You are on page 1of 8

Nama: Ananda Dwi Anggraeni

NPM: 01.2015.1.04985

TEKNIK SIPIL, ITATS

PSDA

1. PLTA POSO II.

Poso - Letak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso II bisa dibilang lumayan terpencil.
Butuh sekitar 6 jam perjalanan darat dari Kota Palu untuk mencapai pembangkit yang berada
di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso tersebut.

Jalan dari kabupaten Poso sendiri menuju lokasi ditempuh selama kurang lebih 2 jam, dengan
jalur beraspal mulus yang menanjak dan meliuk melintasi pegunungan jalan Trans Sulawesi.

PLTA Poso II merupakan pembangkit yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Poso Energy,
salah satu anak perusahaan milik Grup Kalla di sektor energi.

Sejak selesai dibangun pada September 2012 silam, PLTA ini menjadi penopang listrik di
wilayah Sulawesi Tengah. Berkapasitas 3 x 65 Mega Watt (MW), pembangkit ini memasok
listrik di provinsi yang memiliki beban puncak 135 MW tersebut.

Transmisi PLTA

Menurut Direktur Poso Energy, Alimuddin Sewang, selain memasok kebutuhan Sulawesi
Tengah, PLTA Poso II juga memasok listrik untuk wilayah Sulawesi Selatan sebesar 120
MW.

"Produksi listrik kita sebenarnya 195 MW dengan 3 turbin, atau 3 x 65 MW. Namun karena
kontrak dengan PLN dalam setahun 845 GW (Giga Watt) setahun, maka kita hanya
menyalurkan ke transmisi sebanyak itu sesuai kebutuhan," katanya, ditemui di PLTA Poso II,
Selasa(16/8/2016).
Lewat transmisi yang dibangun sendiri oleh perusahaan Grup Kalla lainnya, PT Bukaka
Teknik, listrik dialirkan ke jaringan transmisi Sulawesi Selatan lewat gardu Induk di
Kabupaten Palopo, Sulawesi Selatan sepanjang 208 kilometer (km) dengan tegangan 275
kilovolt (kV). Sementara untuk transmisi tegang 115 kV ke Kota Palu sepanjang 32 km
dibangun oleh PLN.

Alimuddin mengungkapkan, proses pengerjaan konstruksi hingga pengoperasian dilakukan


sendiri. Sehingga PLTA Poso II ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka

"Semua kami yang kerjakan oleh anak bangsa, sehingga kami sebut PLTA ini sebagai PLTA
Merah Putih. Konstruksi sipil, desain, sampai pengoperasian dilakukan sendiri, mesin juga
semua dibuat di dalam negeri. Otomatis hanya turbin generator dan transformer yang
memang belum tersedia sehingga harus beli dari China," jelasnya.

Dia menuturkan, PLTA Poso II yang konstruksinya dibangun sejak 2012 ini menelan
investasi Rp 4 triliun, yang meliputi pembebasan lahan, konstruksi sipil, dan pembangunan
jaringan transmisi.

Power House PLTA Posi II

"Nilainya secara keseluruhan habis investasi Rp 4 triliun. Untuk bangun pembangkitnya


sendiri sudah habis Rp 3 triliun. Transmisi kita bangun sampai Palopo, PLN bayar toll
fee karena kita yang bangun jaringannya," ujar Alimuddin.

PLTA Poso II dibangun dengan membendung aliran Sungai Poso yang sumber airnya berasal
dari Danau Poso, yang memiliki ketinggian 511 meter di atas permukaan air laut. (wdl/wdl)
2. Syncrude Tailings Dam

Syncrude Tailings Dam (Mildred MLSB) merupakan Bendungan Terbesar di Dunia

Struktur Volume : 540 juta m3 – 720 juta m3


Ketinggian : 88m
Tahun Penyelesaian :1995
Lokasi : Kanada

Nama Syncrude Tailings Dam sering mengacu pada Mildred Lake Settling Basin
(MLSB). Ini adalah bendungan tanggul yang, berdasarkan volume bahan bangunan, struktur
bumi terbesar di dunia pada tahun 2001. Terletak 40 km (25 mil) utara Fort
McMurray, Alberta , Kanada di ujung utara Rental Mildred Lake milik Syncrude Canada
Ltd. Bendungan dan danau buatan tailing di dalamnya dibangun dan dikelola sebagai bagian
dari operasi yang sedang berlangsung oleh Syncrude dalam mengekstraksi minyak dari pasir
minyak Athabasca. Bendungan tailing lainnya dibangun dan dioperasikan di area yang sama
oleh Syncrude termasuk Southwest Sand Storage (SWSS), yang merupakan bendungan
terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume bahan bangunan setelah Bendungan Tarbela.
The Mildred Lake Settling Basin terletak di sisi utara kawasan penyewaan Danau
Mildred. Ini adalah kolam tailing yang melayani tiga tujuan. Pertama, timbunan direncanakan
sebagai penyimpanan sejumlah besar pasir. Kedua, cekungan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan air proses, yang didaur ulang, dengan kapasitas penyimpanan terencana yang
direncanakan dari 350 × 10 6 m 3 . Ketiga, denda yang tidak tertangkap di tempat lain
menetap dan kompak di baskom, dan kemudian dipompa keluar untuk penyimpanan jangka
panjang. Ini berarti bahwa MLSB adalah bendungan sejati dalam arti airnya dalam jangka
panjang, dan bukan dengan cepat diisi oleh padatan seperti di banyak bendungan tailing
lainnya. Tanggul memiliki lingkar sekitar 18 km, tinggi rata-rata sekitar 40 m dan tinggi
maksimal sekitar 88 m.

