Professional Documents
Culture Documents
tersebut bersifat handal dan cepat sehingga para investorpun akan mampu
perusahaan akan ditangkap oleh para investor dengan cepat, baik informasi
tersebut bersifat buruk (bad news) ataupun informasi yang bersifat baik (good
news).
Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor
informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal),
disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain
pasar beroperasi dengan biaya rendah. pasar modal efisien dalam hal alokasi,
dimana sumber daya dialokasikan pada tempat yang memiliki return yang tinggi,
1
pasar modal efisien dalam hal informasi, dimana harga bergerak mencerminkan
pada beberapa variabel yang berbeda-beda. Variabel itu antara lain: nilai instrinsik
informasi laporan keuangan yang berasal dari praktek analis sekuritas yang
atau nilai fundamentalnya. Untuk konteks seperti ini,maka efisiensi pasar (market
efficiency) diukur dari seberapa jauh harga-harga sekuritas menyimpang dari nilai
intrisiknya (Beaver, 1989). Dengan demikian suatu pasar yang efisien menurut
konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak
mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Pasar efisien berdasarkan distribusi
setiap orang mengamati sistem informasi tersebut. Pasar dikatakan efisien dalam
2
Jogiyanto (2000) meninjau efisiensi pasar modal dari dua segi, yaitu segi
ketersediaan informasi saja atau dari segi dari kecanggihan para pelaku pasar
modal dalam mengambil keputusan. Menurutnya pasar efisien yang ditinjau dari
pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam
decisionally efficient market. Ide dari pengujian pasar yang efisien dituangkan
dalam suatu hipotesis yang disebut dengan hipotesis pasar efisien atau efficient
ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar efisien ada dalam kehidupan
menilai, dan berdagang saham. Investor- investor ini adalah price taker,
artinya pelaku itu sendiri tidak akan dapat mempengaruhi harga suatu
sekuritas.
2. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi
tersedia bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang hampir sama (tidak jauh
berbeda).
3. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman
yang ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman
yang lain.
3
4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru
penyesuaian.
Kondisi-kondisi di atas mungkin terkesan kaku atau akan sulit untuk dapat
dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Harus diakui bahwa akan sulit sekali untuk
ada di pasar satu per satu. Investor pasti senantiasa memperhatikan pergerakan
pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap untuk melakukan
traksaksi beli atau jual manakala menurut perhitungan akan didapat hasil yang
menguntungkan. Dengan kata lain, investor yang secara cepat dapat mengetahui
gratis), untuk institusi di dunia bisnis, pencarian berbagai jenis informasi sudah
merupakan sesuatu yang biasa dan urusan biaya adalah sesuatu yang wajar dan
investor dikenai biaya broker atau jasa lainnya). Informasi yang ada dapat dengan
mudah diperoleh dan hampir setiap saat sama seperti halnya informasi yang
disampaikan lewat radio, televisi, atau alat komunikasi khusus yang tersedia bagi
4
bervariasinya sumber dan jenis informasi memungkinkan investor untuk
akan terjadi, kapan pemogokan tenaga kerja akan terjadi, kapan nilai tukar mata
uang akan turun atau naik, atau kapan pemimpin negara akan mengalami serangan
misalnya adanya corporate actions, adalah independen dan dapat muncul setiap
adalah investor akan dengan segera melakukan penyesuaian setiap saat ada
Lagi pula, perubahan harga adalah independen dan tidak terpengaruh oleh
harga yang lain dan harga bergerak dalam bentuk acak (random walk). Artinya,
harga hari ini tidak terpengaruh oleh harga kemarin, karena harga yang terbentuk
hari ini terjadi berdasarkan pada informasi baru yang masuk ke pasar dan diterima
di pasar. Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa jika ke empat kondisi ideal
5
1) Efisiensi bentuk lemah (weak form tests), dimana informasi telah dibentuk
dari harga dimasa lalu. Dengan demikian, pada pasar modal yang efisien
walk, artinya tidak ada korelasi antara perubahan harga yang terjadi.
diprediksi sebelumnya.
