg
II. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : klien mengeluh Virus / Bakteri Peningkatan suhu
badannya panas tubuh
DO: klien tampak lemah
Lapisan epitel dinding
S = 39.2 ˚ C
faring proses inflamasi
N = 92x/menit
radang
R : 22x/menit
bakteri melepas endotoksi
merangsang tubuh untuk
melepas zat pathogen
oleh leukosit

Impuls
disampaikan
ke hypothalamus bagian
termoregulator

Hiperthermi
peningkatan suhu
tubuh
2 DS: klien mengeluh nyeri Virus / Bakteri Nyeri menelan
tenggorokan
Lapisan epitel dinding
DO : klien tampak rewel faring
Skala nyeri 3 (0-5) Faringtis
S = 39.2 ˚ C Proses Inflamasi
N = 92x/menit Sakit Tenggorok
R : 22x/menit Nyeri menelan

3 DS : Klien tidak mau Virus / Bakteri Gangguan nutrisi


makan karena sakit saat Lapisan epitel dinding (kurang dari
menelan faring kebutuhan)

DO : Klien tampak lemas Faringti

porsi makan tidak habis Disfagia,


Gangguan Nutrisi Kurang
dari keb. Tubuh

4. DS: klien mengatakan Virus / Bakteri Bersihan jalan


saluran hidung tersumbat nafas tidak
Lapisan epitel dinding
karena adanya secret efektif
faring
DO: Terdengar suara
ronchi
Faringtis

Penumpukan
secret

Bersihan jalan
napas tidak
efektif
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake
yang kurang dengan kesulitan menelan
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tujuan dan


No Dx. Kriteria hasil Intervensi Rasional
Kep
1 I Setelah dilakukan 1. Ukur tanda- 1. Untuk mengetahui keadaan pasien
2. Mengetahui perkembangan suhu tubuh.
tindakan tanda vital
3. Membantu dalam proses penyembuhan
keperawatan selama 2. Monitor
3 x 24 jam Suhu temperature tubuh
tubuh dalam batas secara teratur
normal, dengan 3. Kolaborasi
kriteria hasil : pemberian
- Suhu: 36,8-37,2 antibiotik,
C antipiretik

2. II Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Agar tepat dalam memilih tindakan untuk mengatas
2. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
tindakan tingkat nyeri
3. Untuk mengetahui keaadaan umum klien
keperawatan selama 4. Untuk mengurangi nyeri
3 x 24 jam nyeri 2. Ajarkan
berkurang dengan teknik relaksasi
kriteria hasil:
- nyeri klien 3. Kaji TTV
berkurang dari skala
3 menjadi 1 4. Kolaborasi
- klien tidak
dalam pemberian
tampak rewel
analgetik
- TTV normal
Suhu : 36 ˚C
Nadi:60-100 x
/menit
3 II Setelah dilakukan 1. Kaji intake 1. Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu maka
2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
I tindakan makanan klien
keperawatan selama 3. Untuk mengurangi rasa sakit tapi makanan bias ma
2. Anjurkan
3 x 24 jam,
klien untuk
kebutuhan nutrisi makan makanan
terpenuhi dengan yang tinggi kalori
kriteria hasil : dan serat
3. Anjurkan
- klien
makan sedikit tapi
mengatakan tidak
sering dan dalam
sakit dalam menelan
keadaan hangat.
makanan
- klien makan
dengan lahap
- Nafsu makan
klien meningkat
- klien nampak
lebih segar
4 I Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui keadaan nafas klien.
2. Untuk mencairkan secret agar mudah keluar.
V tindakan kualitas atau
3. Untuk melegakan saluran nafas.
keperawatan selama kedalaman nafas
4. Untuk mengencerkan dahak.
3x24 jam diharapkan klien.
2. Anjurkan
klien dapat bernafas
untuk minum air
dengan lancer/efektif
hangat.
dengan kriteria
3. Ajari klien
hasil :
untuk batuk
- klien dapat
efektif.
mengeluarkan 4. Kolaborasi
sputum untuk pemberian

- klien mengatakan terapi

dapat bernapas
dengan lancar

V. IMPLEMENTASI
Tanggal No.
No Dx. Implementasi Respon
Kep
1. I  Mengukur tanda-  Klien bersedia dengan hasil s: 37.7˚ C N: 94x/menit R
tanda vital 20x/menit
 Klien bersedia dan mau di periksa dalam jangka waktu
 Memonitor
- Malam : 37,0°C
temperature tubuh - Pagi : 37,6° C
- Sore : 37,0° C
secara teratur

 Klien bersedia saat dilakukan pemberian terapi injeksi


 Cefotaxim 2x600mg
 antrain 2 x 250 mg

 Kolaborasi
pemberian antibiotik,
antipiretik
2 15-01- II  Mengkaji ulang  klien mengatakan masih terasa sakit tenggorokan bila k
2013 tingkat nyeri makan atau berbicara
 klien mengerti dan mencoba untuk melakukan tehnik
 Mengajarkan
relaksasi( tarik nafas dalam, mengatur posisi menjadi semi
teknik relaksasi
powler)
 klien kooperatif dengan hasil
 mengkaji TTV
S: 37,7˚ C
N: 94x/menit
R: 20x/menit
 klien bersedia untuk di injeksi (thorasix) dengan terapi
 berkolaborasi antrain 2x 250mg
dalam pemberian
analgetik
3 III  mengkaji intake  klien terlihat makan tiga kali sehari dengan menu bubur
makanan klien sayur dan buah.

 menganjurkan  Keluarga klien mengerti dan melakukannya.


keluarga klien untuk
memberimakanan
yang tinggi kalori dan
serat kepada klien
4 IV  Mengidentifikasi  Klien kooperatif saat dilakukan identifikasi kedalaman
kualitas atau
 Klien bersedia dan mau minum air hangat
kedalaman nafas  Klien mengerti cara batuk efektif
klien.
 Megnjurkan
untuk minum air
hangat.
 Mengajarkan
klien untuk batuk
efektif.
VI. EVALUASI
Ttd&
No Tgl, DX Evaluasi NamaPer
awat
1. 15-01- I S : klien mengatakan badannya sudah
2013 tidak panas
O: keadaan klien sedang
S = 36,6 ˚ C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
2. 15-01- II S:klien mengeluh masih nyeri
2013 tenggorokan
O : klien tampak rewel
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
3. 15-01- III S : klien mengatakan masih saki tpada
2013 saat menelan makanan
O : - Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. 15-01- IV S : klien mengatakan saluran hidung
2013 tersumbat karena adanya secret
O : terdengar suara ronchi
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

1 16-01- II S:klien mengatakan sudah tidak nyeri


2013 tenggorokan
O : keadaan klien sedang
A: masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
2 16-01- III S : klien mengatakan sudah tidak sakit
2013 saat menelan
O : klien mengatakan nafsu makan
agak membaik
- Keadaan klien sedang
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 16-01- IV S: klien mengatakan saluran
2013 hidungnya sudah tidak tersumbat
O : sudah tidak terdengar suara ronchi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam bahasa Latin;
pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan faringitis yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguan nutrisi (kurangdarikebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang
dengan kesulitan menelan
4. Bersihan jalnan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
B. SARAN
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat
meningkatkan lagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki khususnya dibidang Keperawatan.

You might also like