You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distosia yang secara teratur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalianan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umun terjadi bila ada disproporsio antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. CPD (cephalopelvic disproportion) adalah
akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering
kombinasi dari kedua diatas. Setiap penyempitan diameter panggul yang
mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan distosia selama persalinan.
Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul, medpelvis, atau pintu
bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa
terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet, dan midlet, diagnosisnya bergantung
pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi
ukuran kepala janin.
Persalinan normal suatu kedaan fisiologis, normal dapat berlangsung
sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor
“P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan
keadaan janin (passanger), faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu),
penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya
keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih
faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan
penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan chepalo pelvic disporpotion ?
1.2.2. Apa penyebab dari chepalo pelvic disporpotion ?
1.2.3. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap diagnosa medis chepalo
pelvik disporpotion ?

1
1.2.4. Apakah ada hubungan antara lama persalinan dengan chepalo pelvik
disporpotion atau panggul sempit ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pemberian Asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Chepalo Pelvic Disporpotion dan untuk mengetahui
CPD dengan lamanya proses dalam persalinan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui Konsep Teori Chepalo Pelvic Disporpotion, mengetahui
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Chepalo
Pelvic Disporpotion.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan pembaca tentang konsep
dan penanganan chepalo pelvic disporpotion dan hubungan CPD
dengan lamanya persalinan.
1.4.2. Agar makalh ini menjadi referensi untuk dapat menambah wawasan
tentang konsep dan penanganan chepalo pelvic disporpotion dan
hubungan CPD dengan lamanya persalinan.
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1. Bab I, merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan serta metode penulisan.
1.5.2. Bab II, merupakan tinjauan teoritis mengenai konsep dasar chepalo
pelvic disporpotion dan asuhan keperawatan dari chepalo pelvic
disporpotion.
1.5.3. Bab III, merupakan laporan kasus dari ruang VK bersalin di RS
Ciremai, bukti pemecahan masalah mengenai kasus di ruang VK
bersalin RS ciremai dan analisis kelompok tentang hubungan lama
persalinan dengan chepalo pelvic disporpotion.
1.5.4. Bab IV, merupakan penutup yang bersisi tentang kesimpulan dan saran.

2
1.6 Metode penulisan
Penulisan makalah ini diambil dari beberapa referensi dari internet dan studi
pustaka.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi
Panggul sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul satu
sentimeter atau lebih dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang
ukuran konjugata diagonalisnya 5,5 cm. Beberapa terminologi klinis yang
harus diketahui yang berkaitan dengan perbandingan antara beratnya janin
dengan ukuran panggul adalah terminologi disproporsi sevalopelvik, yaitu
ketidakseimbangan antara besarnya janin dibandingkan dengan ukuran
panggul (Manuaba, 2008). Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu
bentuk ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu.
(reader, 1997)
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina,
biasanya disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi
keduanya (Winkjosastro, 2005).
Disproporsi fetopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul. Disproporsi dapat absolut atau relatif. Absolut apabila janin sama
sekali tidak akan dengan selamat dapat melewati jalan lahir. Disproporsi
relatif terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit
sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, kelonggaran
jaringan lunak, letak, presentasi, dan kedudukan janin yang menguntungkan
dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya
kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal dan
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya,
semuanya dapat menyebabkan persalinan vaginal tidak mungkin (Oxorn,
2010).
Dalam obstetri bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi
ialah panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul. Kondisi panggul sempit dikenal pula dengan sebutan Cephalo Pelvic

4
Disproportion (CPD). Berdasarkan data American College of Nurse Midwives
(ACNM), Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) ditemukan pada 1 dari 250
kehamilan. CPD terjadi jika kepala bayi atau ukuran tubuh bayi lebih besar
dari pada luas panggul ibu, sehingga dalam proses persalinan, bayi tidak
mungkin dapat melewati panggul ibu, jika telah diketahui adanya kondisi
CPD, maka jalan paling aman untuk melahirkan adalah melalui bedah sesar
(Sulaiman, 2006).
Dalam Obstetri yang dimaksud panggul sempit secara fungsional yang
artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi
sebagai berikut:
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm.
2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sakrum kira-kira pada pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5. Dikatakan bidang tengah panggul sempit jika jumlah diameter
transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang dari 15,5
cm dan diameter antara spina kurang dari 9 cm.
3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antar kedua tuber
isiadika sebagai dasar. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak
antara tubera ossis ischii ≥ 8 cm dengan sendirinya arcus pubis akan
meruncing (Bratakoesoema, Dinan S., 2005).
2.2.2 Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil.
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa.

5
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka
belakang.
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain.
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang.
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong.
b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring, fraktura
dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
2.2.3 Manifetasi Klinis
1. Persalinan lebih lama dari yang normal
2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara),
38 minggu.
2.2.4 Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan
percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak
boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga

6
sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang
akan menjadi penyulit persalinan percobaan. Pada janin yang besar
kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya.
Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan
dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala
ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan
bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila
cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya
kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan
dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan
tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas,
sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan
percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam atau dibantu
ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah
pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2
jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea

7
Seksio sesarea efektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada
komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak
dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama
beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau
ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan
syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin
dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak,
sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri
atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.
5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala
dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena
terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk
melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua
klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong
dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak
mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak
akan timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat
dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit
sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
6. Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka

8
baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps
memperkecil ruangan jalan lahir.
2.2.5 Komplikasi
Menurut Sarwono apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik
dibiarkan sendiri tanpa-bilamana perlu pengambilan tindakan yang tepat,
timbulnya bahaya bagi ibu dan janin.
1. Pecah ketuban dini. Di sisi lain, karena kepala janin tak kunjung turun,
sering kali tali pusat jadi keluar dari jalan lahir.
2. Masa persalinan berlangsung lambat. Waktu yang dibutuhkan untuk
kemajuan tiap pembukan cenderung lama. Ujung-ujungnya terjadi robek
rahim.
3. Persalinan lama ini juga mengakibatkan terjadinya penekanan yang lama
pada jaringan lunak sehingga berdampak edema atau pembengkakan jalan
lahir.
4. Ibu merasakan sakit dan kelelahan karena kontraksi rahim yang makin
kuat tapi janin tak turun menuju pintu panggul.
5. Kemungkinan lain, terjadi infeksi baik pada ibu maupun janin lantaran
proses persalinan yang lama.
6. Ibu juga dapat mengalami patah tulang pada bagian pintu panggul serta
kerusakan saraf bagian panggul.
7. Dampak pada janin adalah fraktur pada tulang kepala karena tekanan dari
his (kekuatan mendorong sang ibu).
8. Kepala janin berupaya masuk ke pintu panggul, akibatnya tulang
tengkorak dan kepala saling bertumpuk aau menindih agar dapat masuk ke
pintu panggul sehingga terjadi kelainan letak posisi kepala. Kondisi ini
dapat menyebabkan obekan atau pendarahan pada otak janin. Fatalnya bisa
berakibat kematian karena kekurangan oksigen.

9
2.2.6 Pathway

Ibu Hamil

CPD/panggul sempit

1. Gangguan pertumbuhan
2. Kelainan tulang belakang
3. Penyakit tulang

1. Kesempitan pintu atas panggul 1. Janin Besar


2. Kesempitan pintu tengah panggul 2. Janin beum masuk
3. Kesempitan pintu bawah panggul PAP

Sectio caesarea
Partus percobaan

Berhasil Gagal

Sectio caesarea

Persalinan
berikutnya
dengannSectio
caesarea

10
2.2 Pengkajian
2.2.1 Wawancara
1. Identitas
Ras : ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda dari berbagai ras. Pada
wanita yang tinggi badan <145cm, kemungkinan panggul kecil perlu
diperhatikan. Kemudian kaji identitas klien dan identitas penanggung
jawab mulai dari nama, umur, alamat, dsb.
2. Riwayat Penyakit
Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan mempengaruhi besar
janin. Pada postpolimyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan panggul
miring. Fraktur pada ekstremitas timbul kalkus atau kurang sempurna
sembuhnya dapat mengurangi bentuk anggul. Penyakit rankitis pada masa
kanak-kanak, jika duduk badan pada panggul dengan tulang-tulang atau
sendi-sendi yang lembek menyebabkan sacrum dengan promontoriumnya
bergerak ke depan dan bagian bawahnya mendatar sehingga sacrum
mendatar.
3. Riwayat Obsetri Ginekologi
a. Riwayat ginekologi
Tanyakan kepada klien nya usia berapa dia haid, dan terakhir haid
kapan.
b. Riwayat kehamilan sekarang
Usia kehamilan tidak boleh >42 minggu, pergerakan anak, tinggi
fundus uteri, letak anak lintang atau sunsang.
c. Riwayat persalinan yang lalu
Tanyakan, apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak
lintang atau sungsang, ditolong dengan alat atau operasi.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Kaji keadaan fisik nya apakah klien nya tampak pucat, lemas, meringis.
Dan kesadarannya apakah composmetris atau tidak.
2. Tanda-tanda vital dalam keadaan batas normal