2) Efisiensi bentuk setengah kuat (semi-strong tests) yaitu, harga sekuritas
Dengan demikian pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat,
6
yang terkena regulasi tersebut. Contoh : adanya regulasi untuk
investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnormal return
karena mempunyai informasi privat dalam efisiensi pasar bentuk kuat ini.
2.1.5 Anomali Pasar Modal
Meskipun hipotesis pasar efisien telah menjadi satu konsep yang dapat
dengan hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah yang menyebabkan return bergerak
menjadi tidak random yaitu anomali pasar. Jones (1996) dalam Jogiyanto (2000)
7
bertentangan dengan pasar efisien dan penyebab dari kejadian itu tidak dapat
dibedakan menjadi empat macam kategori, yaitu : anomali peristiwa atau kejadian
Tabel 2.1
Jenis Anomali
8
yang lebih tinggi.
9
January effect adalah suatu kondisi anomali yang terjadi di pasar modal
bulanan saham pada bulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan
lainnya. Kecenderungan itu biasanya lebih terlihat pada saham dengan nilai
kapitalisasi yang kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rozeff dan
return saham di NYSE pada awal bulan lebih tinggi dibanding dengan sebelas
bulan lainnya dalam 1904-1974. Rata-rata return pada bulan Januari selama
signifikan mengenai return bulan Januari yang lebih tinggi meskipun akhir
tahun fiskal untuk perusahaan Australia adalah bulan Juni, sehingga Officer
menyimpulkan bahwa pajak tidak dapat menjelaskan adanya efek Januari ini.
2. Day Of The Week Effect
The day of the week effect merupakan perbedaan return antara hari Senin
1996). Menurut Cahyaningdiyah (2005) The day of the week effect adalah
suatu fenomena yang merupakan bentuk anomali dari teori pasar modal yang
efisien. Menurut fenomena ini, return harian rata – rata tidak sama untuk
semua hari dalam satu minggu, sementara menurut teori pasar yang efisien
10
return saham akan tidak berbeda berdasar perbedaan hari perdagangan.
bagian dari the day of the week effect. Menurut Mehdian dan Perry (2001)
dalam Antariksa (2005) The Monday effect adalah suatu seasonal anomaly
(anomali musiman) atau calendar effects (efek kalender) yang terjadi pada
pasar finansial yaitu ketika return saham secara signifikan negatif pada hari
Senin.
negatif terjadi pada hari pertama dalam minggu perdagangan antara lain
penelitian Cross (1973), Board dan Sutcliffe (1998), Chang et al. (1993),
Coutts dan Hayes (1999), Al-Loughani dan Chappell (2001) dalam Holden,
et al. (2001). Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Ho (1986) di Bursa
terjadi pada hari Senin dan return paling tinggi terjadi pada hari Jumat.
Menurut penelitian yang dilakukan Gibbons dan Hess (1981) dengan
York, menemukan bahwa return pada hari Senin lebih rendah dibanding
dengan hari lainnya yaitu sebesar -33,5 %, sedangkan return yang positif
terjadi pada hari perdagangan Rabu dan Jumat. Sementara itu, hasil penelitian
Kim (1988) di Bursa Efek Korea Selatan dan Jepang menemukan bahwa
return pada hari Selasa menunjukan hasil negatif yang signifikan dan lebih
11
Dalam Market Overreaction Hyphothesis menyatakan bahwa saham-
saham yang memiliki abnormal return yang rendah (loser) pada suatu periode
saham yang memiliki abnormal return yang tinggi (winner) akan cenderung
Lanstein (1985), Howe (1986), Brown dan Harlow (1988), serta Lehman
(1990).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti di pasar modal luar negeri
saham terlalu tinggi sebagai reaksi terhadap informasi yang dinilai baik, dan
sebaliknya harga saham akan dinilai rendah sebagai reaksi terhadap informasi
buruk. Ketika pasar menyadari telah bereaksi berlebihan, maka akan terjadi
winner akan turun nilainya sedangkan saham loser akan naik nilainya.
