You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu, manusia (makhluk hidup) pasti mengalami suatu
perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikologinya. Dimana perkembangan fisik lebih
dikenal dengan sebutan pertumbuhan sedangkan pada yang lain lainnya (non fisik) dinamakan
perkembangan psikologinya. Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan –
perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia, binatang, diantara konsepsi (pembuahan) dan
mati. Psikologi pekembangan memegang peranan penting dalam membahas psikolologi kriminil.
Ilmu pengetahuan ini merupakan salah satu ilmu pembantu utama dari lingkungan psikologi
sehubungan dengan pembahasan psikologi kriminil.
Selain itu dalam disiplin ilmu, psikologi perkembangan tentunya memiliki suatu teori-teori
yang membangunnya, sehingga menjadi disiplin ilmu yang baik. Teori adalah pernyataan –
pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berfungsi sebagai acuan
saat harus menyebutkan atau mendeskripsikan, membuat prediksi dan menjelaskan sebuah
fenomena atau prilaku yang muncul. Teori sangatlah penting, karena dengan teori kita dapat
memberikan dasar dan alasan ketika kita akan melakukan intervensi dan tindakan nyata, selain itu
dengan teori juga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan memberikan perlakuan yang lebih baik. Dan teori pada psikologi perkembangan ini ada
berbagai macam.
Sehingga pada makalah ini akan kita bahas mengenai macam-macam teori yang ada pada
psikologi perkembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori-teori psikologi perkembangan?
2. Jelaskan teori-teori psikologi perkembangan?

3. Bagaimana bentuk – bentuk dari teori Psikodinamik, Kognitif, Kontekstual, Behavioral,


dan Sosial Belajar?

4.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Teori-teori Psikologi Perkembangan

Menurut pengertian yang paling umum, teori merupakan lawan dari fakta. Chaplin (2002)
mendefinisikan teori sebagai "satu prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok
gejala yang berkaitan. Menurut Santrock (1998), teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau
spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui akurasinya.
Menurut Miller (1993), setidak-tidaknya ada dua peranan penting dari teori perkembangan, yaitu:
1. Mengorganisir dan memberi makna terhadap fakta-fakta gejala-gejala perkembangan.
2. Memberikan pedoman dalam melakukan penelitian dan menghasilkan informasi baru.
Dalam pembahasan tentang perkembangan manusia, terdapat banyak teori, mulai dari yang
sederhana dan sistematis sampai pada yang rumit dan bertele-tele. Berikut ini akan diuraikan
secara singkat beberapa teori perkembangan yang umum dibahas dalam literature psikologi
perkembangan, diantaranya: psikodinamik, kognitif, konstektual, behavior dan belajar social.

1. Teori Psikodinamik
Berupaya menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek
psikologis tersebut, yang umumnya terjadi selama masa kanak-kanak dini. Para Teoritisi
Psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang
sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak
lahir serta pengalaman-pengalaman social dan emosional mereka. Teori psikodinamik dalam
psikologi perkembangan banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.

a. Teori Psikoseksual Freud


Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamika. Teori yang
dikemukakan Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek
kepribadian seseorang. Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari pelacakannya
terhadap pengalaman-pengalam pribadi para pasiennya, dimana ditemukan bahwa peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kehidupan pasien dimasa
selanjutnya. Impresinya terhadap pentingnya periode awal kehidupan manusia, yang informasinya
kemudian tertanam dalam alam bawah sadar, meyakinkannya bahwa informasi dalam alam bawah
sadar itu sangat penting, karena dari situlah muncul berbagai gangguan emosi.
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamik. Teori ini berfokus
pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Freud yakin
bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego dan super ego. Id
merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah
ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan severvoir energy psikis dan meyediakan
seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya.

Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego di sebut
sebagai "executive branch" (badan pelaksana) kepribadian karena ego membuat keputusan-
keputusan rasional dan memiliki fungsi tertentu. Superego adalah struktur kepribadian yang
merupakan badan moral kepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu
benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh
masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu konsep untuk
menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id), psikologis (ego) dan social
(superego).

