( Kasus salah transfusi darah pada pasien di RS Arun aceh utara )
1. Etika a. Autonomy (hak kebebasan individu dalam pembelaan diri) -Pasien berhak untuk menuntut perawat yang melakukan malpraktek kepadanya dalam melakukakn kesalahan pada transfusi darah. -Perawat dapat melakukan pembelaan terhadap tuntutan yang dituijukan kepadanya jika dia telah melakukan tindakan keperawatannya sesuai dengan SOP yang berlaku. b. Non- Maleficience Seharusnya perawat dan tenaga kesehatan lain tidak memberikan tindakan yang membahayakan nyawa dari pasien. 2. Perlindungan pada pasien Pasien atau keluarga pasien berhak mendapatkan penjelasan dan inform consent dari tenaga kesehatan sebelum tindakan diberikan, dan juga berhak mendapatkan penjelasan dari pihak rumah sakit terkait kelalaian yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan pada rumah sakit tersebut, dan juga pasien berhak mendapatkan pertanggungjawaban dari rumah sakit atas apa ayng telah didapatkan oleh pasien akibat kelalaian dari tenaga kesehatan dan medis. 3. Aturan hukum dan UU a. UU kesehatan No.23 tahun 1992 Pasal 53 ayat 1 menyatakan : tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. b. UU kesehatan No.23 tahun 1992Pasal 50 ayat 1 menyatakan : bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya. c. UU No.44 tahun 2009 pasal 46 menyatakan bahwa : rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap kerugian yang timbul akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit d. UU kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 29 menyatakan : bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. 4. Penyelesaian kasus Dari UU yang telah ditulis diatas tenaga medis ataupun perawat bisa melakukan mediasi terlebih dahulu dan juga rumah sakit akan memberikan beberapa tindakan yang semsetinya harus dilakukan untuk mendisiplinkan perawat dan tenaga medis di rumah sakitnya terkhusus pada perawat dan petugas laboratorium yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut. Dari kasus dapat kita lihat bahwa penyelesaian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit yaitu dengan menonaktifkan kerja perawat dan petugas labor karena kelalaiannya dalam melakukan tindakan tidak sesuai dengan SOP. 5. Perjalanan kasus Nama kasus : Dugaaan salah Transfusi darah pada klien. Deskripsi kasus : pada kasus terdapat pasien yang mengalami kesalahan pada saat menerima transfusi darah, yang seharusnya golongan darah O tapi yang di transfusikan golongan darah B (kesalahan pada tindakan perawat dan labor sedangkan pihak UTD PMI mengatakan sudah bekerja sesuai prosedur). akibatnya pasien mengalami kejang- kejang, koma beberapa kali, dan bahkan harus menjalani cuci darah. Saat memberikan transfusi darah perawat tidak melakukan tindakan sesuai dengan SOP karena perawat memberikan tranfusi darah pada pasien tanpa pemberitahuan kepada atasannya. Format analisa kasus ( kasus dugaan malpraktek, 2 perawat di RSUD Monokwari, 30 Desember 2017 ) 1. Etika a. Autonomy (hak kebebasan individu dalam pembelaan diri) -Pasien dan keluarga berhak untuk menuntut perawat yang melakukan malpraktek kepada pasien karena memberikan obat tidak sesuai dosis dokter anak sehingga pasien mengalami overdosis. -Perawat dapat melakukan pembelaan terhadap tuntutan yang ditujukan kepadanya jika dia telah melakukan tindakan keperawatannya sesuai dengan SOP yang berlaku. b. Non- Maleficience Seharusnya perawat dan tenaga kesehatan lain tidak memberikan tindakan yang membahayakan nyawa dari pasien, contohnya dalam kasus perawat memberikan obat pada pasien diatas dosis yang dianjurkan dan dapat mengakibatkan pasien mengalami koma akibat overdosis nya jika tidak segera diketahui dan ditangani.
2. Perlindungan pada pasien
Pasien atau keluarga pasien berhak mendapatkan penjelasan dari rumah sakit terkait kelalaian yang telah dilakukan oleh perawat yang memberikan tindakan yang salah pada pasien di rumah sakit tersebut, dan juga pasien berhak mendapatkan pertanggung jawaban dari rumah sakit atas apa yang telah didapatkan oleh pasien akibat kelalaian dari tenaga medis. 3. Aturan hukum dan UU a. UU kesehatan No.23 tahun 1992Pasal 50 ayat 1 menyatakan : bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya. b. UU No.44 tahun 2009 pasal 46 menyatakan bahwa : rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap kerugian yang timbul akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit 4. Penyelesaian kasus Dari UU yang telah ditulis diatas tenaga perawat harus melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP yang berlaku dan jika memang sudah sesuai SOP maka perawat tersebut bisa melakukan mediasi terlebih dahulu dan juga rumah sakit akan memberikan beberapa tindakan yang semsetinya harus dilakukan untuk mendisiplinkan perawat dan tenaga medis di rumah sakitnya terkhusus pada perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut. 5. Perjalanan kasus Nama kasus : Overdosis parasetamol pada pasien akibat kelalaian perawat. Deskripsi kasus : Pada kasus terdapat seorang pasien yang mengalami penyakit malaria vivax yang menjalani perawatan dan paracetamol infus 100 ml sebanyak 1 botol oleh 2 perawat di ruyang IGD RS. Saat memberikan tindakan perawat melakukan kesalahan tidak sesuai prosedur operasi pada pasien, seharusnya 200 mg paracetamol diberikan kepada pasien tetapi menjadi 2000 mg akibatnya pasien mengalami overdosis dan mengalami nyeri perut, muntah-muntah, lemas, pucat, kering banyak dan vatalnya bisa koma. Pada kasus dinyatakan bahwa sudah dilakukan somasi pertama dan kedua ke pihak rumah sakit tapi sampai sekarang belum ada titik temu dan respon baik dari pihak RSUD Monokwari.