Namun, hasil penelitian Enny (2003) pada Bursa Efek Jakarta selama
4. Monthly Effect
12
Efek bulanan ini menunjukan tingkat return yang berbeda pada bulan
CIP yang mewakili 65% dari total nilai pasar dari semua saham yang
bahwa hasil yang signifikan terjadi di pasar Denmark, Jerman dan Norwegia,
baru umat Yahudi. Pada tahun 2009, pasar ditutup dari tanggal 18 September
dan dibuka pada 28 September untuk hari perdagangan. Hal ini nampaknya
adanya anomali yang ditandai dengan selisih nilai saham saat pasar ditutup
bulanan lain yang dilakukan oleh Bialkowski, Etebari dan Wisniewski (2009)
dari 1989-2007 menunjukkan return saham lebih tinggi 9 kali lipat (38.1%
dibanding 4.3%) selama bulan Ramadan dibanding dengan sisa bulan lainnya.
Di Inggris tradisi ”Sell in May and Go Away” menunjukkan harga umum
jatuh antara Bulan Mei dan Agustus. Kemungkinan penjelasan lain untuk
setiap efek yang bervariasi antara lain adanya bulan tertentu dalam setiap
tahun misalnya hari libur, jumlah hari kerja pada satu bulan, pengumuman
13
laba yang periode tertentu, tenggat waktu pajak, dan lain-lain yang mungkin
tinggi dibanding hari lainnya. Hal ini menurut Lakonishok dan Maberly
(1996) disebabkan karena hasrat investor individual pada hari senin untuk
cendrung lebih tinggi dibanding hasrat untuk menjual dan hal ini mendorong
pengembalian saham pada hari ini menjadi lebih tinggi dibanding hari-hari
lainnya.
Monday effect merupakan bentuk penyimpangan yang terjadi pada hari
Senin, dimana return saham akan cenderung bergerak ke arah negatif secara
penelitian mengenai Monday effect pertama kali dilakukan oleh Fields (1931),
(2001) serta Sun dan Tong (2002), dengan hasil penelitian yang
membuktikan bahwa return pada hari Senin adalah berbeda dengan return
14
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budileksmana (2005) menunjukkan
bahwa return pasar di Bursa Efek Jakarta pada hari Senin adalah relatif
(2004) serta mendukung hasil penelitian mengenai Monday Effect lain yang
kecenderungan ini. Hal ini diduga berhubungan dengan risiko setiap saham,
dimana terjadi trade off antara risk and return Untuk perusahaan dengan P/E
ratio yang rendah berarti risiko yang harus ditanggung inverstor cendrung
tinggi dan risiko yang tinggi tentunya juga harus dibarengi dengan return
dengan P/E ratio rendah justru menghasilkan pengembalian saham yang lebih
tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Basu pada tahun 1977 dan 1983 dengan
bahwa sekuritas dengan PER rendah menghasilkan return yang lebih tinggi
15
informasi PER ini merupakan suatu informasi yang tersedia bagi para
disesuaikan untuk beta saham dari perusahaan kecil justru lebih baik
Banz (1981) hal ini dikarenakan ukuran juga bisa dipakai untuk menerangkan
dilakukan oleh Kim dan Park (1994) dengan menggunakan data dari indeks
baru mengenai efek hari libur di Inggris serta dalam penelitian ini juga
mencatat adanya efek ukuran perusahaan yang terjadi dalam pasar ini.
8. Week Four Effect
Pada beberapa penelitian ditemukan juga bahwa Monday effect yang
16
Sedangkan return hari Senin pada minggu pertama sampai minggu ketiga
Monday Effect hanya terjadi pada minggu keempat untuk setiap bulannya.
Sedangkan return hari Senin pada minggu pertama sampai minggu ketiga
dianggap tidak signifikan negatif atau sama dengan nol. Sejumlah studi yang
signifikan terjadi pada minggu keempat dalam setiap bulan, sedangkan return
Senin minggu pertama sampai ketiga secara statistik tidak berbeda dengan nol
(Wang,Li dan Erickson, 1997). Hal ini berarti bahwa return hari Senin negatif
pada hari Senin secara substansial lebih tinggi jika didahului oleh return
negatif yang terjadi pada hari Jum’at. Hal ini menunjukkan bahwa ada
17
korelasi antara return hari Jum’at dan Senin (Abraham dan Ikenberry 1994).