Frued yakin bahwa kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting yaitu Id, Ego, Superego. Id
merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah
ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan gudang energi psikis dan menyediakan
seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian lainnya.

Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut
sebagai badan pelaksana kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.

Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian. Perhatian
utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak
sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego, dan superego adalah suatu konsep yang
dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan biologis (id),
psikologis (ego), dan social (superego). Ketiga komponen kepribadian ini berkembang melalui
tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan istilah-istilah “seksual” untuk
segala tindakan dan pikiran yang memberi kenikmatan atau kepuasan, dan istilah “psikoseksual”
digunakan untuk menunjukkan bahwa proses perkembangan psikologis ditandai dengan adanya
libido (energi seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda.
Freud yakin bahwa perkembangan manusia melewati 5 tahap perkembangan psikoseksual dan
bahwa setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikmatan pada satu bagian
tubuh lebih daripada bagian tubuh lainnya.

Tahap Usia/Tahun Ciri-Ciri Perkembangan


Oral 0-1 Bayi merasakan kenikmatan pada daerah mulut. Mengunyah,
menggigit dan menghisap adalah sumber utama kenikmatan.
Kenikmatan terbesar anak terdapat disekitar daerah lubang anus.
Anal 1-3 Rangsangan pada daerah lubang anus ini berkaitan erat dengan
kegiatan buang air besar.
Kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak menemukan
Phallic 3-6 bahwa manipulasi diri dapat memberi kenikmatan. Anak mulai
menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan anatomic antara lak-
laki dan perempuan, terhadap asal-usul bayi dan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan seks.
Anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan
Latency 6-12 ketrampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan banyak
energi anak kedalam bidang-bidang yang amn secara emosional dan
menolong anak melupakan konflik pada tahap phalic yang sangat
menekan.
Dorongan-dorongan seks yang ada pada masa phallic kembali
Genital 12-dewasa berkembang, setelah berada pada keadaan tenang selama masa
latency. Kematangan fisiologis ketika anak memasuki masa remaja,
mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen pada alat kelamin
sebagai sumber kenikmatan

b. Teori Psikologi Erikson

Erik Erikson (1902-1994) adalah salah seorang teoritis ternama di bidang perkembangan
rentang-hidup. la dipandang sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik kontemporer. Hal ini
cukup beralasan, sebab tidak ada tokoh lain sejak kematian Sigmund Freud yang telah bekerja
dengan begitu teliti untuk menguraikan dan memperluas struktur psikoanalisis yang dibangun oleh
Freud serta merumuskan kembali prinsip-prinsipnya guna memahami dunia modern. Salah satu
sumbangannya yang terbesar dalam psikologi perkembangan adalah psikososial. Istilah
“psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis (Hall &
Lindzey,1993).

Meskipun teori perkembangan kepribadian yang dirumuskan Erikson mempunyai


kemiripan dengan teori Freud, namun dalam beberapa hal keduanya berbeda pendapat. Erikson
misalnya, mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap-tahap psikososial, yang berbeda
dengan tahap-tahap psikoseksual Freud. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang
siklus kehidupan manusia,sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar individu
dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan. Disamping itu, dalam teori psikososial, Erikson
lebih menekankan faktor ego, sementara dalam teori psikoseksual, Freud lebih mementingkan id.

Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati tahap
psikososial sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap memiliki tugas perkembangan yang khas,
dan mengharuskan individu menghadapi dan menyelesaikan krisis. Erikson melihat bahwa krisis
tersebut sudah ada sejak lahir, tetapi pada saat-saat tertentu dalam siklus kehidupan, krisis menjadi
dominan. Bagi Erikson, krisis bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik
peningkatan uulnerabality (kerentanan) dan potensi. Untuk setiap krisis, selalu ada pemecahan
yang negatif dan positif. Pemecahan yang positif, akan menghasilkan kesehatan jiwa, sedangkan
pemecahan yang negatif akan membentuk penyesuaian diri yang buruk. Semakin berhasil
seseorang mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangannya.

Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas


ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa
kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan tiga tahap terakhir pada masa dewasa dan
masa tua. Dari delapan tahap perkembangan tersebut, Erikson lebih memberikan penekanan pada
masa adolesen, karena masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Apa yang terjadi pada masa ini, sangat penting artinya bagi kehidupan dewasa. Berikut
ini akan diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson tersebut.

Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust) yaitu tahap psikososial
yang terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan. Pada masa ini, bayi mengalami konflik antara
percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah
kecil ketakutan serta kekhawatiran akan masa depan. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu
menjadi sangat penting. Kalau ibu memberi bayi makan, membuatnya hangat, memeluk dan
mengajaknya bicara, maka bayi tersebut akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat
menerima kehadirannya secara hangat dan bersahabat. Inilah yang menjadi landasan pertama bagi
rasa percaya. Sebaliknya, kalau ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam diri bayi
akan timbul rasa ketidakpercayaaan terhadap lingkungannya (Boeree, C. G: 1997) .
Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap
kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan dan masa baru
pandai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan diri dari pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa
mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini, bila orang tua
selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri diatas kedua kaki mereka sendiri,
sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan
pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jika orang tua
cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki anak akan
mengalami rasa malu dan ragu-ragu.

Tahap prakarsa dan rasa bersalah (iniative versus guilt), yaitu tahap perkembangan
psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah. Pada tahap ini anak terlihat
sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat dan suka menantang lingkungannya.
Dengan menggunakan bahasa, fantasi, dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga
diri. Bila orangtua bias memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak
dalam bermain, maka anak-anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan
inisiatif menjadi kuat. Sebaliknya, bila orang tua kurang memahami, kurang sabar, suka
memberikan hukuman, dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah dan menjadi
enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang diinginkannya (Supratik: 1993).

Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority), yaitu tahap perkembangan
psikososial keempat yang berlangsung kira-kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahun ini,
anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai
mengerahkan energy mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Alat-
alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-
situasi produktif serta alat-alat yang dipakai untuk bekerja. Akan tetapi, apabila anak tidak berhasil
menguasai keterampilan dan tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru-guru dan
orang tuanya, maka anak akan mengembangkan perasaan rendah diri.

Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity confusion), yaitu tahap
perkembangan psikososial yang kelima yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja. Pada
tahap merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu
unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di tengah masyarakat, baik peran yang bersifat
menyesuaikan diri maupun yang bersifat memperbarui. Tetapi, karena peralihan yang sulit dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial
dan historis lain, maka anak akan mengalami krisis identitas. Bila krisis ini tidak segera diatasi,
maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekacauan identitas, yang dapat
menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang.

Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu tahap perkembangan
psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa. Tugas
perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut
Erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada
hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya keintiman dari
tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan
orang lain, kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.

Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu perkembangan


psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap
generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-ide,
dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang diistilahkan oleh
Erikson dengan “generativitas”. Apabila generativitas ini lemah atau tidak diungkapkan, maka
kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan stagnasi .

Tahap integritas dan keputusasaan (intregity versus despair), yaitu tahap perkembangan
kedelapan yang dialami individu selama akhir dewasa. Integritas terjadi ketika seseorang pada
tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah
dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan
kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tenteram, serta menikmati hidup sebagi yang
berharga dan layak. Akan tetapi bagi orang tua yang dihantui oleh perasaan bahwa hidupnya
selama ini sama sekali tidak mempunyai makna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya, maka
ia akan merasa putus asa.
2. Teori Kognitif

Berbeda dengan teori-teori psikoanalitis, yang menekankan pentingnya pikiran-pikiran


tidak sadar anak-anak, teori-teori kognitif menekankan pikiran-pikiran sdar mereka. Teori kognitif
berdasarkan asumsi bahwa kwmampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak diapandang sebagai
individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Dewasa ini
tentang studi perkembangan kognitif di dominasi oleh dua teori, yaitu teori perkembangan kognitif
Piaget dan teori pemrosesan informasi.