11
3. Kaji air ketubannya apakah sudah pecah atau belum karena akan
mempengaruhi dalam proses persalinan. Biasanya, jika klien dengan
panggul sempit air ketubannya pecah duluan.
4. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Untuk mengetahui pembesaran perut, bentuk perut, linea
alba/nigra, strie albican/livide, kelainan, pergerakan anak (Alimul,
2008). Pada kasus CPD abdomen tampak pendulum (menggantung).
b. Palpasi, menurut Alimul (2008), meliputi kontraksi untuk mengkaji
frekuensi, lamanya dan kekuatan kontraksi.
Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian Janin
dalam fundus.
Leopold II : Untuk menentukan bagian yang terdapat di samping perut
kanan dan kiri ibu. Pada kasus CPD, pada perut kanan ibu teraba bagian
memanjang dan pada perut kiri ibu teraba bagian kecil janin (Manuaba,
2008).
Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin, apakah sudah
masuk PAP atau masih dapat digoyang. Pada kasus CPD, masih dapat
digoyangkan.
Leopold IV : Untuk menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa
jauh sudah masuk pintu atas panggul.
TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin.
c. Auskultasi
Merupakan cara pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh melalui alat stetoskop.
5. Pemeriksaan Panggul
Untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak, berapa ukuran
distansia spinarum, distansia kristarum, conjugata ekterna dan lingkar
panggul (Alimul, 2008).
6. Pemeriksaan Anogenital
Vulva/Vagina : Ada varices atau tidak, luka atau tidak, kemerahan atau
tidak, nyeri, atau tidak, ada kelenjar bartholini atau tidak, ada pengeluaran

12
pervaginam atau tidak (Alimul, 2008). Pada pemeriksaan dalam diperiksa
porsio tebal atau lunak, ketuban (+) atau (-), penurunan kepala Hodge I, II,
III atau IV, presentasi penunjuk dan pembukaan. Pada kasus CPD
terabanya promontorium dan penurunan kepala Hodge I, presentasi kepala
(Rohani, 2011).
7. Perineum : Ada bekas luka atau tidak, ada keluhan lain atau tidak
(Alimul, 2008).
8. Anus : Ada haemoroid atau tidak, ada keluhan lain atau tidak (Alimul,
2008).
2.2.3 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium ( HB, CT, BT, golongan drah )
2. USG
3. Rontgen
2.2.4 Analisa Data
Yaitu data-data yang sudah dikumpulkan data yang dikumpulkan berupa data
subjektif dan dan objektif, analisa data ini untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Misalnya sebagai berikut :
S: klien mengatakan nyeri dibagian jalan lahir, mules, dan takut anaknya mati
didalam.
O: klien tampak meringis, gelisah.
TD: 120/80 Mmhg
Suhu :36,00oC
RR :22x/menit
Nadi :80x/menit
2.3 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Ansietas b.d ketakutan dalam proses persalinan dengan kondisi saat ini dan
lama persalinan akibat CPD.
2. Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus, trauma jaringan, dilatasi serviks dan
lama persalinan akibat CPD
3. Resiko infeksi b.d trauma jaringan (luka epis, rupture membrane, ketuban
keruh)

13
4. Keletihan b.d penurunan produksi energi dan peningkatan kebutuhan
produksi energi
5. Resiko cidera ibu dan janin b.d persalinan lama akibat CPD
2.4 Rencana Asuhan keperawatan
1. Ansietas b.d ketakutan dalam proses persalinan dengan kondisi saat ini
dan lama persalinan akibat CPD.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien merasa
tidak cemas lagi dalam menghadapi proses persalinan.
No Interverensi Rasional Evaluasi
1. Gunakan pendekatan yang Meningkatkan S: klien
menenangkan ketenangan klien mengatakan rasa
2. Dorong keluarga untuk Meningkatkan motivasi cemasnya sudah
menemani klien pada klien menghilang
3. Jelaskan prosedur dan apa Meningkatkan klien O: klien tampak
yang dirasakan selama untuk mengendalikan tenang dan rileks
prosedur dan mempersiapkan A: masalah
mental hal ini akan teratasi
mengurangi kecemasan P: hentikan
yang dialami tindakan
keperawatan
4. Berikan gambaran yang Agar klien mendapat
jelas tentang proses gambaran akan tentang
persalinan persalinan

5. Intruksikan klien Merupakan teknik


menggunakan teknik alami untuk
relaksasi meningkatkan
ketenangan klien

2. Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus, trauma jaringan, dilatasi serviks dan
lama persalinan akibat CPD

14
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
mengerti dan bertoleransi terhadap rasa nyerinya.
No Intervensi Rasional Evaluasi
1. Kaji nyeri secara komprehensif Membantu S: klien
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dalam mengatakan rasa
frekuensi, dan kualitas mendiagnosa dapat
dan menentukan mengontrol rasa
tindakan nyeri dan
keperawatan bertoleransi
selanjutanya O: klien tampak
2. Observasi reaksi nonverbal dari - rileks
ketidaknyamanan A: masalah
3. Intruksikan klien menggunakan Untuk teratasi
teknik relaksasi mengurangi rasa P: hentikan
nyeri tindakan
keperawatan

3. Resiko infeksi b.d trauma jaringan (luka epis, rupture membrane, ketuban
keruh)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi
dapat teratasi dan diminimalisir.
no Intervensi Rasional Evaluasi
1 Jahit luka dengan teknik aseptik Sebagai salah satu S: klien merasa
tindakan untuk lebih baik
meminimalisir tidak O: luka
terjadinya infeksi episiotomi
2. Kaji tanda-tanda infeksi pada Sebagai data dasar tampak kering,
luka episiotomi untuk mendiagnosa tidak ada
dan menentukan kemerahan
tindakan yang akan A: masalah

15
dilakukann teratasi
3. Anjurkan klien setelah buang air Untuk mempercepat P: hentikan
kecil atau besar menggunakan penyembuhan luka tindakan
air dingin episiotomi keperawatan
4. Sterilkan alat-alat untuk Untuk menjegah
persalinan terjadinya infeksi

4. Keletihan b.d penurunan produksi energi dan peningkatan kebutuhan


produksi energi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan keletihan
dapat teratasi dan klien tampak bersemangat.
No Intervensi Rasional Evaluasi
1 Ajarkan klien mengejan yang Untuk S: -
baik dan benar memaksimalkan O: klien tampak
mengejan yang baik bersemangat
2. Anjurkan klien beristirahat Untuk memulihkan A: masalah
tenaga teratasi
3. Berikan makanan dan minum Untuk membantu P: hentikan
pada klien memberi tenaga atau tindakan
memulihkan energi keperawatan
4. Anjurkan klien untuk tidak Agar tidak
mengejan saat tidak ada membuang tenaga
kontraksi sia-sia

5. Resiko cidera ibu dan janin b.d persalinan lama akibat CPD
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cedera
terhadap ibu dan bayi dapat teratasi.
no Intervensi Rasional Evaluasi
1. Anjurkan keluarga untuk untuk menjaga takut S: -
menemani klien terjadi hal yang O: klien dan

16
tidak diinginkan bayinya selamat
2. Indentifikasi kebutuhan Untuk mencegah A: masalah
keamanan pasien susai dengan terjadinya hal yang teratasi
kondisi fisik dan fungsi kognitif tidak diinginkan P: hentikan
pasien dan riwayat penyakit pada ibu dan janin tindakan
terdahulu klien keperawatan
3. Lakukan operasi sesar Untuk mempercepat
kelahiran dan
menghindari
kematian bayi akibat
lama persalian