penelitian Wang, Li dan Erickson. Pada penelitian ini digunakan CRSP value
weigted return dan ditemukan bahwa return hari Senin negatif terkonsentrasi
pada minggu keempat yaitu antara tanggal 18 s/d 26 setiap bulannya (Sun dan
Tong 2002). Hal ini berkaitan dengan tuntutan likuiditas investor individu.
peneliti yang bernama Rogalski pada tahun 1984. Rogalski (1984) dalam
antara day of the week effect dengan January effect. Rata – rata return Senin
dalam bulan Januari adalah positif sementara return Senin dibulan lainnya
bulan Januari sebagai akibat adanya kecenderungan return bulan Januari yang
Iramani dan Mahdi (2006) dipasar modal Amerika dikatakan bahwa return
pada bulan Januari lebih tinggi daripada return bulan lainnya, sehingga
return yang cenderung lebih tinggi pada bulan Januari sehingga mereka
menyimpulkan tidak ada fenomena January effect di BEJ. Iramani dan Mahdi
18
(2006) Rogalski effect dapat diartikan sebagai suatu fenomena dimana return
negatif yang biasa terjadi pada hari Senin (Monday Effect) menghilang pada
bulan tertentu. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan return yang lebih
antara peristiwa hari libur tertentu dengan kinerja pada bursa efek. Dampak dari
pengaruh dari peristiwa hari libur tertentu terhadap kinerja bursa, faktor yang
periode waktu pra libur dan pasca libur. Jika ada perbedaan yang signifikan antar
waktu itu, maka dirumuskan peristiwa hari libur tertentu mempunyai pengaruh
efek positif dan negatif. Terjadi efek positif apabila pasca libur diprediksikan
banyak dilakukan sebelum hari libur. Para investor akan ketinggalan kereta bila
membeli saham dilakukan bursa pasca libur. Demikian pula akan terjadi efek
negatif bila terjadi keadaan yang sebaliknya, yaitu sebelum libur, bursa efek sepi
dari pembeli.
Beberapa peneliti mengungkapkan hal itu akan tergantung tergantung
mood dari para investor, apakah mereka pada keadaan mood tinggi (highest mood)
atau dalam keadaan mood rendah (lowest mood). Jika investor dalam keadaan
19
Sebaliknya jika dalam keadaan mood rendah mereka tidak akan bergairah dalam
bertransaksi.
Telaah teori pada keuangan keperluan (behavior finance) menjelaskan,
keputusan investor sangat mungkin didasarkan atas perilaku yang bias, emosi
akan mewarnai mood para investor. Jika masyarakat umumnya merasa optimistis
dalam melihat keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka para investor di pasar
modal juga akan cenderung optimistis dan dalam keadaan mood tinggi.
pesimistis dan dalam keadaan mood rendah. Mood menggambarkan karakter yang
bagi menjadi 3 sub: hari perdagangan sebelum dan sesudah hari libur biasa serta
seluruh perdagangan lainnya. Berdasarkan data imbal hasil pasar harian, mereka
menghitung imbal hasil rata-rata harian untuk hari perdagangan sebelum hari libur
biasa (pre holiday) dan hari perdagangan setelah hari libur biasa (post holiday).
Imbal hasil rata-rata harian untuk hari perdagangan setelah dikeluarkan
hari perdagangan sebelum dan sesudah hari libur biasa dan libur perdagangan
(ordinary day). Mereka menemukan bahwa imbal hasil rata-rata sebelum regular
holidays terjadi di pasar modal Amerika Serikat. Tidak seperti bentuk imbal hasil
sebelum hari libur, imbal hasil rata-rata setelah hari libur tidak menunjukkan
20
Berdasarkan Roll (1983), imbal hasil tinggi yang disebabkan oleh January
Effect dimulai akhir hari perdagangan bulan Desember, yaitu hari sebelum hari
libur. Sesuai Pettengill (1989) dan Ariel (1990), dengan mengeluarkan hari
perdagangan sebelum dan sesudah Tahun Baru dari sampel reguler holidays,
penelitian ini akan menguji apakah ada tidaknya manifestasi January Effect
pada saat hari-hari perdagangan sebelum hari libur yang terjadi pada saat pasar
ditutup (Ariel, 1990). Lakonishok dan Smidt (1988), menemukan bahwa kira-kira
50 persen capital gain dari DJIA terjadi pada sepuluh hari libur setiap tahun.