a. Teori Kognitif Piaget

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun 1896–1980.Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti
mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman.
Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek
dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia
sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh
melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai
dunia yang telah ia punyai.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Tahapan-Tahapan perkembangan menurut Piaget
ini diringkas dalam Tabel 2.2 berikut :

TABEL 2.2
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Usia/Tahun Ciri-Ciri Perkembangan


Sensorimotor 0-2 Bay bergerak dari tindakan refleks instiktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bay membangun suatu
pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
Anak mulai mereprentasikan dunia dengan kata-kata dan
Preoperational 2-7 gambar-gambar. Ini menunjukan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor
dan tindak fisik.
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai
Concrete 7-11 peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan
operational benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis.
Formal 11-15 Pemikiran lebih idealistik.
operational

a) Skema (struktur kognitif)


Adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Atau suatu pola
sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan
suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menghisap.

b) Adaptasi (struktur fungsional)


Piaget menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan
lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa bayi manusia ketika
dilahirkan telah dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :


a) Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap
pada organism. Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan informasi baru ke dalam
pengetahuan mendalam yang sudah ada.
Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan
tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru.
b) Akomodasi
Menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah lama
untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang
telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.
Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti
bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari.

b. Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi merupakan teori alternative terhadap teori kognitif Piaget.
Teori pemrosesan informasi ini didasari atas tiga asumsi umum,pertama, pemikiran dipandang
sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-individu
memproses informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk
memproses informasi dari seorang individu.

Gambar 2.1 Model kognisi dari teori pemrosesan informasi (diadaptasi dari Seifert & Huffnung,
1994)

3. Teori Kontekstual

Dalam teori kontekstual ini ada beberapa bentuk teori yang mempengaruhi, yaitu:

a. Teori Etologis
Etologi merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan
alamiahnya. Teori etologi mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat
dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode-periode kritis atau
sensitive. Dengan demikian, pendekatan etologi difokuskan pada asal-usul evolusi dari tingkah
laku dan menekankan tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah.
Pendekatan etologis menetapkan metode-metode observasi yang dapat meningkatkan
kualitas studi tentang perekmbangan manusia.

b. Teori Ekologis
Teori Ekologis lebih menekankan pada system lingkungan menurut Urie Brofenbrenner
terhadap perkembangan mengajukan bahwa konstek di mana berlangsung perkembangan individu,
baik kognitif, sosioemosional, kapsitas dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi
aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan perkembangan. Dalam teori
ekologisnya, Brofenbrenner menggambarkan empat kondisi lingkungan di mana perkembangan
terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem dan makrosistem.

4. Teori Behavior dan Belajar Sosial

Dalam teori Behavioral ada tiga versi tradisi behavioral, yaitu Pavlov dan kondisioning
klasik, B.F. Skinner dan kondisioning operant, serta Bandura dan teori belajar sosial.

a. Pavlov dan Kondisioning Klasik

Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849 –1936) ilmuan
Rusia yang mulai mengembangkan teori melalui percobaannya tentang anjing dan air liurnya.
Proses yang ditemukan oleh Pavlov adalah perangsang yang asli dan netral atau rangsangan
biasanya secara berulang – ulang dipasangkan dengan unsur penguat, akan menyebabkan suatu
reaksi. Perangsang netral tadi disebut perangsang bersyarat atau US (unconditioned stimulus).
Reaksi alami (biasa) atau reaksi ynag tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR (conditioned
response). Pavlov mengaplikasikan istilah – istilah tersebut sebagai berikut: suatu penguat ialah
setiap agen, seperti makanan yang biasa mengurangi sebagian dari suatu kebutuhan.

b. B.F. Skinner dan Kondisioning Operant

B.F. Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa mengembangkan
teori perilaku dari Watson. Pandangannnya tentang kepribadian disebut
dengan “behaviorisme radikal”. Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang
respons perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan. Dalam behaviorisme Skinner,
pikiran, sadar atau tidak sadar, maka tidak akan diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan
perkembangan. Bagi Skinner perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin
bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman – pengalaman
lingkungan.
c. Bandura dan Teori Belajar Sosial

Untuk menjelaskan bagaimana perilaku sosial belajar anak, Bandura menggunakan prinsip
– prinsip pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Bandura yakin bahwa anak belajar tidak
hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan, yakni mengamati apa yang
dilakukan oleh orang lain. Melalui belajar mengamati, yang disebut juga “modeling” atau
“imitasi”, individu secara kognitif menampilkan tingkah laku orang lain dan kemudian barangkali
mengadopsi tingkah laku tersebut dalam dirinya sendiri.