17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Laporan Kasus
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
PADA NY. N DENGAN PANGGUL SEMPIT
Di Ruang VK WIDYA
RUMAH SAKIT CIREMAI CIREBON
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Sunda / Indonesia
Gol. Darah :O
Alamat : Grenjeng, Kalitanjung .Cirebon
Tgl masuk Rs : 25 Januari 2018
Tgl Pengkajian : 25 Januari 2018
Diagnosa Medis : CPD/Panggul sempit
2) Identitas Penanngung Jawab
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hub. Dengan Klien : Suami
b. Keluhan Utama
Nyeri pada jalan Lahir
c. Riwayat Kesehatan Saat ini
Pada tanggal 25 januari 2018 pukul 16 : 00 klien Ny. N datang ke RS Ciremai
bersama suaminya Klien Mengeluh Mules dibagian perutnya dan sakit pada

18
jalan lahir, keluhan yang dirasakan sudah dari empat jam yang lalu dan
mengeluarkan lender. Keluhan muncul pada saat telentang dan sedikit hilang
pada saat duduk, munculnya dua puluh menit dengan lamanya 15 detik.
Keluhan yang di rasakan seperti, nyeri tekan dan meremas-remas dengan skala
nyeri 6.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak ada, karena ini persalinan yang pertama dan baru
merasakan kondisi seperti ini.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan
f. Riwayat obsterti ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 30 hari
Jumlah darah : sehari 3x ganti
Lamanya : 7 hari
HPHT/ HL : !5 April 2017/ 22 Januari 2018
2) Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan iniperkawinan yang pertama
3) Riwayat Kontrasepsi
Klien mengatakan selama perkawinan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
4) Riwayat obsetetri
a) Riwayat kehamian sekarang
Kehamilan direncenakan atau tidak:Tidak direncanakan
G1 P0 A0
HPHT 15 April 2017
Usia Kehamilan: 38 minggu
Taksiran Partus: 22 januari 2018
b) Riwayat persalinan sekarang
Mulai persalnan : 16:20

19
Keadaan kontraksi : Kuat
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Lemes, tatapan klien sebentar kosong
2) Kesadaran
Compos metris
3) Tanda tanda vital
Tekanan darah :120/70 MMHg
Denyut nadi :87
Frekuensi nafas :21
Suhu : 36,8
4) Ketuban (utuh / pecah)
Utuh
h. Laporan persalinan
1) Pengkajian awal
a) Pemeriksaan palpasi abdomen
Leopold I : fundus teraba bulat dan lunak
Leopold II : puka, DJJ 145
Lepold III : presentasi kepala berada di bawah
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
b) Pemeriksaan dalam
Pembukaan 4
c) Dilakukan Kisma (ya,tidak)
Tidak
d) Pengeluaran pervaginam
Keluar cairan dan sedikit darah
e) Perdarahan pervaginam
Tidak ada
f) Kontraksi uterus
Frekuensi : 20menit 3kali
Durasi : 10 detik

20
Kekuatan : cukup kuat atau normal teratur
g) Status janin
Hidup atau tidak : hidup
Presentasi : kepala sudah di bawah, masuk PAP
2) Skala persalinan I
a) Mulai persalinan
25 Januari 2018 pukul 16:20 WIB
b) Tanda dan gejala
Keluar cairan dan sedikit lender darah, PD 4cm, merasakan ada kontraksi
c) Lama kala I : 4 jam
d) Keadaan psikososial
Klien melakukan nafas dalam, klien merasa cemas
e) Tindakan
Pemeriksaan dalam, persiapan persalinan, pembersihan vulva hygine
f) Pengobatan
Terpasangnya infuse RL di tangan kanan
g) Observasi kemajuan persalinan
No Tanggal / jam Kontraksi uterus DJJ Keterangan
1. 25 Januari 2018 / 16:30 20 menit, 3x 145 x/ Pembukaan
WIB durasi 10 detik menit 4cm
2. 25 Januari 2018 / 19:00 20 menit, sering Tidak Pembukaan
WIB dengan durasi 10 dilaku 6
detik kan

3) Kala persalinan II
a) Mulai
25 Januari 2018 pukul 20:05 – 20:20
b) Lama kala II
15 menit
c) Tanda dan gejala

21
Kontraksi kuat, teratur dan sering. Ketuban pecah, pembukaan sudah
lengkap kepala bayi mulai terlihat. Klien mengatakan lelah.
d) Upaya meneran
Ketika his datang klien mengeran dengan posisi kepala dorsal rekumben,
kepala fleksi saat mengeran
e) Tindakan
Merobek perineum, mengeluarkan bayi
f) Keadaan pikososial
Klien tetap mengambil nafas dalam, klien merasa lelah
4) Kala III
a) Tanda dan gejala
Bayi sudah dilahirkan, tali pusat tampak keluar dari vagina
b) Waktu lahir plasenta : 20:30
c) Tindakan
Hacting luka epis
d) Pengobatan
Tidak ada
5) Skala IV
a) Mulai : 21:15 WIB
b) Tanda tanda vital
TD : 120/80 MMHg
N : 86 x/menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,5
c) Keadaan uterus
Masih teraba keras
d) Karakteristik perdarahan
Warna merah segar
e) Tindakan
Observasi pemeriksaan post partum
6) Keadaan bayi

22
a) Waktu lahir : 25 Januari 2018 pukul 20:20
b) Jenis kelamin : laki laki
c) Nilai APEAR : 10
d) BB dan PB : 3,24 dan 50 cm
e) Lingkar kepala : 34
f) Lingkar dada : 33
g) Lingkarlengan : 10
h) Suhu : 36,0
i) Perawatan mata : pemberian obat topical
i. Pemeriksaan Penunjang : USG
j. Data Fokus
No Data subyektif Data obyektif
1. Klien mengeluh mules dan nyeri Klien tampak meringis,dilatasi
tekan pada jalan kahir dengan serviks 4 cm, keluar cairan dan
skala dari empat jam yang lalu lendir darah, TD : 120/80, n : 86,
RR : 20, S : 36,2
2. Klien merasa cemas dalam Klien terlihat gelisah, dari hasil
persalinan dan takut anaknya tidak pemeriksaan penunjang terdapat
selamat. Dengan kondisi panggul sempit
pinggulnya sempit
3. Pada kala II klien mengatakan Klien tampak pucat, ketika his
lelah saat mengeran datang klien mengeran dengan
posisi kepala dorsal rekumban /
kepala fleksi saat mengeran,
kepala bayi sudah mulai terlihat
4. - Pada kala III terdapat luka epis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

23
No Data Penyebab Masalah
1. S: klien mengeluh mules Kontraksi uterus, Nyeri
dan nyeri tekan pada jalan trauma jaringan dan persalinan
lahir dari empat jam yang dilatasi serviks akibat
lalu dengan skala 6 dorong dari janin
O: Klien tampak
meringis,dilatasi serviks 4
cm, keluar cairan dan lendir
darah, TD : 120/80, n : 86,
RR : 20, S : 36,2
2. S: Klien merasa cemas Ketakutan dalam Kecemasan
dalam persalinan dan takut proses dalam
anaknya tidak selamat persalinan akibat CPD
O: klien tampak gelisah,
hasil dari USG klien
pinggulnya sempit
3. S: Pada kala II klien Penurunan produksi Keletihan
mengatakan lelah saat energy dan
mengeran peningkatan kebutuhan
O: ketika his datang klien energy
mengeran dengan posisi
kepala dorsal rekumban,
kepala fleksi saat mengeran,
kepala bayi sudah mulai
terlihat
4. S: - Luka epis Resiko infeksi
O: pada kala III terdapat
luka epis

24
b. Diagnosa keperawatan Prioritas
1) Kecemasan b.d . ketakutan proses dalam proses persalinan dan lama
proses persalinan akibat cpd
2) Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus,trauma jaringan dan dilatsi servis
3) Keletihan b.d penurunan produksi energy dan peningkatan kebutuhan
energy
4) Resiko infeksi b.d luka epis

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Kecemasan b.d . ketakutan proses dalam proses persalinan dan lama
proses persalinan akibat cpd
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan klien merasa tenang dan rileks
menghadapi persalinan
No Intervensi Rasional Evaluasi
1. Gunakan Mening S:klien
pendekatan yang Katkan ketengan tidak
yang menenangkan klien mengatakan
cemas lagi
2. Dorong keluarga Mening O:klien
untuk menemani Katkan motivasi klien tampak
anak rileks
3. jelaskan prosedur Mening A :masalah
dan apa yang di Katkan teratasi
rasakan selama Klien untuk P :hentikan tindakan
prosedur dan mengendalikan dan keperawatan
berikan gambaran mempersiapkan
yang jelas tentang mental hal ini akan
proses persalinan mengurangi
kecemasan yang di
alami