Karena itu, dapat dipercaya bahwa efek liburan adalah salah satu anomali yang
efek hari libur ini merupakan salah satu anomali yang paling tua dan konsisten
dalam semua peraturan seasonal yang lain. Fields (1934) menemukan bahwa
terdapat proporsi tertinggi pada pemilihan hari perdagangan saham sebelum hari
libur. Meril (1966) juga menemukan bukti bahwa frekuensi yang tidak
proporsional pada keunggulan Dow Jones Industrial Average pada hari sebelum
libur selama periode 1987 sampai dengan 1965. Menurut Brockman dan
Michayluk (1998) serta Vergin dan McGinnis (1999), bahwa penjelasan mengenai
efek hari libur yang paling menjanjikan adalah terletak pada psikologi investor.
21
hari libur karena “semangat tinggi’ maupun “euforia hari libur”. Hanya saja,
dilakukan oleh Lakonishok dan Smidt (1998) yang mendefinisikan delapan hari
libur umum pada saat pasar ditutup, yaitu dengan menggunakan rata-rata industri
Dow-Jones dari tahun 1897-1986, dan menemukan bahwa rata-rata tingkat return
sebelum hari libur adalah 0.22%, dibandingkan dengan tingkat return harian
kurang dari 0.01%. Ini berarti bahwa return sebelum hari libur sekitar 22 kali
lebih besar daripada return dihari biasa, dengan sekitar 63.9% dari total return
lain pernah dilakukan oleh Ziemba (1991) yang dilakukan di jepang dengan
menggunakan data harian pada saham Nikkei dari bulan Mei 1949 ketika pasar
dibuka setelah perang dunia kedua hingga 1988, dan menemukan bukti bahwa
terdapat adanya pre holiday effect yang ditandai dengan tingkat return yang lima
kali lebih besar dari pada tingkat return yang lima kali lebih besar daripada
tingkat return rata-rata non preholiday, yakni 0.246% dibanding 0.0489%. Kim
dan Park (1994) menemukan efek hari libur di Amerika Serikat dengan
menggunakan indikator pasar di Bursa efek New York, AMEX dan NASDAQ dari
indikator pasar di Bursa Efek New York, AMEX dan NASDAQ dari tahun 1987-
1993. Selain itu Kim dan Park (1994) menggunakan data dari indeks Nikkei
22
mempresentasikan suatu bukti baru mengenai efek hari libur yang terjadi di
Inggris. Selain itu, Kim dan Park (1994) juga mencatat adanya indikasi efek
ukuran perusahaan (size-firm effect) yang terjadi dalam pasar ini. Sedangkan
untuk penelitian yang lebih luas, Agrawal dan Tandon (1994) pernah menguji
kekuatan sebelum hari libur ditujuh belas pasar nasional. Dan hasil penelitian ini
menunjukkan nilai yang signifikan sebelum hari libur yaitu sebesar 65% dari
sampel pasar.
Penelitian mengenai hari libur juga pernah dilakukan oleh Marret dan
penelitian pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Australia (ASX) mulai
dari Senin, 9 September 1996 hingga Jumat, 10 November 2006. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat efek hari libur di tingkat pasar Australia
dengan return sebelum hari libur yang lima kali lebih besar dari return pada hari
lain serta adanya efek ukuran perusahaan (firm size effect) dengan return sebelum
hari libur pada saham kapitalisasi kecil yang sepuluh kali lebih besar daripada
return di hari perdagangan lain. Pada pasar tingkat menengah, efek sebelum hari
Penelitian lainnya yang coba dilakukan oleh Bhana (1994) di benua Afrika
dengan menggunakan indeks bursa efek Johannesburg (JSE) dari tahun 1975-1990
menemukan bukti bahwa terdapat return rata-rata yang tinggi yang diperoleh
sebelum hari libur, yaitu sebesar lima kali dari return pada hari perdagangan
biasa. Untuk penelitian yang dilakukan di Benua Asia, antara lain dengan
indeks saham menjadi dua periode waktu yaitu sebelum invasi (1984-1990) dan
23
setelah invasi (1993-2000). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak adanya
efek hari libur di Bursa Efek Kuwait dimana hasil yang diperoleh tidak konsisten
dengan hasil penelitian yang diperoleh di negara maju dan beberapa pasar
pembebasan serta adanya return yang lebih tinggi setelah hari libur pada periode
pembebasan.