Model belajar terbaru yang dikembangkan Bandura meliputi tingkah laku, pribadi dan
lingkungan. Hubungan timbal balik antara perilaku, pengaruh lingkungan dan kognisi adalah
faktor kunci dalam memahami bagaimana individu belajar. Faktor – faktor perilaku, kognitif dan
perilaku lainnya, serta pengaruh lingkungan, bekerja secara interaktif. Perilaku dapat
mempengaruhi kognisi dan sebaliknya kegiatan kognitif seseorang dapat mempengaruhi
lingkungan, pengaruh lingkungan dapat mengubah proses pemikiran seseorang dan seterusnya.

Behavior

Faktor Pribadi
Lingkungan
dan Kognitif

Gambar 2.4 : Model bandura tentang pengaruh timbal-balik antara faktor-faktorpribadi,kognitif,


dan lingkungan. (di adaptasi dari Bandura, 1986) .

B. Metode Penelitian Psikologi Perkembangan

Menurut Monks, Knoers, dan Haditono (2001), pembahasan tentang metode penelitian ini dapat
dibedakan antara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik. Berikut
pembahasan mengenai kedua bentuk metode penelitian ini :

1. Pendekatan Yang Umum


Pendekatan yang umum mengandung dua pengertian, yaitu memberikan lebih banyak data
mengenai keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya, dan meninjau pengaruh faktor
endogen (bawaan) dan eksogen (lingkungan, khususnya kebudayaan) bagi perkembangan
seseorang. Pendekatan yang digunakan dalam studi-studi psikologi perkembangan yaitu :

a. Pendekatan cross-sectional
Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian
terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relatif singkat.

b. Pendekatan longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara
menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama.
Keuntungan pendekatan longitudinal :

1) Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap


pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
2) Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara
pribadi maupun dalam kelompok.
3) Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik
aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang
sama.
4) Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah
laku dan kepribadian.

Kelemahan pengguaan pendekatan ini adalah :


1) Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar
2) Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
3) Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan,
misalnya bila orang pindah tempat tinggal atau meniggal.

c. Pendekatan sekuensial
Pendekatan sekuensial merupakan kombinasi antara pendekatan kros-seksional dan
longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor
(generasi) pada perkembangan rentang hidup.

d. Pendekatan cross-cultural
Pendekatan kros-kultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan
faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh tehadap perkembangan anak.

2. Metode Yang Spesifik


Adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk mengetahui gejala perkembangan yang sedang
timbul. Metode spesifik yang digunakan dalam penelitian psikoogi perkembangan adalah:

1) Metode observasi
Adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada
suatu jangka wajtu tertentu atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu. Metode observasi
dapat dibedakan atas dua, yaitu observasi alami dan observasi terkontrol.

2) Metode eksperimen
Adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-
kegiatan percobaan pada anak.

3) Metode klinis
Adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara mengamat-
amati , mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab.

4) Metode tes
Adalah metode yang digunaka untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya.

You might also like

  • Soal Soal
    Soal Soal
    Document4 pages
    Soal Soal
    Nurlaila Eka Putri Umacina
    No ratings yet
  • Tentang
    Tentang
    Document27 pages
    Tentang
    Nurlaila Eka Putri Umacina
    No ratings yet
  • Tentang
    Tentang
    Document27 pages
    Tentang
    Nurlaila Eka Putri Umacina
    No ratings yet
  • Tentang
    Tentang
    Document27 pages
    Tentang
    Nurlaila Eka Putri Umacina
    No ratings yet
  • Tentang
    Tentang
    Document27 pages
    Tentang
    Nurlaila Eka Putri Umacina
    No ratings yet