25
4. intruksikan klien Untuk mengurangi
menggunakan rasa cemas
teknik relaksasi

b. Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus,trauma jaringan dan dilatsi serviks


Tujuan: Stelah di lakukan tindakan keperawatan klien dapat bertoleransi
terhadap nyeri yang dialami dengan kriteria hasil : klien tidak meringis,
TTV normal
No Intervensi Rasional Evaluasi
1. kaji nyeri secara membantu dalam S: klien
komprehensif mendiagnosa dan mengatakan
termasuk lokasi, menentukan tindakan dapat
karakteristik, durasi, yang akan dilakukan mengontrol
frequensi, dan kualitas rasa nyeri
2. intruksikan klien untuk mengurangi O : klien
menggunakan klinik rasa nyeri tampak
relaksasi rileks
A: masalah
teratasi
P : hentikan tindakan
keperawatan

c. Keletihan b.d penurunan produksi energy dan peningkatan kebutuhan


energy
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan keletihan dapat teratasi
No Intervensi Rasional Evaluasi
1. ajarkan klien mengeram untuk S: Klien mengatakan
secara baik dan benar memaksimalkan bayinya ingi cepat keluar
mengedan yang O: klien tampak
baik bersemangat

26
2. intruksikan kluarga untuk memberi atau A: masalah teratasi
menyemangati klien membantu klien P: hentikan tindakan
dalam persalinan keperawatan
3. anjurkan klien untuk istirahat untuk mengurangi
dan beri makan dan minum dan
menghilangkan
rasa lelah ibu dan
menaikan energy

d. Resiko infeksi b.d luka epis


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko infeksi dapat di
minimalisir
No Intervensi Rasional Evaluasi
1. Jahit luka dengan teknik aseptic Sebagai salah satu S: -
tindakan untuk O: tidak ada
meminimalisir kemerahan, tidak ada
infeksi endarahan, jahitan
2. Kaji tanda tanda infeksi pada Sebagai data dasar mengering
luka epis untuk menentukan A: masalah teratasi
diagnosa dan P: tindakan
menentukan tidakan keperawatan
apa selanjutnya dihentikan

4. Intervensi dan evaluasi keperawatan


No. D Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
X
1. 1 25 Januari -menggunakan pendekatan S: klien mengatakan
2018 yang menenangkan tidk cemas lagi
-mendorong keluarga O: klien tampak rileks
untuk menemani anak A: masalah teratasi

27
-menjelaskan prosedur dan P: Hentikan tindakan
apa yang dirasakan keperawatan
prosedur dan berikan
gambaran yang jelas
tentang proses persalinan
-Mengintruksikan klien
menggunakan teknik
relaksasi
2. 2 - -Mengkaji nyeri secra S: Klien mengatakan
komperehensif termasuk dapat mengontrol rasa
lokasi, karakteristik, nyeri
durasi,frekuensi dan O: klien tampak rileks
kualitas A: masalah teratasi
-Mengintruksikan klien P: Hentikan tindakan
menggunakan teknik keperawatan
relaksasi

3. 3 - -Mengajarkan klien S: klien mengatakan


mengedan yang baik dan bayinya ingin cepat
benar keluar
-Menganjurkan klien O: klien tampak
untuk istirahat, makan dan bersemangat
minum A: masalah teratasi
P: hentikan tindakan
keperawatan
4. 4 - -Menjahit luka dengan S: Klien merasa lega
teknik aseptic O: klien tampak rileks
-Mengkaji tanda-tanda A: masalah teratasi
infeksi pada luka P: Hentikan tindakan
episiofomi keperawatan

28
3.2 Analisis Pemecahan Masalah
3.2.1 Jurnal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA
PERSALINAN DI RSUD’45 KUNINGAN JAWA BARAT
TAHUN 2015

Evi Soviyati
Program Studi DIII Kebidanan, STIKes Kuningan, Jl. Lingkar Kadugede No.2
Kuningan Jawa Barat 45561 Indonesia

ABSTRAK
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah pada setiap mahluk
hidup. Masalah persalinan terjadi ketika wanita hamil memasuki fase persalinan.
Partus lama merupakan salah satu penyebab kematian ibu sebesar 8% di dunia dan
9% di Indonesia. Faktor lamanya persalinan yang terjadi pada kala II merupakan
fase tersulit dari persalinan, apabila berlangsung terlalu lama akan timbul gejala –
gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin
dalam kandungan / Intra Uterin Fetal Death. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan lama persalinan di RSUD’45
Kuningan Jawa Barat tahun 2015.
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode survei analitik
dimana rancangan penelitiannya adalah coss sectional. Sampel dalam penelitian
ini dengan melakukan pemilihan tidak berdasarkan peluang (non-probability
sampling).Pengumpulan data dilakukan dengan mendapatkan data secara primer
yaitu dengan kuesioner dan data sekunder dengan melihat file observasi lembar
partograf. Analisis data dilakukan dengan cara analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi-square dan multivariat dengan menggunakan regresi
logistik.
Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat yang terdapat hubungan dengan
lama persalinan adalah aktivitas fisik rumahtangga (83,7%), aktivitas fisik

29
olahraga (85,4%), kekuatan ibu (power) (84,1%), penumpang (passanger)
(68,7%), posisi (position) (64,5%), psikologi (physicologi) (82,1%), pendidikan
(85,7%) dan paritas ibu (85,1%). Untuk hasil analisis multivariat variabel yang
dominan dengan lama persalinan adalah variabel psikologi (phsycology) dengan
nilai OR sebesar 3,443. Yang berarti variabel psikologi memiliki peluang sebesar
3,443 kali dibandingkan dengan variabel yang lain terhadap lama persalinan.
Simpulan : terdapat hubungan antara aktivitas fisik rumahtangga, aktivitas fisik
olahraga, kekuatan ibu (power),penumpang (passanger), posisi (position),
psikologi (physicologi), paritas dan pendidikan terhadap lama persalinan. Faktor
yang paling dominan terhadap lama persalinan adalah psikologis (physicologi)

Kata kunci : ibu bersalin, lama persalinan

ABSTRACT
Pregnancy and childbirth is a natural process in every being of life. The problems
of labor occurs when a pregnant woman enters a phase labor long been one of the
causes of maternal death in the world by 8% and 9% in Indonesia. Factors
duration of labor that occurs in the second stage is the most difficult phase of a
delivery, if it lasts too long there will be symptoms such as dehydration, infection,
fatigue and asphyxia maternal and fetal death in utero / intrauterine Fetal Death.
The purpose of this study was to determine the factors associated with the
duration of labor in RSUD'45 Kuningan, West Java 2015.
This research uses a quantitative method where the analytic survey research
design is coss sectional.Sampel in this study with an election not by chance (non-
probability sampling) of data collection was done by obtaining primary data is by
questionnaire and secondary data with a view file partograf observation sheet.
Data analysis was done by bivariate analysis using chi-square test, and
multivariate logistic regression.
The results based on bivariate analysis that there is a relationship with the
duration of labor is the physical activity of households (83.7%), leisure physical
activity (85.4%), maternal strength (power) (84.1%), passengers (passanger) (68 ,

30
7%), position (position) (64.5%), psychology (physicologi) (82.1%), education
(85.7%) and parity mothers (85.1%). For the results of the multivariate analysis
with dominant variable duration of labor is the psychological variables
(phsycology) with OR of 3.443. Which means that the variable psychology has a
chance at 3,443 times compared with other variable to the duration of labor.
Conclusion: there is a relationship between household activities, physical activity
sports, maternal strength (power), passengers (passanger), position (position),
psychology (physicologi), parity and education on the duration of labor. The most
dominant factor of the duration of labor is the psychological (physicologi).