cukup kuat untuk menjelaskan efek hari libur ini. Berdasarkan penelitian yang
Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan bahwa tidak adanya indikasi bahwa index
return dipengaruhi oleh preferensi hari sebelum libur, maupun setelah hari libur
terhadap perdagangan hari biasa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sufany
pada Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2007 hingga Oktober 2009
preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari
return saham, namun hari perdagangan setelah hari libur memiliki pengaruh yang
negatif terhadap return saham. Sedangkan untuk hari libur yang digeser pada
24
akhir pekan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap return saham pada hari
perdagangan sebelum hari libur, namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap hari perdagangan setelah hari libur terhadap return saham. Dalam
penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan pada
Tabel 2.2
Rangkuman Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun Hasil penelitian
Penelitian
1 Analisis perbedaan Hendrawan, 2001 Tidak terdapat
tingkat Tomi perbedaan yang
pengembalian rata- signifikan antara
rata saham tingkat pengembalian
sebelum dan rata-rata saham
setelah hari-hari sebelum dan setelah
libur nasional di hari libur nasional
BEI
25
terbukti secara
empiris di BEI
5 Analisis size dan B. 1999 Secara historis investor
january effect di Dhamarsusila, dapat memperoleh
BEI periode tahun ida tingkat imbal hasil
1993-1996 yang lebih tinggi dari
investasi yang
dilakukannya jika
pemegang saham yang
memiliki kapitalisasi
pasar kecil dan
memperdagangkan
pada bulan Desember
di BEI
6 Day of the week Binarto, Ikhsan 2005 Tidak terjadi anomali
effect terhadap namun hanya dalam
daily market return periode tertentu dan
di BEJ periode BEJ secara keseluruhan
tahun 1983-2004 periode tidak efisien
dalam bentuk lemah
karena baik RIHSG dan
RLQ-45 berpola tidak
random
Sumber : Balbina M. dan Martin N.C (2002)
Tabel 2.3
Rangkuman Penelitian Terdahulu
NEGARA/ TUJUAN
NO. REFERENSI HASIL PENELITIAN
DATA / PERIODE PENELITIAN
1. Arsad dan Inggris. Indeks FT Untuk meneliti 1,2,3 Pada hari Senin, Rabu,
Coutts (1997) 30 dari Juli 1935- hari sebelum dan Kamis,dan Jumat, rata-rata
Des 1994. setelah hari libur return lebih tinggi
dengan melihat hari mengikuti hari libur. Pada
dalam seminggu. hari Selasa, rata-rata
return lebh rendah
mengikuti hari libur.
Return sebelum dan
setelah hari libur lebih
tinggi dibandingkan
dengan return hari biasa.
2. Mills dan Inggris. Indeks FT- Penelitian untuk Indeks return rata-rata:
Coutts (1995) SE 100, FT-SE Mid mengetahui hari pada hari sebelum hari
250, dan FT-SE 350 sebelum hari libur libur adalah sekitar 7 kali
dan 29 industri dari dan hari lebih besar daripada hari
Jan 1986- Okt perdagangan perdagangan biasa; sektor
1992. lainnya. finansial dan konsumsi
lebih tinggi sebelum hari
libur. Sedangkan industri
dan lainnya lebih rendah
sebelum hari libur.
3. French (1980) AS. Indeks Perbandingan Return rata-rata pada hari
Komposit S&P dari return rata-rata pada Senin. Rabu, Kamis, dan
tahun 1953-1977. hari perdagangan Jumat adalah lebih tinggi
sebelum hari libur mengikuti hari libur,
dan setelah hari sedangkan return rata-rata
26
libur, dengan pada hari Selasa adalah
melihat hari dalam lebih rendah mengikuti
seminggu. hari libur.