Dua bendungan starter dibangun pada tahun 1976 sampai 1978 [9] dan diminta sampai
tersedia pasir yang cukup untuk membangun tanggul. Bendungan starter utara memiliki
ketinggian puncak 312 m. Permukaan tanah asli bervariasi dari 294 m sampai 305 m,
sementara 1,5 m tanah asli dilucuti parit di atas yang merupakan inti tanah liat yang
dipadatkan. Lebar puncaknya adalah 30 meter.

Tanggul utama dibawa ke ketinggian akhir 352 m selama lebih dari separuh panjangnya pada
tahun 1994 dan selesai pada tahun 1995. Untuk tujuan konstruksi, tanggul dianggap berada
dalam kumpulan 30 "sel", masing-masing dengan panjang puncak sekitar 600 meter. Lereng
samping yang dapat diterima ditentukan berdasarkan sel-demi-sel, berdasarkan kekuatan
bahan dan gerakan pondasi yang ada. Kemiringan bagian terluar tanggul jauh lebih kecil dari
pada bagian dalam, dengan perbandingan sekitar 4: 1. Pada tahun 1997, operasi terbuka besar
Syncrude menghasilkan 250.000 ton tailing yang dikumpulkan di kolam tailing yang
dibangun dengan metode konstruksi hulu.

Karena bendungan ini sering muncul dalam daftar sebagai struktur bendungan terbesar di
dunia, perlu untuk memperkirakan keakuratan volume bahan konstruksi yang dikutip.Panjang
tanggul panjang tanggul 18 km ini bisa diandalkan. Tinggi rata-rata tanggul dikutip menjadi
40 m, dan cek pada ini menggunakan empat penampang menghasilkan 45 m, yang memiliki
urutan besarnya sama. Lebar dasar rata-rata tanggul berkapasitas 1.800 m, 800 m dari Google
Earth dan 660 m. Jadi, sementara satu laporan memberikan volume tanggul 720 × 10 6 m 3 ,
perhitungan berdasarkan lebar dasar tanggul dari ketiga sumber ini masing-masing
memberikan volume pengerasan masing-masing 660, 290 dan 240 × 10 6 m 3. . Jadi ada
beberapa ketidakpastian mengenai total volume bahan bangunan.
3. Sumber Air Ngembel

Mata air Ngembel merupakan salah satu sumber mata air alami di kabupaten Bantul. Vegetasi
di kawasan sekitar mata air mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian dari sumber
mata air itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan indeks
nilai penting ( INP ) tumbuhan penyusun vegetasi serta pengaruh faktor-faktor lingkungan
abiotik terhadap tingkat keanekaragaman tumbuhan di kawasan sekitar mata air Ngembel.
Penelitian dilakukan dengan pembagian 4 stasiun penelitian berdasarkan arah mata angin
dengan titik pusat pada sumber mata air. Setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik sampling dan
setiap titik sampling dibuat 3 petak contoh dengan ukuran 20mx20m untuk pohon, 10mx10m
untuk tiang dan 5mx5m untuk semak. Parameter lingkungan abiotik yang diukur yaitu, suhu
udara dan kelembaban udara, intensitas cahaya, suhu tanah dan pH tanah. Hasil penelitian di
kawasan sekitar mata air Ngembel didapatkan 46 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 27
suku. INP tertinggi untuk pohon adalah kelapa (Cocosnucifera) sebesar 90,72. INP tertinggi
untuk tiang adalah gayam (Inocarpus edulis) sebesar 83,39 sedangkan INP tertinggi untuk
semak adalah pulutan (Urenalobata) sebesar 64,94. INP terendah untuk pohon dan tiang
adalah mangga (Mangiferaindica) sebesar 8,04 dan 16,00 sedangkan untuk semak adalah
patah tulang (Pedilanthuspringlei) sebesar 19,09. Hasil uji statistika menunjukkan bahwa
faktor lingkungan yang diukur bukan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
keanekaragaman tumbuhan di kawasan sekitar mata air Ngembel.

You might also like