Keywords: maternity, duration of labo

31
1. Pendahuluan
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan
masalah besar di negara berkembang.Masa persalinan merupakan periode
kritis bagi seorang calon ibu.Masalah komplikasi dan adanya faktor penyulit,
menjadi faktor risiko terjadinya kematian ibu. Waktu kritis terjadinya
kematian maternal 100 kali pada hari pertama dan 30 kali pada hari kedua post
partum. Masalah persalinan terjadi ketika wanita hamil memasuki fase
persalinan, lamanya persalinan yang terjadi pada kala II merupakan fase
tersulit dari suatu persalinan, sehingga apabila berlangsung terlalu lama akan
menimbulkan gejala – gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta
asfiksia dan kematian janin dalam kandungan / Intra Uterin Fetal Death.
Yang berhubungan dengan proses persalinan adalah ‘5P’ Power (kekuatan ibu
saat mengedan), Passage way (jalan lahir), Passanger (janin, placenta dan
selaput ketuban), Position (posisi letak janin dan ibu), dan Psychologic
(psikologi ibu) (Mochtar,2012)
Secara psikologis wanita hamil merasa takut tentang hal yang sudah jelas
ataupun yang belum jelas tentang mitos persalinan, sehingga menimbulkan
perasaan bahwa nantinya tidak akan mampu mengatasi masalah, diantaranya
adalah rasa nyeri pada saat kontrasi, ketegangan, serta hiperventilasi. Selain
‘5P’ yang disebutkan diatas, penolong persalinan (Physician) mempunyai
pengaruh besar dalam proses persalinan, dukungan moril yang diberikan
sehingga wanita hamil merasa aman dan nyaman. (Winkjosastro, 2011)
Faktor lain yang mempengaruhi persalinan antara lain umur. Umur
reproduksi yang sehat adalah 20-35 tahun, kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih
tinggi dari kematian maternal pada usia 20-29 tahun, kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun, pada wanita multipara
membutuhkan kerja uterus yang lebih berat dibanding dengan primirapa
akan tetapi tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan aktivitas fisik
berolahraga ataupun kegiatan sehari-hari. Selain umur, jumlah anak (paritas)

32
yang dilahirkan juga berpengaruh terhadap persalinan, paritas 2-3
merupakan paritas paling aman untuk kehamilan dan persalinan, bila ditinjau
dari kejadian kematian maternal, paritas tinggi (lebih dari 3 anak) mempunyai
angka kejadian lebih tinggi dari pada paritas rendah (mempunyai 1 anak)
(Winkjosastro,2011) pengalaman melahirkan yang tidak menyenangkan, akan
memberikan dampak pada persalinan berikutnya, sedangkan pada wanita
yang pertama mengalami hamil, biasanya menjelang persalinan akan di
hantui oleh mitos seputar nyeri persalinan. Rendahnya pendidikan seorang
ibu dikaitkan dengan kemiskinan, kebodohan serat kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya menjaga kehamilan dan persiapan persalinan merupakan
faktor sosial budaya yang ikut berperan dalam tingginya angka kematian
maternal (Winkjosastro,2011), kurangnya informasi akan berdampak buruk
pada jalannya kehamilan dan persalinan, banyak wanita hamil tidak mengerti
tentang tanda- tanda bahaya kehamilan maupun persalinan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wenna Ismeli, dkk, bahwa rata-rata lama kala II
primipara yang senam hamil adalah 20.56 menit dan tidak senam hamil
adalah 47,50 menit dengan beda rata-rata sebesar 26,944 menit. Dampak
dari persalinan lama terutama saat memasuki kala II (prolonged active phase)
adalah terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir (BBL). RSUD’45 Kuningan
dalam kurun waktu 2013 hingga bulan April 2015, kejadian persalinan
pervaginam lebih banyak jumlahnya daripada section caesaria, tetapi
kejadian persalinan dengan komplikasi masih tinggi, persalinan spontan
normal letak belakang kepala masih sangat sedikit sekali, penolong
persalinan untuk tindakan section caesaria yang melakukan dokter spesialis
kandungan, persalinan dengan komplikasi dengan tindakan vaccum extraksi
(VE) dilakukan oleh dokter spesialis kandungan dan dokter umum yang telah
mengikuti pelatihan, sedangkan persalinan spontan selain itu seperti:
presentasi bokong, ketuban pecah dini (KPD), dystocia, sebagian ditolong
oleh tenaga bidan.

33
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan lama persalinan di RSUD 45 Kuningan tahun 2015.
2. Bahan dan Metode
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode survei
analitik dimana rancangan penelitiannya adalah coss sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang melahirkan di RSUD’45
Kuningan pada bulan Agustus 2015 yang berjumlah 215 orang dan memenuhi
kriteria inklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
a. Terdata di medical record RSUD’45 Kuningan.
b. Berusia 20- 40 tahun.
c. Persalinan secara pervaginam normal/spontan
d. Persalinan pervaginam dengan tindakan (vaccum ectracsi (VE)
maupun dengan manual aidpada presentasi bokong)
e. Persalinan kala II yang diakhiri dengan tindakan SC
Kriteria Ekslusi:
a. SC elektif/yang direncanakan
b. Mempunyai riwayat penyulit persalinan (panggul sempit, riwayat SC
>2 kali)
c. Terdapat riwayat penyakit sitematik yang memperberat kehamilan
maupun persalinan ( Jantung, Paru, Hipertensi, Diabetes Mellitus)

Jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 81 responden, tetapi dalam


pelaksanaan penelitian dilapangan, peneliti memperoleh responden
sebanyak 87 responden. Lebih sedikit dari jumlah yang diharapkan, adapun
ke 6 responden diperoleh karena sesuai dengan kriteria inklusi sehingga
harapan peneliti semakin banyak sample akan menghasilkan hasil yang
lebih akurat. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
melakukan pemilihan tidak berdasarkan peluang (non-probability
sampling) yaitu memilih responden berdasarkan kepada pertimbangan
subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang

34
memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Responden dalam
penelitian ini adalah ibu post partum yang melahirkan secara normal atau
spontan maupun secara tindakan (VE, manual aid) dan persalinan kala II
yang diakhiri dengan tindakan SC di RSUD’45 Kuningan mulai bulan
Agustus 2015 dengan melihat lama persalinan. Data yang digunakan
menggunakan data primer diperoleh malalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner pada ibu dan data sekunder diperoleh dari data
register persalinan dan observasi lembar partograf, adapun langkah-langkah
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Melakukan pendataan ibu pasca melahirkan (post partum)
b. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya
c. Melakukan pengumpulan data, observasi dan pengukuran terhadap
variabel yang akan diteliti
d. Setelah data diperoleh peneliti melakukan pengolahan dan
menganalisis data dengan cara membandingkan variabel-variabel
yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (questioner) yaitu daftar


pertanyaan yang diberikan kepada orang lain (responden) yang bersedia
memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. (Riduwan, 2002),
di lakukan dengan wawancara oleh petugas kesehatan (bidan dan perawat)
dan menggunakan lembar observasi partograf pada saat proses persalinan.
Sedangkan data yang diambil dari medical record RSUD.45 Kuningan
adalah data tentang persalinan, jumlah persalinan primipara dan multipara
yang melahirkan secara pervaginam baik secara normal maupun dengan
tindakan (VE, manual aid) dan persalinan dengan SC setelah melalui
proses persalinan. Berdasarkan hasil dari ujivalidasi product moment
kegiatan aktivitas fisik rumahtangga pada setiap item pernyataan kuesioner
penelitian yang disusun dalam jumlah item 68 item dengan menggunakan
(corrected item-total correlation) terhadap 20 responden ibu nifas 2 di
ruang Dahlia RSUD 45 Kuningan , hasilnya nilai r hitung tiap butir

35
pertanyaan bernilai positif dan lebih besar terhadap r tabel (corrected item-
total correlation) 65 item pertanyaan dari variabel dikatakan valid, dan 3
item pertanyaan tidak valid. Pertanyaan tidak disimpulkan bahwa kontruk
setiap variabel bersifat reliable valid oleh peneliti dibuang/tidak digunakan.
Hasil cronbach alpha untuk konstruksi sebesar 0,858 diatas 0,600
disimpulkan bahwa kontruk setiap variabel bersifat reliable.
3. Hasil dan Pembahasan

Dari 49 ibu pada masa kehamilan yang aktivitas fisik rumah


tangganya secara tidak rutin, terdapat 41 (83,7%) persalinan dengan lama
>18 jam, sedangkan dari 38 ibu yang melakukan aktivitas secara rutin saat
kehamilan 3 (34,2%) persalinan dengan lama >18 jam. Dari angka tersebut