4. Lakonishok AS. DJIA dari Penelitian untuk Return rata-rata sebelum
dan Smidth Jan1897-Jun1986. melihat return hari libur adalah
(1988) sebelum dan mendekati 23 kali lebih
setelah hari libur besar dari hari biasa.
serta pada hari 63,9% dari positif return
perdagangan pada hari sebelum hari
lainnya. libur (97-86)
5. Ariel (1990) AS. Indeks harian Penelitian untuk Return rata-rata EW dan
CRSP VW dan EW hari sebelum hari VW sebelum hari libur
dari 1963-1982. libur dan hari adalah 8.9% dam 14 %.
perdagangan Lebih besar daripada hari
lainnya (63-82, 63- biasa (perbedaan
72, 73-82). signifikan). EW dan VW:
Pengujian setelah return sebelum hari libur
hari libur dari 83- berbeda secara signifikan
86. Grafik untuk dengan return hari
return rata-rata: lainnya; VW: return
1,2,3 hari sebelum setelah hari libur (dengan
hari libur dan 1,2 1 Jan) signifikan berbeda
hari setelah hari dengan hari lainnya. 83-
libur: return per- 86: adanya return positif
jam DJIA; 63-82. yang signifikan. DJIA:
return sebelum hari libur
yang tinggi, terutama
menjelang akhir hari.
6. Nopphon Thailand. Indeks Untuk melihat Dalam penelitian ini
Tanggjitprom SET dari 1994- return sebelum hari dikatakan bahwa The
(2010) 2009. libur dan volatilitas Holiday Effect tergantung
di Bursa Efek pada berapa jumlah hari
Thailand. pada setiap periode hari
libur. Hasil penelitian
membuktikan bahwa
return sebelum hari libur
dan volatilitas cenderung
lebih tinggi. Lebih lanjut,
bahwa pada periode hari
libur yang panjang
cenderung menunjukkan
return sebelum hari libur
yang lebih tinggi
7. Viki Hari Indonesia. Indeks Untuk mengetahui Bahwa tidak terdapat
Chandra LQ-45 di BEI dari return saham sehari pengaruh yang signifikan
Siregar (2009) 2004-2008. sebelum dan sehari antara satu hari sebelum
setelah hari libur dan setelah hari libur
terhadap hari nasional terhadap return
perdagangan saham dibanding dengan
lainnya, hari perdagangan lainnya.
8. Bhana N. AFSEL. Indeks JSE Untuk meneliti Adanya return rata-rata
(1994) dari 1975-1990. dampak dari efek yang tinggi yang diperoleh
sebelum hari libur sebelum hari libur, yaitu
nasional terhadap lima kali dari return pada
return saham. hari biasa.
27
9. Abu-Rub dan Palestina. Indeks Untuk menguji Hasil penelitian
Sharba (2010) PSE dari 1/1/2006- dampak dari libur menunjukkan bahwa; ada
1/1/2010 nasional, libur perbedaan dalam
keagamaan serta perdagangan antara hari
libur akhir pekan libur keagamaan dan libur
terhadap harga akhir pekan, dimana
saham perdagangan return rata-rata libur akhir
yang terdaftar di pekan lebih rendah
Bursa Efek daripada libur keagamaan
Palestina (24.29) : tidak adanya
perbedaan perdagangan
antara hari libur
keagamaan dan hari libur
non-keagamaan serta hari
libur akhir pekan dengan
hari libur non-
keagaamaan. Hasil
lainnya: bahwa harga
perdagangan sebelum hari
libur keagamaan dan non-
keagamaan lebih tinggi
dibanding setelah hari hari
libur.
10. Al-saad Kuwait. Indeks Untuk membuktikan Hasil penelitian yang
(2005) KSE dua periode; keberadaan dari The diperoleh menunjukkan
sebelum invasi Holiday Effect di bahwa tidak adanya efek
(1984-1990) dan Bursa Efek Kuwait. hari libur di KSE dimana
setelah invasi tidak konsisten dengan
(1993-2000) hasil yang diperoleh di
negara maju dan beberapa
pasar berkembang lainnya.