36
dapat dikatakan bahwa presentasi kejadian persalinan dengan lama > 18
jam pada ibu yang pada saat kehamilan melakukan aktivitas fisik
rumahtangga secara tidak rutin lebih tinggi dari pada ibu yang pada saat
hamil melakukan aktivitas fisik rumahtangga secara rutin . Selanjutnya
hasil analisis Odd Ratio (OR) sebesar 9,8, dapat diartikan ibu yang pada
saat kehamilan aktivitas rumah tangga secara tidak rutin kemungkinan 9,8
kali lebih besar akan melahirkan dengan persalinan dengan lama > 18 jam.
Hasil analisis dari p-value aktivitas fisik rumah tangga (0,001) lebih
kecil dari 0,05 (p<0,05) maka terdapat hubungan antara aktivitas fisik
rumahtangga dengan lama persalinan. Dari 48 ibu pada masa kehamilan
yang aktivitas olahraga tidak teratur, terdapat 41 (85,4%) lama persalinan>
18 jam , sedangkan dari 39 ibu yang melakukan aktivitas tertatur saat
kehamilan terdapat 13 (33,3%) lama persalinan > 18 jam . Dari angka
tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi kejadian lama persalinan > 18
jam pada ibu yang pada saat kehamilan melakukan aktivitas fisik olahraga
tidak tertatur lebih tinggi dari pada ibu yang pada saat hamil melakukan
aktivitas fisik olahraga secara teratur. Selanjutnya hasil analisis Odd Ratio
(OR) sebesar 11,7. Dapat diartikan ibu yang pada saat kehamilan aktivitas
rumah tangga tidak teratur kemungkinan 11,7 kali lebih besar akan
melahirkan dengan lama persalinan > 18 jam. Hasil analisa dari p-value
aktivitas fisik olahraga (0,001) lebih kecil dari 0,05 (p <0,05) maka
terdapat hubungan antara aktivitas fisik olahraga dengan lama persalinan
Dari 44 ibu yang memiliki kekuatan (power) pada saat mengedan
kurang baik, terdapat 37 (84,1%) dengan lama persalinan > 18 jam ,
sedangkan dari 43 ibu yang memiliki kekuatan (power) mengedan baik 17
(39,5%) dengan lama persalinan > 18 jam. Dari angka tersebut dapat
diaktakan bahwa preesentasi kejadian lama persalinan lama >18 jam pada
ibu yang memiliki kekuatan mengedan kurang baik lebih tinggi dari pada
ibu yang meiliki kekuatan mengedan baik.Selanjutnya hasil analisis Odd
Ratio (OR) sebesar 8,1, dapat diartikan ibu yang pada memiliki kekuatan
mengedan kurang baik 8,1 kali lebih besar akan melahirkan dengan lama

37
persalinan > 18 jam. Hasil analisa dari p-valuekekuatan ibu (power)
(0,001) lebih kecil dari 0,05 (p <0,05) maka terdapat hubungan antara
kekuatan ibu (power) dengan lama persalinan.
Dari 16 ibu yang saat melahirkan kepala masih tinggi , terdapat 9
(56,2 %) dengan lama persalinan > 18 jam, sedangkan dari 71 ibu yang
saat persalinan kepala sudah masuk pintu bawah panggul (PBP), 45 (63,4
%) dengan lama persalinan> 18 jam. Dari angka tersebut dapat dikatakan
bahwa presentasi kejadian persalinan dengan lama > 18 jam pada ibu yang
pada saat persalinan kepala sudah masuk PBP lebih tinggi dari ibu yang
saat persalinan kepala masih tinggi. Selanjutnya hasil analisis Odd Ratio
(OR) sebesar 0,7, dapat diartikan ibu yang pada saat persalinan kepala
sudah masuk PBP 0,7 kali lebih besar akan melahirkan dengan lama
persalinan > 18 jam. Hasil analisa dari p-value jalan lahir (0,806) lebih
besar dari 0,05 (p <0,05) maka tidak terdapat hubungan antara jalan lahir
(passage way) dengan lama persalinan.
Dari 67 ibu pada saat persalinan memiliki penumpang (passanger)
kurang baik, terdapat 46 (68,7%) dengan lama persalinan > 18 jam,
sedangkan dari 20 ibu yang pada saat persalinan memilki penumpang
(passanger) baik 8 (40,4%) dengan lama persalinan > 18 jam. Dari angka
tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi kejadian lama persalinan > 18
jam pada ibu yang pada saat persalinan memiliki penumpang (passanger)
kurang baik lebih tinggi dari pada ibu yang pada saat persalinan memilki
penumpang (passanger) baik.Selanjutnya hasil analisis Odd Ratio (OR)
sebesar 3,2, dapat diartikan ibu yang pada saat persalinan memiliki
penumpang (pasanger) kurang baik 3,2 kali lebih besar akan melahirkan
dengan lama persalinan > 18 jam. Hasil analisa dari p-value penumpang
saat persalinan dengan penolong dokter lebih tinggi dari pada ibu yang
pada saat persalinan dengan penolong bidan. Selanjutnya hasil analisis
Odd Ratio (OR) sebesar 1,0, dapat diartikan ibu yang pada saat persalinan
dengan dokter 1,0 kali lebih besar akan melahirkan dengan persalinan
dengan lama > 18 jam. Hasil analisa dari p-value penolong persalinan

38
(1,000) lebih besar dari 0,05 (p <0,05) maka tidak terdapat hubungan
antara penolong (physician) dengan lama persalinan.
Dari 34 ibu melahirkan yang berumur <20 tahun dan >35 tahun,
terdapat 21 (61,8%) dengan lama persalinan > 18 jam, sedangkan dari 53
ibu yang berumur 20 – 35 tahun, 33 (62,3%) dengan lama persalinan > 18
jam. Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi kejadian lama
persalinan > 18 jam pada ibu yang pada saat persalinan dengan umur
antara 20-35 tahun lebih tinggi dari pada ibu yang pada saat persalinan
berumur <20 tahun dan > 35 tahun. Selanjutnya hasil analisis Odd Ratio
(OR) sebesar 0,9 dapat diartikan ibu yang berumur antara 20 – 35 tahun
0,9kali lebih besar akan melahirkan dengan lama persalinan > 18 jam.
Hasil analisa dari p-value umur ibu (1,000) lebih besar dari 0,05 (p <0,05)
maka tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan lama persalinan.
Dari 49 ibu melahirkan yang berpendidikan SD - SMP, terdapat 42
(85,7%) dengan lama persalinan > 18 jam, sedangkan dari 38 ibu yang
berpendidikan SMU - PT, 12 ( 31,6%) dengan lama persalinan > 18 jam.
Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa presentasi kejadian lama
persalinan> 18 jam pada ibu yang berpendidikan SD – SMP lebih tinggi
dari pada ibu yang berpendidikan SMU–PT. Selanjutnya hasil analisis
Odd Ratio (OR) sebesar 13,0 dapat diartikan ibu yang berpendidikan
SD-SMP 13,0 kali lebih besar akan melahirkan dengan lama persalinan >
18 jam. Hasil analisa dari p-value pendidikan (0,001) lebih kecil dari 0,05
(p <0,05) maka terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan lama
persalinan.
Dari 47 ibu dengan multipara, terdapat 40 (85,1%) dengan lama
persalinan > 18 jam, sedangkan dari 40 ibu dengan primipara 14
(35,0%) dengan lama persalinan >18 jam. Dari angka tersebut dapat
dikatakan bahwa presentasi kejadian lama persalinan lama persalinan >18
jam pada ibu dengan multipara lebih tinggi dari pada ibu dengan
primipara. Selanjutnya hasil analisis Odd Ratio (OR) sebesar 10,6 dapat
diartikan ibu dengan multipara 10,6kali lebih besar akan melahirkan

39
dengan lama persalinan> 18 jam. Hasil analisa dari p-value paritas ibu
(0,001) lebih kecildari 0,05 (p <0,05) maka terdapat hubungan antara
paritas ibu dengan lama persalinan.
Setelah dilakukan analisis bivariat peneliti membuat pemodelan analisis
multivariat.Terdapat 11 variabel independen dimana yang lolos seleksi
bivariat ada 7 variabel dimana ke 7 variabel ini bisa dilanjutkan kedalam
pemodelan multivariat. Dan hasil akhir dari pemodelan ini dijelaskan pada
tabel dibawah.
Tabel.2 model V analisis multivariat variabel aktivitas fisik olahraga, kekuatan
ibu (power), dan psikologi (physicology) dengan lama persalinan.

Sumber: Hasil penelitian


Dari analisa multivarat pada tabel 2 pemodelan terakhir menunjukan
bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan lama
persalinan adalah variabel phycology (0,009). Sedangkan nilai OR pada
variabel phycology sebesar 3,443. Dan variabel ini merupakan variabel
yang dominan terhadap lama persalinan.
4. Pembahasan
a. Hubungan Aktivitas Fisik Rumah Tangga dengan Lama Persalinan
Berdasarkan hasil analisis data dari 49 ibu pada masa kehamilan yang
aktivitas fisik rumah tangganya tidak rutin, terdapat 41 (83,7%) dengan
lama persalinan > 18 jam. Sedangkan dari 38 ibu yang melakukan aktivitas
fisik rumahtangga dengan rutin saat kehamilan 13 (34,2%) dengan lama
persalinan > 18 jam. Hal ini disebabkan selain fakta, bahwa akhir-akhir ini

40
memang terdapat kecenderungan wanita yang terus memilih tetap
beraktivitas meski usia kehamilan sudah tua tetapi dengan menggunakan
perangkat rumah tangga serba otomatis/mesin. Pada tahun 50 sampai 80 an
lebih sering dilakukan secara manual di banding sekarang. Berbagai
peralatan rumah tangga seperti mesin cuci, transportasi seperti mobil dan
alat modern lainnya, membuat hidup semakin mudah dan tidak terlalu
mengandalkan fisik lagi. Faktor lainnya adalah masih kuatnya mitos
dimasyarakat yang mengatakan wanita hamil tidak boleh bekerja berat dan
harus lebih banyak istirahat supaya tidak mengganggu kehamilannya,
menurut Dr. Kathleen Vaughan yang dikutip oleh Brayshaw,
menggambarkan ia melakukan studi terhadap wanita hamil yang banyak
menghabiskan waktu dan melakukan kegiatan menonton atau kehidupan
tidak aktif, dan menunjukan kelompok ini kerap mengalami kesulitan pada
saat persalinan, ia menghitung ulang sekelompok wanita di kepulauan
Hebride yang mengalami persalinan sulit walaupun mereka sehat dan
penduduk Kashmir yang sebagian besar penduduknya adalah wanita
nelayan dan berladang, menunjukan persalinan berjalan lebih lancar. Cara
wanita memanfaatkan tubuhnya dalam aktifitas sehari-hari, dianggap
memegang pengaruh penting sebelum, selama, dan setelah persalinan
(Brayshaw, 2008).
b. Hubungan Aktivitas fisik olahraga dengan lama persalinan
Berdasarkan hasil analisis data dari 48 ibu pada masa kehamilan yang
aktivitas olahraga secara tidak teratur, terdapat 41 (85.4%) dengan lama
persalinan > 18 jam, sedangkan dari 39 ibu yang saat kehamilan
melakukan aktivitas fisik olahraga secara teratur 13 (33,3%) dengan lama
persalinan > 18 jam.Menurut Cooper et all, dalam disertasi Wigey (2011)
ketika seorang melakukan aktivitas olahraga harus disertai dengan
persediaan energi yang memadai. Energi yang dibutuhkan tubuh ketika
melakukan aktivitas olahraga yang diproduksi dalam mitokondria. Proses
katabolisme, metabolisme serta reaksi oksidasi sel terjadi dalam
mitokondria. Reaksi dalam mitokondria ini akan menghasilkan energi

41
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam melakukan aktivitasnya.Salah satu
faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik olahraga saat hamil karena
wanita hamil terutama dalam hal olahraga, merupakan masalah kontroversi
dengan pengertian perlu di pertimbangkan, olahraga mutlak harus
dikurangi.
c. Hubungan jalan lahir (passage way) dengan lama persalinan
Berdasarkan analisis data dari 16 ibu yang saat melahirkan kepala masih
tinggi , terdapat 9 (56,2%) dengan lama persalinan > 18 jam, sedangkan
dari 71 ibu yang saat persalinan kepala sudah masuk pintu bawah panggul
(PBP), 45 (63,9%) dengan lama persalinan > 18 jam . Hal ini disebabkan
karena apabila kepala masih tinggi disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
kepala dengan jalan lahir maka kemungkinan terbesar adalah persalinan
dengan tindakan, sesuai teori Passage adalah jalan lahir dari panggul ibu,
yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang
luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan- lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyuseaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan.
d. Hubungan penumpang (bayi, plasenta, ketuban) (passanger) dengan lama
persalinan
Berdasarkan hasil analisis dari 67 ibu pada saat persalinan memiliki
penumpang (passanger) kurang baik, terdapat 46 (68,7%) dengan lama
persalinan > 18 jam, sedangkan dari 20 ibu yang pada saat persalinan
memilki penumpang (passanger)baik 8 (40,4%) dengan lama persalinan >
18 jam, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, timbulnya
permasalahan pada saat persalinan menjadi salah satu penyebab kegagalan
untuk persalinan normal, karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku,
kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan.
e. Hubungan posisi ibu dengan lama persalinan
Berdasarkan hasil analisis dari 67 ibu pada saat persalinan memiliki

42
penumpang (passanger) kurang baik, terdapat 46 (68,7%) dengan lama
persalinan > 18 jam, sedangkan dari 20 ibu yang pada saat persalinan
memilki penumpang (passanger)baik 8 (40,4%) dengan lama persalinan >
18 jam, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, timbulnya
permasalahan pada saat persalinan menjadi salah satu penyebab kegagalan
untuk persalinan normal, karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku,
kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan.
f. Hubungan Psikologi Ibu dengan lama persalinan
Dari hasil analisis data 56 ibu pada saat persalinan dengan psikologi
kurang baik, terdapat 46 (82,1%) dengan lama persalinan > 18 jam,
sedangkan dari 31 ibu yang pada saat persalinan dengan psikologi yang
baik 8 (25,8%) dengan lama persalinan > 18 jam. Hal in sesuai dengan
bahwa psikologi ibu adalah kondisi psikis ibu, tersedianya dorongan
positif, persiapan persalian pengalaman yang lalu dan strategi
adaptasi/koping. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang
menggambarkan perasaan, keadaan emosianal atau kejadian dalam
hidupnya. Adanya dukungan yang baik dari orang-orang terdekat sekitar
ibu seperti suami, orangtua sangat membantu memberikan rasa nyaman
pada ibu saat persalinan.
Hal sesuai dengan hasil penelitian Menurut Felman et al dalam
Aryasatiani (2012), dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12% ibu‐
ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas
pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat
tidak menyenangkan dalam hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan
stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang
membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim
yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan. Hal ini kurang
menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam rahim ibu.
Kehawatiran serta ketakutan menghadapi proses persalinan menyebabkan
ketegangan jiwa dan fisik sehingga menyebabkan kakunya otot-otot dan

43
persendian yang tidak wajar, menurut Amy dkk (2009) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa memasuki TM III 70% ibu hamil
mengalami nyeri pinggang (low back pain) sehingga intensitas nyeri
memburuk.
g. Hubungan penolong persalinan (Physician) dengan lama persalinan
Dari hasil analisis data 29 ibu pada saat persalinan yang ditolong
dokter , terdapat 18 (62,1%) dengan lama persalinan> 18 jam , sedangkan
dari 58 ibu yang pada saat persalinan dengan ditolong bidan 36 (62,1%)
dengan lama persalinan > 18 jam. Berdasarkan kewenangan secara
profesional dalam pelayanan kebidanan bidan hanya menolong persalinan
normal, dan apabila terjadi kegawatan dilanjutkan dengan rujukan ke
fasilitas yang lebih tinggi untuk ditangani oleh dokter spesialis kandungan.
h. Hubungan Umur Ibu dengan Lama Persalinan
Berdasarkan analisis data dari 34 ibu melahirkan yang berumur <20
tahun dan >35 tahun, terdapat 21 (61,3%) dengan lama persalinan > 18
jam, sedangkan dari 53 ibu yang berumur 20 – 35 tahun, 33 (62,3 %)
dengan lama persalinan > 18 jam. Hal ini disebabkan usia terlalu muda
pengalaman dalam persalinan masih kurang, tidak bias mengendalikan
rasa sakit sehingga keluarga lebih khawatir dan segera meminta perugas
untuk segera dilakukan tindakan, selain itu secara psikologis masih belum
matang jika dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia > 20 tahun,
untuk usia >35 tahun terdapat banyak factor resiko persalinan.
i. Hubungan antara pendidikan dan lama persalinan
Berdasarkan analisis data dari 49 ibu melahirkan yang berpendidikan
SD - SMP, terdapat 42 (85,7%) dengan lama persalinan > 18 jam,
sedangkan dari 38 ibu yang berpendidikan SMU - PT, 12 ( 31,6 %) dengan
lama persalinan > 18 jam. Karena tingkat pendidikan SMU – PT lebih
banyak mendapatkan informasi tentang persalinan sehingga mereka
cenderung ingin persalinan yang modern dan meminimalkan rasa nyeri,
tetapi pada saat persalinan yang tidak sesuai dengan harapan, sehingga
lebih cepat untuk memutuskan untuk persalinan dengan tindakan, berbeda