Sedangkan pengujian
untuk dua periode yang
berbeda menunjukkan
adanya signifikan return
yang lebih tinggi paska
periode pembebasan serta
adanya return yang lebih
tinggi setelah hari libur
pada periode pembebasan.
11. Hendrawan Indonesia. Indeks Untuk mengetahui Hasil pengujian tidak
A. (2004) LQ-45 BEJ ada tidaknya memberikan indikasi
holiday effect pada bahwa adanya pre holiday
BEJ. effect maupun post
holiday effect terhadap
hari perdagangan biasa.
Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang
signifikan baik pada nilai
rata-rata return saham
maupun varians antara
return saham sebelum hari
libur nasional maupun
setelah hari libur nasional
28
terhadap hari perdagangan
biasa.
12. Syahril Hamid Indonesia. IHSG Untuk menguji Dari hasil pengolahan data
(2003) BEJ dari 1992-2002 perngaruh hari dengan teknik regresi atas
perdagangan variabel dummy diperoleh
sebelum libur dan hasil bahwa ada pengaruh
setelah hari libur signifikan antara hasil
terhadap return perdagangan sebelum hari
pasar. libur terhadap return
pasar, sedangan hari
perdagangan setelah hari
libur tidak ada pengaruh
signifikan.
13. Chomariah Indonesia.IHSG Pengaruh hari libur Hasil penelitian
Siti (2004) manufaktur BEJ nasional terhadap menunjukkan bahwa hari
dari 1996-2003. return saham di perdagangan sebelum libur
Bursa Efek Jakarta. tidak berpengaruh
terhadap return saham,
namun hari perdagangan
setelah hari libur memiliki
pengaruh yang negatif
terhadap return saham.
14. Marret dan Australia. Indeks Untuk menguji Hasil penelitian
Worthington ASX 1996-2006 keberadaan Holiday menunjukkan bahwa
(2007) Effect di Bursa Efek return pada hari
Australia dan return perdagangan sebelum hari
industri.. libur adalah lima kali lebih
tinggi daripada hari
perdagangan biasa. Dan
penelitian ini tidak
menemukan bukti apapun
mengenai return setelah
hari libur.
15. Cao XiaoLi, New Zealand. Untuk menguji efek Hasil penelitian
Premachandra Indeks NZSE40 ukuran perusahaan menunjukkan bahwa Pre-
, Bhabra, Yih dan NZSE50 dari serta efek sebelum Holiday Effect masih
Pin Tang 1967-2006; untuk hari libur di Bursa terjadi di New Zealand,
(2009) melihat efek ukuran Efek New Zealand. bahkan lebih meningkat.
perusahaan : Analisis ini menunjukkan
NZX10 (Large Cap bahwa return rata-rata
Index), NZX Mid sebelum hari libur paling
Cap (Mid Cap tinggi terjadi sebelum hari
Index) Natal, diikuti oleh hari
dan the NZX Small Paskah. Sedangkah return
Cap Index. pada hari sebelum hari
libur Buruh adalah yang
paling rendah dibanding
dengan return pada hari
perdaganga biasa. Hasil
penelitian lain yaitu bahwa
efek sebelum hari libur
hanya terjadi pada
perusahaan dengan Indeks
saham kecil, dibanding
dengan yang perusahaan
29
yang memiliki indeks
saham medium dan besar.
Sumber : Balbina M. dan Martin N.C (2002)
hari libur (libur nasional dan libur keagamaan) di Bursa Efek Indonesia dengan
melihat return saham pada satu atau dua hari setelah hari libur yang lebih tinggi
dan signifikan dibanding dengan return sebelum hari libur. Adapun hipotesis H1
adalah :
oleh nilai return setelah hari libur yang lebih tinggi dibanding
Hipotesis kedua ingin melihat efek libur (libur nasional atau libur keagamaan)
H2a : Efek libur nasional memberikan return lebih tinggi dibanding efek
libur keagamaan.
H2b : Efek libur keagamaan memberikan return lebih tinggi dibanding efek
libur nasional.
30
31