44
dengan pendidikan SD-SMP mereka cenderung menerima bahwa
persalinan adalah proses alamiah yang harus dijalani sesuai kodratnya
sebagai wanita.
j. Hubungan antara paritas deng lama persalinan
Berdasarkan analisis data dari 47 ibu dengan multipara, terdapat 40
(85,1%) dengan lama persalinan > 18 jam, sedangkan dari 47 ibu dengan
primipara 14 ( 35,0 %) dengan lama persalinan > 18 jam . Persalinan pada
multipara lebih beresiko daripada primigravida, hal ini tidak sesuai dengan
toeri yang mengatakan bahwa persalinan multipara lebih lancar daripada
primipara.Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk kehamilan dan
persalinan, bila ditinjau dari kejadian kematian maternal, paritas tinggi
(lebih dari 3 anak) mempunyai angka kejadian lebih tinggi dari pada
paritas rendah (mempunyai 1 anak) pengalaman melahirkan yang tidak
meyenangkan, akan memberikan dampak pada persalinan berikutnya,
sedangkan pada wanita pertama mengalami hamil, biasanya menjelang
persalinan akan dihantui oleh mitos seputar nyeri persalinan.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan: Secara tidak langsung saat wanita hamil melakukan aktivitas
fisik rumah tangga berdampak pada perubahan organ tubuh, seperti posisi
merangkak pada saat mengepel lantai bila dikaitkan dengan anatomi tubuh,
merangkak tertumpu pada otot panggul dan paha, gerakan maju mundur
membuat otot panggul menjadi elastis. Aktifitas fisik rumah tangga apabila
dilakukan dengan posisi yang baik akan membantu memperlancar persalinan,
sedangkan aktivitas fisik olahraga selain berguna untuk kebugaran tubuh dapat
menciptakan perasaan nyaman, mengurangi stress, memperbaiki mood,
olahraga ringan dapat membuat tidur malam menjadi lelap sehingga wanita
hamil mempunyai cadangan energi saat persalinan tiba. Persalinan kala II
lama tidak akan terjadi apabila ibu mempunyai kekuatan (power) dalam
meneran, tenaga atau kekuatan tidak hanya tertumpu pada kekuatan ibu dalam
meneran tetapi kontraksi (his) otot perut, diafragma pelvis, ligamentum

45
rotundum. Kekuatan his dan meneran mendorong janin kearah bawah
sehingga janin melakukan putaran paksi dalam, selanjutnya ekspulsi kepala
dan seluruh tubuh bayi. Keberadaan janin, plasenta dan selaput ketuban atau
biasa disebut penumpang (passanger), dalam hal ini terutama janin dan
selaput ketuban, taksiran berat janin yang besar (makrosomia/baby giant) serta
kondisi air ketuban akan berdampak terhadap kemajuan persalinan.
Posisi (position) ibu saat meneran yang paling baik adalah dorsal
recumbent yaitu posisi kaki ditekuk dengan telpak kaki menapak pada tempat
tidur, tangan merangkul paha sehingga bokong sedikit terangkat yang
menyebabkan pelebaran pintu bawah panggul melalui persendian sacro-
coccygeus dengan demikian kepala bayi akan ikut serta membuka diafragma
pelvis dan vulva-perineum semakin tipis.
Kondisi psikis ibu, tersedianya dorongan positif, rasa cemas dan keadaan
emosional yang dimiliki oleh seseorang disamping pendamping orang-orang
terdekat, besar pengaruhnya terhadap lamanya persalinan. Paritas yang tinggi
akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik ibu maupun
janin yang dikandungnya, semakin sering wanita hamil akan mempengaruhi
elastisitas otot-otot dinding rahim sehingga saat memasuki fase persalinan
akan berpengaruh terhadap kualitas his/kontraksi.
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan seseorang dalam
menghadapi berbagai masalah seperti dalam menghadapi persiapan persalinan,
kecenderungan wanita hamil yang berpendidikan tinggi lebih tinngi
keingintahuannya tentang kehamilan maupun persalinan lebih tinggi sehingga
mereka lebih siap dalam menghadapi persalinan.

46
3.3 Analisis Kelompok
Dari hasil pembahasan jurnal diatas dapat ditarik kesimpulan menurut
kelompok kami bahwa faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan itu
adalah yang pertama faktor psikologis dari seorang ibu nya, kurang nya
pengetahuan dan aktivitas, kemudian umur, kemudian passager, kemudian
passage way atau jalan lahir. Tahapan kala 1- IV persalinan juga
mempengaruhi proses lama atau tidaknya persalinan tergantung bagaimana
kondisi ibu dan bayi dalam menemukan jalan lahir. Artinya bahwa chepalo
pelvic disporpotion atau panggul sempit yaitu ketidaksesuaian panggul ibu
dengan kepala janin dan ini merupakan salah satu faktor dari passage way atau
jalan lahir yang mempengaruhi lamanya persalinan. Apabila persalinan itu
dibiarkan lama akan mempengaruhi pada ibunya dan anaknya. Pada ibunya
akan mengalami patah tulang pada panggul, kelelahan, ketuban pecah duluan
dan kematian pada bayinya.
Menurut kelompok kami cara untuk mengatasi lamanya persalinan yaitu
dengan cara kita sebagai perawat atau kelouarganya memberi semangat pada
klien. Seperti contoh pada kasus Ny.N di Ruang VK bersalin dengan diagnosa
medis chepalo pelvic disporpotion atau panggul sempit, bahwasannya CPD
hanya dapat melahirkan dengan operasi sesar tapi buktinya pada Ny.N, klien
dapat melahirkan dengan normal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor Ny.N
dapat melahirkan spontan yaitu his nya kuat, faktor psikologis ibunya yang
selalu bersemangat ingin segera bayinya keluar dan faktor dorongan keluarga
yang selalu memberi support, kemudian pengetahuan ibunya mengenai cara
mengedan yang baik dan benar. Dan apabila sudah tidak dapat ditangani
dengan persalinan spontan yaitu gunakan cara operasi sesar.

47
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjabaran yang ada dapat ditarik kesimpulan, bahwa panggul
sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul satu sentimeter atau lebih
dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang ukuran konjugata
diagonalisnya 5,5 cm. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul
dapat dibagi sebagai berikut : Kelainan karena gangguan pertumbuhan,
kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya, kelainan
panggul disebabkan kelainan tulang belakang, dan kelainan panggul
disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota
menyebabkan panggul sempit miring, fraktura dari tulang panggul yang
menjadi penyebab kelainan panggul.
Dalam penatalaksanaan chepalo pelvik disporpotion atau panggul sempit
dapat dilaksanakan dengan cara persalinan percobaan, seksio sesarea,
simfisiotomi, kraniotomi dan kleidotomi, kleidotomi, terapi. Dan untuk
mengetahui atau memastikan apakah panggul sempit atau tidak lakukan
pemeriksaan diagnostik/penunjang seperti pemeriksaan laboratorium (HB, CT,
BT, golongan darah), USG, rontgen.
Menurut Sarwono apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik
dibiarkan sendiri tanpa-bilamana perlu pengambilan tindakan yang tepat,
timbulnya bahaya bagi ibu dan janin.
4.2 Saran

Dengan demikian , kita sebagai mahasisawa dapat mengetahui bahwa


cpd adalah suatu bentuk ketidak sesuaian antara kepala janin dengan panggul
ibu. Serta, kita juga dapat mengetahui penatalaksanaan cpd agar tidak terjadi
hal yang fatal.

48
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1377 (diakses pada tanggal 06


februari 2018)
https://www.scribd.com/document/267713816/Laporan-Pendahuluan-Cpd
(diakses pada tanggal 06 februari 2018)
https://www.scribd.com/doc/256146901/Lp-Askep-Cpd-jadi (diakses pada
tanggal (15 februari 2018)

49
http://jurnal.ibijabar.org/wp-content/uploads/2016/07/FAKTOR-FAKTOR-
YANG-BERHUBUNGAN-DENGAN-LAMA-PERSALINAN-DI-
RSUD%E2%80%9945-KUNINGAN-JAWA-BARAT-TAHUN-2015.pdf
(diakses pada tanggal 16 februari 2018)
Hardhi Kusuma dan Amin Huda Nuralif. Jogjakarta. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda nic-noc. Edisi revisi jilid
1. Mediaction Jogja. 2015.

50

You might also like